PENGGANDA MULTIPLIER
Deskripsi Singkat
Bab ini akan membahas tentang pengganda (multiplier) dalam perekonomian makro. Uraian
dimulai dari review perekonomian dua hingga empat sektor yang telah dijelaskan dalam Bab
5 hingga Bab 7. Penjelasan ini diharapkan dapat mengingatkan kembali pada konsep dasar
tentang hubungan output nasional dengan faktor-faktor penyusunnya dalam perekonomian
dua hingga empat sektor. Hal ini diperlukan karena dalam bab ini akan diperkenalkan konsep
seberapa besar perubahan output nasional jika ada perubahan-perubahan pada variable
penyusunnya. Angka pengali perubahan output akibat perubahan variable penyusunnya inilah
yang disebut dengan pengganda (multiplier). Uraian dilanjutkan dengan pengenalan
multiplier, yaitu pengertian multiplier serta apa dan bagaimana multiplier.
Kegiatan Belajar-Mengajar
Di awal pertemuan dosen menjelaskan pokok, sub pokok, dan TIK pertemuan 8
Review tentang perekonomian 2-4 sektor dilakukan dengan pre-test lisan
Setelah itu, dosen menjelaskan tentang materi multiplier, termasuk cara menurunkan rumus-
rumusnya dan menyelesaikan contoh soal. Mahasiswa diberi kesempatan untuk turut
menurunkan rumus-rumus multiplier yang lain dalam diskusi kelas.
Di akhir pertemuan, mahasiswa diberi latihan kelas atau tugas rumah jika waktu tidak
memungkinkan.
Dengan membaca bab ini, pembaca diharapkan dapat menjelaskan:
GDP = Y = C + I
Perekonomian 3 sektor ditandai dengan masuknya pemerintah dalam perekonomian sehingga
komponen penyusun GDP bertambah, yaitu dengan pengeluaran pemerintah (government
spending/G). Rumus GDP dalam perekonomian 3 sektor adalah:
GDP = Y = C + I + G
Sementara itu, perekonomian 4 sektor ditandai oleh terbukanya perekonomian terhadap luar
negeri (perekonomian terbuka). Penyusun GDP pun bertambah dengan nilai bersih selisih
Ekspor (X) dengan Impor (M) sehingga rumus GDP menjadi:
GDP = Y = C + I + G + (X-M)
Dijelaskan bahwa ada hubungan pendapatan, konsumsi dan tabungan. Bila Y=Income dan C
= Konsumsi, serta S=Tabungan, maka hubungan tersebut adalah Y adalah fungsi dari C atau
S (Y=f(C) atau Y=f(S)). Hubungan ini dituliskan sebagai:
Y=C+S
Selain itu, diperkenalkan pula bahwa Konsumsi atau Saving juga adalah fungsi dari
Pendapatan, yaitu bahwa besarnya konsumsi atau saving dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan (C=f(Y) atau S=f(Y)). Rumusan keduanya dituliskan sebagai berikut:
C=a+bY dan S = c + d Y;
MPS + MPC = 1
D S = perubahan saving
Pendapatan (Y)
(Trilyun Rp)
MPC MPS
1 0 100 n.a n.a
2 100 180 0,8 0,2
3 400 -20
4 500 0
5 1000 900
6 2000 300
7 3000 500
8 4000 700
Dalam perekonomian 2 sektor, investasi ( I ) dibiayai atau berasal dari tabungan masyarakat
(S). Saat terjadi keseimbangan Pendapatan Nasional, maka seluruh I berasal dari S, atau:
S=I
Y=C+S
Y=C+I
Banyaknya faktor penyusun GDP atau Y membuat dikenal beberapa jenis multiplier. Di
antaranya, multiplier investasi, yaitu faktor pelipat ganda sebagai akibat perubahan
(tambahan atau pengurangan) investasi. Dengan kata lain, angka yang menunjukkan besaran
perubahan pendapatan nasional (Y) akibat perubahan investasi sebesar satu-satuan. Multiplier
yang lain adalah multiplier konsumsi, yaitu angka yang menunjukkan besaran perubahan
pendapatan nasional (Y) akibat perubahan konsumsi sebesar satu-satuan. Demikian pula akan
ada multiplier pengeluaran pemerintah. Saat menghitung pendapatan nasional, pajak dan
transfer payment juga berpengaruh, sehingga akan ada pula multiplier pajak dan transfer
payment. Dengan melihat definisi multiplier konsumsi dan investasi di atas, peserta mata
kuliah mengembangkan sendiri definisinya.
Jika Multiplier Investasi disimbolkan dengan ki, sesuai definisinya sebagai perubahan
pendapatan (DY) per perubahan investasi (DI), maka
Kita tahu bahwa DY/DY=1 dan DC/DY = MPC sehingga persamaan dapat ditulis kembali
menjadi:
atau atau .
Ini berarti bahwa seberapa seberapa besar tambahan Investasi ( ΔI) bisa merubah Pendapatan
Nasional (DY) sangat dipengaruhi oleh “multiplier effect” dari tambahan investasi tersebut
(ki). Sedangkan Multiplier Effect sendiri besarnya dipengaruhi oleh tingkat MPC atau MPS
seperti telah dituliskan pada rumus di atas.
Misalkan, suatu negara dengan perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan nasional (Y)
sebesar Rp 170 T, yang dibentuk dari Konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan Investasi (I)
sebesar Rp 20 T. Jika ada perubahan berupa tambahan Investasi ΔI sebesar Rp.10 T,
berapakah Pendapatan Nasional yang baru (Y’) jika diketahui bahwa MPC penduduk negara
tersebut adalah 0,6?
Y=C+I
DY = Rp. 10 T . 2,5
DY = Rp. 25 T
Dengan demikian,
Y’ = C + I + ΔY
Y’ = Rp.150 T + Rp. 20 T + Rp. 25 T
Y’ = Rp. 195 T
Proses multiplier atau pelipatgandaan juga berlaku jika ada perubahan negatif (penurunan)
Investasi. Untuk mengetahui apakah terjadi kenaikan atau penurunan investasi dalam suatu
perekonomian maka perlu diketahui besar Investasi Bersih or Net Investment-nya.
Bila setelah dikurangi depresiasi Nilai tambahan Investasi positif (+) maka terjadi kenaikan
investasi dalam perekonomian tersebut di tahun itu. Sebaliknya, jika nilai tambahan Investasi
negative (–) maka terjadi penurunan investasi di tahun tersebut. Jika penambahan investasi
berdampak meningkatkan pendapatan nasional (Y) dengan berlipat ganda maka penurunan
investasi juga akan menurunkan (Y) dengan berlipat ganda juga.
Misalkan, suatu negara dengan perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan nasional (Y)
sebesar Rp 170 T, yang dibentuk dari Konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan Investasi (I)
sebesar Rp 20 T, maka jika ada perubahan berupa tambahan Investasi ΔI sebesar Rp.10 T,
berapakah Pendapatan Nasional yang baru (Y’) jika diketahui bahwa MPC penduduk negara
tersebut adalah 0,6 dan depresiasi pertahun sebesar 2%?
Kita lihat bahwa ada depresiasi, sehingga investasi yang diketahui dalam soal belum net
investment. Karenanya, perlu dihitung dulu net investmentnya.
Sehingga, Net Investment = Rp.10 T – Rp.3,4 T = Rp. 6,6 T (berarti “penambahan investasi)
Dengan cara yang sama seperti di atas, maka kita dapat menghitung besar pendapatan
nasional yang baru saat ada net investment sebesar Rp. 6,6 T
Y’ = C + I + ΔY
= C + I + [Δ I . ki]
= C + I + [Δ I . 1/ (1-MPC)]
= 150T + 20 T + [ 6,6 T x1/0,4 ]
= Rp. 186,5 T
Sebagai catatan, DI di sini adalah D net investment, bukan lagi perubahan investasi saat
belum ada depresiasi.
8.2.2. Multiplier Konsumsi (kc)
Y=C+I+G
Kita juga tahu bahwa ada konsumsi adalah fungsi dari pendapatan dispossible (Yd). Yd
adalah pendapatan yang siap dikonsumsi, yaitu pendapatan yang telah dikurangi pajak (Tx)
dan ditambah dengan transfer payment (Tr). Dengan kata lain C=C0 + cYd dan Yd = Y – Tx
+ Tr; dengan c = MPC
Y = C0 + c (Y – Tx + Tr) + I + G
Y = C0 + c Y – cTx + cTr + I + G
Y – cY = C0 – cTx + cTr + I + G
Saat ada perubahan konsumsi (dan variable yang lain dianggap konstan/cateris paribus) maka
pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis sebagai berikut:
= Y + DC/ (1-c)
Atau DY = DC / (1-c)
Sehingga =
Saat ada perubahan pengeluaran pemerintah (G) (dan variable yang lain dianggap
konstan/cateris paribus) maka pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis
sebagai berikut:
= Y + DG/ (1-c)
Atau DY = DG / (1-c)
Sehingga =
Saat ada perubahan pajak (Tx) (dan variable yang lain dianggap konstan/cateris paribus)
maka pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis sebagai berikut:
= Y – c.DTx / (1-c)
Sehingga =
Sementara itu, Saat ada perubahan transfer payment (Tr) (dan variable yang lain dianggap
konstan/cateris paribus) maka pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis
sebagai berikut:
= Y + c.DTr / (1-c)
Sehingga =
Dalam perekonomian 4 sektor, pendapatan nasional juga dipengaruhi oleh ekspor dan
impor, sehingga dapat pula dihitung multiplier ekspor dan impor.
Dengan cara yang sama, berikut rumus multiplier ekspor dan impor
Di mana m adalah kecenderungan untuk mengimpor atau perubahan besaran impor saat ada
perubahan pendapatan nasional.
Jika dalam poin 8.2.2 – 8.2.4 adalah multiplier saat perekonomian tertutup (2 dan 3 sektor),
maka saat berada di perekonomian terbuka multiplier konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan pajak pun akan juga terpengaruh. Karenanya, penghitungan multiplier saat di
perekonomian terbuka akan mengalami penyesuaian sebagai berikut:
8.3. LATIHAN DAN/ATAU TUGAS
Pada suatu perekonomian tertutup tanpa campur tangan pemerintah diketahui Pedapatan
Nasional (Y) suatu negara sebesar Rp. 2000 T yg terdiri dari C = Rp.1500 T dan I = Rp.500T.
Bila MPC negara tersebut=0,7 dan ada Tambahan Investasi bruto sebesar 250 T pada tahun
itu, maka tentukan besarnya Pendapatan Nasional yang baru (Y*) bila diketahui depresiasi
pertahun adalah 8% !
Pada suatu perekonomian tertutup tanpa campur tangan pemerintah diketahui Konsumsi (C)
= Rp900 T & Investasi (I) = Rp.600T. Bila MPC negara tsb=0,75 dan ada Tambahan gross
Investment sebesar Rp.90 T pada tahun itu, maka tentukan besarnya Pendapatan Nasional
yang baru (Y*) bila diketahui depresiasi pertahun adalah 6% !
Pada suatu perekonomian tertutup tanpa campur tangan pemerintah diketahui Y=Rp.1250 T.
Bila MPC negara tsb=0,4 dan ada Tambahan gross Investment sebesar Rp.50 T pada tahun
itu, maka tentukan besarnya Pendapatan Nasional yang baru (Y*) bila diketahui depresiasi
pertahun adalah 5% !
Jika diketahui
C = 150 + 0,8 Yd
Hitunglah: