Anda di halaman 1dari 7

CARA MENENTUKAN TITIK PENGEBORAN PALING AKURAT

Sabtu, April 06, 2013 Muhammad Ikram Mj 10 comments


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

SUMUR BOR DALAM / ARTESIS


Sumur Bor dalam (DEEP WELL DRILLING) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan penggunaan Filter Air untuk memproses air baku yang tidak memenuhi syarat air bersih
menjadi air bersih.
Penggunaan Filter air memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang cukup merepotkan serta
membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi.
Dengan menggunakan SUMUR BOR DALAM (DEEP WELL DRILLING) masalah tersebut bisa
diatasi karena kecenderungan kondisi tanah yang memiliki kandungan air yang jelek / tidak
memenuhi syarat air bersih tersebut biasanya berkisar di kedalaman 12 m s/d 40 meter.
Khusus untuk dilokasi yang memiliki kadar Garam yang tinggi, semisal di daerah pesisir pantai ,
kedalaman pengeboran bisa mencapai diatas 100 meter untuk memperoleh air bersih. hanya saja
kualitas dari air di kedalam ini memiliki kontur warna tersendiri dan juga suhu diatas suhu air biasa
.
Akan tetapi kualitas air ini layak untuk digunakan sebagai air bersih untuk mandi, cuci dan
kegiatan komersial lainnya.
SUMUR BOR DALAM / ARTESIS MENGATASI AIR KUNING, BAU / ZAT BESI YANG
TINGGI
Di sebagian besar wilayah Indonesia, banyak dikeluhkan kondisi air yang kuning, Bau besi atau
bau karat serta mengandung Zat besi ( Fe ) yang diambang batas yang diperbolehkan oleh
PDAM/PAM.
Hal ini dikeluhkan karena sifatnya yang merusak jika digunakan, Kondisi ini banyak merugikan
pengguna air, Biasanya dengan melakukan pengeboran yang dalam Kondisi air ini dapat diatasi,
hanya saja di beberapa daerah kondisi pengeboran yang dikarenakan lokasi di kedalaman tertentu
memiliki kontur tanah berbatu sehingga untuk beberapa perusahaan pengeboran local (Tukang
Pantek sumur) tidak dapat diatasi karena keterbatasan alat-alat pengeboran.
SUMUR BOR DALAM / ARTESIS UNTUK MENGATASI AIR ASIN / BERGARAM
Di beberapa daerah di pesisir pantai kebutuhan air tanah atau air tawar juga sangat tinggi ,
dikarenakan air tanah yang tawar ini merupakan kebutuhan vital bagi sumber kehidupan penduduk
di sekitarnya.
Hanya saja kegiatan explorasi untuk memperoleh air tawar dan bersih di lokasi pesisir pantai dirasa
cukup sulit hal ini dikarenakan pengeboran yang relative sangat dalam bahkan bisa mencapai 200
meter lebih.
Dengan pembuatan sumur bor air dalam/artesis kesulitan untuk memperoleh air bersih ini dapat
dilakukan dengan baik, dan banyak hotel, resort yang dipinggir pantai memanfaatkan sumber air
ini untuk aktifitas komersial mereka.
PENENTUAN TITIK PENGEBORAN :
Dengan menggunakan Geolistrik
Salah satu tekhnik untuk menentukan titik pengeboran dengan lokasi yang memiliki cekung
air/sumber air yang banyak (AKUIFER) adalah dengan metoda GEOLISTRIK.
Metoda ini memerlukan lahan untuk dilakukan survey yang cukup luas untuk mencari cekungan
air (AKUIFER) di dalam tanah. Dengan menggunakan tekhnik RESISTIVITY maka dapat
ditentukan tahanan yang disesuaikan dengan kontur tanah/jenis batuan yang merupakan sumber
air. Sehingga dapat ditentukan kedalaman yang ideal untuk mencapai air yang cukup banyak dan
kualiatas yang baik. Dikarenakan Peralatan GEOLISTRIK ini cukup mahal, maka setiap
pengeboran melakukan survey terlebih dahulu.
Kegiatan survey GEOLISTRIK ini bisa memperoleh informasi keadaan tanah hingga 150 meter.

