Anda di halaman 1dari 7

Tugas 1 Hukum Agraria Kelas C

Nama: Jeremiah Maximillian Laza


NIM: 01051200116
Buat catatan mengenai Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai,
meliputi antara lain pengertian, subyek hak, kewenangan, jangka waktu, dan hapusnya.

Hak Milik:
Pengertian: Pada pasal 20 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok
Agraria (UUPA), hak milik merupakan hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah, yang dapat dialihkan atau beralih kepada pihak lain, dengan
mengingat ketentuan Pasal 6 UUPA bahwa semua hak atas tanah harus mempunyai fungsi
sosial.

Subyek: Berdasarkan Pasal 21 UUPA, Hak Milik hanya dapat dimiliki oleh WNI dan badan
hukum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak milik karena
pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, dan warganegara
Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan
kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun.

Jangka Waktu: Tidak terbatas, karena bisa diberikan kepada orang secara turun-temurun
atau warisan.

Kewenangan: Berdasarkan Pasal 22 UUPA, Peraturan Pemerintah mengatur terjadinya hak


milik yang menurut hukum adat. Selain itu, hak milik dapat terjadi karena adanya penetapan
Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah,
atau dengan ketentuan Undang-undang.

Hapusnya: Hak milik atas tanah hapus apabila tanah tersebut jatuh dalam tangan Negara
karena pencabutan hak demi kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara
serta kepentingan bersama rakyat (Pasal 18 UUPA), penyerahan dengan sukarela oleh
pemiliknya, diterlantarkan atau sesuai dengan dalam ketentuan pasal 21 (3) dan pasal 26 (2)
UUPA. Hak milik pun hapus bila tanahnya musnah.
Hak Guna Usaha

Pengertian: Berdasarkan Pasal 28 UUPA, Hak Guna Usaha atau HGU adalah hak untuk
mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dengan jangka waktu paling lama
25 tahun untuk fungsi pertanian, perikanan atau peternakan. HGU diberikan atas tanah yang
luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih
harus memakai investasi modal yang layak dan teknik perusahaan yang baik, sesuai dengan
perkembangan zaman.

Menurut Pasal 21 PP No. 18 tahun 2021, HGU diberikan atas Tanah Negara dan Tanah Hak
Pengelolaan.

Subjek: Menurut Pasal 30(1) UUPA dan Pasal 19 PP No. 18 Tahun 2021, maka subjek dari
HGU adalah warganegara Indonesia serta badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

Jangka Waktu: Menurut pasal 29 UUPA, HGU diberikan paling lama 25 tahun, sedangkan
bagi perusahaan yang membutuhkan waktu lebih lama maka diberikan waktu selama 35
tahun. HGU pun dapat diperpanjang selama paling lama 25 tahun.

Sedangkan menurut Pasal 22 PP No. 18 Tahun 2021, HGU diberikan jangka waktu maksimal
35 tahun, dan dapat diperpanjang selama 25 tahun dan diperbarui untuk jangka waktu
maksimal 35 tahun. Setelah jangka waktu tersebut, maka Tanah HGU kembali menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara atau Tanah Hak Pengelolaan. Kepada pemegang hak
sebelumnya, pemberian kembali HGU diprioritaskan dengan memperhatikan, dan HGU dapat
diperpanjang atau diperbarui (Pasal 25 PP No. 18 Tahun 2021), bila memenuhi syarat-syarat
berikut yaitu:

1) tanahnya masih diusahakan dan dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan tujuan
pemberian hak, 2) syarat-syarat pemberian hak dipenuhi oleh pemegang hak, 3) pemegang
hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak, 4) peruntukan tanah masih sesuai dengan
rencana tata ruang, 5) tidak dipergunakan dan/atau direncanakan untuk kepentingan umum,
6) sumber daya alam dan lingkungan hidup dan 7) keadaan tanah dan masyarakat sekitar.

Kewenangan: HGU terjadi karena penetapan pemerintah dan dapat digunakan sebagai
jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan sesuai dengan pasal 31 dan 33 UUPA.
Sedangkan, menurut PP No. 18 Tahun 2021, pada Pasal 23, HGU diberikan atas keputusan
menteri dan/atau dengan persetujuan pemegang hak pengelolaan.

Sedangkan, kewajiban pemegang HGU sesuai dengan pasal 30 PP No. 18 Tahun 2021
meliputi melaksanakan usaha pertanian, perikanan dan/atau peternakan sesuai peruntukan
sebagaimana ditentukan dalam keputusan pemberian hak paling lama 2 tahun sejak hak
diberikan. Tanah pun harus diusahakan dengan baik dengan kelayakan usaha berdasarkan
kriteria yang ditentukan instansi teknis. Pemegang hak pun wajib memelihara dan
membangun prasarana lingkungan serta mencegah kerusakan dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Pemegang juga harus memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat
seluas minimal 20% dari luas tanah HGU. Pemegang HGU juga wajib melaporkan
penggunaan HGU setiap akhir tahun, dan melepas Hak atas tanah baik secara keseluruhan
atau sebagian bagi pembangunan untuk kepentingan umum dan melepas Hak atas tanah
setelah HGU hapus.

Hapus: Menurut Pasal 34 UUPA, HGU Hapus bila jangka waktunya berakhir; dihentikan
sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi; dilepaskan oleh
pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; dicabut untuk kepentingan umum;
diterlantarkan; tanahnya musnah; atau sesuai dengan ketentuan pasal 30(2) UUPA mengenai
HGU yang dipegang oleh warga asing.

Sedangkan menurut Pasal 31 PP No. 18 Tahun 2021, maka HGU hapus karena berakhirnya
jangka waktu dalam keputusan pemberian, perpanjangan atau pembaruan haknya; dibatalkan
oleh menteri sebelum jangka waktu berakhir karena tidak terpenuhinya kewajiban dan/ atau
larangan (dalam Pasal 27 dan 28 PP No. 18 Tahun 2021), atau cacat administrasi, atau
putusan pengadilan dengan kekuatan hukum tetap; HGU pun dapat hapus bila diubah menjadi
Hak Atas Tanah lain; dilepaskan secara sukarela oleh pemegang hak sebelum jangka waktu
berakhir; dicabut berdasarkan undang-undang; ditetapkan sebagai tanah telantar atau musnah;
berakhirnya perjanjian pemanfaatan tanah untuk HGU atas tanah hak pengelolaan; atau
pemegang hak sudah tidak memenuhi syarat sebagai subjek hak.

Hak Guna Bangunan

Pengertian: Berdasarkan Pasal 35 UUPA, Hak Guna Bangunan atau HGB merupakan hak
untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya
sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Menurut pasal 37 UUPA, maka HGB
diberikan pada tanah yang dikuasai langsung oleh pemerintah atau tanah hak milik.

Sedangkan menurut pasal 36 PP No. 18 Tahun 2021, maka HGB dapat diberikan atas tanah
yang dikuasai langsung oleh pemerintah, tanah hak milik, atau tanah Hak pengelolaan. HGB
pun harus sudah digunakan paling lama 2 tahun setelah pemberian hak (Pasal 42 PP No. 18
Tahun 2021).

Subjek: Menurut Pasal 36(1) UUPA dan Pasal 34 PP No. 18 Tahun 2021, maka Subjek HGB
adalah warganegara Indonesia serta badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.

Jangka Waktu: Menurut Pasal 35 UUPA, maka HGB dapat diberikan paling lama selama 30
tahun, dan diperpanjang selama 20 tahun dengan mengingat keperluan pemegang hak dan
keadaan bangunan.

Sedangkan menurut Pasal 37 PP No. 18 tahun 2021, maka HGB atas tanah Negara dan tanah
hak pengelolaan diberikan selama paling lama 30 tahun, dan dapat diperpanjang paling lama
20 tahun dan diperbarui paling lama 30 tahun. Setelah jangka waktu tersebut, maka tanah
HGB kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah hak pengelolaan.

Bagi HGB atas tanah negara, pemberian kepada bekas pemegang hak dapat diprioritaskan
dengan memperhatikan, 1) tanahnya masih diusahakan dan dimanfaatkan dengan baik sesuai
dengan tujuan pemberian hak, 2) syarat-syarat pemberian hak dipenuhi oleh pemegang hak,
3) pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak, 4) peruntukan tanah masih
sesuai dengan rencana tata ruang, 5) tidak dipergunakan dan/atau direncanakan untuk
kepentingan umum, 6) sumber daya alam dan lingkungan hidup dan 7) keadaan tanah dan
masyarakat sekitar.

Dan untuk HGB atas tanah hak milik, maka diberikan maksimal 30 tahun dan dapat
diperbarui dengan akta pemberian HGB atas tanah hak milik.

Hapusnya: Menurut Pasal 40 UUPA, HGB Hapus bila jangka waktunya berakhir; dihentikan
sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi; dilepaskan oleh
pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; dicabut untuk kepentingan umum;
diterlantarkan; tanahnya musnah; atau sesuai dengan ketentuan pasal 36(2) UUPA mengenai
HGB yang dipegang oleh warga asing.
Sedangkan menurut Pasal 46 PP No. 18 Tahun 2021, HGB dapat hapus karena berakhirnya
jangka waktu dalam keputusan pemberian, perpanjangan atau pembaruan haknya; dibatalkan
oleh menteri sebelum jangka waktu berakhir karena 1) tidak terpenuhinya kewajiban dan
larangan pemegang hak (pasal 42 dan/atau 43), 2) tidak memenuhi syarat atau kewajiban
yang tertuang dalam perjanjian pemberian HGB atas tanah pengelolaan, 3) cacat administrasi
atau 4) putusan pengadilan dengan kekuatan hukum tetap; diubah menjadi hak atas tanah
lain; dilepaskan secara sukarela oleh pemegang hak sebelum jangka waktu berakhir; dicabut
berdasarkan undang-undang; ditetapkan sebagai tanah telantar atau musnah; berakhirnya
perjanjian pemanfaatan tanah untuk HGB atas tanah hak pengelolaan; atau pemegang hak
sudah tidak memenuhi syarat sebagai subjek hak.

Hak Pakai

Pengertian: Menurut Pasal 41 UUPA, hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah hak milik, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenangmemberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,
yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.

Sedangkan menurut Pasal 49(1) PP No. 18 Tahun 2021, hak pakai terdiri atas 1) Hak pakai
dengan jangka waktu dan 2) Hak pakai selama dipergunakan. Hak pakai selama
dipergunakan tidak memiliki jangka waktu yang ditentukan selama tanahnya dipergunakan.
Hal ini untuk menjamin dipenuhinya keperluan tanah untuk ketentuan tertentu secara
berkelanjutan misalnya untuk keperluan lembaga pemerintah, untuk kantor perwakilan asing,
dan perwakilan badan internasional serta kediaman kepada perwakilannya. Hak pakai selama
dipergunakan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, tetapi dapat dilepas menjadi Tanah
negara untuk kemudian dimohon oleh pihak lain.

Subjek: Menurut Pasal 42 UUPA, Yang dapat mempunyai hak pakai adalah warga negara
Indonesia, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; dan badan hukum asing yang
mempunyai perwakilan di Indonesia.

Menurut Pasal 49(2) PP No. 18 Tahun 2021, hak pakai dengan jangka waktu dapat diberikan
kepada Warga Negara Indonesia; badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia; badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia;
badan keagamaan dan sosial; dan Orang Asing.

Sedangkan berdasarkan pasal 49(3) PP No. 18 Tahun 2021, hak pakai selama dipergunakan
dapat diberikan kepada instansi pemerintah pusat; Pemerintah Daerah; Pemerintah Desa; dan
perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional.

Jangka Waktu: Pasal 41 UUPA tidak memberikan batasan jangka waktu, melainkan
mendasarkannya pada perjanjian dengan pemilik tanah atau berdasarkan putusan pemberian
hak.

Sedangkan dalam Pasal 52 PP No. 18 Tahun 2021, maka hak pakai atas Tanah Negara dan
tanah hak pengelolaan dengan jangka waktu diberikan paling lama 30 tahun, diperpanjang
paling lama 20 tahun dan diperbarui paling lama 30 tahun. Hak pakai atas tanah hak milik
diberikan dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperbarui dengan akta
pemberian hak pakai di atas tanah hak milik.

Kewenangan: Menurut pasal 41 UUPA, Hak pakai dapat diberikan selama jangka waktu
yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan yang tertentu. Hak pakai
juga dapat diberikan dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa apapun.
Pemberian hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur
pemerasan.

Sedangkan, menurut Pasal 53-54 PP No. 18 Tahun 2021, hak pakai diberikan dengan
keputusan pemberian hak oleh Menteri. Atas Tanah Hak Pengelolaan maka Hak Pakai
diberikan dengan keputusan menteri dan persetujuan pemegang hak pengelolaan. Sedangkan
atas tanah hak milik melalui pemberian oleh pemegang hak milik dengan akta yang dibuat
oleh PPAT. Pemberian hak pakai wajib didaftarkan kepada Kantor pertanahan dan hak pakai
terjadi sejak didaftar kantor pertanahan.

Hak pakai dengan jangka waktu dapat diberikan atas Tanah Negara, Tanah Hak Pengelolaan
dan Tanah Hak Milik. Sedangkan Hak Pakai selama dipergunakan dapat diberikan atas Tanah
Negara dan Tanah Hak Pengelolaan.

Hapusnya: Menurut Pasal 41 UUPA, hak pakai dapat hapus bila jangka waktu pemberian
hak sudah habis, atau bila tanah sudah tidak digunakan lagi.
Sedangkan dalam Pasal 61 PP No. 18 Tahun 2021 menyatakan bahwa hak pakai hapus
karena berakhirnya jangka waktu dalam keputusan pemberian, perpanjangan atau pembaruan
haknya; dibatalkan oleh menteri sebelum jangka waktu berakhir karena 1) tidak terpenuhinya
kewajiban dan larangan pemegang hak (pasal 57 dan/atau 58), 2) tidak memenuhi syarat atau
kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian Hak atas tanah pengelolaan, 3) cacat
administrasi atau 4) putusan pengadilan dengan kekuatan hukum tetap; diubah menjadi hak
atas tanah lain; dilepaskan secara sukarela oleh pemegang hak sebelum jangka waktu
berakhir; dicabut berdasarkan undang-undang; ditetapkan sebagai tanah telantar atau musnah;
berakhirnya perjanjian pemanfaatan tanah untuk Hak atas tanah hak pengelolaan; atau
pemegang hak sudah tidak memenuhi syarat sebagai subjek hak.

Anda mungkin juga menyukai