Anda di halaman 1dari 26

ASPEK DESAIN LAHAN

URUG (LANDFILL) PART


1
BY ISRA’ SURYATI
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memilih teknologi landfill,
merancang sistem, komponen sistem, beserta
prosesnya untuk memenuhi kebutuhan dalam
proses akhir limbah padat
KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN
Mahasiswa mampu menjelaskan aspek desain landfill
Mahasiswa mampu menjelaskan pembagian zona dalam landfill
Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pelapis dasar
Mahasiswa mampu menentukan klasifikasi tanah dengan metode USDA atau USCS
Mahasiswa mampu menentukan kriteria desain sistem penutup akhir
ASPEK DESAIN LAHAN URUG
PEMBAGIAN AREA PENGURUGAN
SISTEM PELAPIS DASAR (LINER)
SISTEM PENGUMPUL & PENGOLAH LINDI
SARANA FASILITAS PENANGANAN BIOGAS
DRAINASE AIR PERMUKAAN
PEMBAGIAN AREA LANDFILL
Lahan area efektif pengurugan
Zone operasi merupakan bagian dari lahan landfill yang digunakan untuk jangka waktu panjang misalnya
1 – 3 tahun.

Lahan efektif selanjutnya dapat dibagi dalam sub-zone, atau blok operasi dengan lebar masing-masing
sekitar 25 m. Setiap bagian tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa strip. Pengurugan sampah
harian dilakukan pada strip yang ditentukan, yang disebut working face. Setiap working face biasanya
mempunyai lebar maksimum 25 m, yang merupakan lebar sel sampah.

Blok operasi merupakan bagian dari lahan landfill yang digunakan untuk penimbunan sampah selama
periode operasi jangka menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Luas blok operasi sama dengan luas sel
dikalikan perbandingan periode operasi.
PEMBAGIAN
AREA EFEKTIF
PENGURUGAN
SISTEM PELAPIS DASAR
KOMPONEN UTAMA LINER

• Lapisan terbawah sbg penahan resapan lindi ke air tanah,


LAPISAN KEDAP bisa dari bahan lamiah atau geosintetis

LAPISAN MEDIA • Bisa pasir/kerikil, atau geosintetis sbg media mengalirkan


lindi menuju saluran pengumpul (biasanya pipa)
DRAINASE
LAPISAN MEDIA • Sbg pelindung lapisan kedap dari pelintasan kendaraan
dan gangguan-gangguan lainnya
PELINDUNG
Gambar
design
liner
Gambar design liner
LAPISAN KEDAP
Tanah/tanah liat (clay) Tanah-tanah sealant

Liner tercampur (beton


Membran polimer
aspal, tanah semen,
sintetis: ex: HDPE
tanah aspal)

Pelapis ditebar (aspal


dengan semburan udara, Liner komposit
lateks karet & plastik)
PELAPIS DASAR ALAMIAH

• Tanah liat (clay) dengan PI = 10 -15%, LL = 25-30%,


Fraksi partikel < 0,074 mm = 40 – 50% dan
kandungan liat = 18 – 25%

PELAPIS DASAR GEOSINTETIS

PELAPIS DASAR • Geotekstil sbg filter (permeabel, filtrasi)


• Geonet sbg sarana drainase (pengganti kerikil)
• Geomembran & geokomposit sbg lapisan pengendap
cth HDPE

PELAPIS BERCAMPUR

• Dibentuk langsung di lapangan spt beton aspal,


semen tanah dan aspal tanah
SISTEM KLASIFIKASI TANAH
US Department of • Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan
Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA,
Agriculture Soil 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003).
• Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kategori, yaitu: 1.
Conservation Service Ordo (Order) 2. Subordo (Sub-Order) 3. Grup (Great group) 4.
(USDA) Sub-grup (Subgroup) 5. Famili (Family) 6. Ser

• Pada prinsipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis


Unified Soil tanah yaitu tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) dan tanah
berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah digolongkan dalam
Classification System butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan no.
200. Sementara itu tanah digolongkan berbutir halus jika lebih
(USCS) dari 50% lolos dari saringan no. 200.
KLASIFIKASI TANAH USDA
Tabel :
Proporsi
Fraksi
menurut Kelas
Tekstur Tanah
KLASIFIKASI TANAH USCS
KLASIFIKASI TANAH USDA DAN USCS
Beberapa karakteristik tanah yang terkait dalam aplikasi liner berbasis tanah adalah:
Kelembaban tanah (soil moisture content) dinyatakan sebagai % : perbandingan volume air
dalam tanah dengan total volume yang ditempati tanah, air dan rongga pori.
Total porositas : kadar air yang tersimpan pada waktu jenuh. Pada 100 % saturasi, merupakan
rasio volume air terhadap total volume :
◦ Field capacity : kadar air yang tersimpan setelah periode pengaliran gravitasi yang panjang dari kondisi
jenuh, dinyatakan pula sebagai sebagai kandungan air pada tekanan kapiler 1/3 bar.
◦ Wilting point : Kandungan air terendah yang masih dapat dicapai tanaman dengan transpirasi atau
pengeringan, yaitu kandungan air dimana tanaman akan secara permanen menjadi layu
◦ Kelulusan atau permeabilitas atau kadang disebut sebagai hydraulic conductivity : tingkat dimana air
dialirkan melalui tanah jenuh dibawah unit tekanan gradient.
SISTEM TANAH DAN TANAH LIAT
ALAMIAH
Tanah setempat merupakan pilihan
pertama.
Bila tidak layak  tanah dari luar
Bentonit : sifat-sifat yang baik sebagai
campuran liner (disebar, dicampur atau
dipadatkan)  liat, porous, daya sorpsi
yang besar, dan dapat menyimpan cairan
sehingga sistem liner menjadi
impermeabel.
SISTEM PENUTUP AKHIR
Aplikasi penutup akhir pada lahan-urug akan Pengurangan kemungkinan kebakaran
memegang peranan penting. Fungsi yang dengan mencegah emisi udara ke dalam,
diharapkan adalah: Penjamin stabilitas lahan-urug akibat
Pengontrol gerakan air ke sarana supaya kemungkinan bergeraknya massa limbah,
timbulan lindi dibatasi, Pencegah kemungkinan erosi,
Pengontrol limpasan air agar ke luar sarana, Pengontrol terbangnya debu,
Pengontrol binatang atau vektor-vektor Pengatur tampilan lahan-urug dari sudut
penyakit yang dapat memasukkan penyakit pada estetika,
ekosistem,
Penjamin agar tanaman/tumbuhan dapat
Pengaman terhadap adanya kontak langsung
tumbuh secara baik setelah sarana ditutup.
limbah dengan manusia,
Pengontrol terhadap gas yang terbentuk
sehingga tidak menurunkan kualitas udara,
SISTEM
PENUTUP
AKHIR
Lapisan harian

• Lapisan ini berfungsi untuk mencegah tersebarnya sampah,


mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan
binatang/vektor penyakit dan mencegah kebakaran.
Ketebalan lapisan adalah 20-30 cm dalam keadaan padat.
Jenis
penutupan Lapisan antara

sampah dengan • Sebagai kontrol terhadap pembentukan gas akibat proses


dekomposisi sampah yang memungkinkan pencegahan
lapisan tanah, kebakaran.
• Pelintasan kendaraan di atasnya: lapisan ini mempunyai
yaitu ketebalan antara 30 cm – 50 cm dalam keadaan padat

Lapisan akhir

• lapisan ini disesuaikan dengan tata guna lahan pasca


operasi. Ketebalan minimum yang disyaratkan adalah 50 cm
dalam keadaan padat.
Lapisan penutup tanah akhir terdiri dari
Lapisan pendukung
• berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan
permukaan bukit. ketebalan smpi 10 cm

Lapisan kedap
• berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau
bentukannya dengan persyaratan yangsama dengan pembentukan lapisan dasar. Memiliki ketebalan lapisan 45
cm.

Lapisan Penutup
• berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan penutup bukit. Bahan yang sesuai adalah campuran antara
pasir, lanau dan lempung dengan prosentase perbandingan lanau. lempung, dan pasir yang hampir sama.
• Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban (Moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15
cm. Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik (pupuk)
Penilaian jenis tanah sebagai penutup timbunan
Rekapitulasi Rencana Penutupan
no parameter satuan kriteria
Tanah penutup dengan kelulusan maksimum m 1 X 10-6
Tanah penutup final dengan kelulusan maksimum m 1 X 10-7
Tebal tanah penutup harian m 0.20 – 0.30
Tebal tanah penutup antara cm 30 -50
Tebal tanah penutup final m 0.50 – 0.60
Tebal tanah setelah penutup akhir m 0.40
Rasio tanah penutup % 15-20
Tanah penutup mempunyai grading dengan kemiringan  30
Tanah penutup merupakan campuran antara clay, silt dan sand dengan
perbandingan yang kurang lebih sama.
Kemiringan lapisan sampah % 15-20
Lapisan akhir memiliki kemiringan % 30

Anda mungkin juga menyukai