Dengan menggunakan Geo Electromagnetic Satellite Scan


Penentuan titik pengeboran dengan metoda GEO ELECTROMAGNETIC SATELLITE SCAN
(BELAH BUMI) lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan peralatan Geolistrik.
Karena Geo Electromagnetic Satellite Scan mampu melacak :

1. Lebar Sungai Bawah Tanah


2. Arah Aliran Sungai Bawah Tanah
3. Membaca hingga kedalaman 400 mtr dibawah tanah
4. Mengetahui Struktur Tanah secara detail
5. Mengetahui frekwensi Aliran Air tanah
6. Mengetahui kedalaman Jalur Sungai Bawah Tanah
7. Mengetahui Conductivity Struktur Tanah

Akurasi ketepatan geolistrik hanya 50% sedangkan Geo Electromagnetic Satellite Scan 90%
Seringkali Clay basah dibaca air oleh peralatan Geolistrik. Geo Electromagnetic Satellite Scan
hanya membaca air yang mengalir di dalam tanah sehingga untuk pengeboran jaran sekali
mengalami air kering setelah proses pengeboran selesai.

Berikut adalah contoh hasil Scan Geo Electromagnetic Satellite Scan :


Sistem Proteksi Pompa
Agar pompa dapat beroperasi dengan baik, terdapat prosedur proteksi standar yang diterapkan
pada pompa sentrifugal.
Beberapa standar minimum paling tidak terdiri dari:
1. Proteksi terhadap aliran balik.
Aliran keluaran pompa dilengkapi dengan check valve yang membuat aliran hanya bisa berjalan
satu arah,
searah dengan arah aliran keluaran pompa.
2. Proteksi terhadap overload.
Beberapa alat seperti pressure switch low, flow switch high, dan overload relay pada motor pompa
dipasang
pada sistem pompa untuk menghindari overload.
3. Proteksi terhadap vibrasi.
Vibrasi yang berlebihan akan menggangu kinerja dan berkemungkinan merusak pompa.
Beberapa alat yang ditambahkan untuk menghindari vibrasi berlebihan ialah vibration switch dan
vibration monitor.
4. Proteksi terhadap minimum flow.
Peralatan seperti pressure switch high (PSH), flow switch low (FSL), dan return line yang
dilengkapi dengan control valve
dipasang pada sistem pompa untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat tidak terpenuhinya
minimum flow.
5. Proteksi terhadap low NPSH available.
Apabila pompa tidak memiliki NPSHa yang cukup, aliran keluaran pompa tidak akan mengalir
dan fluida terakumulasi dalam pompa.
Beberapa peralatan safety yang ditambahkan pada sistem pompa ialah level switch low (LSL) dan
pressure switch low (PSL).
Beberapa istilah khusus yang sering berkaitan dengan pompa, ialah:
1. TDH = Total Dynamic Head, yaitu besarnya head pompa. Merupakan selisih antara head
discharge dengan head suction; terkadang disebut head atau total head.
2. BEP = Best Efficiency Point, yaitu kondisi operasi dimana pompa bekerja paling
optimum.
3. NPSHr = Net Positive Suction Head required, yaitu nilai head absolut dari inlet pompa
yang dibutuhkan agar tidak terjadi kavitasi.
4. NPSHa = Net Positive Suction Head available, yaitu nilai head absolut y ang tersedia
pada inlet pompa.
5. Kavitasi, yaitu kondisi dimana terjadinya bubble (gelembung udara) di dalam pompa
akibat kurangnya NPSHa (terjadi vaporisasi) dan pecah pada saat bersentuhan dengan
impeller atau casing. Agar tidak terjadi kavitasi, maka NPSHa harus lebih besar dari
NPSHr.
6. Minimum flow, yaitu flow rate yang terkecil yang dibutuhkan agar pompa beroperasi
dengan baik. Apabila laju alir lebih rendah dari minimum flow, pompa dapat mengalami
kerusakan.
7. Efficiency, yaitu besarnya perbandingan antara energi yang dipakai (input) dengan energi
output pompa.
8. BHP = brake horsepower, yaitu power (daya) yang dibutuhkan oleh pompa untuk bisa
bekerja sesuai dengan kurvanya; memiliki satuan hp.

