Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 1

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. ADE YULIANTHINI PRAMESTI (A1C017004)


2. AGIS WULANDIANI (A1C017006)
3. ALDI ROHMAN PRATAMA (A1C017009)
4. ALFIANA (A1C017010)
5. BAIQ LENY RATNANEGARA (A1C017022)
6. DANIA NIRMALA (A1C017035)
7. DEBBY WIDYA PUTRI (A1C017037)
8. DEWI AZANIATUN APRIANTI (A1C017038)
9. GEDE PURNAMADITA (A1C017055)

KELAS A (AKUNTANSI REGULER PAGI)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MATARAM
2019
i
BAB I
LATAR BELAKANG
Analisis biaya volume laba atau cost volume profit analysis (CVPA)merupakan salah
satu cara yang digunakan oleh manajemen sebagai alat yang berguna untuk perencanaan dan
dalam pengambilan keputusan. Analisis biaya volume laba ini menekankan pada hubungan
antara biaya, volume penjualan dan laba. Jadi ketiga komponen ini akan berkaitan satu dengan
yang lainnya. Bila menentukan laba atau menargetkan laba yang ingin dicapai maka harus
ditentukan terlebih dahulu berapa biaya yang harus dikeluarkan dan berapa unit barang atau
produk yang harus di jual (volume penjualan).
Sebagai alat perencanaan, analisis biaya volume laba ini digunakan untuk melakukan
perencanaan baik itu perencanaan penjualan yang mencakup berapa volume penjualan yang
direncanakan akan dijual untuk mencapai laba dan berapa volume penjualan yang harus di
rencanakan untuk mencapai break even point. Dimana break even point didefinisikan sebagai
keadaan yang menunjukkan jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan,
sehingga dalam hal ini perusahaan dalam keadaan tidak rugi ataupun tidak untung. Break even
point ini sangat penting untuk menghindari perusahaan mengalami kerugian, jadi sangat perlu
untuk menyusun dan merencanakan biaya yang perlu dikeluarkan dan berapa unit penjualan
yang harus laku dipasaran untuk mencapai titik impas.
Sedangkan sebagai alat pengambilan keputusan, analisis biaya volume laba apabila
telah menyusun perencanaan dan target yang ingin dicapai maka dibuat suatu keputusan oleh
manajer berdasarkan hasil dari perencanaan untuk melaksanakan suatu tindakan
ekonomi.seperti keputusan dalam menentukan biaya, laba, dan volume penjualan yang
nantinya diharapkan akan berdampak pada target yang ingin dicapai.
Pada tulisan ini, akan membahas tentang bagaimana cara perhitungan analisis biaya
volume laba berdasarkan pada tiga metode yaitu metode full costing, variable costing, dan
model ABC. Serta bagaimana perhitungan break even point dan dua metode dalam
menghadapi resiko dan ketidakastian yaritu margin of safety dan operating leverage.

ii
BAB II
EKSEKUTIF SUMMARY
Pada pembahasan makalah ini kelompok kami membahas menganai Analisis Biaya
Volume Laba.Dengan menggunakan Analisis Biaya Volume Laba ini, kita mempunyai alat
yang digunakan saat membuat suatu rencana dan juga pada saat kita hendak membuat suatu
keputusan, hal itu membuat banyak pihak dari berbagai kalangan yang tertarik untuk
menggunakan analisis tersebut terutama di kalangan bisnis.Analisis Biaya Volume Laba ini
bisa dijadikan alat untuk merencanakan dan mengambil keputusan karena analisis tersebut
menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi
keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Sehingga bisa berguna pada saat menentukan
harga suatu produk salah satunya dan juga memutuskan apakah produk tersebut perlu dibeli
diluar perusahaan atau di produksi sendiri.
Didalam Analisis Biaya Volume Laba ini kita juga bisa menghasilkan target laba atau
mencapai impas yang artinya pendapatan sama dengan total biaya atau disebut laba sama
dengan nol. Itu bisa diperoleh melalui analisis titik impas bisa dengan pendekatan laba operasi
ataupun dengan pendekatan margin kontribusi. Tentunya perusahaan tidak hanya
menginginkan titik impas saja dalam penjualannya, sehingga dalam analisis biaya volume
laba juga tersedia cara menentukan penjualan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai
perusahaan. Yakni bisa digunakan dengan perhitungan target laba dalam rupiah, target laba
dalam presentase penjualan maupun dengan target setelah pajak. Selain itu permasalahan
mengenai resiko dan ketidakpastian juga bisa diukur dengan Margin of safety yang bisa
menjadi patokan mengukur seberapa besar resiko yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga
bisa memutuskan tindakan yang tepat.danjuga bisa melalui operating leverage.

iii
RUANG LINGKUP
BAB 1 LATAR BELAKANG ............................................................................................ i
BAB 2 EKSEKUTIF SUMMARY .................................................................................... ii
BAB 3 PEMBAHASAN ....................................................................................................
3.1 Definisi Biaya Volume Laba .................................................................................. 1
A. Biaya ................................................................................................................ 1
B. Volume ........................................................................................................... 1
C. Laba ................................................................................................................ 1
3.2 Manfaat Analisis Biaya Volume Laba.................................................................... 1
3.3 Analisis Biaya –Volume Laba (Analisis Titik Impas) ........................................... 2
3.4 Perhitungan Analisis Biaya Volume Laba.............................................................. 2
A. Titik Impas dalam Unit .................................................................................... 2
a) Pendekatan Laba Operasi ........................................................................... 2
b) Pendekatan Margin Kontribusi ................................................................... 3
c) Unit Penjualan Untuk Mencapai Laba yang Ditargetkan ........................... 3
1. Laba yang ditargetkan dalam bentuk rupiah ........................................ 3
2. Laba yang ditargetkan dalam pressentase pendapatan penjualan ......... 4
d) Target Laba Setelah Pajak .......................................................................... 4
B. Titik Impas dalam Rupiah Penjualan ............................................................... 5
C. Resiko dan Ketidakpastian .............................................................................. 5
a. Margin Of Safety ....................................................................................... 5
b. Operating Leverage ................................................................................... 6
D. Perhitungan Biaya Berbasis Aktifitas (ABC) .................................................. 7
3.5 JURNAL ASING DAN JURNAL INDONESIA .................................................. 8
A. JURNAL ASING ............................................................................................. 8
1. Analisis Data dan Kontribusi Interpretasi ................................................ 8
2. Profit Volume Ratio ................................................................................. 9
3. Break Even Point (dalam rupee) ............................................................... 9
4. Break Even Ratio ...................................................................................... 10
B. JURNAL INDONESIA ................................................................................... 11
1. Analisis Pemisah Biaya ............................................................................ 11
2. Metode Last Square Trend ....................................................................... 12
3. Analisis Impas .......................................................................................... 12
4. Analisis Forecast Penjualan ..................................................................... 12
5. Analisis Cost Proyeksi .............................................................................. 13
6. Perencanaan Laba Tahun 2015 ................................................................. 13
BAB 4 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Biaya Volume Laba
A. Biaya
Biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu
proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Menurut Mulyadi ( 1999:8), pengelompokan biaya didasarkan pada
hubungan biaya dengan objek yang pengeluaran, fungsi pokok dalam
perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dan jangka waktu manfaatnya.
B. Volume
Volume atau bisa juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak
ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek.Objek itu bisa berupa benda yang
beraturan ataupun benda yang tidak beraturan.
C. Laba
LabaBersih adalah jumlah pendapatan setelah dikurangi total biaya-biaya di
luar HPP. Dengan kata lain,Laba Bersih mengukur jumlah laba yang tersisa
dalam bisnis setelah semua biaya telah dibayarkan dalam suatu periode.
Jadi, analisis biaya volume laba merupakan Analisis biaya, volume, laba merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena
analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang
terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya.
3.2 Manfaat Analisis Biaya Volume Laba
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa analisis biaya volume laba ini
berguna sebagai alat perencanaan dan pengambilan keputusan. Analisis ini sangat
berguna bagi manajer untuk mengatasi berbagai permasalahan penjualan seperti
penentuan volume penjualan untuk mendapatkan laba dan sebagainya serta
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer untuk pengambilan keputusan,
misal : dalam menetapkan harga jual produk. Secara singkat, Analisis biaya volume laba
dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya untuk menentukan harga jual produk
atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa baru, memutuskan apakah produk atau jasa
yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dll.

1
3.3 Analisis Biaya –Volume Laba (Analisis Titik Impas)
Yakni merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung
dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk
membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Dengan kata lain, ini akan
akan bermanfaat untuk menentukan langkah dan kebijakan yang harus ditempuh untuk
mencapai laba yang telah di targetkan.
Seperti yang diketahui bahwa laba dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
volume penjualan. Dimana bila volume penjualan tinggi maka perolehan pendapatan
penjualan tinggi maka akan mempengaruhi laba yang diperoleh akan tinggi pula,
begitupula sebaliknya. Kedua, harga jual. Harga jual akan menentukan volume penjualan
dan biaya yang harus dikorbankan. Dan yang terakhir adalah biaya produk. Biaya produk
ini berkaitan dengan biaya produksi untuk menghasilkan produk atau jasa yang nantinya
akan berpengaruh pada harga jual produk
Analisis biaya, volume dan taba dapat digunakan untuk menentukan titik impas
dengan beberapa pendekatan diantaranya titik impas dalam jumlah unit penjualan dan
titik impas dalam rupiah penjualan.
3.4 Perhitungan Analisis Biaya Volume Laba
A. Titik Impas Dalam Unit
a.) Pendekatan Laba operasi
Digunakan persamaan dengan menggunakan metode variable costing.
laba operasi = (harga jual perunit x jumlah unit penjualan)-( biaya
variable per unit x jumlah unit penjualan) – biaya tetap total.
Contoh : diketahui laporan laba rugi PT. Jaya Abadi sebagai berikut :
Penjualan 1000 unit @ 500.000 Rp. 500.000.000
Biaya variable (Rp. 350.000.000)
Margin kontribusi Rp. 150.000.000
Biaya tetap Rp. (60.000.000)
Laba sebelum pajak Rp. 90.000.000

BEP = ( Rp 500.000 x unit) – (Rp350.000 x unit) – Rp 60.000.000.


BEP = Rp 90.000 x unit – Rp 60.000.000
Rp 90.000 x unit = Rp 60.000.000
Unit = 600
Jadi, PT Jaya Abadi harus dapat menjual sebanyak 600 unit mesin
untuk mencapai titik impas, dimana pembuktiannya sebagai berikut :
2
Penjualan (600 unit @500.000) Rp 300.000.000
Biaya variable (Rp 240.000.000)
Margin kontribusi Rp 60.000.000
Biaya tetap (Rp 60.000.000)
Laba sebelum pajak Rp 0

b.) Pendekatan Margin Kontribusi


Margin kontribusi merupakan suatu pendekatan dimana perolehannya
didapatkan dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya variable.
Jika pada titik impas maka besarnya margin kotribusi per unit harus
sama dengan biaya tetap. Menghitung margin kontribusi dapat
menggunakan formula :
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jumlah unit = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡−𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

Contoh : dengan menggunakan data yang sama sebelumnya pada PT


Jaya Abadi maka diperoleh margin kontribusi sebesar :

𝑅𝑝 60.000.000 60.000.000
Jumlah unit = 𝑅𝑝 500.000.000−350.000.000 = 150.000.000 = 600 unit

c.) Unit Penjualan Untuk Mencapai Laba yang Ditargetkan


1. Laba ditargetkan dalam bentuk rupiah
Contoh : untuk memperoleh laba Rp 90.000.000 berapakah produk
yang harus dijual PT Jaya Abadi?
Rp 90.000.000 = ( 500.000 x unit) – ( 350.000 x unit) – 60.000.000
Rp 150.000.000 = Rp 150.000
Unit = 1000
Jadi, PT Jaya Abadi harus dapat menjual sebanyak 1000 unit untuk
dapat menghasilkan laba yang ditargerkan sebesar Rp 90.000.000.
Formula diatas dapat ditunjukkan pada laporan laba rugi berikut :
Penjualan 1000 unit @ 500.000 Rp 500.000.000
Biaya variable (Rp 350.000.000)
Margin kontribusi Rp 150.000.000
Biaya tetap (Rp 60.000.000)
Laba sebelum pajak Rp 90.000.000

3
2. Laba Ditargetkan dalam Persentanse Pendapatan Penjualan.
Asumsikan bahwa PT Jaya Abadi ingin memperoleh laba sebesar
10% dari pendapatan penjualan, dengan menggunkan pendekatan
laba operasi maka akan dihasilkan persamaan :
0.10 x Rp 500.000 x unit= (Rp 500.000 x unit) – (Rp 350.000 x unit
) – Rp 60.000.000
Rp 50.000 x unit = (Rp 500.000 x unit ) – ( Rp 350.000 x
unit – Rp 60.000.000
Rp 50.000 x unit = (Rp 150.000 x unit) – Rp 60.000.000
Rp 100.000 x unit = 60.000.000
Unit = 600
Maka, dengan volume penjualan sebanyak 600 unit akan dapat
dihasilkan laba sebesar 10 %.
d). Target Laba Setelah Pajak
Dengan menggunakan PT Jaya Abadi, asumsikan bahwa PT
Jaya Abadi ingin memperoleh laba sebesar Rp 90.000.000 dan tariff
pajak yang berlaku adalah 25% maka untuk merubah laba setelah
pajak ke dalam target laba sebelum pajak langkahnya sebagai berikut:

Rp 90.000.000 = Laba operasi – (0,25 x laba operasi)


Rp 90.000.000 = 0,75 (laba operasi)
Laba operasi = 90.000.000/0,75
Laba operasi = Rp 120.000.000

Maka, untit penjualan yang harus dijual sebagai berikut :


Unit = Rp 60.000.000 + Rp 120.000.000
Unit = Rp 180.000.000 / 150.000
Unit = 1.200
Untuk membuktikan jawaban tersebut maka disusunlah laporan laba
rugi berikut :
Penjualan 1200 @ 500.000 Rp 600.000.000
Biaya variable (Rp 420.000.000)
Margin kontribusi Rp 180.000.000
Biaya tetap (Rp 60.000.000)
Laba sebelum pajak Rp 120.000.000
4
Pajak (25% tariff pajak) (Rp 30.000.000)
Laba setelah pajak Rp 90.000.000

B. Titik Impas Dalam Rupiah Penjualan


Contoh kasus penerapan pendekatan penjualan berdasarkan data pada PT Jaya
Abadi . Data dinyatakan dalam bentuk laporan laba rugi variable costing untuk
1000 unit penjualan:

Penjualan Rp 500.000.000 100%


Biaya variable (Rp 350.000.000) (70 %)
Margin kontribusi Rp 150.000.000 30%
Biaya tetap (Rp 60.000.000)
Laba operasi Rp 90.000.000

Berdasarkan informasi tersebut, titik impas yang harus diperoleh PT Jaya Abadi
adalah
Laba operasi = penjualan – biaya variable – biaya tetap
0 = penjualan – (1–70%) – Rp 60.000.000
Penjualan (30%) = Rp 60.000.000
Penjualan = Rp 200.000.000

Target Laba dan Pendapatan Penjualan


Asumsikan bahwa bila PT Jaya Abadi ingin memperoleh laba sebelum pajak Rp
90.000.000 maka pendapatan yang harus dicapai oleh PT Jaya Abadi adalah
𝑅𝑝 60.000.000+𝑅𝑝 90.000.000
Penjualan = 0,30

= Rp 150.000.000/0,30
= Rp 500.000.000
Jadi, PT Jaya Abadi harus memperoleh pendapatan sebesar Rp 500.000.000 bila
ingin memperoleh laba sebesar Rp 90.000.000.

C. Resiko dan Ketidakpastian


a. Margin of safety
Margin of safety merupakan unit penjualan atau yang diharapkan dapat
dijual diatas volume impas. Contoh volume impas suatu perusahaan

5
adalah 1200 unit dan perusahaan berhasil menjual sebanyak 1800 unit,
sehingga margin of safetynya adalah 600 unit. Apabila volume impas
adalah sebesar Rp 1.200.000 dan perkiraan pendapatan penjualan adalah
2.000.000 maka margin of safetynya adalah Rp 800.000.
b. Operating leverage
Leverage dapat diartikan sebagai melipatgadakan usaha agar mencapai
hasil yang lebih banyak. Tingkat pengungkip operasi (degree operating
leverage–DOL) dapat diukur untuk tingkat penjualan tertentu dengan
menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba,seperti pada rumus :
Degree of operating leverage = margin kontribusi/laba
Sebagai contoh:
Data untuk tingkat penjualan 1000 unit
Keterangan Sistem automasi Sistem manual
Penjualan 100.000.000 100.0000.000
Biaya variabel (50.000.000) (80.000.000)
Margin kontribusi 50.000.000 20.000.000
Biaya tetap (15.000.000) (10.000.000)
Laba sebelum pajak 35.000.000 10.000.000

Harga jual per unit 100.000 100.000


Biaya variable per unit 50.000 80.000
Margin kontribusi per unit 50.000 20.000

Degree of operating leverage (DOL) untuk sistem automasi adalah


1,45, sedangkan pada sistem manual adalah 2.

D. Perhitungan Biaya Berbasis Aktifitas (ABC)


Persamaan biaya ABC dirumuskan sebagai berikut

Total biaya = biaya tetap + ( biaya variable perunit x jumlah unit) + (biaya
setup x jumlah setup) + (biaya perjam mesin x jumlah jam mesin).

Laba operasi = total pendapata – (biaya tetap + (biaya variable unit x jumlah
unit) + (biaya setup x jumlah setup) + (biaya perjam mesin x jumlah jam mesin).

6
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝)+
(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑗𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑠𝑖ℎ )
Unit impas = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎−𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡

Perbandingan analisis konvensional dan ABC


Contoh :
Suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 40.000.000.analisis didasarkan
pada data :
Pemicu aktifitas Biaya variable per Tingkat pemicu aktifitas
unit
Data mengenai variable :

Unit yang di jual 20.000 -


Setup 1.000.000 40
Jam mesin 30.000 2000

Data lainnya.
Total biaya tetap (konvensional) Rp 200.000.000
Total biaya tetap ABC Rp 100.000.000
Harga jual perunit Rp 40.000

Dengan menggunakan analisis BVL pendekatan konvensional, jumlah unit


yang harus terjual untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp
40.000.000 dihitung sebagai berikut:
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎+𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Jumlah unit = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎−𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 40.000.000𝑛+200.000.000
= = 240.000.000 / 20.000 = 12.000unit
40.000−20.000

Dengan menggunakan analisis BVL pendekatan ABC jumlah unit yang harus
terjual untuk menghasilkan laba operasi sebesar Rp 40.000.000 dihitung
sebagai berikut :
𝑅𝑝 40.000.000+100.000.000+(1.000.000 𝑥 40)
+ (30.000 𝑥 2000)
Jumlah unit = = 12.000unit.
40.000−20.000

7
3.5 JURNAL ASING DAN INDONESIA
JURNAL ASING
Analisis volume profit biaya Perusahaan Nestlé terbatas
B Navaneetha, K Punitha, Raichurahmat Joseph, S Rashmi, T SaiAishwariyaa
Departemen B. Com (PA), PSGR Krishnammal College untukPerempuan, Coimbatore,
Tamilnadu, India
Alatpenelitian
Penelitianinididasarkanpada data sekunder.Ini telahdikumpulkandarilaporankeuangan
Nestle Company Ltd, dariperiode 2012-2013 untuk 2015-2016 danjugadari online publikasi,
artikel, jurnaldansitus web.
1. Analisis Data dan Kontribusi Interpretasi
Kontribusi adalah perbedaan antara penjualan dan biaya variabel atau biaya
penjualan marjinal. Ini juga dapat didefinisikan sebagai kelebihan harga jual di atas
biaya variabel per unit. Margin
Kontribusidigunakanuntukmelihatseberapajauhpendapatanpenjualanbisnisbisamenutu
pibiayatetapsetelahmengeluarkanunsurbiayavariabel.
Year Sales Fixed Cost Variable Cost
2012 83.023,01 4.366,00 48.371,71
2013 90.619,02 4.366,00 50.572,72
2014 98.062,71 4.366,00 56.653,73
2015 81.232,72 4.366,00 43.234,71
2016 74.908,00 4.366,00 44.530,42

𝑪𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏 = 𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔 − 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒍𝒆 𝒄𝒐𝒔𝒕


Table 1: Contribution (in Rs. in crores)

Sales Variable Cost Contribution


Year
( Rs ) ( Rs) (Rs)
2012 83023.01 48371.71 34651.31
2013 90619.02 50572.72 40046.32
2014 98062.71 56653.73 41409.00
2015 81232.72 43234.71 37998.00

8
2016 74908.00 44530.42 30377.61
Source:www.annualreportofnestle.com
Tabel di atas menggambarkan bahwa kontribusi tertinggi (41409,00 Rs. Dalam
crores) pada tahun 2014, dan paling rendah(30377,61 Rs. Dalam crores) pada tahun 2016.
Penjualan harus ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kontribusi.
2. Profit Volume Ratio
Rasio volume laba, juga disebut 'rasio kontribusi' atau 'rasio marjinal'
mengungkapkan tingkat kontribusi per produk sebagai persentase dari omset. Ini
menunjukkan hubungan kontribusi terhadap omset.
P/V ratio = (𝒄𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏 × 𝟏𝟎𝟎 ) ÷ 𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔
Table 2: Profit Volume ratio (in Rs. in crores)
Sales Contribution P/V Ratio

Year
(Rs) (Rs) (Rs)
2012 83023.01 34651.32 41.74
2013 90619.02 40046.32 44.19
2014 98062.71 41409.04 42.23
2015 81232.71 37998.01 46.78
2016 74908.01 30377.60 40.55
Source: www.annualreportofnestle.com
Hal ini dicatat dari tabel no.2, selama periode studi rasio volume laba lebih tinggi
(46,78%) pada tahun 2015 dan lebih rendah (40,55%) pada tahun 2016. Rasio P / V harus
ditingkatkan untuk perbaikan perusahaan.
3. Break even Point (dalam rupee)
Analisis titik impas adalah metode untuk mempelajari hubungan antara pendapatan
penjualan, biaya variabel dan biaya tetap untuk menentukan tingkat operasi di mana
semua biaya sama dengan pendapatan penjualannya dan titik ini dikenal sebagai titik
Tanpa Keuntungan Tanpa Kerugian.
Break-Even point =(𝒇𝒊𝒙𝒆𝒅 𝒄𝒐𝒔𝒕 × 𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔 ) ÷ 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏
Table 3: Break-even point (in Rs. in crores)
Break-Even
Fixed Cost Contribution Sales
Year Point
(Rs) (Rs) (Rs) (Rs)
2012 4366 34651.31 83023.03 10460.75

9
2013 4366 40046.32 90619.01 9879.63
2014 4366 41409.01 98062.72 10339.34
2015 4366 37998.02 81232.71 9333.70
2016 4366 30377.63 74908.02 10766.10
Sources: www.annualreportofnestle.com
Penjelasandari tabel no 3, titik impas lebih tinggi pada tahun 2016 dan lebih rendah
pada tahun 2015. Peningkatan penjualan dan kontribusi sangat penting untuk stabilitas titik
impas.
4. Break Even Ratio
Break-Even Ratio adalah hubungan antara penjualan impas dan penjualan aktual
dari suatu keprihatinan bisnis. Rasio titik impas dipastikan dengan rumus berikut:
Break-Even ratio =(𝑩𝒓𝒆𝒂𝒌 𝒆𝒗𝒆𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔 × 𝟏𝟎𝟎) ÷ 𝒂𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔

Table 4: Break-even ratio (in Rs. in crores)

Year Break-Even Point Actual Sales Break-Even


Ratio

(Rs) (Rs) (Rs)

2012 10460.75 83023.01 12.60


2013 9879.63 90619.01 10.90
2014 10339.34 98062.72 10.54
2015 9333.70 81232.72 11.49
2016 10766.11 74908.01 14.37
Source: www.annualreportofnestle.com
Hal ini disimpulkan dari tabel no.4, Break-even Ratio lebih tinggi (14,37%) pada
tahun 2016 dan lebih rendah (10,54%) pada tahun 2014. Titik impas hanya menentukan rasio
impas, sangat penting untuk meningkatkan titik impas untuk meningkatkan rasio impas dalam
bisnis tidak dapat dihindari.
Review Jurnal
Analisis CVP merupakanalatyang
berhargauntukmengidentifikasikeluasandankedalamanmasalahekonomi yang
akandihadapisuatuperusahaan, sertauntukmembantumenunjukkanpentingnyasuatusolusi.

10
Analisisbiaya volume profit di Perusahaan Nestlé (Ltd) untukperiode 2012-2016.
Bisnisinimemilikikeuntungantinggipadatahun 2013 dankeuntungantertinggipadatahun 2015
Penjualanperusahaantersebutmemilikititikimpasataudikenaldenganbreak even point
yang berfluktuasiartinyabahwadaritahun 2012-2016
titikimpasmengalamikenaikandanpenurunan,namuncenderungstabilcontohnyatitikimpaslebihti
nggipadatahun 2016 danlebihrendahpadatahun 2015
sehinggaterdapatpeningkatanpenjualandankontribusiuntukstabilitastitikimpas.Oleh Karenaitu,
penjualanharusditingkatkanuntukmeningkatkannilaikontribusi. P/V Rasiotertinggiadalahtahun
2015 (46,78%) danterendah di tahun 2016 (40,55%). Keduanyamerupakanfaktor kunci yang
digunakandalamrasio P/V yaknikontribusidanpenjualanmenunjukkan
trendfluktuasidimanaalasanatasketidakstabilandalamrasio P/V.
Langkah-langkah yang
harusdiambiladalahmeningkatkanpenjualanuntukkestabilitasanrasio P/V. Break even point
tertinggiadalahpadatahun 2016 danterendahpadatahun 2015.
Peningkatanpadapenjualandankontribusiadalahesensidarikestabilitasanbreak even point.Rasio
break even tertinggiadalahtahun 2016 (14,37%) danterendahadalah di tahun 2014 (10,54%).
Dengannilairasiotersebut, inisangatkrusialuntukmemperbaikibreak even point
gunamenambahrasio break even dalambisnis yang takterelakkan.
Kesimpulandarijurnaliniadalahkeseluruhan cost volume profit dariperusahaan Nestle
Ltd dilakukansecaratinggi.
Sedangkankeseluruhanpenjualandilakukansangatbaikdandapatdipertahankan. CVP Analysis
mengujiperilakudariperubahan output level, hargajual, biayavariabel per unit
danbiayatetapdarisuatubarangataujasa.

11
JURNAL INDONESIA
Analisis biaya volume laba atau biasa disebut dengan cost volume profit Analysis
(CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan terkait dengan biaya variable per unit, kuantitas yang terjual, harga produk
(approach of product), volume produksi, dan semua informasi keuangan perusahaan yang
terkandung di dalamnya yang sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer
untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga
atau biaya terhadap laba.
Sementara tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal
agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan sepanjang waktu. Besar kecilnya laba
perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.
Maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya volume laba perusahaan, dimana faktor-faktor
yang memperngaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume penjualan.Dengan
harga jual, volume yang dijual, dan pengklasifikasian biaya, maka analisis Cost-Volume-
Profit dapat dilaksanakan dengan menggunakan elemen-elemen analisis. Elemen tersebut
antara lain analisis peramalan penjualan yang terdiri atas peramalan kuantitas penjualan dan
harga jual, dasar-dasar analisis cost-volume-profit yaitu analisis contribution margin, analisis
operating leverage, analisis break, analisis operating leverage, analisis break even point, dan
analisis margin of safety, serta analisis cost-volume-profit. Dalam manfaat perencanaan yaitu
analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dalam jurnal yang kami baca, permasalahan utamanya ialah bagaimana perencanaan
penjualan, perencanaan biaya dan perencanaan laba yang diharapkan dengan penerapan
analisis-biaya yang diharapkan dengan penerapan analisis-biaya-laba dan bagaimana
perbandingan antara proyeksi biaya yang dilakukan perusahaan tersebut dengan proyeksi
biaya hasil analisis biaya-volume-laba.
1. Analisis Pemisah Biaya
Dalam analisis titik impas, biaya yang dikeluarkan perusahaan harus
dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Demikian juga untuk biaya semi
variabel yang mempunyai unsur biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan
terlebih dahulu ke dalam kedua jenis biaya tersebut. Menurut Mulyadi (1992) alat
yang digunakan untuk memisahkan biaya ini adalah analisis trend dengan metode
least dengan persamaan garis sebagai berikut :
12
Y = a + bx nxy − x y
b =nx2 − (x)2
a = ny– bxn

Y : total biaya
x : total produksi
a : biaya tetap
b : biaya variable
n : banyaknya data
2. Metode Least Square Trend
Metode ini digunakan untuk meramalkan jumlah volume penjualan pada tahun
2015. Seperti halnya pada analisis pemisahan biaya maka pemilihan metode least
square trend didasarkan pada alasan bahwa metode ini paling sering dipakai dan
menunjukkan adanya hubungan garis lurus. Menurut Sudjana (1981) rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Y = a + bx
a =Y
b =XYn (X)2
dimana :
Y: total penjualan
X: variabel bebas
n: banyaknya data
3. Analisis Impas
Analisis impas digunakan untuk mengetahui volume penjualan minimum agar
suatu usaha tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba atau dengan
kata lain laba yang diperoleh adalah sama dengan nol. Menurut Mulyadi (1993) cara
untuk menentukan impas adalah :
Biaya TetapImpas (Unit) = Harga Jual perSatuan − Biaya Variabel perSatuan
Biaya Tetap Impas (Rupiah) =1−Biaya Variabel Penjualan
4. Analisis Forecast Penjualan
Analisis forecast penjualan merupakan bagian dari analisis biaya- volume-laba
yang dapat digunakan untuk mengetahui perencanaan penjualan tahun 2015. Menurut
Matz (1988) cara untuk menghitung forecast penjualan adalah sebagai berikut :
Sales Tahun 2015 = Ramalan Volume Penjualan Tahun 2015 x Tarif Air per Meter
Kubik
13
5. Analisis Cost Proyeksi
Analisis cost proyeksi juga merupakan bagian dari analisis biaya- volume-laba
yang dapat digunakan untuk mengetahui perencanaan biaya tahun 2015.Menurut
Matz (1988) cara untuk menghitung forecast penjualan adalah sebagai berikut :
Biaya Tetap = Biaya Tetap Tahun Sebelumnya + (% kenaikan x Biaya TetapTahun
Sebelumnya)
Biaya Variabel = Biaya Variabel Tahun Sebelumnya + (% kenaikan x Biaya Variabel
Tahun Sebelumnya)
6. Perencanaan Laba Tahun 2015
Menurut Matz (1988) perencanaan laba tahun 2015 dapat dihitung dari sales
berdasarkan forecast penjualan tahun 2015 dikurangi dengan proyeksi biaya tahun
2015.
Laba Tahun 2015 = Sales Tahun 2015 – Biaya Tahun 2015
Seperti yang telah tertera pada rumus di atas data yang diperlukan merupakan data
sekunder yang diperoleh dari perusahaan tersebut berupa data keuntungan tahun 2011-2014,
total biaya tahun 2011-2014, perincian elemen-elemen laba rugi tahun 2014 dan proyeksi
biaya perusahaan menurut studi kelayakan proyek yang dibuat tahun 1998. Dengan itu,
analisis yang digunakan adalah analisis pemisahan biaya, metode least square trend, analisis
impas, analisis forecast penjualan, analisis cost proyeksi, perencanaan laba tahun 2015 dan
perbandingan proyeksi biaya perusahaan dengan proyeksi biaya hasil analisis biaya-volume-
laba.
Oleh karena itu, pembahasan kali ini akan fokus pada bagaimana analisis volume
profit (CVP) Least square trend dan forecast agar manajer dapat dengan bijak mengambil
keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang dapat merugikan perusahaan.

14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Reference
- Siregar, Badric., bambang suripto, dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta:
Salemba Empat.

Website
Dikutip dari https://www.google.com/url?q=https://www.ijbmi.org/papers/Vol(7)5/Version-
2/H0705024651.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiZmbDe0pPiAhV763MBHaX-
CsYQFjAIegQIAxAB&usg=AOvVaw0TMDhIrACr0ngI4ibty808 terakhir diakses tanggal 11
Mei 2019-05-12
Dikutip dari https://www.google.com/url?q=https://www.ijbmi.org/papers/Vol(7)5/Version-
2/H0705024651.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiZmbDe0pPiAhV763MBHaX-
CsYQFjAIegQIAxAB&usg=AOvVaw0TMDhIrACr0ngI4ibty808 terakhir diakses tanggal 11
Mei 2019-05-12
Dikutip dari
https://www.academia.edu/29740653/makalah_analisis_hubungan_biaya_volume_laba
terakhir diakses tanggal 11 Mei 2019-05-12

15

Anda mungkin juga menyukai