Anda di halaman 1dari 62

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DALAM PEMBANGUNAN

MALL ARTHASURI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Plambing dan Peralatan
Instrumentasi (TLA – 206)

Disusun oleh:
Nama : Winda Anisha Ramadhani
NRP : 25-2015-010
Dosen : Anindito Nurprabowo, S.T.
Asisten : Dhuhri Hidayatullah, S.T.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2019
PRAKATA

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan
serta kelancaran bagi saya dalam menulis laporan tugas besar yang berjudul Perencanaan Sistem Plambing
Dalam Pembangunan Mall Arthasuri.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi
(TLA - 206). Laporan ini berisi tentang langkah – langkah dalam merencanakan sistem plambing di suatu
gedung, dengan tujuan agar gedung Mall Arthasuri mendapatkan sistem plambing penyediaan air bersih,
penyaluran air buangan, dan sistem plambing ven yang sesuai persyaratan.

Tak lupa saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini, yaitu :

1. Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam setiap kesulitan yang saya alami
dalam pembuatan tugas ini.

2. Bapak Anindito Nurprabowo, S.T., selaku dosen mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi
atas ilmu serta materi dalam perkuliahan yang banyak membantu dalam pembuatan tugas ini.

3. Kang Dhuhri Hidayatullah, S.T., selaku asisten mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi yang
selalu setia memberikan arahan, bimbingan, dukungan, serta koreksi yang melancarkan penyelesaian laporan
ini.

4. Kirana Oktavian W, selaku teman bertukar pikiran yang senantiasa membantu saya mendapatkan
inspirasi dalam penyelesaian tugas besar ini.

5. Windya Sefniza P, teman seperjuangan saya, yang senantiasa menghibur dikala jenuh melanda semasa
dalam proses penyelesaian tugas besar ini.

6. Priska Larasati P, yang senantiasa menemani saya mengerjakan tugas besar, menghibur, mensupport,
dan memberi dukungan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

7. Wahyudi, yang telah dengan ikhlas membantu dan membimbing saya dalam pengerjaan gambar untuk
tugas besar ini.

10. Teman-teman saya yang lain, Gina, Deandra, Bia, Anggi, Eva, dan Dina, yang senantiasa memberikan
semangat.

11. Teman-teman kelompok Plambing-E yang senantiasa memberi dukungan dan meramaikan grup LINE
dengan informasi-informasi berharga.

12. Akang-akang fotokopian yang turut serta melancarkan penyelesaian akhir laporan ini, dan segenap
dukungan yang tak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan atas setiap kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Saya menyadari laporan ini masih ada kekurangan sehingga mengharapkan komentar dan masukan dari
pembaca. Walaupun demikian, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bandung, 21 Mei 2018

Winda Anisha Ramadhani

2
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL .............................................................................................. 6
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... 7

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 8


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 8
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................... 9
1.3 Sistematika Pembahasan ............................................................... 10

BAB II REFERENSI ...................................................................................... 11

BAB III DASAR PERENCANAAN ............................................................... 12


3.1 Air Bersih ...................................................................................... 12
3.2 Air Buangan ................................................................................... 21
3.3 Air Hujan ....................................................................................... 26

BAB IV TINJAUAN UMUM GEDUNG ........................................................ 28

BAB V PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH ................ 29

BAB VI PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR BUANGAN ........... 48

BAB VII PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR HUJAN ................. 60

PUSTAKA ............. ........................................................................................... . 62

LAMPIRAN

3
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Minum Sesuai Penggunaan Gedung
Tabel 3.2 Tekanan Minimum yang Dibutuhkan Alat Plambing
Tabel 3.3 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal
Tabel 3.4 Nilai Unit Alat Plambing untuk Air Buangan
Tabel 3.5 Beban Maksimum yang Diizinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(Dinyatakan Dalam Unit Beban Alat Plambing)
Tabel 5.1 Perhitungan Populasi Berdasarkan Standar Pengunjung
Tabel 5.2 Perhitungan Perbandingan Populasi Pria dan Wanita
Tabel 5.3 Kebutuhan minimum alat plambing
Tabel 5.4 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian Usaha
Tabel 5.5 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian Kumpulan
Tabel 5.6 Perhitungan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai Berdasarkan SNI-8153 2015 dan
SNI 03-6481-2000
Tabel 5.7 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung
Tabel 5.8 Perhitungan Total Kebutuhan Air Bersih
Tabel 5.9 Volume Ground Water Tank
Tabel 5.10 Salah Satu Segmen Dimensi Pipa Horizontal Air Bersih Mall Arthasuri
Tabel 6.1 Dimensi Pipa Black Water Lantai 1
Tabel 6.2 Dimensi Pipa Black Water Lantai 2
Tabel 6.3 Dimensi Pipa Black Water Lantai 3-5
Tabel 6.4 Dimensionering Pipa Tegak Black Water
Tabel 6.5 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 1
Tabel 6.6 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 2
Tabel 6.7 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 3-5
Table 6.8 Dimensionering Pipa Tegak Grey Water Gedung
Tabel 6.9 Ukuran dan Panjang Pipa Ven
Tabel 6.10 Dimensi Ven Lantai 1
Tabel 6.11 Dimensi Ven Lantai 2
Tabel 6.12 Dimensi Vent Lantai 3-5
Tabel 7.1 Diameter Pipa Horisontal dan Pipa Tegak Talang Air

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Skematik Air Bersih


Gambar 6.1 Skematik Black Water
Gambar 6.2 Skematik Grey Water
Gambar 6.3 Skematik Ven
Gambar 7.1 Sistem Perpipaan Air Hujan
Gambar 7.2 Segmen Air Hujan di Mall Arthasuri

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaa dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperlihatkan secara
seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung. (Noerbambang,
1993).
Sistem plambing sangatlah penting, hal ini terbukti bila terjadi kesalahan
dalam perancangan, pemasangan atau perawatan dari peralatan plambing dapat
membahayakan jiwa manusia. Banyak kecelakaan fatal telah terjadi dan banyak yang
terkena penyakit akibat kesalahan perencangan dan kesalahan pemasangan instalasi
plambing. (Noerbambang, 1993).
Berdasarkan SNI 03-6481-2000, bangunan yang di dirikan dan atau diletakan
dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, diatas, atau di dalam tanah
dan atau perairan secara tetap uang berfungsi sebagai tempat manusia untuk
melakukan kegiatan bertempa tinggal, berusaha, bersosial-budaya, dan kegiatan
lainnya. Salah satu pusat pembelanjaan yang akan dibangun adalah “Mall Arthasuri”.
Dalam pembangunan sebuah pusat perbelanjaan seperti Mall Arthasuri
dituntut untuk dapat memberikan kelengkapan dan kemudahan dengan fasilitas yang
sehat, baik, nyaman, dan aman. Keutamaan dalam perencanaan sistem plambing di
Mall Arthasuri yaitu fasilitas sanitasinya, mengingat aspek-aspek lingkungan harus di
perhatikan agar tercapainya lingkungan yang sehat. Untuk meningkatkan kualitas
sarana dan prasarana guna memberikan kenyamanan dan kepuasan para pengunjung
dan pengguna gedung, maka salah satu upayanya adalah dengan merancang sistem
plambing yang baik. Yang meliputi sistem penyediaan air bersih, sistem pembuangan,
sistem pipa ven, dan sistem penyaluran air hujan. (Jasua, 2002)
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud tugas besar ini adalah merencanakan sistem plambing untuk air
bersih, air buangan (grey water dan black water), air hujan, dan pipa vent di Mall
Arthasuri dengan merancang sistem perpipaan air bersih, sistem pembuangan, sistem
pipa ven, dan sistem penyaluran air hujan pada bangunan ini.

6
Tujuan dari perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri, sebagai berikut:
a) Menyalurkan air bersih tanpa menimbulkan masalah secara teknis pada bangunan
bertingkat
b) Menyalurkan air buangan dan ven tanpa menimbulkan masalah kesehatan ataupun
estetika agar operasional suatu bangunan bertingkat dapat berjalan dengan baik
c) Menghitung populasi di setiap lantai di Mall Arthasuri
d) Menentukan jenis dan jumlah alat plambing yang dibutuhkan di Mall Arthasuri
e) Menghitung kebutuhan air bersih yang dibutuhkan di Mall Arthasuri
f) Menghitung volume ground water tank dan roof tank sesuai kebutuhan air bersih
di Mall Arthasuri
g) Menentukan jalur pipa air bersih, air Bungan, dan ven dengan efektif dan efisien
h) Menentukan dimensi pipa air bersih air buangan, ven dengan efektif dan efesien
i) Menghitung volume air buangan (grey water dan black water) yang dihasilkan
dari Mall Arthasuri
j) Merancang sistem penyaluran air bersih dan air buangan di Mall Arthasuri
1.3 Ruang Lingkup
Pelaksanaan tugas besar ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
a) Merenanakan gedung apa yang akan dibuat dan bagaimana sistem plambingnya.
b) Menghitung kebutuhan air bersih berdasarkan populasi gedung dari jumlah alat
plambingnya.
c) Mengetahui volume groundtank dan rooftank yang akan digunakan.
d) Merancang sistem perpipaan air bersih (jumlah alat plambing, jalur pipa, diameter
pipa, dan gambar-gambar)
e) Menghitung tekanan yang ada pada pipa air bersih
f) Merancang system perpipaan air buangan (jumlah alat plambing, jalur pipa,
diameter pipa, dan gambar-gambar)
g) Menghitung tekanan yang ada pada pipa air buangan
h) Merancang sistem perpipaan air hujan (perhitungan dan gambar)
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan di bahas dalam Tugas Besar ini adalah perencanaan
sistem perpipaan pada bangunan pusat perbelanjaan Mall Arthasuri yang meliputi
sistem perpipaan air bersih, penyaluran air buangan, dan penyaluran gas (vent),
sehingga dalam kondisi sedang berfungsi dalam penggunaannya dapat memberikan
tekanan yang cukup untuk mengalirkan air ke setiap lantai dan sanitasi yang baik.

7
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II REFERENSI
2.1 Standar/Referensi
BAB III DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
3.2 Air Buangan
3.3 Air Hujan
BAB IV Tinjauan Umum Gedung
4.1 Gambaran Umum
4.2 Fungsi Gedung Perencanaan
BAB V PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH
5.1 Skematik Sistem Perencanaan
5.2 Perhitungan Jumlah Populasi
5.3 Perhitungan Kebutuhan Alat Plambing
5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
5.5 Sumber Air
5.6 Reservoir dan Pompa
5.7 Perhitungan Dimensi Pipa
5.8 Kehilangan Tekanan
5.9 Gambar-gambar
BAB VI PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BUANGAN
6.1 Skematik Sistem Perencanaan
6.2 Perhitungan Dimensi Pipa
6.3 Gambar-gambar
BAB VII PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN
7.1 Catchment Area Air Hujan
7.2 Penentuan Dimensi Pipa Air Hujan

8
BAB II
REFERENSI

2.1 Standar/Peraturan
Dalam penulisan laporan tugas besar plambing ini digunakan berbagai
referensi yang didapatkan dari beberapa sumber, antara lain :
1. Noerbambang, Soufyan. Takeo Morimura. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing. Pradnya Paramita: Jakarta
2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
3. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem
Plambing, 2005
6. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada
Bangunan Gedung, 2015.

9
BAB III
DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
Definisi air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan
harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia
yang dapat mencemari air bersih tersebut. (Dwijosaputro, 1981).
3.1.1 Sumber Air
Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah,
contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah
hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini
dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang
memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat).
3.1.2 Karakteristik Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air
minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung
logam berat.
Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah:
a. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih, persyaratan
ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990.
 Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa (tawar).

10
 Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan
jumlah yang melampaui batas, adapun beberapa persyaratan
kimia tersebut adalah pH, zat padat total, zat organik sebagai
KMn04, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi dan
mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida
(F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).
 Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan
parasit seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis.
 Syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-
bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan
gamma
b. Persyaratan Kuantitas
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.
c. Persyatan Kontinuitas
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.

3.1.3 Kebutuhan Air Bersih


Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu populasi, iklim,
kebiasaan dan cara hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan
malam, tersedia langsung bagi pengguna tanpa adanya kekurangan air, sehingga
ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan akan air itu
sendiri baik masa sekarang maupun akan datang. Untuk mendapatkan kebutuhan
air yang cukup besar tentunya harus dilakukan pencarian sumber air bersih yang
memenuhi syarat kualitas dan kuantitas seperti air tanah (air tanah dangkal, air
tanah dalam dan mata air) dan air permukaan (danau, sungai, dan sebagainya).
(Suripin, 2004).

11
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh
penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas
bangunan. Kebutuhan air didasarkan dalam kegiatan sehari – hari misalnya
mandi, mencuci, minum & memasak, menyiram tanaman, proses industri dan
lain sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara
umum harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Kebutuhan air bersih
dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain –
lain. Prioritas kebutuhan air meliputi:
a. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga
dan sambungan kran umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada
banyaknya penduduk, persentase yang diberi air dan cara pembagian air
yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum.
b. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk
keperluan rumahtangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air
bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-
tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, militer serta pelayanan jasa
umum lainnya.
c. Kehilangan Air
Kehilangan air pada PDAM diasumsikan sekitar 20 % - 30 %. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
 Kebocoran pada pipa distribusi akibat bencana alam ataupun akibat
aktifitas manusia, misalnya: proyek perbaikan jalan dan lain
sebagainya
 Pencurian pada beberapa tempat sering kali tidak dapat dihindari
 Kerusakan pada peralatan instalasi, misalnya: kerusakan pintu air,
kerusakan pipa besi akibat korosi dan lain sebagainya.
d. Fluktuasi Kebutuhan Air
Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi.
Fluktuasi yang terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air
dalam keseharian oleh masyarakat. Pada umumnya kebutuhan air dibagi
dalam tiga kelompok :

12
 Kebutuhan rerata
 Kebutuhan harian maksimum
 Kebutuhan pada jam puncak
Kualitas air bersih yang baik ada dalam Standar mutu air minum atau air
untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut
disesuaikan dengan standar international yang dikeluarkan oleh WHO.
Standardisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara,
melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama
dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan
air minum.

3.1.4 Kualitas Air Bersih


Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air
bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap baik
merupakan prioritas utama. Banyak negara telah menetapkan standar kualitas
untuk tujuan ini. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah yang tidak
tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, air baku haruslah diolah
dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air
yang berlaku. (Noerbambang, 1993).

3.1.5 Pencemaran Air dan Pencegahannya


Dalam peralatan-peralatan sistem penyediaan air dingin yang meliputi
beberapa peralatan seperti tangki air bawah tanah, tangki air atas atap, pompa-
pompa, perpipaan, dan lain-lain, air bersih harus dapat dialirkan ke tempat-tempat
yang dituju tanpa mengalami pencemaran. (Noerbambang, 1993)
Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain, masuknya
kotoran, tikus, serangga, terjadinya karat, rusaknya bahan tangki dan pipa yang
dapat menyebabkan pencemaran pada air bersih, adanya hubungan pipa air minum
dengan pipa dengan fungsi lain yang akan mengakibatkan bercampurnya air
minum dengan jenis kualitas air lainnya, aliran balik (back flow). (Noerbambang,
1993)

13
Agar pencemaran air tidak terjadi, dapat ditanggulangi dengan cara-cara
sebagai berikut : (Noerbambang, 1993)
a. Larangan hubungan pintas
Larangan hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem
pipa untuk air minum dan sistem pipa air lainnya berisi air yang tidak
diketahui atau diragukan kualitasnya sehingga air akan dapat mengalir dari
satu sistem ke sistem lainnya.
b. Pencegahan aliran balik (back flow)
Aliran atau cairan lain, zat atau campuran, ke dalam sistem perpipaan air
minum yang berasal dari sumber lain yang bikan untuk air minum.
Pencegahan aliran balik yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
 Menyediakan celah udara
 Memasang pencegah aliran balik

3.1.6 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem Penyediaan air bersih terbagi menjadi empat system, yaitu: (Noerbambang,
1993)
a. Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung terkoneksi dengan
pipa utama penyediaan air bersih (misalnya : pipa utama dibawah jalan
dari perusahaan air minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama
dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem
ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil
dan rendah. Ukuran pipa cabang biasanya diatur/ditetapkan oleh
perusahaan air minum. Tangki pemanas air biasanya tidak disambung
langsung kepada pipa distribusi, dan dibeberapa daerah tidak diizinkan
memasang katup gelontor (flush valve).
b. Sistem Tangki Atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat
diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap,
terutama di negara Amerika Serikat dan Jepang. Dalam sistem ini, air
ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke

14
suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai
tertinggi bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan dengan alasan-alasan
berikut : - Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat
muka air dalam tangki atap. - Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap
bekerja otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap. - Perawatan
tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki tekan.
Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa
cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam
keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama,
untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera
diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat
langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki
bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang
dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa
utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan
letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di
atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi
menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat
plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja
yang tinggi.
c. Sistem Tangki Tekan
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu kondisi tidak
dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini
adalah sebagai berikut : Air yang telah ditampung dalam tangki bawah,
dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di
dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke dalam suatu
distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu
detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak
pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu
batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini biasanya
ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2 . Daerah yang makin lebar

15
biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk
berhenti, tetapi seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan
plambing. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke
dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali mengembang dan
terkompresi lama kelamaan akan berkurang, karena larut dalam air atau
ikut terbawa keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar
volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70%
volume tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki berisi udara pada
tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai dengan 1,5
kg/cm2 , maka sebenarnya volume efektif air yang mengalir hanyalah
sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar
maka akan diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini
maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan
atmosfer (dengan memasukkan udara kempa ke dalam tangki).
d. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama.
Kelebihan sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan
terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat, apabila
cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi
beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan dapat
menggantikan menara air. Kekurangannya adalah penyediaan air
sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya lebih besar
dibandingkan dengan tangki atap dan harga awal lebih tinggi
dikarenakan harga sistem pengaturannya.

3.1.7 Jalur Air Bersih


Jalur pipa air bersih meliputi pipa tegak (vertikal) dan pipa mendatar
(horizontal). Secara umum, kedua jalur pipa tersebut berfungsi sama yakni untuk
mengalirkan air bersih.
a. Pipa Tegak
Pipa tegak air bersih berfungsi untuk menyalurkan air dari reservoir ke
setiap lantai yang membutuhkan air. Jalur pipa tegak meliputi perpipaan

16
dari ground tank ke pompa, dari pompa menuju ke roof tank dan dari roof
tank menuju ke setiap pipa distribusi di tiap lantai. Selain itu, sistem
penyaluran air gedung pun terdiri dari 2 bagian yakni sistem pengaliran ke
atas dan sistem pengaliran ke bawah. Dalam sistem pengaliran ke atas, air
tidak disimpan ke dalam roof tank melainkan langsung didistribusikan ke
setiap alat plambing di tiap lantai. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tekanan yang diberikan oleh PDAM sangat mencukupi. Sedangkan dalam
sistem pengaliran ke bawah, air dialirkan dari ground tank ke roof tank
lalu dialirkan ke setiap lantainya.
b. Pipa Horizontal
Kegunaan dari pipa horizontal atau pipa mendatar adalah menyalurkan air
dari pipe gallery tegak ke setiap alat plambing pada lantai tersebut,
sehingga alat plambing dapat memenuhi kebutuhan air pada saat akan
dipergunakan.
Besarnya laju aliran air yang masuk ke dalam gedung dapat diperkirakan
berdasarkan jumlah pemakai, jenis dan jumlah alat plambing, unit beban
alat plambing, serta pemakaian air terhadap waktu.
Untuk menentukan laju aliran, perkiraan berdasarkan jumlah pemakai
merupakan metode yang praktis. Ini dilakukan dengan menghitung
pemakaian air rata-rata dari setiap penghuni dan perkiraan jumlah
penghuni. Pada tabel 3.1, terdapat perkiraan pemakaian air rata-rata per
hari berdasarkan jenis bangunannya, yaitu :
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Minum Sesuai Penggunaan Gedung

Pemakaian
No Jenis Gedung Satuan
Air
1  Rumah Tinggal 120 liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100 liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 liter/penghuni/hari
4  Rumah Sakit 500 Liter/tempat tidur pasien/hari
5  Sekolah Dasar 40 liter/siswa/hari
6 SLTP 50 liter/siswa/hari
SMU/SMK dan lebih liter/siswa/hari
7 80
tinggi
Ruko/ Rukan 100 liter/penghuni dan
8
pegawai/hari
9 Kantor/ Pabrik 50 liter/pegawai/hari
10 Toserba, toko pengencer 5 Liter/m2
11 Restoran 15 Liter/kursi

17
Pemakaian
No Jenis Gedung Satuan
Air
12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati/ Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
Ged. Pertunjukan, 10 Liter/kursi
14
Bioskop
15 Ged. Serba Guna 25 Liter/kursi
Stasiun, Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan
16
pergi
Peribadatan 5 Liter/orang, (belum dengan
17
air wudhu)
Sumber :SNI 03-7065, 2005

3.1.8 Tekanan Air dan Kecepatan aliran


Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit bila
terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing dan
menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang
baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada
persyaratan pemakai atau alat yang harus dilayani.
Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan ”standar” adalah 1 kg/cm 2,
sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4-5 untuk perkantoran
dan antara 2,5-3,5 untuk hotel dan perumahan. Selain itu beberapa macam
peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau tekananairnya
kurang dari suatu batas minimum. Besarnya tekanan minimum ini
dicantumkan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tekanan Minimum yang Dibutuhkan Alat Plambing

Tekanan yang
No Nama Alat Plambing Diperlukan
(kg/cm2)
1 Katup Gelontor Kloset 0,7
2 Katu Gelontor Peturasan 0,4
3 Kran yang Menutup Otomatik 0,7
4 Pancuran Mandi, dengan Pancara air Halus 0,7
5 Pancuran Mandi Biasa 0,35
6 Kran Biasa 0,3
Sumber: Noerbambang, 1993

18
3.1 AIR BUANGAN
3.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Buangan
Air buangan atau air limbah adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung
kotoran manusia maupun yang mengandung sisa-sisa proses dari industri. Cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum lainnya dan mengandung bahan
atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup (Kusnoputranto, 1985).
Air limbah domestik merupakan air yang telah digunakan dalam berbagai aktivitas di
masyarakat dan tercampur dengan berbagai bahan yang digunakan dalam aktivitas-aktivitas
tersebut. Contohnya berupa buangan dari tubuh manusia atau hasil ekskresi berupa urin dan
feses serta hasil aktivitas lainnya seperti mandi, laundry, pencucian bahan makanan, dan
pencucian alat-alat rumah tangga (Mara, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkunga Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah,
limbah domestic merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan kegiatan permukiman,
rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Limbah cair domestic yang
bersal dari air cucian , seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida.
Berdasarkan bahan-bahan residu yang terkandung dalam air limbah, air limbah
domestik dibagi menjadi dua yaitu air limbah domestik abu-abu (grey water) dan air limbah
domestik hitam (black water) (National Water Commission Australia. 2008 dalam
Padmanabha 2015).

3.2.2 Jenis Air Buangan


Air buangan yang dihasilkan berdasarkan aktivitas di Mall Arthasuri terdiri dari 3 jenis
air buangan, yaitu:
1. Air buangan padat (sewage), yang berasal dari kloset
2. Air bekas atau buangan ringan (waste water), yang berasal dari lavatory, urinals, floor
drain, dll.
3. Air hujan yang berasal dari atap dan halaman.

19
3.2.3 Sumber Air Buangan
Sumber dan jenis air limbah Menurut Ayuwanjani (2008), berdasarkan sumbernya air
limbah dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Air limbah rumah tangga (domestik), adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
hunian, seperti rumah tinggal, hotel, sarana pendidikan, perkantoran, pasar dan fasilitas
pelayanan. Air limbah domestik dapat dikelompokan menjadi, air buangan kamar
mandi, air buangan WC dan air buangan dapur atau cucian.
b. Air limbah industri, adalah air limbah yang berasal dari kegiatan industri, seperti
pabrik kertas logam, tekstil, kulit, pangan (makanan dan minuman), industri kimia,
perikanan dan lainnya.
c. Air limbah atau rembesan air hujan, adalah air limbah yang melimpas di atas
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya hujan.

3.2.4 Dampak Air Buangan


Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh buangan limbah cair domestik antara
lain:
1. Merusak keindahan atau estetika karena pemandangan menjadi tidak sedap dan
berbau busuk.
2. Menimbulkan kerusakan lingkungan.
3. Merusak dan membunuh kehidupan di dalam air.
4. Membahayakan kesehatan.
Masuknya air limbah domestik ke dalam lingkungan perairan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan besar dalam sifat fisika, kimia, dan biologis perairan tersebut
seperti suhu, kekeruhan, konsentrasi oksigen terlarut, zat hara, dan produksi dari bahan
beracun. Tingkat dan luas pengaruh yang ditimbulkan terhadap organisme perairan
tersebut sangat tergantung dari jenis dan jumlah bahan pencemar yang masuk ke
perairan. Berubahnya keseimbangan antara faktor fisika-kimia dan biologis dalam suatu
lingkungan akibat adanya senyawa pencemar dapat mempengaruhi organisme dalam
lingkungan tersebut.

3.2.5 Sistem Pembuangan Air


Sistem pengaliran air buangan, dialirkan secara terpisah menurut jenis air
buangannya, dengan cara pengaliran akhir menggunakan sistem bertekanan. Dimana saluran
umum letaknya lebih tinggi dari alat-alat plambing, sehingga air buangan dikumpulkan

20
terlebih dahulu dalam suatu bak penampung (septic tank). Pengecualian untuk aliran air
hujan, ditampung pada reservoir buangan khusus air hujan (sump pit) kemudian dialirkan
langsung ke saluran kota.

3.2.6 Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran


Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung buangan padat. Untuk maksud tersebut, pipa pembuangan harus
mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang harus dialirkan.
Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu
diameter pipanya. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik bila kecepatan tidak kurang dari
0,6 m/detik, tabel 3.6 dapat menjelaskan maksud pedoman di atas. Pipa ukuran kecil akan
mudah tersumbat karena endapan kotoran dan kerak, walaupun dipasangg dengan kemiringan
yang cukup. Oleh karena itu untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang
dari 50 mm.
Tabel 3.3 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal

Diameter pipa
Kemiringan minimum
(mm)

75 atau kurang 1/50

100 atau kurang 1/100


Sumber: Soufyan-Morimura, 1993

3.2.7 Perangkap dan Interseptor atau Penangkap


Dilihat dari tujuan sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari gedung
keluar, ke dalam instalasi pengolahan atau drainase kota, tanpa menimbulkan pencemaran
kepada lingkungannya maupun dalam gedung itu sendiri. Tetapi alat plambing tidak terus
menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air, ini dapat menyebabkan msuknya
gas yang berbau atau beracun, hal lain yaitu serangga.
Untuk mencegah hal tersebut harus dipasang suatu perangkap, yang berfungsi sebagai
penyekat atau penutup air agar menutup atau mencegah masuknya gas-gas tersebut. Pada
dasarnya suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diuraikan di bawah ini.
 Kedalaman air penutup biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm
 Konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan tidak menyebabkan
kotoran tertahan atau mengendap
21
 Konstruksi perangkap dibuat sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai “penutup” tetap
dapat dipenuhi artinya menutup kemungkinan masuk serangga dan gas-gas melalui pipa-
pipa pembuangan. Kriteria yang harus dipenuhi:
a. Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga
b. Mudah diketahui dan diperbaiki bila ada kerusakan
c. Dibuat dari bahan yang tidak berkarat
 Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karena
endapan kotoran lama kelamaan tetap akan terjadi
 Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi dimana ada bagian bergerak ataupun
bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.
Penangkap atau interceptor berfungsi sebagai menangkap atau mencegah bahan-bahan yang
dapat menyumbat atau mempersempit penampang pipa. Bahan-bahan yang dapat
menimbulkan penyempitan penampang pipa, antara lain:
 Minyak atau lemak
 Tanah dan pasir
Persyaratan berfungsinya penangkap atau interceptor:
 Konstruksinya harus mampu secara efektif memisahkan lemak, minyak, pasir dari air
buangan
 Konstruksi harus sedemikian rupa agar mudah dibersihkan
Jenis penangkap yang dipakai di sistem pembuangan air buangan, yaitu: grase trap portable
(typikal).

3.2.8 Nilai Unit Alat Plambing


Nilai unit alat plambing dihitung untuk mengukur beban unit alat plambing yang
selanjutnya berfungsi sebagai dasar perhitungan diameter pipa air buangan.
Untuk mengukur beban unit alat plambing yang digunakan, berpedoman pada
kumpulan tabel-tabel “Plambing” dan buku “Plumbing” karangan Harold E. Babbit, 1960,
dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
 Menentukan sektor aliran air pada pipa
 Menentukan jenis alat saniter yang terlayani oleh pipa air buangan
 Mengukur beban unit alat saniter (f.U), yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.

22
Tabel 3.4 Nilai Unit Alat Plambing untuk Air Buangan

FU
Alat Plambing
Pribadi Umum
Bathtub (BT) 2 4
Floor Drain (FD) 1 2
Kitchen Sink (KS) 2 4
Lavatory (LV) 1 2
Shower (SH) 2 4
Urinoir (UR) - 5

Water Closet (WC) 6 12

Sumber: Babbit, 1960

3.2.9 Ukuran Pipa Pembuangan


Untuk menghitung ukuran pipa pembuangan, terlebih dahulu dibagi 2, yaitu:
1. Perhitungan pipa pembuangan horizontal atau mendatar
2. Perhitungan pipa pembuangan vertikal atau pipa tegak (stack)
Untuk perhitungan diameter dan kemiringan pipa yang digunakan, berpedoman pada
kumpulan tabel-tabel “Plambing” dan buku “Plumbing” karangan Harold E. Babbit, 1960,
dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan dimensionering pipa air buangan padat dan buangan ringan
 Menentukan nilai unit alat plambing
 Menentukan kemiringan dan diameter pipa dengan melihat Tabel 3.7

23
Tabel 3.5 Beban Maksimum yang Diizinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(Dinyatakan Dalam Unit Beban Alat Plambing)

Sumber : SNI 03-6481-2000

 Penentuan Pipa tegak atau stack


- Menentukan beban unit alat saniter (f.U) per lantai
- Menentukan diameter pipa

3.2 AIR HUJAN


3.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyaluraan Air Hujan
Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah
dengan sistem pembuangan air bekas dan kotor. Jika dicampurkan maka akan terjadi
penyumbatan, baik dari pengaliran air hujan maupun pengaliran air kotor. Bila hal itu terjadi,
ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik masuk ke dalam alat plambing yang
mempunyai ketinggian lebih rendah dalan sistem tersebut.

3.2.2 Ukuran Pipa Penyaluran Air Hujan


Pengukuran diameter pipa penyaluran air hujan dibagi atas dua bagian, yaitu:
 Pipa gutter dengan perletakkannya secara horizontal, biasanya terletak pada halaman,
basement, atap gedung dan sebagainya
 Pipa leader dengan perletakkannya secara vertikal atau tegak, merupakan sambungan dari
pelayanan pipa gutter yang berfungsi untuk meneruskan aliran air hujan sampai lantai
dasar atau drainase kota.
24
Langkah-langkah untuk mengukur diameter pipa air hujan adalah sebagai berikut:
 Menentukan jalur pipa berdasarkan penampang lahan yang dilayani oleh pipa air hujan
 Mengukur luas penampang lahan yang dilayani oleh pipa air hujan gutter, yang melintang
secara horizontal sejajar dengan penampang lahan yang telah diatur nilai kemiringannya
 Mengkorelasikan luas lahan yang terlayani terhadap diameter pipa dengan pedoman
perhitungan.

25
BAB IV
TINJAUAN UMUM GEDUNG

4.1 Gambaran Umum


Gedung yang akan di rencanakan sistem plambing ini merupakan gedung Mall
Arthasuri. Mall Arthasuri merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang terdiri dari
beberapa shopping center dari yang kecil hingga besar sebagai daya tarik pengunjung.
Dan di konsep dengan bangunan yang nyaman sehingga konsumen/pelanggan akan
merasa puas dan dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi pusat perbelanjaan itu
sendiri. Dalam perencanaannya Mall Arthasuri akan dibangun 5 lantai dengan luas
bangunan 720 m2 pada setiap lantainya.
4.2 Fungsi Ruang
Dalam perencanaan sistem plambing di suatu bangunan sangat di pengaruhi oleh
fungsi ruang yang dibuat di dalam gedung tersebut dan jumlah populasi gedung.
dengan mengetahui fungsi ruang maka dapat diketahui jumlah populasi yang mengisi
suatu ruang yang terdapat pada suatu bangunan. Setelah jumlah populasi yang
diketahui maka dapat ditentukan kebutuhan air yang diperlukan, jumlah fasilitas
plambing yang harus disediakan, serta banyaknya air buangan yang akan dihasilkan.

26
BAB V
PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH

5.1 Skematik Sistem Perencanaan


Skema sistem penyediaan air bersih pada Mall Arthasuri ini dilakukan secara
berurutan sesuai dengan langkah-langkah berikut ini, yitu :
a. Perhitungan jumlah penggunaan (populasi) air bersih
b. Perhitungan kebutuhan alat plambing
c. Perhitungan kebutuhan air bersih
d. Penentuan sumber air, ground tank dan roof tank.
e. Penentuan dimensi pipa.
Keterangan ditunjukan pada gambar berikut:

Gambar 5.1 Skematik Air Bersih

5.2 Perhitungan Jumlah Populasi


Populasi merupakan banyaknya jumlah pekerja atau karyawan serta jumlah
pengunjung yang datang dengan jam kerja rata-rata 12 jam. Data populasi ini
digunakan untuk menghitung kebutuhan air yang perlu disediakan. Data populasi di
dapat dari perbandingan luas efektif dengan standar pengunjung. Luas efektif di dapat

27
dari buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang, 1993) dan
untuk standar pengunjung di dapat dari Kepmen PU No. 10 Tahun 2010 dan Data
Arsitek Jilid 1 dan 2 (Neufert, 1996). Berikut hasil perhitungan populasi di “Mall
Arthasuri” dapat dilihat pada Tabel 5.1 terdapat di lembar selanjutnya.
Tabel 5.1 Perhitungan Populasi Berdasarkan Standar Pengunjung

Luas Luas Efektif Standar Pengunjung


Jumlah
Lantai Fungsi Ruang Ruangan %
Luas Standar Satuan Pengunjung
(m2) Efektif
1 Hypermart 167,1 40% 66,84 3 m2/orang 22
2 KFC 23,7 60% 14,22 3 m2/orang 5
3 Starbucks 23,7 60% 14,22 3 m2/orang 5
4 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 2
5 Mushola 12,7 90% 11,43 0,85 m2/orang 13
1
6 Tempat Wudhu 8,8 60% 5,28 3 m2/orang 2
7 JCO 23,7 60% 14,22 3 m2/orang 5
8 McDonalds 23,7 60% 14,22 3 m2/orang 5
9 Century 29,8 40% 11,92 3 m2/orang 4
10 Timezone 74,2 60% 44,52 3 m2/orang 15
Total Jumlah Pengunjung Lt. 1 78
1 Nasi Goreng Mafia 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
2 Bakso Boedjangan 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
3 Clemmons 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
4 Mie Merapi 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
5 Siomay Mayo 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
6 Taichan Goreng 39,5 60% 23,7 3 m2/orang 8
7 Dum Dum 10 60% 6 3 m2/orang 2
2
8 Mas Jay 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
9 A&W 28,6 60% 17,16 3 m2/orang 6
10 Kkuldak 21,7 60% 13,02 3 m2/orang 4
11 Baskin Robbins 10 60% 6 3 m2/orang 2
12 Es Teller 77 39,5 60% 23,7 3 m2/orang 8
13 Dapur Umum 64 60% 38,4 3 m2/orang 13
14 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 2
Total Jumlah Pengunjung Lt. 2 71
1 H&M 50 60% 30 3 m2/orang 10
2 ZARA 50 60% 30 3 m2/orang 10
3 Cotton On 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
4 Swatch 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
5 3 Fossil 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
6 Optik Seis 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
7 Stradivarius 75 60% 45 3 m2/orang 15
8 Kiehl's 21 40% 8,4 3 m2/orang 3
9 Aldo 21 60% 12,6 3 m2/orang 4

28
Luas Luas Efektif Standar Pengunjung
Jumlah
Lantai Fungsi Ruang Ruangan %
Luas Standar Satuan Pengunjung
(m2) Efektif
10 Kipling 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
11 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 2
Total Pengunjung Lt.3 65
1 Uniqlo 75 60% 45 3 m2/orang 15
2 Pull & Bear 39 60% 23,4 3 m2/orang 8
3 Charles & Keith 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
4 Levis 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
5 Bershka 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
6 4 Topshop 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
7 Watson 21 40% 8,4 3 m2/orang 3
8 The Body Shop 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
9 ADA 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
10 Polo 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
11 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 2
Total Pengunjung Lt.4 57
1 Mango 50 60% 30 3 m2/orang 10
2 Miniso 39 40% 15,6 3 m2/orang 5
3 Marks & Spencer 50 60% 30 3 m2/orang 10
4 Giordano 21 60% 12,6 3 m2/orang 10
5 Rubi 21 60% 12,6 3 m2/orang 5
6 Adidas 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
5
7 Puma 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
8 Converse 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
9 Skechers 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
10 Planet Sports 75 60% 45 3 m2/orang 4
11 Wakai 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
12 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 15
Total Pengunjung Lt. 5 81
Sumber: Perhitungan, 2018

Jumlah populasi yang ada di gedung Mall Arthasuri ditentukan berdasarkan


perhitungan yang mengacu pada Data Arsitek Jilid 1 dan Jilid 2 Tahun 2002 dan
Kepmen PU No. 10 Tahun 2010. Dengan standar untuk pengunjung pada gedung
Mall ini terdapat 5 kategori yaitu: untuk pertokoan (toserba, toko pengecer) sebesar 3
m2/orang yang diambil dari Kepmen PU No. 10 Tahun 2010 karena tidak terdapat
standar pengunjung di data arsitek maka dari itu mengambil standar pengunjung dari
Kepmen PU No. 10 Tahun 2010; untuk restoran sebesar 1.6 m2/orang di dapat dari
asumsi restoran normal dari Data Arsitek Jilid 2; untuk musholla sebesar 0.85
m2/orang di dapat dari Data Arsitek Jilid 2 untuk ruang shalat/orang; ruang kantor

29
karyawan sebesar 4 m2/orang dan ruang kantor pimpinan bagian 20 m2/orang di dapat
dari Data Arsitek Jilid 2; unuk ruang bermain (diatas 18 tahun) 1.5 m 2/orang dan
ruang bermain (0-6 tahun) 0.6 m2/orang di dapat dari Data Arsitek Jilid 1.
Untuk luas efektif yang ada di gedung Mall Arthasuri di tentukan berdasarkan
asumsi dari buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang,
1993), luas efektif pada gedung Mall ini merupakan persentase luasan lahan yang bisa
di gunakan oleh pengunjung/konsumen dan karyawan dibandingkan dengan luas
lahan keseluruhan, dimana sisa dari luas efektif digunakan untuk barang-barang
keperlukan perfungsi ruangan. Untuk toserba, toko pengecer, restoran, ruang bermain
memilki luas efektif 60% karena lahan untuk pengunjung dan karyawan lebih besar
dari lahan untuk barang, supaya memiliki space yang lebih luas dan penggunaan
seperti rak-rak, lemari, tempat kasir, dll berarti sebesar 40%. Dan untuk musholla
memiliki luas efektif 90% karena luas lahan untuk shalat lebih besar di banding
barang-barang di dalam ruangannya (seperti rak shalat untuk mukena, sajadah, dan
sarung).
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk penentuan luas efektif dan
populasi perfungsi ruangan, perlantai, dan gedung, sebagai berikut:
Contoh perhitungan (untuk KFC) dengan % luas efekttif 60% dan standar pengunjung
3 m2/orang.
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 ) = % 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑚2 )
= 60% 𝑥 23,7 𝑚2 = 14.22 𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 )
 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑚2 /orang

14.22 𝑚2
= 3 𝑚2 /orang = 5 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Maka di dapat luas efektif Hypermart 14,22 m2 dan jumlah populasinya 5


orang.
Tabel 5.2 Perhitungan Perbandingan Populasi Pria dan Wanita
Total Perbandingan Populasi
Populasi Pria Wanita Pria Wanita
78 40% 60% 31 47
71 40% 60% 28 43
65 40% 60% 26 39
57 40% 60% 23 34
81 40% 60% 32 48
Sumber: Perhitungan, 2018

30
Setelah mengetahui populasi perlantai, dapat menentukan populasi pria dan
wanita denga rasio yang di gunakan berdasarkan asumsi. Untuk lantai 1 dengan
perbandingan pria 50% dan wanita 50% karena pada lantai 1 di dominasi untuk
restoran yang mana sebagai ruang makan. Untuk lantai 2 dengan perbandingan pria
60% dan wanita 40% karena pada lantai 2 di dominasi unruk ruang karyawan yang
mana karyawannya di dominasi oleh pria. Dan lantai 3, 4, 5 dengan perbandingan pria
40% dan wanita 60% karena pada lantai ini di gunakan untuk shopping center yang
mana di dominasi pengunjung lebih banyak dari wanita.
Untuk menentukan populasi pria dan wanita di tiap lantai nya sebagai berikut:
Contoh perhitungan (Lantai 1 dengan populasi 130 orang, perbandingan pria 50% dan
wanita 50%):
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = % 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑎 = 50% 𝑥 130 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 65 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑎
 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 = 50% 𝑥 130 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 65 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎
Maka di dapat jumlah populasi pria dan wanita untuk lantai 1 yaitu 65 orang
pria dan 65 orang wanita. Lantai 2 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 42 orang
pria dan 28 orang wanita. Lantai 3 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 34 orang
pria dan 51 orang wanita. Lantai 4 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 32 orang
pria dan 49 orang wanita. Lantai 5 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 50 orang
pria dan 76 orang wanita.

5.3 Perhitungan Kebutuhan Alat Plambing


Kebutuhan alat plambing adalah salah satu faktor yang harus dipikirkan dalam
merencanakan sistem plambing suatu gedung. Fasilitas sanitasi yang nyaman dan
mudah digunakan akan menambah daya tarik pengguna gedung tersebut. Selain itu,
fasilitas sanitasi yang dipakai harus dapat memakai air dengan efektif dan efisien agar
dapat menghemat biaya pemakaian air bersih. Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan perencanaan penyediaan kebutuhan alat plambing dengan baik.
Untuk menentukan kebutuhan alat plambing setiap gedung dapat diperkirakan
dengan melihat ketentuan/ peraturan resmi yang sudah ditetapkan. Berikut merupakan
tabel plambing berdasarkan jumlah perbandingan pria dan wanita tiap lantai serta
tabel kebutuhan alat plambing untuk pria dan wanita di setiap lantai. Menurut SNI
8153 2015 Tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung untuk tempat

31
berkumpul, fasilitas perdagangan, fasilitas usaha dan SNI 03-6481-2000 Tentang
Ketentuan teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan untuk hunian niaga dan hunian usaha.
Setiap tempat berkumpul (restoran, pubs, lounge, night clubs dan aula
makan), fasilitas usaha, dan fasilitas perdagangan harus di lengkapi sekurang-
kurangnya dengan kloset dan urinal sesuai pada Tabel 5.3.

32
Tabel 5.3 Kebutuhan minimum alat plambing

Jenis Bathtubs/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1: 250 1 tempat
1: 1-50 1:1-25 1: 1-200 1: 1-150 1:1-150 2: 251-500 cuci/jemur
2: 51-150 2:26-50 2:201-300 2: 151-200 2:151-200 3: 501-750
A-2 Tempat 3: 151-300 3:51-100 3:301-400 3: 201-400 4: 201-400
berkumpul 4: 301-400 4:101-200 4:401-600
(restoran, pubs, 6: 201-300
lounge, night 8: 301-400
clubs, dan aula Lebih 400, penambahan 1 Lebih 600, Lebih 400, penmabahan 1 Lebih 750, -
makan) setiap tambahan 250 pria penambahan setiap penambahan 250 penambahan
dan penambahan 1 setiap 1 setiap pria dan penambahan 1 1 setiap
tambahan 125 wanita tambahan setiap tambahan 200 tambahan
300 pria wanita 500 orang
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1 untuk 150 1 tempat
B Fasilitas
1: 1-50 1:1-15 1: 1-200 1: 1-75 1: 1-50 cuci/jemur
Usaha (bank,
2: 51-100 2:16-30 2:201-300 2: 76-150 2:51-100
klinik, cuci
3: 101-200 3:31-50 3:301-400 3: 151-200 3: 101-150
mobil, salon
4: 201-400 4:51-100 4:401-600 4:201-300 4: 151-200
kecantikan,
6: 101-200 5: 301-400 5: 201-300
health carre,
8: 201-400 6: 301-400
laundry dan dry
cleaning, institusi
Lebih 400, penambahan 1 Lebih 600, Lebih 400, penambahan 1 - -
pendidikan,
setiap tambahan 500 pria penambahan setiap penambahan 250
fasilitas training,
dan penambahan 1 setiap 1 setiap pria dan penambahan 1
kantor pos dan
tambahan 150 wanita tambahan setiap tambahan 200
percetakan
300 pria wanita
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1: 1-250 1 tempat
1: 1-100 1:1-100 0: 1-200 1: 1-200 1: 1-200 2: 251-500 cuci/jemur
M Fasilitas
2: 101-200 2:101-200 1: 201-400 2: 201-400 2: 201-300 3: 501-750
Perdagangan
3: 201-400 4:201-300 3: 301-400
6:301-400

33
Jenis Bathtubs/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
Lebih 400, penambahan 1 Lebih 400, Lebih 400, penmabahan 1 Diatas 750 -
setiap tambahan 500 pria penambahan setiap penambahan 500 penambahan
dan penambahan 1 setiap 1 setiap pria dan penambahan 1 1 setiap
tambahan 200 wanita tambahan setiap tambahan 400 tambahan
500 pria wanita 500 orang
Sumber: SNI 8153, 2015

34
Setiap hunian usaha dan hunian kumpulan harus di lengkapi sekurang-
kurangnya dengan bak cuci tangan dan peturanan sesuai pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5.
Dan persyaratan untuk hunian niaga sama dengan persyaratan untuk hunian usaha.

Tabel 5.4 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian Usaha

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


kloset karyawan bak cuci karyawan peturasan karyawan laki-
tangan laki
1 1 ~ 10 1 1 ~ 20 1 31 ~ 75

2 11 ~ 30 2 21 ~ 40 2 76 ~ 185

3 31 ~ 50 3 41 ~ 60 3 186 ~ 305

4 51 ~ 75 4 61 ~ 80

5 76 ~ 105 5 81 ~ 100
6 106 ~ 145 6 101 ~ 125

7 146 ~ 185 7 126 ~ 150

8 186 ~ 225 8 151 ~ 175

9 226 ~ 265 9 176 ~ 205

Karyawan lebih dari Karyawan lebih dari 205 Karyawan lebih dari 305
265 orang, orang, ditambahkan 1 bak orang,ditambahkan 1 peturasan
ditambahkan 1 kloset cuci tangan untuk setiap untuk setiap pertambahan 120
untuk setiap pertambahan 30 orang orang karyawan
pertambahan 40 orang karyawan
karyawan

Sumber : SNI 03 – 6481 – 2000

Tabel 5.5 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian
Kumpulan

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


kloset karyawan bak cuci karyawan peturasan karyawan laki-
tangan laki
1 1 ~ 100 1 1 ~ 100 1 1 ~ 100

2 101 ~ 200 2 101 ~ 200 2 101 ~ 200

3 201 ~ 400 3 201 ~ 400 3 201 ~ 400

4 401 ~ 700 4 401 ~ 700 4 401 ~ 700

35
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
kloset karyawan bak cuci karyawan peturasan karyawan laki-
tangan laki
5 701~ 1100 5 701~ 1100 5 701~ 1100

Pengunjung lebih dari Pengunjung lebih dari Pengunjung lebih dari 1100
1100 orang, 1100 orang, ditambahkan orang,ditambahkan 1 peturasan
ditambahkan 1 kloset 1 bak cuci tangan untuk untuk setiap pertambahan 400
untuk setiap setiap pertambahan 400 orang karyawan
pertambahan 400 orang orang karyawan
pengunjung

Sumber : SNI 03 – 6481 – 2000

36
Tabel 5.6 Perhitungan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai Berdasarkan SNI-8153 2015 dan SNI 03-6481-2000

Berdasarkan Populasi
Populasi (jiwa) Kloset Lavatory Urinal
Lantai
Pria Wanita Pria Wanita Sumber Pria Wanita Sumber Pria Sumber
SNI 8153
SNI 8153 2015 SNI 6481
2015 A.2
1 65 65 2 3 A.2 Tempat 1 1 2000 Hunian 1
Tempat
Berkumpul Kumpulan
Berkumpul
SNI 8153
SNI 8153 2015 SNI 6481
2015 B
2 42 28 1 2 B Fasilitas 3 2 2000 Hunian 1
Fasilitas
Usaha Usaha
Usaha
SNI 8153 2015 SNI 6481 SNI 6481
3 34 51 1 1 M Fasilitas 2 3 2000 Hunian 1 2000 Hunian
Perdagangan Niaga Niaga
SNI 8153 2015 SNI 6481 SNI 6481
4 32 49 1 1 M Fasilitas 2 3 2000 Hunian 1 2000 Hunian
Perdagangan Niaga Niaga
SNI 8153 2015 SNI 6481 SNI 6481
5 50 76 1 1 M Fasilitas 3 4 2000 Hunian 1 2000 Hunian
Perdagangan Niaga Niaga
Sumber: Perhitungan, 2018

37
Pada Tabel 5.6 menunjukan bahwa setiap lantai dengan populasi yang telah di
hitung berdasarkan Data Arsitek Jilid 1 dan 2, dan Kepmen PU No. 10 Tahun 2010,
kemudian di asumsikan antara populasi pria dan wanita yang sudah di tentukan
sebelumnya. Maka dapat tentukan jumlah alat plambing masing-masing pria dan
wanita dari populasi dengan ketentuan minimal alat plambing berdasarkan SNI 8153
2015 dan SNI 6481 2000. Penggunaan SNI 6481 2000 digunakan apabila alat
plambing dalam SNI 8153 2015 tidak ada.
Penentuan alat plambing berdasarkan peruntukan perlantai. Untuk kloset pada
lantai 1 menggunakan asumsi “Tempat Berkumpul” karena sesuai untuk
peruntukannya yaitu retoran; untuk lantai 2 mengunakan asumsi “Fasilitas Usaha”
karena peruntukannya di dominasi oleh ruang kantor; dan lantai 3, 4, 5 menggunakan
asumsi “Fasilitas Perdagangan” karena sesuai untuk peruntukannya yaitu pertokoan.
Untuk lavatory pada lantai 1 menggunakan asumsi “Hunian Kumpulan” karena sesuai
dengan peruntukannya yaitu retoran; lantai 2 menggunakan asumsi “Hunian Usaha”
karena sesuai dengan peruntukannya di dominasi oleh ruang kantor;dan lantai 3, 4, 5
menggunakan asumsi “Hunian Niaga” karena sesuai untuk peruntukannya yaitu
pertokoan, yang mana tabelnya sama dengan persyaratan “Hunian Usaha”. Untuk
urinal pada lantai 1 dan 2 menggunakan SNI 8153 2015 dan untuk lantai 3, 4, 5
menggunakan SNI 6481 2000 sesuai dengan kategori per lantai, hal ini karena pada
SNI 8153 2015 Fasilitas Perdagangan urinal 0 untuk jumlah populasi pria 1-200.

38
5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan jumlah orang/pengguna gedung
dengan standar kebutuhan air (SNI 03-7065, 2005). Dan untuk kebutuhan air bersih
pada gedung dapat berdasarkan dengan pemakaian air rata-rata sehari. Kemudian,
diperhitungkan juga kebutuhan air berdasarkan SNI. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Penggunaan
No. Pemakaian air Satuan
Gedung

Liter/penghuni
1 Rumah tinggal 120
/hari
Liter/penghuni
2 Rumah susun 1001)
/hari
Liter/penghuni
3 Asrama 120
/hari
Liter/tempat tidur
4 Rumah Sakit 5002)
pasien /hari
5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa /hari
6 SLTP 50 Liter/siswa /hari
SMU/SMK dan
7 80 Liter/siswa /hari
lebih tinggi
Liter/penghuni
8 Ruko/Rukan 100
dan pegawai/hari
9 Kantor / Pabrik 50 Liter/pegawai/hari
Toserba, toko
10 5 Liter/m2
pengecer
11 Restoran 15 Liter/kursi
Liter/tempat tidur
12 Hotel berbintang 250
/hari
Hotel Melati/ Liter/tempat tidur
13 150
Penginapan /hari
Gd. pertunjukan,
14 10 Liter/kursi
Bioskop
15 Gd. Serba Guna 25 Liter/kursi
Liter/penumpang
16 Stasiun, terminal 3
tiba dan pergi
Liter/orang
17 Peribadatan 5 (belum dengan
air wudhu)
Sumber: SNI 03-7065-2005

39
Berdasarkan SNI 03-7065-2005, untuk gedung “Mall Arthasuri” standar
pemakaian yang digunakan yaitu kantor/pabrik sebesar 50 liter/pegawai/hari; toserba, toko
pengecer sebesar 5 liter/m2; restoran 15 liter/kursi; dan peribadatan 5 liter/orang.
Qtotal = Jumlah Populasi x Kebutuhan Air per Orang per Hari

Tabel 5.8 Perhitungan Total Kebutuhan Air Bersih

Standar
Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum
Konsum L/h
L/o/h
1 Hypermart 22 5 111
2 KFC 5 15 71
3 Starbucks 5 15 71
4 Mushola 13 5 67
1
6 JCO 5 15 71
7 McDonalds 5 15 71
8 Century 4 5 20
9 Timezone 15 5 74
Total Kebutuhan Air Lt.1 557
Standar
Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum
Konsum L/h
L/o/h
1 Nasi Goreng Mafia 4 15 65,10
2 Bakso Boedjangan 4 15 65,1
3 Clemmons 4 15 65,1
4 Mie Merapi 4 15 65,1
5 Siomay Mayo 4 5 21,7
6 Taichan Goreng 8 15 118,5
7 2 Dum Dum 2 5 10
10 Mas Jay 4 15 65,1
11 A&W 6 15 85,8
12 Kkuldak 4 15 65,1
13 Baskin Robbins 2 5 10
14 Es Teller 77 8 15 118,5
15 Dapur Umum 13 50 640
Total Kebutuhan Air Lt.2 1330,00
Standar Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum Konsum
L/o/h L/o/h
1 H&M 10 5 50,0
2 3 ZARA 10 5 50,0
3 Cotton On 4 5 21,0

40
4 Swatch 4 5 21,0
5 Fossil 4 5 21,0
6 Optik Seis 4 5 21
Stradivarius 15 5 75
Kiehl's 3 5 14
Aldo 4 5 21
7 Kipling 4 5 21
8 WC 2 5 11,2
Total Kebutuhan Air Lt.3 326,20
Standar Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum Konsum
L/o/h L/o/h
1 Uniqlo 15 5 75,00
2 Pull & Bear 8 5 39,00
3 Charles & Keith 4 5 21,00
4 Levis 4 5 21,00
5 Bershka 4 5 21,00
4
Topshop 4 5 21,00
Watson 3 5 14,00
The Body Shop 4 5 21,00
6 ADA 4 5 21,00
7 Polo 4 5 21
8 WC 2 5 11,2
Total Kebutuhan Air Lt.4 286,20
Standar Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum Konsum
L/o/h L/o/h
1 Mango 10 5 50
2 Miniso 5 5 26
3 Marks & Spencer 10 5 50
4 Giordano 10 5 50
5 Rubi 5 5 26
5 Adidas 4 5 21
Puma 4 5 21
Converse 4 5 21
Skechers 4 5 21
6 Planet Sports 4 5 21
7 Wakai 4 5 21
8 WC 15 5 75
Total Kebutuhan Air Lt.5 403,00
Total Kebutuhan air Gedung (Qd) (m3/hari) 2,903
Total Kebutuhan Air Gedung (L/Hari) 2903
Total Kebutuhan Air Per Hari (Qd + Vf) (m3/hari) 3,483
Kapasitas Tanki Bawah/ Ground Reservoir (m3) 3,483

41
Kapasitas Tangki Atas/Roof Tank (m3) 2,719
Sumber: Perhitungan, 2018

42
Contoh perhitungan:
 QKFC = Jumlah Populasi KFC x Standar Kebutuhan air/orang/hari Restoran
= 5 orang x 15 liter/m2
= 75 Liter/hari
 Qd = Qlantai 1 + Qlantai 2 + Qlantai 3 + Qlantai 4 + Qlantai 5
= 557 Liter/hari + 1330 Liter/hari + 326.20 Liter/hari + 286.20 Liter/hari + 403
Liter/hari
= 2902.4 Liter/hari
= 2.9 m3/hari
 Qd + Vf = (100% x Qd) + (20% x Qd)
= (100% x 2.9 m3/hari) + (20% x 2.9 m3/hari)
= 3.48 m3/hari

Setelah di dapatkan kebutuhan air bersih perfungsi ruangan, maka dapat di


tentukan kebutuhan air bersih perlantai dan kebutuhan air bersih gedung “Mall
Arthasuri”. Di dapatkan kebutuhan air bersih gedung “Mall Arthasuri” sebesar 2.9
m3/hari. Dan perlu adanya kebutuhan air untuk hidran yang berguna sebagai cadangan
untuk mengatasi kebocoran, pancuran air, penggunaannya lainnya apabila
penggunaan air berlebih dan di asumsikan 20% dari kebutuhan air bersih gedung.
sehingga di dapat kebutuhan air bersih+hidran sebesar 3.48 m3/hari.
Dan untuk jumlah kebutuhan air bersih pada gedung dengan menganggap
pemakaian air di “Mall Arthasuri” yaitu 12 jam dalam 1 hari di dapat dari pemakaian
air rata-rata yang terbesar. Berikut perhitungan kebutuhan air bersih pada gedung
sesuai pemakaian jam rata-rata sehari sebagai berikut:
𝑄𝑑⁄
𝑄𝑟 = 𝑡
𝑚2
3.48
𝑄𝑟 = ℎ𝑎𝑟𝑖⁄ 3
12 𝑗𝑎𝑚 = 0.29 𝑚 /𝑗𝑎𝑚
Dimana:
Qd = Kebutuhan air bersih pada gedung (m3/hari)
Vf = Kebutuhan air bersih untuk hidran (m3/hari)
Qr = pemakaian air rata-rata (m3/jam)
t = jangka waktu pelayanan (jam)

43
5.5 Sumber Air
Sumber air yang dipakai dalam memenuhi kebutuhan air bersih gedung Mall
Arthasuri berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Kebutuhan air bersih
= 5.16 m3/hari = 0.00004027 m3/detik
Diasumsikan jika PDAM mampu mengalirkan air selama 24 jam/hari dengan
kecepatan 1.5 m/s. Berdasarkan rumus:
1
𝑄=𝑉𝑥𝐴=𝑉𝑥 𝜋𝐷2
4
Maka, diameter pipa service yaitu pipa distribusi yang berasal dari sumber air PDAM
menuju ground water tank sebesar:
(4𝑄) (4 𝑥 0,00004027 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 )
D = √𝑣𝜋 = √ = 0.92 m = 920 mm
1.5 𝑥 𝜋

5.6 Reservoir dan Pompa


Pada gedung Mall Arthasuri perlu ditentukan adanya resesvoir yang
digunakan dalam penyediaan air bersih di gedung ini ada dua yaitu tangki permukaan
tanah (ground tank) dan tangki atas atap (Roof tank). Kedua tangki ini berfungsi
untuk menampung air dan mampu mengatasi debit pada jam puncak, dimana tangki
ground tank menampung air dari sumber air (PDAM) sedangkan roof tank
menampung air dari ground tank. Kedua tangki ini memiliki dimensi yang berbeda
dimana ground tank memiliki kapasitas penampungan yang lebih besar dari pada roof
tank. Dalam menghitung kapasitas ground tank hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa ground tank harus mampu memenuhi kebutuhan satu hari kerja.
Tabel 5.9 Volume Ground Water Tank

Kebutuhan Air Kebutuhan Air Bersih + Volume Ground


Bersih (m3/h) Kebutuhan Hidran (m3/h) Water Tank (m3)
2.90 3.48 3.48

Sumber: Perhitungan,2018

Setelah menghitung kebutuhan air bersih dan kebutuhan hidran didapatkan


Volume Ground Water Tank sebesar 0.58 m3. Berikut ini adalah perhitungan
kebutuhan air bersih, volume ground tank dan roof tank yang dibutuhkan:
Kebutuhan Air = 2.90 m3/h
Faktor Keamanan = 20% x 2.90 m3/h

44
= 0.58 m3/h
Volume Ground Water Tank = 2.90 m3 + 0.58 m3
= 3.48 m3
3
Panjang sisi = √3.48 𝑚3
= 1.5 m ~ 2 m
Roof Tank dihitung dengan menggunakan rumus:

VE = [Qp - Qmax] Tp + (Qpu x Tpu)


Dimana :
VE = Kapasitas Efektif Tangki (m³)
Qp = Kebutuhan Puncak (m³/Jam)
Qmax = Kebutuhan Jam Puncak (m³/Jam)
Qpu = Kapasitas Pompa Pengisi (m³/Jam)
Tp = Jangka Waktu Kebutuhan Puncak (jam)
Tpu = Jangka Waktu Kerja Pompa Pengisi (jam)

Diketahui:

Ci Day = 1,5 - 2 (Fp day adalah 2)


Ci Hour = 3 – 4 (Fp Hour adalah 4)
Jam Kerja = 12 jam
Volume GWT = 3.48 m3
Berapa Volume Roof Tank pada gedung “Mall Arthasuri”?
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐺𝑊𝑇
 Qr = 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛
3.48 m3
= 12 𝑗𝑎𝑚

= 0.29 m³/jam
 Qp = Ci Day x Qr
= 2 x 0.29 m³/jam
= 0.58 m³/jam
 Qmax = Ci Hour x Qr
= 4 x 0.29 m3/jam
= 1.16 m3/jam
 Qpu = Qmax = 1.16 m³/jam

45
 Tp = Asumsi 1 Jam (asumsi waktu kebutuhan puncak pada gedung
Mall Arthasuri)
 Tpu = Asumsi 0.75 jam (asumsi waktu pompa mengisi rooftank)

Sehingga kapasitas Roof Tank adalah:


VE = [Qp - Qmax] Tp + (Qpu x Tpu)
VE = [0.58 m³/jam-1.16 m³/jam]x1 jam+(1.16 m³/jam x 0.75 jam)
VE = 0.29 m³
𝑅𝑜𝑜𝑓 𝑇𝑎𝑛𝑘
% Roof Tank dari Ground Water Tank = 𝐺𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑘 x 100%
0.29 𝑚3
= x 100% = 83 %
3.48 𝑚3

5.7 Perhitungan Dimensi Pipa


Dalam menentukan dimensi pipa harus dilakukan perhitungan, dimana dimensi
pipa air bersih berdasarkan banyaknya alat plambing dan beban unit alat plambing.
Perhitungan dimensi pipa air bersih ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Pipa horizontal : pipa mendatar yang menyalurkan air bersih pada
setiap lantai
2. Pipa riser : pipa vertikal yang menyalurkan air bersih dari roof
tank menuju pangkal pipa horizontal
Tabel 5.10 Salah Satu Segmen Dimensi Pipa Horizontal Air Bersih Mall Arthasuri
Lantai 1
SEGMEN DIMENSI
JENIS ALAT PU (UBAP) JUMLAH ALAT FAKTOR
No PLAMBING
PU (UBAP)
KUMULATIF PLAMBING PEMAKAIAN
PERKALIAN (BAJA
DARI KE KARBON)
1 WC1 A WCT 5 5 1 100 5 32
Sumber, Perhitungan, 2018

46
BAB VI
PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR BUANGAN

6.1 SKEMATIK SISTEM PERENCANAAN


6.1.1 Black Water

Gambar 6.1 Skematik Black Water


Sumber: Autocad, 2018

Pada perencanaan sistem plambing di Gedung Tempat Bimbingan Belajar ini, untuk
sistem pengaliran blackwater dapat dilihat seperti pada Gambar 6.1 diatas. Gambar tersebut
menjelaskan bahwa blackwater yang berasal dari tiap alat plambing di setiap lantai akan
dialirkan kebawah menuju control box yang nantinya akan dialirkan ke tangki septik.

47
6.1.2 Grey Water

Gambar 6.2 Skematik Grey Water


Sumber: Autocad, 2018
Pada perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri ini, untuk sistem pengaliran
greywater tidak jauh berbeda dengan sistem pengaliran blackwater. Dapat dilihat seperti
pada Gambar 6.2 diatas. Gambar tersebut menjelaskan bahwa greywater yang berasal dari
tiap alat plambing di setiap lantai juga akan dialirkan kebawah menuju control box yang
nantinya akan dialirkan ke tangki septik.

48
6.1.3 Vent

Gambar 6.3 Skematik Vent


Sumber: Autocad, 2018

Pada perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri ini, untuk sistem pengaliran pada
vent dapat dilihat seperti pada Gambar 6.3 diatas. Gambar tersebut menjelaskan bahwa udara
atau gas yang dihasilkan dari buangan yang terdapat pada pipa blackwater tiap lantai akan
dialirkan keatas dan dibuang ke udara.

6.2 PENENTUAN DIMENSI PIPA


Perhitungan dimensi dilakukan dengan mempertimbangkan unit beban alat plambing
dari masing-masing alat plambing dan tabel referensi penentuan dimensi pipa berdasarkan
unit beban alat plambing tersebut. Penentuan Dimensi Pipa akan dijelaskan melalui tabel-
tabel berikut ini:
6.2.1 Black Water
Black Water termasuk dalam sistem pembuangan air kotor. Black Water adalah sistem
pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinoar, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya ( black water). Black Water dapat

49
disebutkan pula, merupakan alat plambing yang air buangannya berupa black water adalah
kloset dengan tanki gelontor dan peturasan.
Diameter pipa Black Water dapat dicari melalui penentuan dimensi pipa yang berada
pada sumber Soufyan (1993), data tabel diameter pipa black water hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6.1 Dimensi Pipa Black Water Lantai 1


Dimensi Dimensi
SEGMEN Teoritis Pasaran
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
WCT 1 A WCT 4 4 50 100
WCT 2 A WCT 4 4 50 100
A B - - 8 65 100
WCT 3 C WCT 4 4 50 100
WCT 4 C WCT 4 4 50 100
C D - - 8 65 100
UR 1 D UR 4 4 50 50
D E - - 12 80 100
UR 2 E UR 4 4 50 50
E F - - 16 100 100
UR 3 F UR 4 4 50 50
F B - - 20 100 100
B shaft - - 28 100 100
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.2 Dimensi Pipa Black Water Lantai 2


Dimensi Dimensi
SEGMEN ALAT FU Teoritis Pasaran
DARI KE PLAMBING UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
WCT 1 A WCT 4 4 50 100
WCT 2 A WCT 4 4 50 100
A B - - 8 65 100
WCT 3 B WCT 4 4 50 100
B C - - 12 80 100
WCT 4 C WCT 4 4 50 100
C D - - 16 100 100
WCT 5 D WCT 4 4 50 100
D E - - 20 100 100
WCT 6 E WCT 4 4 50 100
E F - - 24 100 100
WCT 7 F WCT 4 4 50 100
F G - - 28 100 100

50
UR 1 H UR 4 4 50 50
WCT 8 H WCT 4 4 50 100
H I - - 8 65 100
UR 2 I UR 4 4 50 50
I J - - 12 80 100
UR 3 J UR 4 4 50 50
J K - - 16 100 100
WCT 9 K WCT 4 4 50 100
K L - - 20 100 100
WCT 10 L WCT 4 4 50 100
L M - - 24 100 100
WCT 11 M WCT 4 4 50 100
M N - - 28 100 100
WCT 12 N WCT 4 4 50 100
N O - - 32 100 100
WCT 13 O WCT 4 4 50 100
O P - - 36 100 100
WCT 14 P WCT 4 4 50 100
P G - - 40 100 100
G SHAFT - - 68 100 100
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.3 Dimensi Pipa Black Water Lantai 3-5


Dimensi Dimensi
SEGMEN Teoritis Pasaran
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
WCT 1 A WCT 4 4 50 100
WCT 2 A WCT 4 4 50 100
A B - - 8 65 100
WCT 3 B WCT 4 4 50 100
B C - - 12 80 100
WCT 4 C WCT 4 4 50 100
C D - - 16 100 100
UR 1 E UR 4 4 50 50
WCT 5 E WCT 4 4 50 100
E F - - 8 65 100
UR 2 F UR 4 4 50 50
F G - - 12 80 100
UR 3 G UR 4 4 50 50
G H - - 16 100 100
WCT 6 H WCT 4 4 50 100
H I - - 20 100 100
UR 4 I UR 4 4 50 50
I J - - 24 100 100

51
UR 5 J UR 4 4 50 50
J D - - 28 100 100
D shaft - - 44 100 100
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.4 Dimensionering Pipa Tegak Black Water


Diameter
Segmen Alat FU Diameter Teoritis
UBAP Pasaran
Plambing Cum
Dari Ke Ø (mm) Ø (mm)
Lt.5 Lt.4 - - 44 100 100
Lt.4 Lt.3 - - 88 100 100
Lt.3 Lt.2 - - 132 125 125
Lt.2 Lt.1 - - 200 125 125
Lt.1 CB - - 228 150 150
CB ST - - 314 150 150
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

Menentukan Dimensi Pipa Black Water


1. Melihat jalur pipa yang akan dihitung diameternya.
Contoh : ( Lantai 1)
WCT-1  ke A
2. Menentukan FU UBAP untuk Alat Plambing yang akan ditentukan diameternya
Contoh : WCT  FU UBAP WCT = 4
3. Mencari FU Cumulative. FU Cumulative merupakan kumulatif dari FU UBAP
Contoh : FU Cummulative WCT = 4
4. Menentukan diameter pipa dari hasil FU Cummulative  sesuai hasil maka diameter pipa
dari WCT-1 ke A 50 mm ( diameter dari literatur Soufyan, 1993)
5. Diameter diubah menjadi diameter pasaran yaitu 100 mm.
6.2.2 Grey Water
Adalah sistem pembuangan air bekas untuk air buangan yang berasal dari bathtub,
wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol
umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor
terlebih dahulu. Diameter pipa Grey Water dapat dicari melalui penentuan dimensi pipa yang
berada pada sumber Soufyan (1993) data tabel diameter pipa grey water hasil penentuan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

52
Tabel 6.5 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 1
Dimensi Dimensi
SEGMEN Teoritis Pasaran
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
FD 1 A FD 1 1 32 50
FD 2 A FD 1 1 32 50
A B - - 2 40 50
FD3 C FD 1 1 32 50
FD4 C FD 1 1 32 50
C D - - 2 40 50
LV 1 D LV 1 1 32 50
D E - - 3 40 50
LV 2 E LV 1 1 32 50
E B - - 4 50 50
FD 5 F FD 1 1 32 50
FD 6 F FD 1 1 32 50
F G - - 2 40 50
LV 3 G LV 1 1 32 50
G H - - 3 40 50
LV 4 H LV 1 1 32 50
H I - - 4 50 50
B I - - 6 65 65
I shaft - - 10 65 65
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.6 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 2


Dimensi Dimensi
SEGMEN ALAT FU Teoritis Pasaran
DARI KE PLAMBING UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
FD 1 A FD 1 1 32 50
FD 2 A FD 1 1 32 50
A B - - 2 40 50
FD 3 C FD 1 1 32 50
FD 4 C FD 1 1 32 50
C D - - 2 40 50
LV 1 D LV 1 1 32 50
D E - - 3 40 50
FD 5 E FD 1 1 32 50
E F - - 4 50 50
LV 2 F LV 1 1 32 50
F G - - 5 50 50
FD 6 G FD 1 1 32 50
G H - - 6 65 65
LV 3 H LV 1 1 32 50

53
H I - - 7 65 65
FD 7 I FD 1 1 32 50
I J - - 8 65 65
LV 4 J LV 1 1 32 50
J K - - 9 65 65
FD 8 K FD 1 1 32 50
K L - - 10 65 65
LV 5 L LV 1 1 32 50
L M - - 11 80 80
FD 9 M FD 1 1 32 50
M N - - 12 80 80
LV 6 N LV 1 1 32 50
N O - - 13 80 80
LV 7 O LV 1 1 32 50
O P - - 14 80 80
LV 8 P LV 1 1 32 50
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.7 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 3-5


Dimensi Dimensi
SEGMEN ALAT FU Teoritis Pasaran
DARI KE PLAMBING UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
FD 1 A FD 1 1 32 50
FD 2 A FD 1 1 32 50
A B - - 2 40 50
FD 3 C FD 1 1 32 50
FD 4 C FD 1 1 32 50
C D - - 2 40 50
FD 5 D FD 1 1 32 50
D E - - 3 40 50
FD 6 E FD 1 1 32 50
E F - - 4 50 50
LV 1 F LV 1 1 32 50
F G - - 5 50 50
LV 2 G LV 1 1 32 50
G H - - 6 65 65
LV 3 H LV 1 1 32 50
H I - - 7 65 65
LV 4 I LV 1 1 32 50
I B - - 8 65 65
FD 7 J FD 1 1 32 50
FD 8 J FD 1 1 32 50
J Shaft - - 2 40 50
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

54
Table 6.8 Dimensionering Pipa Tegak Grey Water Gedung
Diameter
Segmen Alat FU Diameter Teoritis
UBAP Pasaran
Plambing Cum
Dari Ke Ø (mm) Ø (mm)
Lt.5 Lt.4 - - 15 100 100
Lt.4 Lt.3 - - 30 100 100
Lt.3 Lt.2 - - 45 100 100
Lt.2 Lt.1 - - 76 100 100
Lt.1 CB - - 86 100 100
CB ST - - 314 150 150
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

Menentukan Dimensi Pipa Grey Water


1. Melihat jalur pipa yang akan dihitung diameternya.
Contoh : ( Lantai 1)
FD-1  ke A
2. Menentukan FU UBAP untuk Alat Plambing yang akan ditentukan diameternya
Contoh : FD  FU UBAP FD ( Floor Drain )= 1
3. Mencari FU Cumulative. FU Cumulative merupakan kumulatif dari FU UBAP
Contoh : FU Cummulative FD = 1
4. Menentukan diameter pipa dari hasil FU Cummulative  sesuai hasil maka diameter pipa
dari FD-1 ke A 32 mm ( diameter dilihat dari literatur Soufyan,1993)
5. Diameter diubah menjadi diameter pasaran yaitu 50 mm.

55
6.2.3 Vent
Alat plambing yang menggunakan atau yang dilayani vent adalah alat plambing yang
menghasilkan air buangan black water. Perhitungan dimensi pipanya, sama dengan
perhitungan untuk pipa grey water atau black water tetapi menggunakan tabel referensi yang
berbeda untuk penentuan dimensi berdasarkan UBAP yang dimiliki masing-masing segmen.
Sistem ven merupakan bagian penting dalam sistem suatu pembuangan, sedangkan tujuan
dari sistem ven ini antara lain: Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan ;
Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan; Mensirkulasi udara dalam pipa
pembuangan. Karena tujuan utama dari sistem ven ini adalah menjaga agar perangkap tetap
mempunyai sekat air, oleh karena itu pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Dibawah ini merupakan data hasil penentuan dimensi
vent berdasarkan ketentuan dari literatur ( Soufyan, 1993 ). Ukuran pipa ven didasarkan pada
unit beban alat plambing dari pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pipa ven
tersebut, Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven” di bawah lantai, tidak
boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.
Tabel 6.9 Ukuran dan Panjang Pipa Vent

Sumber: Noerbambang, 1993

56
Berikut ini merupakan hasil perhitungan penentuan dimensi pipa vent :

Tabel 6.10 Dimensi Vent Lantai 1


SEGMEN Dimensi
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm)
WCT-1 A WCT 4 4 40
WCT-2 A WCT 4 4 40
A B - - 8 40
WCT-4 C WCT 4 4 40
WCT-3 C WCT 4 4 40
C B - - 8 40
B D - - 16 50
UR-1 D UR 4 4 40
D E - - 20 50
UR-2 E UR 4 4 40
E F - - 24 65
UR-3 F UR 4 4 40
F SHAFT - - 28 65
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 6.11 Dimensi Vent Lantai 2

SEGMEN Dimensi
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm)
WCT-1 A WCT 4 4 40
WCT-2 A WCT 4 4 40
A B - - 8 40
WCT-3 B WCT 4 4 40
B C - - 12 50
WCT-4 C WCT 4 4 40
C D - - 16 50
WCT-5 D WCT 4 4 40
D E - - 20 50
WCT-6 E WCT 4 4 40
E F - - 24 65
WCT-7 F WCT 4 4 40
F G - - 28 65
UR-1 H UR 4 4 40
UR-2 H UR 4 4 40
H I - - 8 40
UR-3 I UR 4 4 40
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
I P - - 12 50
WCT-8 J WCT 4 4 40
WCT-9 J WCT 4 4 40
J K - - 8 40
WCT-10 K WCT 4 4 40
K L - - 12 50 57
WCT-11 L WCT 4 4 40
L M - - 16 50
WCT-12 M WCT 4 4 40
Tabel 6.12 Dimensi Vent Lantai 3-5
SEGMEN Dimensi
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm)
WCT-3 A WCT 4 4 40
WCT-2 A WCT 4 4 40
A B - - 8 40
WCT-1 B WCT 4 4 40
B C - - 12 50
WCT-4 C WCT 4 4 40
C D - - 16 50
UR-1 E UR 4 4 40
WCT-5 E WCT 4 4 40
E F - - 8 40
UR-2 F UR 4 4 40
F G - - 12 50
UR-3 G UR 4 4 40
G H - - 16 50
WCT-6 H WCT 4 4 40
H I - - 20 50
UR-4 I UR 4 4 40
I J - - 24 65
UR-5 J UR 4 4 40
J D - - 28 65
D SHAFT - - 44 75
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Menentukan Dimensi Pipa Vent


1.Melihat jalur pipa yang akan dihitung diameternya.
Contoh : ( Lantai 1)
WCT-1  ke A
2.Menentukan FU UBAP untuk Alat Plambing yang akan ditentukan diameternya
Contoh : WCT FU UBAP = 4
3.Mencari FU Cumulative. FU Cumulative merupakan kumulatif dari FU UBAP
Contoh : FU Cummulative FD = 1
4. Menentukan diameter pipa dari hasil FU Cummulative  sesuai hasil maka diameter pipa
dari WCT-1 ke A 40 mm ( diameter dilihat dari literatur Soufyan,1993).

58
BAB VII
PERENCAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN

1.1 Penentuan Dimensi Pipa


Skema sistem instalasi perpipaan air hujan pada Mall Arthasuri dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 7.1 Sistem Perpipaan Air Hujan

Sistem penyaluran air hujan untuk Mall Arthasuri ini adalah air hujan dari
bagian atas (atap) ditampung melalui pipa mendatar (gutter) dan disalurkan ke bawah
(tanah) melalui pipa tegak (leader).
1.2 Perhitungan Debit Air Hujan
Faktor yang mempengaruhi perhitungan debit air hujan adalah:
 Jenis atap
 Luas atap pada proyeksi datar
 Curah hujan
Curah hujan rata-rata diasumsikan sebesar = 80 mm/jam = 80 mm = 0,08 m
asumsi ini berdasarkan nilai rata rata curah hujan kota Bandung.

59
1.3 Perhitungan Catchment Area

A C
B D
E F

Gambar 7.2 Segmen Air Hujan di Mall Arthasuri


Sebelum menentukan diameter pipa tegak dan pipa mendatar pembuangan air
hujan maka luas bangunan perlu dibagi terlebih dahulu yakni membagi panjang dan
lebar bangunan dan dibagi sesuai segmen yang di inginkan (Asumsi dibagi menjadi 4
segmen)
Perhitungan Luas Catcment Area :
Luas atap Tiap segmen
A = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2
B = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2
C = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2
D = Panjang x Lebar
= 18 m x 6 m
= 108 m2

60
E = Panjang x Lebar
= 12 m x 6 m
= 72 m2
F = Panjang x Lebar
= 12 m x 6 m
= 72 m2
Luas atap Keseluruhan = (108 m2 x 4) + (72 m2 x 2)
= 576 m2

7.4 Penentuan Dimensi Pipa


Dalam menentukan dimensi pipa talang air baik pipa horsontal dan pipa tegak perlu
diperhatikan curah hujan dan luas catchment area sehingga dapat ditentukan diameter
yang perlu digunakan
Tabel 7.1 Diameter Pipa Horisontal dan Pipa Tegak Talang Air
Luas Curah hujan Pipa Horisontal Pipa
Area
(m2) (mm/jam) (inch) Tegak
A 108 80 4 4
B 108 80 4 4
C 108 80 4 4
D 108 80 4 4
E 72 80 4 4
F 72 80 4 4

Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

61
PUSTAKA

1. Ayuwanjani, R. W. 2008. Budidaya Lele Dumbo Sebagai Alternatif Pengolahan


Limbah Cair Rumah Tangga. SMK Negeri 1 Selong, Lombok Timur.
2. Babbit, Harold E. 1960. Plumbing. McGraw Hill Book Company. United States of
America.
3. Dwidjoseputro. 1981. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
4. Kusnoputranto, Haryoto.1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta.
5. Mara, D., 2004, “Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries”,
Eartscan, USA.
6. Moh. Noerbambang, Soufyan dan Morimura, Takeo. 1993. Perencanaan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
7. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
8. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
9. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
10. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem
Plambing, 2005
11. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada
Bangunan Gedung, 2015.
12. Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta

62

Anda mungkin juga menyukai