MALL ARTHASURI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Plambing dan Peralatan
Instrumentasi (TLA – 206)
Disusun oleh:
Nama : Winda Anisha Ramadhani
NRP : 25-2015-010
Dosen : Anindito Nurprabowo, S.T.
Asisten : Dhuhri Hidayatullah, S.T.
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan
serta kelancaran bagi saya dalam menulis laporan tugas besar yang berjudul Perencanaan Sistem Plambing
Dalam Pembangunan Mall Arthasuri.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi
(TLA - 206). Laporan ini berisi tentang langkah – langkah dalam merencanakan sistem plambing di suatu
gedung, dengan tujuan agar gedung Mall Arthasuri mendapatkan sistem plambing penyediaan air bersih,
penyaluran air buangan, dan sistem plambing ven yang sesuai persyaratan.
Tak lupa saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini, yaitu :
1. Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam setiap kesulitan yang saya alami
dalam pembuatan tugas ini.
2. Bapak Anindito Nurprabowo, S.T., selaku dosen mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi
atas ilmu serta materi dalam perkuliahan yang banyak membantu dalam pembuatan tugas ini.
3. Kang Dhuhri Hidayatullah, S.T., selaku asisten mata kuliah Plambing dan Peralatan Instrumentasi yang
selalu setia memberikan arahan, bimbingan, dukungan, serta koreksi yang melancarkan penyelesaian laporan
ini.
4. Kirana Oktavian W, selaku teman bertukar pikiran yang senantiasa membantu saya mendapatkan
inspirasi dalam penyelesaian tugas besar ini.
5. Windya Sefniza P, teman seperjuangan saya, yang senantiasa menghibur dikala jenuh melanda semasa
dalam proses penyelesaian tugas besar ini.
6. Priska Larasati P, yang senantiasa menemani saya mengerjakan tugas besar, menghibur, mensupport,
dan memberi dukungan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
7. Wahyudi, yang telah dengan ikhlas membantu dan membimbing saya dalam pengerjaan gambar untuk
tugas besar ini.
10. Teman-teman saya yang lain, Gina, Deandra, Bia, Anggi, Eva, dan Dina, yang senantiasa memberikan
semangat.
11. Teman-teman kelompok Plambing-E yang senantiasa memberi dukungan dan meramaikan grup LINE
dengan informasi-informasi berharga.
12. Akang-akang fotokopian yang turut serta melancarkan penyelesaian akhir laporan ini, dan segenap
dukungan yang tak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan atas setiap kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Saya menyadari laporan ini masih ada kekurangan sehingga mengharapkan komentar dan masukan dari
pembaca. Walaupun demikian, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
2
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL .............................................................................................. 6
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... 7
LAMPIRAN
3
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Minum Sesuai Penggunaan Gedung
Tabel 3.2 Tekanan Minimum yang Dibutuhkan Alat Plambing
Tabel 3.3 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal
Tabel 3.4 Nilai Unit Alat Plambing untuk Air Buangan
Tabel 3.5 Beban Maksimum yang Diizinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(Dinyatakan Dalam Unit Beban Alat Plambing)
Tabel 5.1 Perhitungan Populasi Berdasarkan Standar Pengunjung
Tabel 5.2 Perhitungan Perbandingan Populasi Pria dan Wanita
Tabel 5.3 Kebutuhan minimum alat plambing
Tabel 5.4 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian Usaha
Tabel 5.5 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian Kumpulan
Tabel 5.6 Perhitungan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai Berdasarkan SNI-8153 2015 dan
SNI 03-6481-2000
Tabel 5.7 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung
Tabel 5.8 Perhitungan Total Kebutuhan Air Bersih
Tabel 5.9 Volume Ground Water Tank
Tabel 5.10 Salah Satu Segmen Dimensi Pipa Horizontal Air Bersih Mall Arthasuri
Tabel 6.1 Dimensi Pipa Black Water Lantai 1
Tabel 6.2 Dimensi Pipa Black Water Lantai 2
Tabel 6.3 Dimensi Pipa Black Water Lantai 3-5
Tabel 6.4 Dimensionering Pipa Tegak Black Water
Tabel 6.5 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 1
Tabel 6.6 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 2
Tabel 6.7 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 3-5
Table 6.8 Dimensionering Pipa Tegak Grey Water Gedung
Tabel 6.9 Ukuran dan Panjang Pipa Ven
Tabel 6.10 Dimensi Ven Lantai 1
Tabel 6.11 Dimensi Ven Lantai 2
Tabel 6.12 Dimensi Vent Lantai 3-5
Tabel 7.1 Diameter Pipa Horisontal dan Pipa Tegak Talang Air
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Tujuan dari perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri, sebagai berikut:
a) Menyalurkan air bersih tanpa menimbulkan masalah secara teknis pada bangunan
bertingkat
b) Menyalurkan air buangan dan ven tanpa menimbulkan masalah kesehatan ataupun
estetika agar operasional suatu bangunan bertingkat dapat berjalan dengan baik
c) Menghitung populasi di setiap lantai di Mall Arthasuri
d) Menentukan jenis dan jumlah alat plambing yang dibutuhkan di Mall Arthasuri
e) Menghitung kebutuhan air bersih yang dibutuhkan di Mall Arthasuri
f) Menghitung volume ground water tank dan roof tank sesuai kebutuhan air bersih
di Mall Arthasuri
g) Menentukan jalur pipa air bersih, air Bungan, dan ven dengan efektif dan efisien
h) Menentukan dimensi pipa air bersih air buangan, ven dengan efektif dan efesien
i) Menghitung volume air buangan (grey water dan black water) yang dihasilkan
dari Mall Arthasuri
j) Merancang sistem penyaluran air bersih dan air buangan di Mall Arthasuri
1.3 Ruang Lingkup
Pelaksanaan tugas besar ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
a) Merenanakan gedung apa yang akan dibuat dan bagaimana sistem plambingnya.
b) Menghitung kebutuhan air bersih berdasarkan populasi gedung dari jumlah alat
plambingnya.
c) Mengetahui volume groundtank dan rooftank yang akan digunakan.
d) Merancang sistem perpipaan air bersih (jumlah alat plambing, jalur pipa, diameter
pipa, dan gambar-gambar)
e) Menghitung tekanan yang ada pada pipa air bersih
f) Merancang system perpipaan air buangan (jumlah alat plambing, jalur pipa,
diameter pipa, dan gambar-gambar)
g) Menghitung tekanan yang ada pada pipa air buangan
h) Merancang sistem perpipaan air hujan (perhitungan dan gambar)
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan di bahas dalam Tugas Besar ini adalah perencanaan
sistem perpipaan pada bangunan pusat perbelanjaan Mall Arthasuri yang meliputi
sistem perpipaan air bersih, penyaluran air buangan, dan penyaluran gas (vent),
sehingga dalam kondisi sedang berfungsi dalam penggunaannya dapat memberikan
tekanan yang cukup untuk mengalirkan air ke setiap lantai dan sanitasi yang baik.
7
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II REFERENSI
2.1 Standar/Referensi
BAB III DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
3.2 Air Buangan
3.3 Air Hujan
BAB IV Tinjauan Umum Gedung
4.1 Gambaran Umum
4.2 Fungsi Gedung Perencanaan
BAB V PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH
5.1 Skematik Sistem Perencanaan
5.2 Perhitungan Jumlah Populasi
5.3 Perhitungan Kebutuhan Alat Plambing
5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
5.5 Sumber Air
5.6 Reservoir dan Pompa
5.7 Perhitungan Dimensi Pipa
5.8 Kehilangan Tekanan
5.9 Gambar-gambar
BAB VI PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BUANGAN
6.1 Skematik Sistem Perencanaan
6.2 Perhitungan Dimensi Pipa
6.3 Gambar-gambar
BAB VII PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN
7.1 Catchment Area Air Hujan
7.2 Penentuan Dimensi Pipa Air Hujan
8
BAB II
REFERENSI
2.1 Standar/Peraturan
Dalam penulisan laporan tugas besar plambing ini digunakan berbagai
referensi yang didapatkan dari beberapa sumber, antara lain :
1. Noerbambang, Soufyan. Takeo Morimura. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing. Pradnya Paramita: Jakarta
2. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Erlangga: Jakarta
3. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Erlangga: Jakarta
4. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-6381-2000 Tentang Sistem Plambing, 2000.
5. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-7065-2005 Tentang Tata Perencanaan Sistem
Plambing, 2005
6. Standar Nasional Indonesia, SNI 8153-2015 Tentang Sistem Plambing Pada
Bangunan Gedung, 2015.
9
BAB III
DASAR PERENCANAAN
3.1 Air Bersih
Definisi air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan
harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia
yang dapat mencemari air bersih tersebut. (Dwijosaputro, 1981).
3.1.1 Sumber Air
Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah,
contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah
hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini
dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang
memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat).
3.1.2 Karakteristik Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air
minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung
logam berat.
Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah:
a. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih, persyaratan
ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990.
Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa (tawar).
10
Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan
jumlah yang melampaui batas, adapun beberapa persyaratan
kimia tersebut adalah pH, zat padat total, zat organik sebagai
KMn04, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi dan
mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida
(F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).
Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan
parasit seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gastroenteritis.
Syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-
bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan
gamma
b. Persyaratan Kuantitas
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.
c. Persyatan Kontinuitas
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.
11
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh
penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas
bangunan. Kebutuhan air didasarkan dalam kegiatan sehari – hari misalnya
mandi, mencuci, minum & memasak, menyiram tanaman, proses industri dan
lain sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara
umum harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Kebutuhan air bersih
dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain –
lain. Prioritas kebutuhan air meliputi:
a. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga
dan sambungan kran umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada
banyaknya penduduk, persentase yang diberi air dan cara pembagian air
yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum.
b. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk
keperluan rumahtangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air
bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-
tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, militer serta pelayanan jasa
umum lainnya.
c. Kehilangan Air
Kehilangan air pada PDAM diasumsikan sekitar 20 % - 30 %. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
Kebocoran pada pipa distribusi akibat bencana alam ataupun akibat
aktifitas manusia, misalnya: proyek perbaikan jalan dan lain
sebagainya
Pencurian pada beberapa tempat sering kali tidak dapat dihindari
Kerusakan pada peralatan instalasi, misalnya: kerusakan pintu air,
kerusakan pipa besi akibat korosi dan lain sebagainya.
d. Fluktuasi Kebutuhan Air
Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi.
Fluktuasi yang terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air
dalam keseharian oleh masyarakat. Pada umumnya kebutuhan air dibagi
dalam tiga kelompok :
12
Kebutuhan rerata
Kebutuhan harian maksimum
Kebutuhan pada jam puncak
Kualitas air bersih yang baik ada dalam Standar mutu air minum atau air
untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut
disesuaikan dengan standar international yang dikeluarkan oleh WHO.
Standardisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara,
melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama
dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan
air minum.
13
Agar pencemaran air tidak terjadi, dapat ditanggulangi dengan cara-cara
sebagai berikut : (Noerbambang, 1993)
a. Larangan hubungan pintas
Larangan hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem
pipa untuk air minum dan sistem pipa air lainnya berisi air yang tidak
diketahui atau diragukan kualitasnya sehingga air akan dapat mengalir dari
satu sistem ke sistem lainnya.
b. Pencegahan aliran balik (back flow)
Aliran atau cairan lain, zat atau campuran, ke dalam sistem perpipaan air
minum yang berasal dari sumber lain yang bikan untuk air minum.
Pencegahan aliran balik yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Menyediakan celah udara
Memasang pencegah aliran balik
14
suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai
tertinggi bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan dengan alasan-alasan
berikut : - Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat
muka air dalam tangki atap. - Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap
bekerja otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap. - Perawatan
tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki tekan.
Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa
cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam
keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama,
untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera
diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat
langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki
bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang
dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa
utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan
letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di
atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi
menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat
plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja
yang tinggi.
c. Sistem Tangki Tekan
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu kondisi tidak
dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini
adalah sebagai berikut : Air yang telah ditampung dalam tangki bawah,
dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di
dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke dalam suatu
distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu
detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak
pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu
batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini biasanya
ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2 . Daerah yang makin lebar
15
biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk
berhenti, tetapi seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan
plambing. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke
dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali mengembang dan
terkompresi lama kelamaan akan berkurang, karena larut dalam air atau
ikut terbawa keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar
volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70%
volume tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki berisi udara pada
tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai dengan 1,5
kg/cm2 , maka sebenarnya volume efektif air yang mengalir hanyalah
sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar
maka akan diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini
maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan
atmosfer (dengan memasukkan udara kempa ke dalam tangki).
d. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama.
Kelebihan sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan
terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat, apabila
cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi
beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan dapat
menggantikan menara air. Kekurangannya adalah penyediaan air
sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya lebih besar
dibandingkan dengan tangki atap dan harga awal lebih tinggi
dikarenakan harga sistem pengaturannya.
16
dari ground tank ke pompa, dari pompa menuju ke roof tank dan dari roof
tank menuju ke setiap pipa distribusi di tiap lantai. Selain itu, sistem
penyaluran air gedung pun terdiri dari 2 bagian yakni sistem pengaliran ke
atas dan sistem pengaliran ke bawah. Dalam sistem pengaliran ke atas, air
tidak disimpan ke dalam roof tank melainkan langsung didistribusikan ke
setiap alat plambing di tiap lantai. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tekanan yang diberikan oleh PDAM sangat mencukupi. Sedangkan dalam
sistem pengaliran ke bawah, air dialirkan dari ground tank ke roof tank
lalu dialirkan ke setiap lantainya.
b. Pipa Horizontal
Kegunaan dari pipa horizontal atau pipa mendatar adalah menyalurkan air
dari pipe gallery tegak ke setiap alat plambing pada lantai tersebut,
sehingga alat plambing dapat memenuhi kebutuhan air pada saat akan
dipergunakan.
Besarnya laju aliran air yang masuk ke dalam gedung dapat diperkirakan
berdasarkan jumlah pemakai, jenis dan jumlah alat plambing, unit beban
alat plambing, serta pemakaian air terhadap waktu.
Untuk menentukan laju aliran, perkiraan berdasarkan jumlah pemakai
merupakan metode yang praktis. Ini dilakukan dengan menghitung
pemakaian air rata-rata dari setiap penghuni dan perkiraan jumlah
penghuni. Pada tabel 3.1, terdapat perkiraan pemakaian air rata-rata per
hari berdasarkan jenis bangunannya, yaitu :
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Minum Sesuai Penggunaan Gedung
Pemakaian
No Jenis Gedung Satuan
Air
1 Rumah Tinggal 120 liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100 liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 liter/penghuni/hari
4 Rumah Sakit 500 Liter/tempat tidur pasien/hari
5 Sekolah Dasar 40 liter/siswa/hari
6 SLTP 50 liter/siswa/hari
SMU/SMK dan lebih liter/siswa/hari
7 80
tinggi
Ruko/ Rukan 100 liter/penghuni dan
8
pegawai/hari
9 Kantor/ Pabrik 50 liter/pegawai/hari
10 Toserba, toko pengencer 5 Liter/m2
11 Restoran 15 Liter/kursi
17
Pemakaian
No Jenis Gedung Satuan
Air
12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati/ Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
Ged. Pertunjukan, 10 Liter/kursi
14
Bioskop
15 Ged. Serba Guna 25 Liter/kursi
Stasiun, Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan
16
pergi
Peribadatan 5 Liter/orang, (belum dengan
17
air wudhu)
Sumber :SNI 03-7065, 2005
Tekanan yang
No Nama Alat Plambing Diperlukan
(kg/cm2)
1 Katup Gelontor Kloset 0,7
2 Katu Gelontor Peturasan 0,4
3 Kran yang Menutup Otomatik 0,7
4 Pancuran Mandi, dengan Pancara air Halus 0,7
5 Pancuran Mandi Biasa 0,35
6 Kran Biasa 0,3
Sumber: Noerbambang, 1993
18
3.1 AIR BUANGAN
3.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Buangan
Air buangan atau air limbah adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung
kotoran manusia maupun yang mengandung sisa-sisa proses dari industri. Cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum lainnya dan mengandung bahan
atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup (Kusnoputranto, 1985).
Air limbah domestik merupakan air yang telah digunakan dalam berbagai aktivitas di
masyarakat dan tercampur dengan berbagai bahan yang digunakan dalam aktivitas-aktivitas
tersebut. Contohnya berupa buangan dari tubuh manusia atau hasil ekskresi berupa urin dan
feses serta hasil aktivitas lainnya seperti mandi, laundry, pencucian bahan makanan, dan
pencucian alat-alat rumah tangga (Mara, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkunga Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah,
limbah domestic merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan kegiatan permukiman,
rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Limbah cair domestic yang
bersal dari air cucian , seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida.
Berdasarkan bahan-bahan residu yang terkandung dalam air limbah, air limbah
domestik dibagi menjadi dua yaitu air limbah domestik abu-abu (grey water) dan air limbah
domestik hitam (black water) (National Water Commission Australia. 2008 dalam
Padmanabha 2015).
19
3.2.3 Sumber Air Buangan
Sumber dan jenis air limbah Menurut Ayuwanjani (2008), berdasarkan sumbernya air
limbah dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Air limbah rumah tangga (domestik), adalah air limbah yang berasal dari kegiatan
hunian, seperti rumah tinggal, hotel, sarana pendidikan, perkantoran, pasar dan fasilitas
pelayanan. Air limbah domestik dapat dikelompokan menjadi, air buangan kamar
mandi, air buangan WC dan air buangan dapur atau cucian.
b. Air limbah industri, adalah air limbah yang berasal dari kegiatan industri, seperti
pabrik kertas logam, tekstil, kulit, pangan (makanan dan minuman), industri kimia,
perikanan dan lainnya.
c. Air limbah atau rembesan air hujan, adalah air limbah yang melimpas di atas
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya hujan.
20
terlebih dahulu dalam suatu bak penampung (septic tank). Pengecualian untuk aliran air
hujan, ditampung pada reservoir buangan khusus air hujan (sump pit) kemudian dialirkan
langsung ke saluran kota.
Diameter pipa
Kemiringan minimum
(mm)
22
Tabel 3.4 Nilai Unit Alat Plambing untuk Air Buangan
FU
Alat Plambing
Pribadi Umum
Bathtub (BT) 2 4
Floor Drain (FD) 1 2
Kitchen Sink (KS) 2 4
Lavatory (LV) 1 2
Shower (SH) 2 4
Urinoir (UR) - 5
23
Tabel 3.5 Beban Maksimum yang Diizinkan Untuk Perpipaan Air Buangan
(Dinyatakan Dalam Unit Beban Alat Plambing)
25
BAB IV
TINJAUAN UMUM GEDUNG
26
BAB V
PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH
27
dari buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang, 1993) dan
untuk standar pengunjung di dapat dari Kepmen PU No. 10 Tahun 2010 dan Data
Arsitek Jilid 1 dan 2 (Neufert, 1996). Berikut hasil perhitungan populasi di “Mall
Arthasuri” dapat dilihat pada Tabel 5.1 terdapat di lembar selanjutnya.
Tabel 5.1 Perhitungan Populasi Berdasarkan Standar Pengunjung
28
Luas Luas Efektif Standar Pengunjung
Jumlah
Lantai Fungsi Ruang Ruangan %
Luas Standar Satuan Pengunjung
(m2) Efektif
10 Kipling 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
11 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 2
Total Pengunjung Lt.3 65
1 Uniqlo 75 60% 45 3 m2/orang 15
2 Pull & Bear 39 60% 23,4 3 m2/orang 8
3 Charles & Keith 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
4 Levis 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
5 Bershka 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
6 4 Topshop 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
7 Watson 21 40% 8,4 3 m2/orang 3
8 The Body Shop 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
9 ADA 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
10 Polo 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
11 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 2
Total Pengunjung Lt.4 57
1 Mango 50 60% 30 3 m2/orang 10
2 Miniso 39 40% 15,6 3 m2/orang 5
3 Marks & Spencer 50 60% 30 3 m2/orang 10
4 Giordano 21 60% 12,6 3 m2/orang 10
5 Rubi 21 60% 12,6 3 m2/orang 5
6 Adidas 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
5
7 Puma 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
8 Converse 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
9 Skechers 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
10 Planet Sports 75 60% 45 3 m2/orang 4
11 Wakai 21 60% 12,6 3 m2/orang 4
12 WC 11,2 60% 6,72 3 m2/orang 15
Total Pengunjung Lt. 5 81
Sumber: Perhitungan, 2018
29
karyawan sebesar 4 m2/orang dan ruang kantor pimpinan bagian 20 m2/orang di dapat
dari Data Arsitek Jilid 2; unuk ruang bermain (diatas 18 tahun) 1.5 m 2/orang dan
ruang bermain (0-6 tahun) 0.6 m2/orang di dapat dari Data Arsitek Jilid 1.
Untuk luas efektif yang ada di gedung Mall Arthasuri di tentukan berdasarkan
asumsi dari buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang,
1993), luas efektif pada gedung Mall ini merupakan persentase luasan lahan yang bisa
di gunakan oleh pengunjung/konsumen dan karyawan dibandingkan dengan luas
lahan keseluruhan, dimana sisa dari luas efektif digunakan untuk barang-barang
keperlukan perfungsi ruangan. Untuk toserba, toko pengecer, restoran, ruang bermain
memilki luas efektif 60% karena lahan untuk pengunjung dan karyawan lebih besar
dari lahan untuk barang, supaya memiliki space yang lebih luas dan penggunaan
seperti rak-rak, lemari, tempat kasir, dll berarti sebesar 40%. Dan untuk musholla
memiliki luas efektif 90% karena luas lahan untuk shalat lebih besar di banding
barang-barang di dalam ruangannya (seperti rak shalat untuk mukena, sajadah, dan
sarung).
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk penentuan luas efektif dan
populasi perfungsi ruangan, perlantai, dan gedung, sebagai berikut:
Contoh perhitungan (untuk KFC) dengan % luas efekttif 60% dan standar pengunjung
3 m2/orang.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 ) = % 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑚2 )
= 60% 𝑥 23,7 𝑚2 = 14.22 𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑚2 )
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑚2 /orang
14.22 𝑚2
= 3 𝑚2 /orang = 5 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
30
Setelah mengetahui populasi perlantai, dapat menentukan populasi pria dan
wanita denga rasio yang di gunakan berdasarkan asumsi. Untuk lantai 1 dengan
perbandingan pria 50% dan wanita 50% karena pada lantai 1 di dominasi untuk
restoran yang mana sebagai ruang makan. Untuk lantai 2 dengan perbandingan pria
60% dan wanita 40% karena pada lantai 2 di dominasi unruk ruang karyawan yang
mana karyawannya di dominasi oleh pria. Dan lantai 3, 4, 5 dengan perbandingan pria
40% dan wanita 60% karena pada lantai ini di gunakan untuk shopping center yang
mana di dominasi pengunjung lebih banyak dari wanita.
Untuk menentukan populasi pria dan wanita di tiap lantai nya sebagai berikut:
Contoh perhitungan (Lantai 1 dengan populasi 130 orang, perbandingan pria 50% dan
wanita 50%):
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = % 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑎 = 50% 𝑥 130 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 65 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑎
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 = 50% 𝑥 130 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 65 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎
Maka di dapat jumlah populasi pria dan wanita untuk lantai 1 yaitu 65 orang
pria dan 65 orang wanita. Lantai 2 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 42 orang
pria dan 28 orang wanita. Lantai 3 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 34 orang
pria dan 51 orang wanita. Lantai 4 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 32 orang
pria dan 49 orang wanita. Lantai 5 jumlah populasi pria dan wanita yaitu 50 orang
pria dan 76 orang wanita.
31
berkumpul, fasilitas perdagangan, fasilitas usaha dan SNI 03-6481-2000 Tentang
Ketentuan teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan untuk hunian niaga dan hunian usaha.
Setiap tempat berkumpul (restoran, pubs, lounge, night clubs dan aula
makan), fasilitas usaha, dan fasilitas perdagangan harus di lengkapi sekurang-
kurangnya dengan kloset dan urinal sesuai pada Tabel 5.3.
32
Tabel 5.3 Kebutuhan minimum alat plambing
Jenis Bathtubs/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1: 250 1 tempat
1: 1-50 1:1-25 1: 1-200 1: 1-150 1:1-150 2: 251-500 cuci/jemur
2: 51-150 2:26-50 2:201-300 2: 151-200 2:151-200 3: 501-750
A-2 Tempat 3: 151-300 3:51-100 3:301-400 3: 201-400 4: 201-400
berkumpul 4: 301-400 4:101-200 4:401-600
(restoran, pubs, 6: 201-300
lounge, night 8: 301-400
clubs, dan aula Lebih 400, penambahan 1 Lebih 600, Lebih 400, penmabahan 1 Lebih 750, -
makan) setiap tambahan 250 pria penambahan setiap penambahan 250 penambahan
dan penambahan 1 setiap 1 setiap pria dan penambahan 1 1 setiap
tambahan 125 wanita tambahan setiap tambahan 200 tambahan
300 pria wanita 500 orang
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1 untuk 150 1 tempat
B Fasilitas
1: 1-50 1:1-15 1: 1-200 1: 1-75 1: 1-50 cuci/jemur
Usaha (bank,
2: 51-100 2:16-30 2:201-300 2: 76-150 2:51-100
klinik, cuci
3: 101-200 3:31-50 3:301-400 3: 151-200 3: 101-150
mobil, salon
4: 201-400 4:51-100 4:401-600 4:201-300 4: 151-200
kecantikan,
6: 101-200 5: 301-400 5: 201-300
health carre,
8: 201-400 6: 301-400
laundry dan dry
cleaning, institusi
Lebih 400, penambahan 1 Lebih 600, Lebih 400, penambahan 1 - -
pendidikan,
setiap tambahan 500 pria penambahan setiap penambahan 250
fasilitas training,
dan penambahan 1 setiap 1 setiap pria dan penambahan 1
kantor pos dan
tambahan 150 wanita tambahan setiap tambahan 200
percetakan
300 pria wanita
Pria Wanita Pria Pria Wanita - 1: 1-250 1 tempat
1: 1-100 1:1-100 0: 1-200 1: 1-200 1: 1-200 2: 251-500 cuci/jemur
M Fasilitas
2: 101-200 2:101-200 1: 201-400 2: 201-400 2: 201-300 3: 501-750
Perdagangan
3: 201-400 4:201-300 3: 301-400
6:301-400
33
Jenis Bathtubs/
Kloset Urinal Kamar Mandi Pancuran Lainnya
Penggunaan Shower
Lebih 400, penambahan 1 Lebih 400, Lebih 400, penmabahan 1 Diatas 750 -
setiap tambahan 500 pria penambahan setiap penambahan 500 penambahan
dan penambahan 1 setiap 1 setiap pria dan penambahan 1 1 setiap
tambahan 200 wanita tambahan setiap tambahan 400 tambahan
500 pria wanita 500 orang
Sumber: SNI 8153, 2015
34
Setiap hunian usaha dan hunian kumpulan harus di lengkapi sekurang-
kurangnya dengan bak cuci tangan dan peturanan sesuai pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5.
Dan persyaratan untuk hunian niaga sama dengan persyaratan untuk hunian usaha.
Tabel 5.4 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian Usaha
2 11 ~ 30 2 21 ~ 40 2 76 ~ 185
3 31 ~ 50 3 41 ~ 60 3 186 ~ 305
4 51 ~ 75 4 61 ~ 80
5 76 ~ 105 5 81 ~ 100
6 106 ~ 145 6 101 ~ 125
Karyawan lebih dari Karyawan lebih dari 205 Karyawan lebih dari 305
265 orang, orang, ditambahkan 1 bak orang,ditambahkan 1 peturasan
ditambahkan 1 kloset cuci tangan untuk setiap untuk setiap pertambahan 120
untuk setiap pertambahan 30 orang orang karyawan
pertambahan 40 orang karyawan
karyawan
Tabel 5.5 Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan dan Peturasan untuk Hunian
Kumpulan
35
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
kloset karyawan bak cuci karyawan peturasan karyawan laki-
tangan laki
5 701~ 1100 5 701~ 1100 5 701~ 1100
Pengunjung lebih dari Pengunjung lebih dari Pengunjung lebih dari 1100
1100 orang, 1100 orang, ditambahkan orang,ditambahkan 1 peturasan
ditambahkan 1 kloset 1 bak cuci tangan untuk untuk setiap pertambahan 400
untuk setiap setiap pertambahan 400 orang karyawan
pertambahan 400 orang orang karyawan
pengunjung
36
Tabel 5.6 Perhitungan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai Berdasarkan SNI-8153 2015 dan SNI 03-6481-2000
Berdasarkan Populasi
Populasi (jiwa) Kloset Lavatory Urinal
Lantai
Pria Wanita Pria Wanita Sumber Pria Wanita Sumber Pria Sumber
SNI 8153
SNI 8153 2015 SNI 6481
2015 A.2
1 65 65 2 3 A.2 Tempat 1 1 2000 Hunian 1
Tempat
Berkumpul Kumpulan
Berkumpul
SNI 8153
SNI 8153 2015 SNI 6481
2015 B
2 42 28 1 2 B Fasilitas 3 2 2000 Hunian 1
Fasilitas
Usaha Usaha
Usaha
SNI 8153 2015 SNI 6481 SNI 6481
3 34 51 1 1 M Fasilitas 2 3 2000 Hunian 1 2000 Hunian
Perdagangan Niaga Niaga
SNI 8153 2015 SNI 6481 SNI 6481
4 32 49 1 1 M Fasilitas 2 3 2000 Hunian 1 2000 Hunian
Perdagangan Niaga Niaga
SNI 8153 2015 SNI 6481 SNI 6481
5 50 76 1 1 M Fasilitas 3 4 2000 Hunian 1 2000 Hunian
Perdagangan Niaga Niaga
Sumber: Perhitungan, 2018
37
Pada Tabel 5.6 menunjukan bahwa setiap lantai dengan populasi yang telah di
hitung berdasarkan Data Arsitek Jilid 1 dan 2, dan Kepmen PU No. 10 Tahun 2010,
kemudian di asumsikan antara populasi pria dan wanita yang sudah di tentukan
sebelumnya. Maka dapat tentukan jumlah alat plambing masing-masing pria dan
wanita dari populasi dengan ketentuan minimal alat plambing berdasarkan SNI 8153
2015 dan SNI 6481 2000. Penggunaan SNI 6481 2000 digunakan apabila alat
plambing dalam SNI 8153 2015 tidak ada.
Penentuan alat plambing berdasarkan peruntukan perlantai. Untuk kloset pada
lantai 1 menggunakan asumsi “Tempat Berkumpul” karena sesuai untuk
peruntukannya yaitu retoran; untuk lantai 2 mengunakan asumsi “Fasilitas Usaha”
karena peruntukannya di dominasi oleh ruang kantor; dan lantai 3, 4, 5 menggunakan
asumsi “Fasilitas Perdagangan” karena sesuai untuk peruntukannya yaitu pertokoan.
Untuk lavatory pada lantai 1 menggunakan asumsi “Hunian Kumpulan” karena sesuai
dengan peruntukannya yaitu retoran; lantai 2 menggunakan asumsi “Hunian Usaha”
karena sesuai dengan peruntukannya di dominasi oleh ruang kantor;dan lantai 3, 4, 5
menggunakan asumsi “Hunian Niaga” karena sesuai untuk peruntukannya yaitu
pertokoan, yang mana tabelnya sama dengan persyaratan “Hunian Usaha”. Untuk
urinal pada lantai 1 dan 2 menggunakan SNI 8153 2015 dan untuk lantai 3, 4, 5
menggunakan SNI 6481 2000 sesuai dengan kategori per lantai, hal ini karena pada
SNI 8153 2015 Fasilitas Perdagangan urinal 0 untuk jumlah populasi pria 1-200.
38
5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan jumlah orang/pengguna gedung
dengan standar kebutuhan air (SNI 03-7065, 2005). Dan untuk kebutuhan air bersih
pada gedung dapat berdasarkan dengan pemakaian air rata-rata sehari. Kemudian,
diperhitungkan juga kebutuhan air berdasarkan SNI. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung
Penggunaan
No. Pemakaian air Satuan
Gedung
Liter/penghuni
1 Rumah tinggal 120
/hari
Liter/penghuni
2 Rumah susun 1001)
/hari
Liter/penghuni
3 Asrama 120
/hari
Liter/tempat tidur
4 Rumah Sakit 5002)
pasien /hari
5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa /hari
6 SLTP 50 Liter/siswa /hari
SMU/SMK dan
7 80 Liter/siswa /hari
lebih tinggi
Liter/penghuni
8 Ruko/Rukan 100
dan pegawai/hari
9 Kantor / Pabrik 50 Liter/pegawai/hari
Toserba, toko
10 5 Liter/m2
pengecer
11 Restoran 15 Liter/kursi
Liter/tempat tidur
12 Hotel berbintang 250
/hari
Hotel Melati/ Liter/tempat tidur
13 150
Penginapan /hari
Gd. pertunjukan,
14 10 Liter/kursi
Bioskop
15 Gd. Serba Guna 25 Liter/kursi
Liter/penumpang
16 Stasiun, terminal 3
tiba dan pergi
Liter/orang
17 Peribadatan 5 (belum dengan
air wudhu)
Sumber: SNI 03-7065-2005
39
Berdasarkan SNI 03-7065-2005, untuk gedung “Mall Arthasuri” standar
pemakaian yang digunakan yaitu kantor/pabrik sebesar 50 liter/pegawai/hari; toserba, toko
pengecer sebesar 5 liter/m2; restoran 15 liter/kursi; dan peribadatan 5 liter/orang.
Qtotal = Jumlah Populasi x Kebutuhan Air per Orang per Hari
Standar
Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum
Konsum L/h
L/o/h
1 Hypermart 22 5 111
2 KFC 5 15 71
3 Starbucks 5 15 71
4 Mushola 13 5 67
1
6 JCO 5 15 71
7 McDonalds 5 15 71
8 Century 4 5 20
9 Timezone 15 5 74
Total Kebutuhan Air Lt.1 557
Standar
Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum
Konsum L/h
L/o/h
1 Nasi Goreng Mafia 4 15 65,10
2 Bakso Boedjangan 4 15 65,1
3 Clemmons 4 15 65,1
4 Mie Merapi 4 15 65,1
5 Siomay Mayo 4 5 21,7
6 Taichan Goreng 8 15 118,5
7 2 Dum Dum 2 5 10
10 Mas Jay 4 15 65,1
11 A&W 6 15 85,8
12 Kkuldak 4 15 65,1
13 Baskin Robbins 2 5 10
14 Es Teller 77 8 15 118,5
15 Dapur Umum 13 50 640
Total Kebutuhan Air Lt.2 1330,00
Standar Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum Konsum
L/o/h L/o/h
1 H&M 10 5 50,0
2 3 ZARA 10 5 50,0
3 Cotton On 4 5 21,0
40
4 Swatch 4 5 21,0
5 Fossil 4 5 21,0
6 Optik Seis 4 5 21
Stradivarius 15 5 75
Kiehl's 3 5 14
Aldo 4 5 21
7 Kipling 4 5 21
8 WC 2 5 11,2
Total Kebutuhan Air Lt.3 326,20
Standar Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum Konsum
L/o/h L/o/h
1 Uniqlo 15 5 75,00
2 Pull & Bear 8 5 39,00
3 Charles & Keith 4 5 21,00
4 Levis 4 5 21,00
5 Bershka 4 5 21,00
4
Topshop 4 5 21,00
Watson 3 5 14,00
The Body Shop 4 5 21,00
6 ADA 4 5 21,00
7 Polo 4 5 21
8 WC 2 5 11,2
Total Kebutuhan Air Lt.4 286,20
Standar Jumlah
no Lantai Fungsi Ruang Populasi Konsum Konsum
L/o/h L/o/h
1 Mango 10 5 50
2 Miniso 5 5 26
3 Marks & Spencer 10 5 50
4 Giordano 10 5 50
5 Rubi 5 5 26
5 Adidas 4 5 21
Puma 4 5 21
Converse 4 5 21
Skechers 4 5 21
6 Planet Sports 4 5 21
7 Wakai 4 5 21
8 WC 15 5 75
Total Kebutuhan Air Lt.5 403,00
Total Kebutuhan air Gedung (Qd) (m3/hari) 2,903
Total Kebutuhan Air Gedung (L/Hari) 2903
Total Kebutuhan Air Per Hari (Qd + Vf) (m3/hari) 3,483
Kapasitas Tanki Bawah/ Ground Reservoir (m3) 3,483
41
Kapasitas Tangki Atas/Roof Tank (m3) 2,719
Sumber: Perhitungan, 2018
42
Contoh perhitungan:
QKFC = Jumlah Populasi KFC x Standar Kebutuhan air/orang/hari Restoran
= 5 orang x 15 liter/m2
= 75 Liter/hari
Qd = Qlantai 1 + Qlantai 2 + Qlantai 3 + Qlantai 4 + Qlantai 5
= 557 Liter/hari + 1330 Liter/hari + 326.20 Liter/hari + 286.20 Liter/hari + 403
Liter/hari
= 2902.4 Liter/hari
= 2.9 m3/hari
Qd + Vf = (100% x Qd) + (20% x Qd)
= (100% x 2.9 m3/hari) + (20% x 2.9 m3/hari)
= 3.48 m3/hari
43
5.5 Sumber Air
Sumber air yang dipakai dalam memenuhi kebutuhan air bersih gedung Mall
Arthasuri berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Kebutuhan air bersih
= 5.16 m3/hari = 0.00004027 m3/detik
Diasumsikan jika PDAM mampu mengalirkan air selama 24 jam/hari dengan
kecepatan 1.5 m/s. Berdasarkan rumus:
1
𝑄=𝑉𝑥𝐴=𝑉𝑥 𝜋𝐷2
4
Maka, diameter pipa service yaitu pipa distribusi yang berasal dari sumber air PDAM
menuju ground water tank sebesar:
(4𝑄) (4 𝑥 0,00004027 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 )
D = √𝑣𝜋 = √ = 0.92 m = 920 mm
1.5 𝑥 𝜋
Sumber: Perhitungan,2018
44
= 0.58 m3/h
Volume Ground Water Tank = 2.90 m3 + 0.58 m3
= 3.48 m3
3
Panjang sisi = √3.48 𝑚3
= 1.5 m ~ 2 m
Roof Tank dihitung dengan menggunakan rumus:
Diketahui:
= 0.29 m³/jam
Qp = Ci Day x Qr
= 2 x 0.29 m³/jam
= 0.58 m³/jam
Qmax = Ci Hour x Qr
= 4 x 0.29 m3/jam
= 1.16 m3/jam
Qpu = Qmax = 1.16 m³/jam
45
Tp = Asumsi 1 Jam (asumsi waktu kebutuhan puncak pada gedung
Mall Arthasuri)
Tpu = Asumsi 0.75 jam (asumsi waktu pompa mengisi rooftank)
46
BAB VI
PERENCANAAN SISTEM PEMIPAAN AIR BUANGAN
Pada perencanaan sistem plambing di Gedung Tempat Bimbingan Belajar ini, untuk
sistem pengaliran blackwater dapat dilihat seperti pada Gambar 6.1 diatas. Gambar tersebut
menjelaskan bahwa blackwater yang berasal dari tiap alat plambing di setiap lantai akan
dialirkan kebawah menuju control box yang nantinya akan dialirkan ke tangki septik.
47
6.1.2 Grey Water
48
6.1.3 Vent
Pada perencanaan sistem plambing di Mall Arthasuri ini, untuk sistem pengaliran pada
vent dapat dilihat seperti pada Gambar 6.3 diatas. Gambar tersebut menjelaskan bahwa udara
atau gas yang dihasilkan dari buangan yang terdapat pada pipa blackwater tiap lantai akan
dialirkan keatas dan dibuang ke udara.
49
disebutkan pula, merupakan alat plambing yang air buangannya berupa black water adalah
kloset dengan tanki gelontor dan peturasan.
Diameter pipa Black Water dapat dicari melalui penentuan dimensi pipa yang berada
pada sumber Soufyan (1993), data tabel diameter pipa black water hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
50
UR 1 H UR 4 4 50 50
WCT 8 H WCT 4 4 50 100
H I - - 8 65 100
UR 2 I UR 4 4 50 50
I J - - 12 80 100
UR 3 J UR 4 4 50 50
J K - - 16 100 100
WCT 9 K WCT 4 4 50 100
K L - - 20 100 100
WCT 10 L WCT 4 4 50 100
L M - - 24 100 100
WCT 11 M WCT 4 4 50 100
M N - - 28 100 100
WCT 12 N WCT 4 4 50 100
N O - - 32 100 100
WCT 13 O WCT 4 4 50 100
O P - - 36 100 100
WCT 14 P WCT 4 4 50 100
P G - - 40 100 100
G SHAFT - - 68 100 100
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
51
UR 5 J UR 4 4 50 50
J D - - 28 100 100
D shaft - - 44 100 100
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
52
Tabel 6.5 Dimensi Pipa Grey Water Lantai 1
Dimensi Dimensi
SEGMEN Teoritis Pasaran
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm) Φ (mm)
FD 1 A FD 1 1 32 50
FD 2 A FD 1 1 32 50
A B - - 2 40 50
FD3 C FD 1 1 32 50
FD4 C FD 1 1 32 50
C D - - 2 40 50
LV 1 D LV 1 1 32 50
D E - - 3 40 50
LV 2 E LV 1 1 32 50
E B - - 4 50 50
FD 5 F FD 1 1 32 50
FD 6 F FD 1 1 32 50
F G - - 2 40 50
LV 3 G LV 1 1 32 50
G H - - 3 40 50
LV 4 H LV 1 1 32 50
H I - - 4 50 50
B I - - 6 65 65
I shaft - - 10 65 65
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
53
H I - - 7 65 65
FD 7 I FD 1 1 32 50
I J - - 8 65 65
LV 4 J LV 1 1 32 50
J K - - 9 65 65
FD 8 K FD 1 1 32 50
K L - - 10 65 65
LV 5 L LV 1 1 32 50
L M - - 11 80 80
FD 9 M FD 1 1 32 50
M N - - 12 80 80
LV 6 N LV 1 1 32 50
N O - - 13 80 80
LV 7 O LV 1 1 32 50
O P - - 14 80 80
LV 8 P LV 1 1 32 50
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
54
Table 6.8 Dimensionering Pipa Tegak Grey Water Gedung
Diameter
Segmen Alat FU Diameter Teoritis
UBAP Pasaran
Plambing Cum
Dari Ke Ø (mm) Ø (mm)
Lt.5 Lt.4 - - 15 100 100
Lt.4 Lt.3 - - 30 100 100
Lt.3 Lt.2 - - 45 100 100
Lt.2 Lt.1 - - 76 100 100
Lt.1 CB - - 86 100 100
CB ST - - 314 150 150
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
55
6.2.3 Vent
Alat plambing yang menggunakan atau yang dilayani vent adalah alat plambing yang
menghasilkan air buangan black water. Perhitungan dimensi pipanya, sama dengan
perhitungan untuk pipa grey water atau black water tetapi menggunakan tabel referensi yang
berbeda untuk penentuan dimensi berdasarkan UBAP yang dimiliki masing-masing segmen.
Sistem ven merupakan bagian penting dalam sistem suatu pembuangan, sedangkan tujuan
dari sistem ven ini antara lain: Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan ;
Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan; Mensirkulasi udara dalam pipa
pembuangan. Karena tujuan utama dari sistem ven ini adalah menjaga agar perangkap tetap
mempunyai sekat air, oleh karena itu pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Dibawah ini merupakan data hasil penentuan dimensi
vent berdasarkan ketentuan dari literatur ( Soufyan, 1993 ). Ukuran pipa ven didasarkan pada
unit beban alat plambing dari pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pipa ven
tersebut, Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven” di bawah lantai, tidak
boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.
Tabel 6.9 Ukuran dan Panjang Pipa Vent
56
Berikut ini merupakan hasil perhitungan penentuan dimensi pipa vent :
SEGMEN Dimensi
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm)
WCT-1 A WCT 4 4 40
WCT-2 A WCT 4 4 40
A B - - 8 40
WCT-3 B WCT 4 4 40
B C - - 12 50
WCT-4 C WCT 4 4 40
C D - - 16 50
WCT-5 D WCT 4 4 40
D E - - 20 50
WCT-6 E WCT 4 4 40
E F - - 24 65
WCT-7 F WCT 4 4 40
F G - - 28 65
UR-1 H UR 4 4 40
UR-2 H UR 4 4 40
H I - - 8 40
UR-3 I UR 4 4 40
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
I P - - 12 50
WCT-8 J WCT 4 4 40
WCT-9 J WCT 4 4 40
J K - - 8 40
WCT-10 K WCT 4 4 40
K L - - 12 50 57
WCT-11 L WCT 4 4 40
L M - - 16 50
WCT-12 M WCT 4 4 40
Tabel 6.12 Dimensi Vent Lantai 3-5
SEGMEN Dimensi
DARI KE ALAT PLAMBING FU UBAP FU CUM Φ (mm)
WCT-3 A WCT 4 4 40
WCT-2 A WCT 4 4 40
A B - - 8 40
WCT-1 B WCT 4 4 40
B C - - 12 50
WCT-4 C WCT 4 4 40
C D - - 16 50
UR-1 E UR 4 4 40
WCT-5 E WCT 4 4 40
E F - - 8 40
UR-2 F UR 4 4 40
F G - - 12 50
UR-3 G UR 4 4 40
G H - - 16 50
WCT-6 H WCT 4 4 40
H I - - 20 50
UR-4 I UR 4 4 40
I J - - 24 65
UR-5 J UR 4 4 40
J D - - 28 65
D SHAFT - - 44 75
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
58
BAB VII
PERENCAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR HUJAN
Sistem penyaluran air hujan untuk Mall Arthasuri ini adalah air hujan dari
bagian atas (atap) ditampung melalui pipa mendatar (gutter) dan disalurkan ke bawah
(tanah) melalui pipa tegak (leader).
1.2 Perhitungan Debit Air Hujan
Faktor yang mempengaruhi perhitungan debit air hujan adalah:
Jenis atap
Luas atap pada proyeksi datar
Curah hujan
Curah hujan rata-rata diasumsikan sebesar = 80 mm/jam = 80 mm = 0,08 m
asumsi ini berdasarkan nilai rata rata curah hujan kota Bandung.
59
1.3 Perhitungan Catchment Area
A C
B D
E F
60
E = Panjang x Lebar
= 12 m x 6 m
= 72 m2
F = Panjang x Lebar
= 12 m x 6 m
= 72 m2
Luas atap Keseluruhan = (108 m2 x 4) + (72 m2 x 2)
= 576 m2
61
PUSTAKA
62