Sumber : http://borartetis.blogspot.com

V. PEMOMPAAN UJI

Setelah konstruksi sumur selesai, Penyedia Jasa harus mempersiapkan pemompaan uji.
Pengujian yang akan dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pemompaan uji pendahuluan (Preliminary Pumping Test)
b. Uji debit tetap (Constant Rest Test)

Penyedia Jasa harus menyediakan semua peralatan, pekerjaan, bahan bakar dan semua
kebutuhan lain untuk selama periode waktu pemompaan uji, kecuali jika ditetapkan atau
diinstruksikan lain oleh Pengguna Jasa.

a. Peralatan Pemompaan uji


Peralatan yang dibutuhkan untuk pemompaan uji adalah sebagai berikut :

1. Alat Pemompaan
Pemompaan uji dilaksanakan dengan jenis pompa (Turbin/Sentrifugal/ Submersible) yang
mempunyai kapasitas tidak kurang dari ( 20 l/dt dengan head pengisap tidak kurang dari
40 m untuk sumur dalam - DTW ) lengkap dengan mesin pengerak dan pengatur debit.
2. Alat Pengukur Debit
Debit pemompa diukur dan diamati dengan mengunakan kotak pengukur debit yang
dilengkapi dengan alat ukur Thompson Type “V-Nocth” atau “ Orifice Weir” atau “Flow
Meter”

3. Alat Pengukur Muka Air


Permukaan air dalam sumur diukur dengan indikator muka air dengan ketelitian
pengukur paling tidak 1 (satu) cm dan mengunakan tenaga listrik (battery) atau
mengunakan Sounding Meter.

4. Alat Pelengkap Lainnya


Untuk melaksanakan pengukuran yang tepat dan sesuai dengan periode waktu yang
ditentukan maka dibutuhkan “Stop Watch” atau jam, meteran, EC meter, Blangko-
blangko, flash light, tenaga pengamat, tali temali, jerigen sampel air, semua biaya
ditanggung kontraktor.

b. Pemompaan Uji Pendahuluan


Setelah pemasangan pompa uji selesai, Penyedia Jasa harus melaksanakan pemompaan uji
pendahuluan yaitu dengan melakukan pemompaan pada sumur tersebut dengan debit
maksimum pompa selama 2 (dua) jam dari dan dari setelah pompa berhenti dilaksanakan
pengukuran kambuhnya muka air (Recovery) atau seperti yang diinstruksikan oleh Pengguna
Jasa.

Tujuan dari pemompaan uji pendahuluan adalah untuk melakukan pemeriksaan terhadap
hasil development sumur untuk memperoleh gambaran umum tentang hubungan debit
pemompaan dan pengukuran muka air sehingga air debit pemompaan pada tiap tingkat dari
uji penurunan bertingkat dapat ditentukan.

Oleh sebab itu Penyedia Jasa diharuskan melakukan pengamatan terhadap debit, kedalaman
muka air dan kandungan pasir dari air yang dipompa sesuai dengan yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa, apabila hasil pemompaan uji pendahuluan menunjukan bahwa development
sumur belum sempurna maka Pengguna Jasa berhak memberikan instruksi untuk
melanjutkan development sumur dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya.

Setelah segala persyaratan pengujian dianggap telah memenuhi oleh Pengguna Jasa maka
Penyedia Jasa dapat mempersiapkan pelaksanaan uji penurunan bertingkat.

c. Uji debit tetap (Constant Rest Test)


Setelah permukaan air dalam sumur pulih dari uji penurunan bertingkat maka Penyedia Jasa harus
melaksanakan uji debit tetap yaitu melakukan pemompaan dengan debit tetap selama 72 (tujuh
puluh dua) jam secara terus menerus. Debit pemompaan ditentukan oleh Pengguna Jasa
berdasarkan uji penurunan bertingkat. Pengamanan terhadap debit pemompaan harus
dilaksanakan paling tidak sekali tiap jam supaya debit pemompaan dapat dipertahankan stabil.

Penyedia Jasa harus melaksanakan pengamatan terhadap penurunan muka air tanah pada sumur
yang dipompa. Apabila kondisi lapangan memungkinkan maka disamping melaksanakan
pengamatan paling tidak 2 (dua) sumur tabung yang terdapat dalam radius 1200 meter dari
sumur yang dipompa dan 1 (satu) sumur gali yang terdapat dalam radius 400 meter dari sumur
yang dipompa, sumur yang diukur tanpa dipompa tersebut selanjutnya didebut sebagai sumur
pengamat.

Waktu sejak pemompaan dimulai interval waktu pengukuran


0 - 10 menit Setiap 1 menit
10 - 25 menit setiap 3 menit
25 - 60 menit setiap 5 menit
1 - 2 jam setiap 10 menit
2 - 3 jam setiap 15 menit
3 - 6 jam setiap 30 menit
6 - 24 jam setiap 1 jam
24 - 48 jam setiap 2 jam
48 - 72 jam setiap 3 jam

Selama pelaksanaan pemompaan uji debit tetap, Penyedia Jasa juga harus melaksanakan
pengukuran terhadap PH, temperatur, dan EC air yang dipompa, pengukuran dilaksanakan paling
tidak 4 kali selama pemompaan dengan kurun waktu kira-kira 24 jam.
Penyedia Jasa harus menjaga supaya lokasi pemompaan uji bebas dari genangan air permukaan
atau air hujan serta air hasil pemompaan uji itu sendiri, sehingga tidak mempengaruhi pengujian.
Untuk itu sebelum pelaksanaan pemompaan uji Penyedia Jasa harus membuat saluran
pembuangan untuk menyalurkan air yang dipompa ketempat yang jauh dari sumur tanpa
menimbulkan kerugian pihak lain.
Apabila pemompan berhenti sebelum waktu yang ditentukan karena kerusakan mesin atau
kehabisan bahan bakar, maka Penyedia Jasa harus mengulangi pemompaan uji dan biaya yang
telah dikeluarkan untuk pemompaan sebelum berhenti sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.

VI. ANALISA KUALITAS AIR

Pada waktu pemompaan uji ditiap sumur, Penyedia Jasa harus mengambil air sumur untuk
dianalisa. Pengambilan contoh air dilaksanakan pada menjelang berakhirnya pemompaan air
debit tetap sebanyak 2 (dua) contoh untuk setiap sumur dengan volume masing-masing tidak
kurang 1 (satu) liter. Contoh air tersebut disimpan dalam botol poly ethylene yang sebelum
dipakai harus dicuci dan dibilas dengan air sumur tersebut paling tidak sebanyak 3 (tiga) kali,
kemudian diisi penuh sehingga tidak ada udara yang tertinggal didalamnya, lalu ditutup
dengan rapat pada masing-masing jerigen dicantumkan nomor sumur, lokasi dan tanggal
pengambilan air sumur tersebut.
Penyedia Jasa harus melakukan analisa kimia terhadap salah satu contoh air tersebut dengan
segera yaitu dengan mengirimkan pada laboratorium yang disetujui Pengguna Jasa.

Contoh air kedua harus segera dikimkan pada Pengguna Jasa dikantor proyek untuk diamati.
Analisa kimia air minimal yang harus dilakukan terhadap parameter sebagai berikut :

A. Fisika B. Kimia
1. Kekeruhan (Turbidity) 9. Mangan (Mn)
2. pH (Derajad Keasaman) 10. Allumunium (Al)
3. Conductivity 11. Besi (Fe)
4. Temperatur 12. Nitrit (NO2)
5. TDS (Total Dissolved Solid) 13. Nitrat (NO3)
6. Warna 14. Sulfat (SO4)
7. Bau 15. Kesadahan (CaCO3)
8. Salinitas 16. Calsium (Ca/l)
17. Magnesium (Mg/l)

Kandungan-kandungan zat kimia diukur dan dinyatakan dalam satuan ppm serta diberikan
rekomendasi dari laboratorium penguji tentang memenuhi syarat atau tidaknya air tersebut
dipakai sebagai Air Minum. Prosentase kesalahan maksimum yang diizinkan untuk dianalisa
kimia dari contoh air dari tiap sumur ditetapkan sebagai berikut:

TDS (ppm) 50 100 200 500 1.000 2.000

% Kesadahan max
Yang diizinkan 15 7 5 4 3 2

Apabila hasil analisis kimia contoh dari air dari suatu sumur menyimpang dari yang telah
ditentukan maka Penyedia Jasa harus melakukan analisa ulang terhadap contoh sumur
tersebut dengan biaya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai