Anda di halaman 1dari 24

Gawat Janin (Fetal Distress)

A. Pengertian
             Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi
pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi
nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan
tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak)
             Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga
mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat
janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah
ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan
janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan
lainnya.
             Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin
(DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom.
Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium,
menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak
benarkan  . Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia
dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin.
             Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau
asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion
tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan
klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut
gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau
dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium
yang kental pada awal persalinan.

B. Etiologi
Penyebab dari gawat janin yaitu:
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta
dalam waktu singkat) :
1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan
dengan pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta
dalam waktu lama) :
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas
c. Kompresi (penekanan) tali pusat
1. Oligihidramnion
2. Prolaps tali pusat
3. Puntiran tali pusat
d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan
komplikasi
3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
4. Sekuele neorologis neonatal
5. Disfungsi multi organ neonatal
6. PH arteri tali pusat 7,0

C. Patofisiologi
Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara lain :
a. Perubahan pada kehamilan Postterm
Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada
kehamilan postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar
untuk mengelola persalinan postterm.
b. Perubahan cairan amnion
Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah
cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar
1000 ml dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah
cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml , 250 ml, 160 ml
pada usia kehamilan 42 dan 43 minggu.
Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang
berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan
postterm dan menyebabkan oligohidramnion.
Selain perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan
amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik
kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar
bodies dari paru-paru janin dan perbandingan Lechitin terhadap
Spingomielin menjadi 4 : 1 atau lebih besar. Dengan adanya pengeluaran
mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning.
Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan
kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang
menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress
intra partum pada persalinan postterm.
Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat di ukur dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular.
Dengan mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap
kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut Amniotic Fluid Index
(AFI). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion. AFI 5 – 10
cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10 – 15 cm adalah
normal. AFI 15 – 20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. AFI
lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion.
c. Perubahan pada plasenta
Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat
pertukaran gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur
kehamilan, maka terjadi pula perubahan struktur plasenta.
Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan
diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau
di dahului dengan titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark
putih. Pada kehamilan atterm terjadi infark 10 % - 25 % sedangkan pada
postterm terjadi 60% - 80 %.   Timbunan kalsium pada kehamilan
postterm meningkat sampai 10 g / 100 g jaringan plasenta kering,
sedangkan kehamilan atterm hanya 2 – 3 g / 100 g jaringan plasenta
kering.
Secara histology plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan
infark plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin
perivillosus, thrombosis arterial dan endarteritis arterial. Keadaan ini
menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas.
Hal ini menyebabkan malnutrisi dan asfiksia.
Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat
kematangan plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai
berikut :
a) Piring korion : lekukan garis batas piring korion mencapai daerah
basal.
b) Jaringan plasenta : berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal
dari satu kotiledon ( ada darah dengan densitas gema tinggi dari
proses kalsifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik ) .
c) Lapisan basal : daerah basal dengan gema kuat dan memberikan
gambaran bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan
tingkat 3.

d. Perubahan pada janin


Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari perkiraan
lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum
mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu
dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. keadaan ini sering disebut janin besar.
Pada umur kehamilan 38 – 40 minggu insiden janin besar sekitar 10 % dan
43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan
resiko persalinan traumatik.
Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus,
kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan
kulit janin berhubungan langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain
yaitu : rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau
kekuningan karena terpapar mekonium.

D. Komplikasi
a. Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada
gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.
b. Pada persalinan
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
1) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera
dikeluarkan
2) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps,
vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan
sectio saesarea (SC)

E. Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung
janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan
kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama,
Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes,
kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi
dan perlu penanganan segera.

F. Klasifikasi
Jenis gawat janin yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
1. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat
tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang
dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik
akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
2. Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena
Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki
dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.
3. Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka
relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus
mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi.
Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul
seperti kontrkasi fisiologik.
4. Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah
vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia
epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu
berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat.
Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot
jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.

b. Gawat janin sebelum persalinan


c. Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila
status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
d. Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasijanin.
e. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut
jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi
lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob
menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun. (Kapita Selekta
Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994 : 211-213)

G. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum
1) Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan
oksigen dari obu ke janin lebih lancer.
2) Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.
3) Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin,
karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang
berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.
4) Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai.
5) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap
abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan
dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
 Bebaskan setiap kompresi tali pusat
 Perbaiki aliran darah uteroplasenter
 Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
kelahiran segera merupakan indikasi.
Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada
fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya
persalinan.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah
balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam
posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
2) Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha
untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
3) Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervilli.
4) Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding
larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok
hemoragik.
5) Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalanan persalinan.
6) Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi
risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan
mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera
setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi
langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa
endotrakeal.
a) Prinsip Umum :
 Bebaskan setiap kompresi tali pusat
 Perbaiki aliran darah uteroplasenter
 Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran
segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau
perabdominam) didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi
janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
b) Penatalaksanaan Khusus:
 Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah
balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan
dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
 Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai
usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
 Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervilli.
 Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam
larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok
hemoragik.
 Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalanan persalinan.
 Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi
risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung
dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap.
Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan
laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan
mekoneum dengan pipa endotrakeal. (Abdul Bari Saifuddin
dkk.2002 )

c. Pengelolaan Antepartum
Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur
kehamilan. Menentukan umur kehamilan dapat dengan menghitung dari
tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi
pada kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi pada
kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan.
Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin,
malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.
Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 40
minggu dengan pemeriksaan Non Stess Test (NST). Pemeriksaan ini untuk
menditeksi terjadinya insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat untuk
mendiagnosis oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin.
Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain
NST juga menilai volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin
dan gerakan janin. Pemeriksaan lain yaituOxytocin Challenge Test (OCT)
menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian asidosis, hipoksia
janin dan deselerasi lambat.
Penilaian inidikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu.
Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali
seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan
Penulis lain melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna
meningkat mulai umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan
kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 41 minggu.
Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan
adanya mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi janin
segera dilahirkan dan memerlukan amnioinfusion untuk mengencerkan
mekonium.
Dilaporkan 92% wanita hamil 42 minggu mempunyai serviks tidak
matang dengan Bishop score kurang dari 7. Ditemukan 40% dari 3047
wanita dengan kehamilan 41 minggu mempunyai serviks tidak dilatasi.
Sebanyak 800 wanita hamil postterm diinduksi dan dievaluasi di Rumah
Sakit Parkland. Pada wanita dengan serviks tidak dilatasi, dua kali
meningkatkan seksio cesarea karena distosia.

d. Pengelolaan Intrapartum
Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi
bahaya pada janin. Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus
dipastikan adakah disporposi kepala panggul, profil biofisik janin baik.
Induksi kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan bila serviks belum
matang denganmonitoring janin secara serial. Pilihan persalinan
tergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada kelainan
kehamilan 41 minggu atau lebih dilakukan dua pengelolaan. Pengelolaan
tersebut adalah induksi persalinan dan monitoring janin. Dilakukan
pemeriksaan pola denyut jantung janin.
Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan
kompresi tali pusat oleh karena oligohidramnion. Fetal distress dimonitor
dengan memeriksa pola denyut jantung janin. Bila ditemukan variabel
deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang panjang maka seksio cesarea
segera dilakukan karena janin dalam bahaya.
Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka
kemungkinan terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat
menyebabkan disfungsi paru berat dan kematian janin. Keadaan ini dapat
dikurangi tetapi tidak dapat menghilangkan dengan penghisapan yang
efektif pada faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir. Jika
didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin setelah
lahir. Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.
KASUS
Seorang Pasien G3P2A0H2 usia 44 tahun dengan gravid aterm, masuk ke KB
IGDRSUP. Dr. M.D jamil Padang pada tanggal 09 Desember 2013
pukul 07.45 wib, dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak ± 4 jam
yang lalu, keluar air-air sejak ± 3 jam yang lalu, dan keluar lendir bercampur
darah dari kemaluan sejak ± 1 jam yang lalu. Setelah dilakukan pemantauan kala I
secara berkala didapatkan hasil DJJ (+) 180 x/i, penurunan kepala masih di H II -
H III dan tidak ada kemajuan, pembukaan lengkap pada jam 12.30 wib, ibu tidak
bisa meneran. Tindakan yang akan dilakukan Vakum ekstraksi atas indikasi gawat
janin.

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN  PADA NY ”M”


G3P2A0H2 GRAVID ATERM DENGAN VACUM EKSTRAKSI (VE)
ATAS INDIKASI FETAL DISTRESS DIRUANG KAMAR
BERSALIN RSUPDr. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL 08 DESEMBER 2013

Tanggal  : 09 Desember 2013  NO RM : 00851928


Pukul        : 09.45 wib

1. Pengumpulan Data
a. Identitas / Biodata
Nama ibu : Ny”M”                       Nama Suami    : Tn”M”
Umur   : 44 Th                          umur                : 48 Th
Suku : Minang                       suku                 : Minang
Agama : Islam                           Agama             : Islam
Pendidikan : SMP                          Pendidikan       : SMA
Pekerjaan : IRT                             Pekerjaan        : Buruh Harian
Alamat : Jl. Sutan Syahrir No. 301
Nama kelurga terdekat yang bisa dihubungi      : Ny. “A”
Hubungan dengan ibu                                        : Kakak
Alamat : Jl. Sutan Syahrir

b. Data Subjektif
Pasien masuk KB tanggal      : 09 Desember 2013
Pukul                                     : 09.45 WIB

Alasan utama masuk kamar bersalin  :


keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak ± 4 jam yang lalu, keluar air-air
sejak ± 3 jam yang lalu, dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak ±
1 jam yang lalu

Perasaan : cemas
Tanda – tanda persalinan
His                                        : ada
Frekuensi                              : 2 x dalam 5 menit
Lamanya                               : 30 detik
Kekuatan                              : kuat
Lokasi ketidaknyamanan      : pinggang menjalar ke ari-ari

Pengeluaran pervaginam
Darah lendir                          : ada
Air ketuban                           : ada
Darah                               : tidak ada
Masalah – masalah khusus  : Gerakan Janin Kurang, DJJ 180 x/i

Riwayat kehamilan sekarang     


HPHT                                   : lupa
TP                                         : tidak bisa di perkirakan
Pola imunisasi
TT Catin              : tidak ada
TT 1                                      : tidak ada
TT 2                                      : tidak ada

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Persalinan Komplikasi Bayi Nifas
No Umur
Usia(mg) Jenis Tempat Penolong Ibu Bayi Bb/Pb/Jk Keadaan lochea laktasi
1 20 th Aterm Spontan BPS Bidan Tdk ada Tdk ada 3000gr/ Sehat Normal Asi
47cm/Pr

2 4 th Aterm Spontan BPS Bidan Tdk ada Tdk ada 2500gr/ Sehat Normal Asi
49cm/Pr

Kontrasepsi yang digunakan      : tidak ada


Pergerakan janin pertama kali     : usia kehamilan 5 bulan
Makan dan minum terakhir         : 06.00 WIB Tanggal 09 desember 2013
Buang air kecil terakhir               : 06.45 WIB Tanggal 09 desember 2013
Buang air besar terakhir              : 06.45 WIB Tanggal 09 desember 2013
Istirahat (tidur) terakhir              : tidak bisa tidur selama berada di ruang KB
Psikologi                                     : cemas
Keluhan lain                                : tidak ada

c. Data objektif
Keadaan umum           : Sedang
Kesadaran           : CMC
Keadaan emosional  : stabil

Tanda – tanda Vital


Tekanan darah  : 110/70            P : 20x/i
 Nadi                         : 80 x/i              S : 36.70C
BB sebelum hamil : 52 kg             
BB sekarang : 65 kg
TB                : 150
Lila          : 28 cm

2. Pemeriksaan fisik     
a. Ispeksi
1) Mata
Konjungtiva        : tidak anemis
Sklera                    : tidak ikterik  
2) Mulut
lidah dan mulut     : bersih
gigi dan geraham   : tidak karies/berlubang
3) Payudara
bentuk                   : simetris
puting susu            : menonjol
pengeluaran           : tidak ada
pembengkakan      : tidak ada
retraksi                   : tidak ada
areola                     : hiperpigmentasi
4) abdomen
pembesaran            : Sesuai usia kehamilan
pembengkakan      : tidak ada
bekas luka operasi : tidak ada
konsistensi             : keras
kandung kemih      : tidak teraba
5) ekstermitas atas dan bawah
oedema                      : tidak ada
Kekakuan otot/sendi : tidak ada
kemerahan     : tidak ada
varises      : tidak ada
6) pemeriksaan kebidanan
 Palpasi
leopold I     : TFU pertengahan pusat-px, pada fundus terabalunak,
bundar tidak melenting, kemungkinan bokong janin
leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba panjang, keras,
memapan, kemungkinan punggung janin, bagian kiri perut
teraba tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas
janin.
leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba keras,bulat dan
melenting kemungkinan kepala janin dan sudah masuk
PAP
leopold IV : divergen

Mc. Donald           : 33 cm
TBJ                        : 3410 gram
Fetus                    
Letak                : memanjang
Posisi              : letkep
Pergerakan      : < dari 20 kali dalam 24 jam terakhir
Presentasi        : kepala
Penurunan       : 3/5

 Auskultasi
DJJ
-          Frekuensi       : 180 x/i
-          Irama             : tidak teratur
-          Intensitas       : kuat
-          Punctum Max : kuadran kanan bawah perut ibu
c)      Perkusi
Reflek patelakanan           : positif
Reflek patela kiri              : positif
d)     Ano-genetal (inspeksi)
Perineum
-          Luka parut                 : tidak ada
Vulva vagina
-          Warna                        : kemerahan
-          Luka                          :  tidak ada
-          Varices                      : tidak ada
Pengeluaran pervaginam     : darah lendir
Anus                                 : tidak hemorroid

B.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Golongan darah                                        :O
Hb                                                           : 11,2 gr%
Glukosa urine                                           : negatif

Protein urine                                             : negatif

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN  PADA NY ”M”


G3P2A0H2GRAVID ATERM
DENGAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN  PADA NY ”M” G3P2A0H2GRAVID ATERM
DENGANVACUM EKSTRAKSI (VE)ATAS INDIKASI FETAL DISTRESS DIRUANG
KAMARBERSALIN RSUPDr. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL08DESEMBER2013
S O A P
KALA I
Tanggal : 09-12-2013 KU: baik Diagnosa: 1.    Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan ,
Pkl :21.00-00.55WIB TD : 110/70 mmHgN : Ny”M” G3P2A0H2Gravid aterm, TD : 110/70 mmHg
Data Subjektif 80 x/i janin hidup, tunggal, intauterin, N : 80 x/i
          keluhan nyeri P : 20x/iS : 36,70C TFU pertengahan pusat-px, puka, P : 20x/i
pinggang menjalar ke BB sebelum hamil: 52 letkep, kepala belum masuk PAP, S : 36.70C
ari-ari sejak ± 4 jam kg ketuban (+),  DJJ 180 x/i, Ibumengertidenganhasilpemeriksaan yang di
yang lalu BB sekarang          : 65 keadaan jalan lahir normal, KU jelaskanolehpetugas.
kg ibu baik.
          keluar air-air sejak ± TB/Lila: 150 cm/28 cm 2.    Melakukan kolaborasidengan dokter
3 jam yang lalu Masalah : gawat janin tentang  tindakan Vakum Ekstraksi, infus  terpasang
Inspeksi : dalam batas (RL 1 kolf + metergin 1 amp + oxytocin 1 amp)
          keluar lendir normal Kebutuhan: Eks. Vakum dengan kateter terpasang.
bercampur darah dari 3.    Memberikan dukungan emosional kepada ibu
kemaluan sejak ± 1 jam Palpasi seperti banyak berdo’a supaya ibu kuat dan lebih
yang lalu. TFU pertengahan pusat- bersemangat dalam melahirkan nanti, ibu terlihat
px, pu-ka, kepala janin bersemangat.
          HPHT lupa, TP sulit sudah masuk PAP, 4.   Memfasilitasipersonal hygiene,ibu sudah
ditafsirkan. posisi tangan divergen, dibersihkan.
Mc. Donald 34 cm dan
          Gerakan janin TBJ 3410 gram.
berkurang
Fetus  
Letak memanjang,
posisi letkep, pergerakan
< 20 kali dalam 24 jam,
presentasi kepala,
penurunan 3/5.

auskultasi
DJJ(+), Frekuensi 180
x/i, tidak teratur, kuat,
punctum maxkuadran
kanan bawah perut ibu.
Pemeriksaan dalam :
Vagina tidak ada masa,
pembukaan ±7 cm,
penipisan 75 %, tidak
ada molase, ketuban (-),
warna kuning
kental, lendir darah ada.

Pemeriksaan
Laboratorium
Hb                               :
11,2 gr%
Glukosa
urine              : negatif
Protein
urine                : negative
KALA II KU: Sedang Dagnosa : 1.     Mengatur ibu dalam posisi yang nyaman, ibu
Pkl : 00.55 -01.05WIB           His 5x 10 menit, Ibu inpartu kala II dengan KU ibu dalam posisi dorsal rekumben.
Data Subjektif: lamanya 55 detik sedang. 2.    Membimbing ibu meneran disaat ada his dan
          Ibu mengatakan sakit          Djj 180 x/i, intensitas Masalah : gawat janin beristirahat diluar his, ibu dapat mengedan dengan
yang dirasakan semakin kuat dan teratur Kebutuhan : Eks. Vakum baik.
kuat.           Terdapat tanda-tanda 3.    Melakukan pertolongan persalinan  dengan
          Ibu tidak kuat kala II : Vakum Ekstraksi, bayi lahir pukul “   01.05WIB,
meneran. Vulva membuka JK : perempuan, A/S :8/9, bayi menangis kuat dan
Perineum menonjol warna kulit kemerahan.
Anus membuka
Ada dorongan ingin
meneran
          Pemeriksaan dalam
Pembukaaan : 10 cm
Moulage : o
Ketuban (-)
Penurunan kepala : H IV
KALA III KU ibu            : sedang Diagnosa : 1.      Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
Pkl : 01.05-01.30WIB Kesadaran       : CMC Ibu P3A0H3  post Vakum ekstraksi yaitu:
TTV : dengan KU ibu sedang. TD : 100/70 mmHg
          ibu senang dengan TD : 100/70 mmHgN : N    : 92 x/i
kelahiran bayinya 92 x /i P     : 21 x/i
          nyeri di bagian P : 21 x/iS : 37.30c S     : 37.30c
vagina pasca melahirkan Terpasang lanjutan infus Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang
          ibu haus RL 1 kolf + metergin 1 dijelaskan oleh petugas.
          ibu ingin istirahat amp + oksitoksin 1 amp 2.      Melakukan manajemen aktif kala III yaitu PTT
sebanyak 28 tts/i,kateter (peregangan tali pusat terkendali) sampai plasenta
terpasang, urine lancar. lahir, plasenta lahir lengkap pukul 01.25 WIB.
3.      Melakukan ekplorasi pada plasenta bagian fetal
dan maternal, plasenta lahir lengkap, kotiledon utuh
20 lobus, selaput utuh, panjang tali pusat ±50 cm,
insersi sentralis, berat ±500 gram.
4.      Memeriksa laserasi jalan lahir, terdapat laserasi
jalan lahir derajat 2.
5.      Melakukan kolaborasi dalam penjahitan luka
dengan dokter, laserasi telah dijahit oleh dokter >10
jahitan.
6.      Membersihkan ibu dan tempat persalinan dengan
menggunakan larutan klorin 0,5 % dan larutan
savlon III, ibu dan tempat persalinan sudah
dibersihkan.
7.      Memasangkan baju dan duk ibu, baju dan duk ibu
sudah terpasang dengan rapi.
8.      Menganjurkan ibu untuk segera IMD, ibu mau
untuk menyusui bayinya.
KALA IV KU ibu            : sedang Diagnosa : 1.      Melakukan pengawasan kala IV dan mencatatnya
Pkl 01.30 WIB Kesadaran       : CMC Ibu P3A 0H3  post vakum ekstraksi pada partograf, pengawasan sudah dilakukan dan
TTV : hari petama terlampir pada partograf.
          Ibu senang atas TD : 120/80 mmHgN : 2.     Menjelaskanpadaibutentanghasilpemeriksaanyaitu:
kelahiran plasenta. 89 x /i TD : 120/80 mmHg
          Ibu masih merasa P : 22 x/iS : 36.80c N    : 89 x/i
nyeri di bagian bawah Terpasang lanjutan infus P     : 22 x/i
perutnya. RL 28 tts/i, S     : 36.80c
          Ibumerasa lelah Kateter terpasang Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
3.      Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini agar sakit
pasca melahirkan bisa berkurang, ibu mau untuk
mobilisasi dini.
4.      Memenuhi hidrasi dan nutrisi ibu, ibu sudah
minum 1 gelas air putih dan sudah makan 2 potong
roti.
5.      Mengontrol urine, volume urine ibu 500 cc (jam
13.30)
6.      Memberikan terapi injeksiceftriaxon 2x1 gr  pada
pukul 11.00 WIB, InjeksiCeftriaxon 2x1 gr sudah
diberikanpukul 11.00 wib
7.      Mengajarkan ibu tentang personal hygiene yaitu:
mengajarkan ibu untuk membersihkan alat
kemaluannya dari depan kebelakang, ibu mengerti
dengan penjelasan yang di berikan
dan mau mencobakannya
Menganjurkan ibu untuk istirahat, Ibu tampak
sedang beristirahat.

Anda mungkin juga menyukai