Anda di halaman 1dari 5

Perusahaan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana.

Pada situasi tertentu, perusahaan


mungkin akan mengalami kesulitan keuangan yang ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas
(tidak bisa membayar gaji pegawai, bunga hutang). Jika tidak diselesaikan dengan benar,
kesulitan kecil tersebut bisa berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar, dan bisa sampai
pada likuidasi. Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan cukup bervariasi. Jenis industry
sendiri mempengaruhi penyebab kegagalan usaha. Ada sector usaha yang relative mudah
dikerjakan, ada yang sulit. Kegagalan bisnis juga bervariasi tergantung umur usaha.
Penyelesaian Secara Informal, ditempuh apabila (1) masalah belum begitu parah; (2) Masalah
perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus. Cara Informal yang bisa
ditempuh :
a) Perpanjangan (extension), dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang.
b) Komposisi (Composition), dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan, missal klaim
hutang diturunkan menjadi 60%. Kalau hutang awal besarnya Rp 1 juta, maka hutang
yang baru menjadi Rp 600.000 (60% x Rp 1 juta)
c) Likuidasi, jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai going concern, perusahaan
bisa dilikuidasi secara informal.
Pemecahan secara formal ditempuh apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana
lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal melibatkan
pihak ketiga yaitu pengadilan. Dengan cara :
a) Apabila nilai perusahaan lebih besar dari Nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan
Reorganisasi, dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak.
Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau keduanya.
b) Apabila nilai perusahaan lebih kecil dari nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi lebih baik
dilakukan. Likuidasi dengan menjual asset-aset perusahaan., kemudian didistribusikan ke
pemasok modal di bawah pengawasan pihak ketiga.

9.2.1      Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah kegiatan merubah struktur perusahaan, dalam hal ini bisa berarti
membesar atau makin kecil. Kegiatan akuisisi dan merjer yang dibicarakan pada bab sebelumnya
adalah termasuk restrukturisasi yang semakin membesar, karena dalam kegiatan ini perusahaan
bisa melakukan integerasi vertical untuk mengamankan bahan bakunya dan atau distribusi hasil
produksinya.
Sell off, perusahaan yang mempunyai unit kegiatan yang beraneka ragam, pada suatu
ketika dianggap unit-unit tersebut dianggap tidak ekonomis lagi. Kondisi ini disebabkan
kemungkinan karena tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga sulit mencapai economic of
scale.
Spin Off, dilakukan apabila unit kegiatan yang dimiliki suatu perusahaan dipisahkan dan
berdiri sendiri menjadi perusahaan baru. Dengan demikian perusahaan baru yang terpisah
tersebut memiliki manajemen sendiri yang independen dalam mengambil keputusan.
Mengurangi beban-beban yang menghimpit perusahaan yaitu dengan :
Extension. Melalui perpanjangan, kreditor bersedia memperpanjang masa jatuh tempo
hutangnya. Sebagai contoh, hutang yang pada mulanya jatuh tempo dalam lima tahun, sekarang
diperpanjang menjadi sepuluh tahun.
Komposisi (Composition). Komposisi dilakukan melalui perubahan nilai hutang lama.
Sebagai contoh, hutang lama sebesar Rp 100 diturunkan nilainya menjadi Rp 60. Meskipun nilai
hutang turun, kreditor masih bisa menerimanya karena nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai hutang jika perusahaan dilikuidasi.
Going Private, perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di Pasar Modal, hal ini
bisa dilakukan dengan membeli saham-saham yang sudah dipublish (bisa dibeli oleh direksi atau
dengan teman-temannya).
Leverage buy out, perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di Pasar Modal
(going private) yang dilakukan dengan menggunakan dana pihak ketiga.

9.2.2 Reorganisasi
Dalam melakukan reorganisasi financial, ada beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu
menaksir nilai perusahaan, menentukan struktur modal yang baru.
1. Menentukan nilai perusahaan. Penilaian yang sering digunakan dan yang termasuk cukup
sederhana, adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi. Misalkan
kurator atau pihak penilai memperkirakan perusahaan setelah direorganisasi mampu
menghasilkan pendapatan bersih pertahunnya adalah Rp 10 milyar. Tingkat kapitalisasi
untuk perusahaan yang serupa adalah 20 %. Nilai perusahaan tersebut bisa dihitung
sebagai berikut ini :
Nilai perusahaan = Rp 10 milyar/0,2 = Rp 50 milyar
pendapatan Pihak lain bisa sampai pada angka yang berbeda. Perbedaan sangat mungkin
terjadi karena sangat sulit menghitung bersih di masa mendatang.
2. Menentukan struktur modal yang baru. Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi
beban tetap (bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk
mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi.
      Berikut ini contoh langkah-langkah yang dilakukan untuk reorganisasi.
1) Menghitung nilai perusahaan : Misalkan pihak pengadilan dan kurator mengestimasi
penjualan di masa mendatang bias mencapai Rp 75 juta pertahun. Profit margin yang
bias dicapai diperkirakan sekitar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang diperkirakan
diperoleh perusahaan tersebut adalah Rp 7,5 juta pertahun.
2) Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat multiple dan nilai perusahaan : Misalkan saja
tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis adalah sekitar 12%. Maka, Nilai = 7,5 juta /
0,12 = Rp 62,50 juta.
Teknik multiple (seperti PER) juga bisa digunakan. Misalkan saja rasio PER (Price Earning
Ratio)  untuk perusahaan lain adalah sekitar 8 kali. Pihak penilai menganggap rasio tersebut
cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Dengan menggunakan teknik tersebut nilai perusahaan
adalah :
Nilai perusahaan = Rp 7,5 juta x 8 = Rp 60 juta. Tentu saja teknik atau cara yang berbeda akan
menghasilkan angka yang berbeda. Misalkan saja pihak kurator menentukan nilai perusahaan
adalah Rp 60 jutA
3) Menentukan Struktur Modal yang Baru
Karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah dibandingkan total klaim (total pasiva), maka
struktur modal yang baru perlu ditentukan. Struktur modal yang baru diharapkan lebih
meringankan beban tetap perusahaan.

9.2.3.   Likuidasi
Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan
pendekatan stock.Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total
kewajiban lebih besar dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar,
sedangkan total asetnya hanya Rp 500 juta, maka persuahaan tersebut sudah bisa dinyatakan
likuidasi/bangkrut. Dengan pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa
menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan
likuidasi/bangkrut meskipun mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau
mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Proses likuidasi bisa dilakukan secara formal ataupun tidak formal. Proses likuidasi tidak
formal dilakukan perusahaan dengan pertimbangan : biaya lebih murah, aktivitas lebih
sederhana, kreditor mendapatkan uangnya lebih banyak dan lebih cepat.
Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak ketiga,
pihak-pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya.
Pengadilan berusaha agar pihak-pihak yang berkaitan memperoleh perlakuan yang adil selama
proses perbaikan tersebut.
Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal,
yaitu permasalahan Common Pool, dan Hold Out.
1) Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total
Rp 20 milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama
(Rp 2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika
dilikuidasi, asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan
kondisi perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu hutangnya, maka
kreditor tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
2) Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar
dilakukan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap
kreditor), diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar
untuk setiap kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp
14milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang
saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu
dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan juga
diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut), karena nilai Rp 14milyar lebih besar
dibandingkan dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi.
https://www.scribd.com/doc/314242710/Restrukturisasi-Reorganisasi-dan-Likuidasi

Anda mungkin juga menyukai