DWI PRATIWI
1504205017
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Penulis
(Dr. I Nyoman Suyatna, SH, MH.) (Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD.)
NIP. 19590923 198601 1 001 NIDN :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "Menyegarkan
Kembali Vitalitas Arsitektur Vernakular Indonesia Sebagai Upaya Pengembangan
Jati Diri". Karya ilmiah ini saya susun untuk memenuhi syarat sebagai peserta dalam
proses Seleksi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Program Sarjana
mewakili Jurusan Arsitektur dalam tingkat Fakultas Teknik.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada setiap pihak yang telah
membantu dan mendukung saya dalam proses pembuatan makalah ilmiah ini,
khususnya kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Suyatna, SH, MH., selaku Pembantu Rektor Bidang
Kemahasiswaan Universitas Udayana.
2. Bapak Ir. I Nyoman Budiastra, Mkes.MT., selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
3. Ibu Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati MT., selaku Ketua Jurusan
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
4. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD selaku Dosen Pembimbing
yang sudah bersedia membimbing saya selama proses pembuatan karya
ilmiah.
5. Himpunan Mahasiswa Arsitektur Wicwakarma Universitas Udayana yang
telah mendukung saya.
6. Orangtua saya yang telah memfasilitasi dan mendukung saya selama proses
pengerjaan karya ilmiah.
7. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang
telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini.
Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah
ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan selama proses
pembuatan karya ilmiah ini. Saya harap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan.
Penulis,
( Dwi Pratiwi )
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, arsitektur vernakular di Indonesia sering muncul “campur aduk” yaitu
berwujud tradisional, namun tak bermakna karena ketidakpedulian terhadap
tatanan, hirarki makna, dan pengertian yang terkandung pada wujud aslinya.
Arsitektur vernakular hanya diungkap sebatas bayang-bayang atau pencitraan saja.
Minimnya pengetahuan mahasiswa dan sebagian besar praktisi arsitektur terhadap
arsitektur vernakular telah berdampak pada praktek profesionalisme atau praktek
dalam mengolah ruang dan bentuk sehingga terjadi kesalahan menerapkan
prinsip-prinsip vernakular ke dalam desain yang mengakibatkan bangunan tidak
berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Bertitik tolak pada permasalahan tersebut maka penulis memberikan beberapa
contoh arsitektur vernakular di Indonesia beserta alasan mengapa arsitektur
vernakular tersebut wajib untuk di telaah lebih mendalam lagi. Dengan demikian
diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat maupun pemerintah
akan pentingnya arsitektur vernakular Indonesia dalam hal mempertahankan jati
diri arsitektur nusantara yang mungkin saja dapat diterapkan juga di Negara lain
sehingga, dapat membawa jati diri budaya bangsa Indonesia ke ranah
Internasional.
Gagasan atau ide kreatif yang akan dibahas pada karya tulis ilmiah ini lebih di
dasarkan pada solusi kreatif untuk menginformasikan dan meyakinkan masyarakat
akan pentingnya mempertahankan jati diri arsitektur nusantara yang kaya akan
filosofi dan makna yang sesuai dengan alam dan budaya Indonesia. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara menelaah kembali alasan-alasan dari adanya konsep
pada arsitektur tradisional sehingga dapat diterapkan di semua daerah di Indonesia
maupun di luar negeri. Penginformasian akan pentingnya mempertahankan
arsitektur vernakular Indonesia tersebut dapat dilakukan tidak hanya di bangku
kuliah maupun seminar arsitektur namun juga dapat berupa artikel pendek yang di
unggah ke berbagai situs dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
khalayak luas.
Karya ilmiah ini disusun dengan metode studi dokumen dan observasi sepintas.
Dokumen-dokumen tersebut berupa buku ajar, rumusan arsitektur vernakular
Indonesia dan buku-buku lain yang berkaitan dengan budaya dan arsitektur
vernakuler Indonesia. Observasi sepintas dilakukan dengan membaca berbagai
journal hasil penelitian arsitektur vernakular di berbagai daerah di Indonesia.
Setelah menggabungkan semua data yang telah dipilah dan disusun, penulis dapat
menyusun kesimpulan dari data-data tersebut dan menganalisa data tersebut. Jadi,
metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Vernakularisme, Tradisi, dan Jati Diri
Masyarakat etnik di Indonesia terdapat lebih dari 17 suku. Inti sistem budaya etnik
adalah suatu sistem kepercayaan keagamaan. Sistem nilai keduniawian yang perlu
dilakukan oleh anggota masyarakat etnik dinyatakan dalam sistem-sistem
normatif. Di dalam sistem normatif ditetapkan perilaku perilaku aggotanya. Setiap
anggota masyarakat etnik diharapkan bertindak sesuai dengan norma-norma
Adatnya. Norma-norma dan adat selanjutnya akan berpengaruh terhadap citra
lingkungan dan arsitekturnya.
Norma, Adat, Iklim, Budaya, potensi bahan setempat akan memberikan kondisi
pada pengembangan Arsitektur Alam, Arsitektur Rakyat. Arsitektur Rakyat
tersebut secara langsung telah mendapatkan “pengakuan” masyarakatnya karena
tumbuh dan melewati perjalanan pengalaman “trial and error“ yang panjang.
Arsitektur Rakyat yang dirancang oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan
tersebut, mengandung muatan “local genius” dan nilai jati diri yang mampu
menampilkan rona asli,berbeda beda dan bervariasi. Arsitektur ini sangat dekat
dengan budaya lokal yang umumnya tumbuh dari masyarakat kecil.
Konfigurasi lapis kebudayaan yang berbeda beda tersebut bertaut dalam kesatuan
kebudayaan Indonesia dengan berbagai penjelmaannya yang sering disebut
dengan Budaya Nusantara. Tampilan konfigurasi budaya, paduan antara
Kebudayaan Indonesia asli dan Hindu terlihat buahnya pada Arsitektur Bali.
Tampilan konfigurasi Budaya asli, Hindu/Budha dan Islam terlihat buahnya pada
Arsitektur Jawa. Tampilan gabungan budaya Indonesia asli dan Islam terlihat pada
Arsitektur Aceh, Minangkabau. Sedangkan di kota-kota besar terjadi konfigurasi
gabungan Kebudayaan Indonesia asli, Hindu dan Islam dengan nilai modern yang
menghasilkan tampilan arsitektur inovatip. Kebudayaan tersebut mengembangkan
sistem normatif yang tidak berakar secara utuh dari budaya masyarakat etnik
tertentu .
Potensi Jati diri mulai dicari kembali atau dicoba untuk ditemukan untuk
mengurangi dampak tekanan internal dan external termasuk kejenuhan yang
ditimbulkan oleh arsitektur modern dan internasionalisme. Peran arsitektur
Vernakular menjadi makin penting karena arsitektur ini merupakan bagian
dari jejak sejarah yang merekam gaya hidup dan warisan Budaya
masyarakatnya. (David Pearson-1994:95-99)
Tradisi bukan sekedar adat atau kegemaran dan juga bukan suatu gaya
sekejap yang mengisi suatu periode waktu saja, tetapi sesuatu yang menerus,
menyeluruh dan elemen utamanya adalah agama. (Seyyed Hossein Nasr-
1973:910).
Seperti halnya Arsitektur Tradisional Bali yang merupakan salah satu contoh yang
dapat di jadikan arsitektur vernakuler Indonesia namun, konsep tata letak pada
Arsitektur Tradisional Bali belum bisa di terapkan pada konsep pertokoan yang
bersifat kekinian. Beberapa praktisi mencoba menerapkan prinsip-prinsip
arsitektur vernakuler pada karyanya namun terkadang bangunan tidak dapat
berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Masyarakat lebih tertarik pada konsep-konsep bangunan modern yang belum tentu
sesuai dengan iklim di Indonesia. Penerapan arsitektur yang demikian sering
membawa dampak yang merugikan bagi keseimbangan alam di Indonesia.
Contohnya, banyaknya penggunaan pendingin udara pada bangunan-bangunan
yang menggunakan dak beton karena penggunaan dak beton di Indonesia
sesungguhnya tidak cocok dengan keadaan di Indonesia yang panas.
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
3.1. Faktor Penentu Konsep Arsitektur Vernakular Sebagai Pengembangan
Jati Diri
Dalam aspek teknis, yang menjadi faktor vernakularitasnya, baik pada unsur
bentuk maupun makna adalah hal-hal yang berkaitan dengan keteknikan, seperti:
cara membangun, teknik konstruksi yang digunakan, pemilihan material, dan hal-
hal teknis lainnya yang memiliki nilai-fungsi dan mengandung makna berdasarkan
adat masyarakat setempat.
Dalam aspek budaya, yang menjadi faktor vernakularitasnya, baik pada unsur
bentuk maupun makna adalah bentuk atap, pola ruang, pintu, jendela, elemen
dekoratif (a.l. ukiran) dan elemen bentuk bangunan lainnya yang dibuat
berdasarkan pertimbangan kepercayaan masyarakat setempat. Aspek budaya, pada
ranah fisik biasanya berupa simbol, sedangkan pada ranah abstrak berupa pesan
yang ingin disampaikan. Simbol dalam arsitektur terkait dengan simbol denotasi
yaitu manfaat atau guna yang terdapat pada sesuatu benda yang dapat dirasakan
dan dilihat secara objektif atau secara langsung. Adapun pesan terkait dengan
konotasi yaitu makna yang terdapat pada denotasi atau nilai yang terkandung
dibalik simbol dan manfaat sebuah benda.
Dalam aspek lingkungan, yang menjadi faktor vernakularitasnya, baik pada unsur
bentuk maupun makna adalah bentuk-bentuk rumah yang merupakan adaptasi
terhadap kondisi lingkungan sekitar dan menyimpan makna lingkungan (seperti
makna hutan, sungai, gunung, dll) tersebut. Tiga aspek pembentuk vernakularitas
yang tersebar dalam dua unsur tersebut selalu hadir dalam desain arsitektur
vernakular walaupun dengan bobot yang berbeda. Jika salah satunya tidak ada
maka nilai vernakularitas menjadi tidak muncul. Untuk itu, dengan memahami
keberadaan ketiga aspek dan dua unsur tersebutlah maka dapat dilakukan evaluasi
terhadap desain arsitektur vernakular sekaligus dijadikan acuan dalam proses
merancang arsitektur yang berbasis lokal.
Arsitektur Vernakular yang lekat dengan tradisi Sumatra Barat ini merupakan
pengejawantahan dari hasil pembelajaran dan pemahaman masyarakat
Minangkabau terhadap alam. Rumah Gadang merupakan perlambang kehadiran
satu kaum dalam satu nagari, serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan
seperti tempat bermufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan,
sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Terbentuknya Rumah
Gadang tersebut beserta perkampungannya dipengaruhi oleh berbagai aspek
seperti yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur vernakular pada umumnya.
Bentuk rumah yang berkolong juga tidak semata-mata untuk menghindar dari
serangan binatang buas, tetapi juga sebagai bentuk penyikapan pada kondisi alam
tropis yang panas. Kolong yang tinggi memungkinkan penghuninya mendapatkan
hawa segar. Selain itu, pembangunan Rumah Gadang yang memanjang dari utara
ke selatan akan menghindarkan penghuninya dari panas matahari dan hembusan
angin secara langsung.
PENUTUP
4.1. Simpulan
4.2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis yang saya sampaikan pada kegiatan
Pilmapres ini adalah benar karya saya sendiri tanpa tindakan plagiarisme dan belum
pernah diikutsertakan dalam lomba karya tulis.
Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi dalam bentuk pembatalan predikat Mahasiswa Berprestasi.
Materai
Rp.6000,-