Anda di halaman 1dari 2

AL-QOWAIDUL KHAMSAH

 ‫( االمور بمقاصدها‬segala sesuatu tergantung tujuan)


1. Dasar hukum: ‫انما االعمال بالنيات‬
“segala sesuatu bergantung pada niat”
2. Penjelasan
Dalam hadits diatas yang diriwayatkan terhadap orang-orang terpercaya seperti Umar dan
ali bin abi thalib, Sahnya segala sesuatu itu digantungkan pada niat maksudnya adalah
bahwa Semua aktivitas sehari-hari itu tergantung pada niat seseorang apakah itu negatif
atau positif, Dan segala sesuatu itu berkaitan dengan hati, akal dan pikiran.Maksud niat
adalah untuk membedakan ibadah dari adat yang serupa dengannya. Begitu juga fungsi niat
untuk membedakan antara satu bentuk ibadah dengan ibadah lainnya. Berdasarkan tujuan
dan maksud niat dibagi menjadi 2:
1. Untuk membedakan antara ibadah dengan adat, contoh seperti wudhu dan puasa
2. Untuk membedakan tingkatan antara ibadah sunah dan wajib. Contoh seperti, kita
membedakan antara sholat yang satu dengan yang lain dari sisi niat sehingga kita
bisa membedakannya.
3. Menurut kitab al-Muhadzdzab memberi batasan, bahwa setiap niat fardhu harus disertai
dengan penyebutan (ta'yil). Jadi, harus menggunakan lafadz agar masuk dalam syariat.
4. Suatu ibadah ditentukan, sementara niat menentukan tidak disyaratkan secara
5. terperinci,yaitu:
1. Penyebutan ibadah tidak disyaratkan terperinci
2. Perkara yang penentuannya disyaratkan
3. Perkara yang wajib diucapkan secara umum dan tidak wajib diucapkan secara
terperinci
6. Fungsi niat adalah disyaratkannya penyebutan fardhu dalam niat.
1) Disyaratkan penyebutan ada’ dan qadha’.
2) Disyaratkan penyebutan niat qadha’, dan tidak penyebutan niat ada’
3) Disyaratkan penyebutan ada’ apabila memiliki tanggungan shalat qadha’.
Pendapat ini didukung oleh Imam al-Mawardi.
4) Tidak disyaratkan penyebutan ada’ atau qadha’ secara mutlak,
 ‫بالشك يزال ال االيقين‬keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan sebab keraguan)
1. Dasar Hukum
‫"يسمع صوتا أويجد ريحاز‬

Ketika salah satu diantara kalian menemukan sesuatu di perutnya, lalu sangsi
apakah keluar sesuatu atau tidak ? Maka jangan keluar dari masjid sampai
mendengarkan suara atau menemukan bau (kentut) . (HR. Muslim )
2. Penjelasan
Terdapat 8 kaidah dalam keraguan ini :
1. Kaidah baqa' ma kana alama kana, sebelum datang hukum baru maka hukum
lama tetap berlaku. Contoh: Orang yang yakin suci tapi ragu apakah dia sudah
batal/ belum, maka dihukumi suci.
2. Kaidah baraah adz-dzimah
Berlaku terbebas dari tanggungan hak orang lain bagi yang belum ditetapkan.
3. Kaidah man syakka hal fa’ala syai’an am la, fal ashl annahu lam yaf’alhu
(orang yang ragu, apakah telah melakukan sesuatu atau belum, maka hukum
asalnya adalah sungguh ia belum melakukannya)
4. Kaidah man tayaqqana al-fi’la wa syak fi al-qalil au al-katsir hummail ‘ala
alqalil (orang yang yakin telah melakukan suatu perbuatan, dan ragu tentang
sedikit banyaknya, maka dihukumi baru melakukan yang sedikit)
5. Kaidah al-ashl al-‘adam (hukum asal pada hak adami adalah tidak ada
ketetapan atau tanggungan kepada orang lain).
6. Kaidah al-ashl fi kulli hadis taqdiruh bi aqrab zaman (hukum asal setiap
perkara yang baru datang adalah mengira-ngirakannya terjadi pada waktu
yang paling dekat.
7. Kaidah al-ashl fi al-abdha’ at-tahrim,
8. Kaidah al-ashl fi al-kalam al-haqiqah
3. ‫(يسر تجلب المشقة‬kesulitan menuntut kemudahan)
Sebab-sebab rukhsah ada tujuh yaitu: Saafar, sakit,keterpaksaan, lupa,
ketidaktahuan,kesulitan dan sifat kurang. Macam macam rukhsah ada wajib, sunah,
mubah, makruh dan khilaf al ula.
4. ‫(الضرريزال‬bahaya harus dicegah)
Level kondisi yaitu darurat, hajat , manfaat, zinah dan fudhul. Kaidah seperti, Kebolehan
karena uzur dan akan hilang ketika uzurnya hilang. Segala sesuatu
yang dibolehkan karena uzur atau darurat, maka hukum kebolehannya akan
batal sebab uzur atau daruratnya hilang, Tidak boleh menghilangkan bahaya atau
kerugian orang dengan tindakan yang berakibat membahayakan atau merugikan orang
lain.
5. ‫(العادةمحكمة‬kebiasaan bisa dijadikan sebagai hukum)
a. legalitas adat ada tiga:
1) Cukup sekali
2. Harus terulang
3. Berulang kali sampai muncul dugaan kuat adat tersebut tidak berubahubah
b. Kaidah ‘adah mu’tabarah, adat bisa dijadikan pijakan hukum bila berlaku
secara merata di suatu daerah.
c. Pertentangan ‘urf dan syara’

Anda mungkin juga menyukai