Anda di halaman 1dari 11

Pendapatan Nasional dalam perekonomian tertutup memiliki beberapa pos yaitu konsumsi,

investasi, dan belanja pemerintah yang dimodelkan dalam persamaan Y = C + I + G. Tentunya


dalam pertambahan setiap pos pendapatan nasional akan menyebabkan pertambahan dalam
pendapatan nasional itu sendiri. Besarnya jumlah pertambahan tiap pos dengan pertambahan
pendapatan nasional yang disebut MULTIPLIER EFFECT atau yang sering disebut sebagai efek
pengganda. Multiplier Effect adalah hasil kali pertambahan tiap pos pendapatan nasional.
Multiplier Effect sendiri yang paling populer adalah pengganda Pajak, Pengganda Investasi, dan
Pengganda Belanja Pemerintah. Untuk melogika dengan mudah sebelum masuk ke pembahasan,
kita logika dulu bagaimana pengaruh ketiga efek yang telah disebutkan tadi terhadap pendapatan
nasional.

Perekonomian yang paling sederhana adalah 2 sektor, yaitu suatu perekonomian dimana
keseimbangan Pendapatan Nasional atau Gross Domestik Product/GDP (Y) ditentukan hanya
oleh 2 sektor, yaitu Konsumsi (C) dan Investasi (I). Konsumsi mewakili pengeluaran sektor
rumah tangga, sedangkan Investasi mewakili pengeluaran sektor business/dunia usaha. Dengan
kata lain, dalam perekonomian 2 sektor GDP disusun oleh pengeluaran rumahtangga (konsumsi)
dan pengeluaran dunia usaha (Investasi) yang rumusnya dituliskan dengan:
GDP = Y = C + I

Perekonomian 3 sektor ditandai dengan masuknya pemerintah dalam perekonomian sehingga


komponen penyusun GDP bertambah, yaitu dengan pengeluaran pemerintah (government
spending/G). Rumus GDP dalam perekonomian 3 sektor adalah:
GDP = Y = C + I + G

Sementara itu, perekonomian 4 sektor ditandai oleh terbukanya perekonomian terhadap luar
negeri (perekonomian terbuka). Penyusun GDP pun bertambah dengan nilai bersih selisih Ekspor
(X) dengan Impor (M) sehingga rumus GDP menjadi:
GDP = Y = C + I + G + (X-M)
Dijelaskan bahwa ada hubungan pendapatan, konsumsi dan tabungan. Bila Y=Income dan C =
Konsumsi, serta S=Tabungan, maka hubungan tersebut adalah Y adalah fungsi dari C atau S
(Y=f(C) atau Y=f(S)). Hubungan ini dituliskan sebagai:
Y=C+S
Selain itu, diperkenalkan pula bahwa Konsumsi atau Saving juga adalah fungsi dari Pendapatan,
yaitu bahwa besarnya konsumsi atau saving dipengaruhi oleh besarnya pendapatan (C=f(Y) atau
S=f(Y)). Rumusan keduanya dituliskan sebagai berikut:
C = a + b Y     dan      S = c + d Y;
di mana:
a dan c = suatu nilai konstanta
b = Marginal Propensity to Consume (MPC)
c = Marginal Propensity to Saving (MPS)
Lebih jauh lagi, dijelaskan pula bahwa:
 
MPC = D C / D Y        dan      MPS = D S / D Y
MPS + MPC = 1
di mana            D C = perubahan konsumsi
D S = perubahan saving
D Y = perubahan pendapatan atau income
Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat Tabel 8.1. di bawah ini dapat diisi untuk
mengingatkan kembali. Beberapa sel sengaja dikosongkan untuk disediakan dan diisi sebagai
latihan mahasiswa/peserta mata kuliah.
 
Tabel 8.1.  Hubungan antar Y, C, S, MPC dan MPS
Pendapatan Tabungan
Konsumsi (C)
(Y) (S) MPC MPS
(Trilyun Rp)
(Trilyun Rp) (Trilyun Rp)
1 0 100 n.a n.a
2 100 180 0,8 0,2
3 400 -20
4 500 0
5 1000 900
6 2000 300
7 3000 500
8 4000 700
 
Dalam perekonomian 2 sektor, investasi ( I ) dibiayai atau berasal dari tabungan masyarakat (S).
Saat terjadi keseimbangan Pendapatan Nasional, maka seluruh I berasal dari S, atau:
S=I
Sehingga yang pada awalnya
Y=C+S
 
Dapat pula ditulis menjadi
Y=C+I
 
8.2.      MULTIPLIER (k)
Multiplier adalah faktor pelipat ganda (angka pengganda) sebagai akibat perubahan (tambahan
atau pengurangan) salah satu faktor penyusun variabel GDP atau Pendapatan Nasional (Y). Oleh
karena besar kecilnya GNP atau Y dipengaruhi oleh tingkat konsumsi (C) dan Investasi (I)
(dalam perekonomian 2 sektor), juga pengeluaran pemerintah (dalam perekonomian 3 sektor)
serta selisih ekspor dan impor dalam perekonomian 3 sektor, maka jika salah satu atau lebih dari
faktor-faktor tersebut berubah maka secara otomatis Y akan berubah.
Banyaknya faktor penyusun GDP atau Y membuat dikenal beberapa jenis multiplier. Di
antaranya, multiplier investasi, yaitu faktor pelipat ganda sebagai akibat perubahan (tambahan
atau pengurangan) investasi. Dengan kata lain, angka yang menunjukkan besaran perubahan
pendapatan nasional (Y) akibat perubahan investasi sebesar satu-satuan. Multiplier yang lain
adalah multiplier konsumsi, yaitu angka yang menunjukkan besaran perubahan pendapatan
nasional (Y) akibat perubahan konsumsi sebesar satu-satuan. Demikian pula akan ada multiplier
pengeluaran pemerintah. Saat menghitung pendapatan nasional, pajak dan transfer payment juga
berpengaruh, sehingga akan ada pula multiplier pajak dan transfer payment. Dengan melihat
definisi multiplier konsumsi dan investasi di atas, peserta mata kuliah mengembangkan sendiri
definisinya.
 
8.2.1.   Multiplier Investasi (ki)
Jika Multiplier Investasi disimbolkan dengan ki, sesuai definisinya sebagai perubahan
pendapatan (DY) per perubahan investasi (DI), maka kita dapat memodifikasi bahwa Y = C + I
ke bentuk lain yang tidak “menghilangkan” nilainya, yaitu bahwa DY = DC + DI. Kemudian,
kita tahu bahwa DY/DY=1 dan DC/DY = MPC. Oleh karena MPC+MPS =1, maka rumus
multiplier investasi di atas juga dapat diltuliskan dalam hubungannya dengan MPS, yaitu bahwa:
 
Ini berarti bahwa seberapa seberapa besar tambahan Investasi ( ΔI) bisa merubah Pendapatan
Nasional (DY) sangat dipengaruhi oleh “multiplier effect” dari tambahan investasi tersebut (ki).
Sedangkan Multiplier Effect sendiri besarnya dipengaruhi oleh tingkat MPC atau MPS seperti
telah dituliskan pada rumus di atas.
Misalkan, suatu negara dengan perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan nasional (Y) sebesar
Rp 170 T, yang dibentuk dari Konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan Investasi (I) sebesar Rp 20 T.
Jika ada perubahan berupa tambahan Investasi ΔI sebesar Rp.10 T, berapakah Pendapatan
Nasional yang baru (Y’) jika diketahui bahwa MPC penduduk negara tersebut adalah 0,6?
Jawaban contoh soal di atas adalah sebagai berikut:
Y=C+I
Rp.170 T   = Rp.150 T + Rp.20 T
bila ada ΔI = Rp.10T, maka
Y’ = Y + ΔY = C + I + ΔY
Oleh karena ada proses multiplier (pelipat ganda) dalam perekonomian maka,
ki = DY/DI; atau DY = DI . ki.
Rumus ki jika diketahui MPC adalah
Jika kita masukkan ke rumus-rumus di atas,
ΔY = ΔI . ki
DY = Rp. 10 T . 2,5
DY = Rp. 25 T
Dengan demikian,
Y’ = C + I + ΔY
Y’ = Rp.150 T + Rp. 20 T + Rp. 25 T
Y’ = Rp. 195 T
 
Proses multiplier atau pelipatgandaan juga berlaku jika ada perubahan negatif (penurunan)
Investasi. Untuk mengetahui apakah terjadi kenaikan atau penurunan investasi dalam suatu
perekonomian maka perlu diketahui besar Investasi Bersih or Net Investment-nya.
Net Investment = Tambahan Investasi – Depresiasi
Depresiasi = Pendapatan Nasional (Y) x %Depreciation.
 
Bila setelah dikurangi depresiasi Nilai tambahan Investasi positif (+) maka terjadi kenaikan
investasi dalam perekonomian tersebut di tahun itu. Sebaliknya, jika nilai tambahan Investasi
negative (–) maka terjadi penurunan investasi di tahun tersebut. Jika penambahan investasi
berdampak meningkatkan pendapatan nasional (Y) dengan berlipat ganda maka penurunan
investasi juga akan menurunkan (Y) dengan berlipat ganda juga.
Misalkan, suatu negara dengan perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan nasional (Y) sebesar
Rp 170 T, yang dibentuk dari Konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan Investasi (I) sebesar Rp 20 T,
maka jika ada perubahan berupa tambahan Investasi ΔI sebesar Rp.10 T, berapakah Pendapatan
Nasional yang baru (Y’) jika diketahui bahwa MPC penduduk negara tersebut adalah 0,6 dan
depresiasi pertahun sebesar 2%?
Kita lihat bahwa ada depresiasi, sehingga investasi yang diketahui dalam soal belum net
investment. Karenanya, perlu dihitung dulu net investmentnya.
Net Investment = ΔI – Depresiasi
Depresiasi = Y x %Depresiasi
Depresiasi = Rp. 170 T x 2% = Rp. 3,4 T
Sehingga, Net Investment = Rp.10 T – Rp.3,4 T = Rp. 6,6 T (berarti “penambahan investasi)
Dengan cara yang sama seperti di atas, maka kita dapat menghitung besar pendapatan nasional
yang baru saat ada net investment sebesar Rp. 6,6 T
Y’ = C + I + ΔY
= C + I + [Δ I . k i]
= C + I + [Δ I . 1/ (1-MPC)]
= 150T + 20 T + [ 6,6 T x1/0,4 ]
= Rp. 186,5 T
Sebagai catatan, DI di sini adalah D net investment, bukan lagi perubahan investasi saat belum
ada depresiasi.
 
8.2.2.   Multiplier Konsumsi (kc)
Dalam perekoniman 3 sektor di dapat bahwa
Y=C+I+G
Kita juga tahu bahwa ada konsumsi adalah fungsi dari pendapatan dispossible (Y d). Yd adalah
pendapatan yang siap dikonsumsi, yaitu pendapatan yang telah dikurangi pajak (Tx) dan
ditambah dengan transfer payment (Tr). Dengan kata lain C=C 0 + cYd dan Yd = Y – Tx + Tr;
dengan c = MPC
 
Dengan demikian fungsi di atas ditulis kembali sebagai berikut:
Y = C0 + c (Y – Tx + Tr) + I + G
Y = C0 + c Y – cTx + cTr + I + G
Y – cY = C0 – cTx + cTr + I + G
(1-c) Y = C0 – cTx + cTr + I + G
Y = (C0 – cTx + cTr + I + G) / (1-c)
Saat ada perubahan konsumsi (dan variable yang lain dianggap konstan/cateris paribus) maka
pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis sebagai berikut:
Y’ = Y + DY    = (C0 + DC – cTx + cTr + I + G) / (1-c) à
= (C0 – cTx + cTr + I + G) / (1-c) + DC / (1-c)
= Y + DC/ (1-c)
Atau       DY    = DC / (1-c)
Sehingga =
           
8.2.3.   Multiplier Pengeluaran Pemerintah (kG)
Dengan cara yang sama seperti di atas, kita juga dapat menghitung multiplier pengeluaran
pemerintah (kG).
Saat ada perubahan pengeluaran pemerintah (G) (dan variable yang lain dianggap
konstan/cateris paribus) maka pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis sebagai
berikut:
 
Y’ = Y + DY    = (C0 – cTx + cTr + I + G + DG) / (1-c) à
= (C0 – cTx + cTr + I + G) / (1-c) + DG / (1-c)
= Y + DG/ (1-c)
Atau       DY    = DG / (1-c)
  
8.2.4.   Multiplier Pajak (kTx) dan Transfer Payment (kTr)
Saat ada perubahan pajak (Tx) (dan variable yang lain dianggap konstan/cateris paribus) maka
pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis sebagai berikut:
 
Y’ = Y + DY    = (C0 – c (Tx + DTx) + cTr + I + G) / (1-c) à
= (C0 – cTx + cTr + I + G) / (1-c) – c.DTx / (1-c)
= Y – c.DTx / (1-c)
Atau       DY    = – c.DTx / (1-c)
 
Sementara itu, Saat ada perubahan transfer payment (Tr) (dan variable yang lain dianggap
konstan/cateris paribus) maka pendapatan nasional setelah perubahan (Y’) dapat ditulis sebagai
berikut:
 
Y’ = Y + DY    = (C0 – c Tx + c (Tr + DTr) + I + G) / (1-c) à
= (C0 – cTx + cTr + I + G) / (1-c) + c.DTr / (1-c)
= Y + c.DTr / (1-c)
Atau       DY    =   c.DTr / (1-c)
 
8.2.5.   Multiplier Lainnya
            Dalam perekonomian 4 sektor, pendapatan nasional juga dipengaruhi oleh ekspor dan
impor, sehingga dapat pula dihitung multiplier ekspor dan impor.

Metode Analisis
1. Analisis Tabel Input Output
Analisis Tabel IO merupakan suatu metode yang secara sistematis digunakan untuk
mengukur hubungan timbal balik antara sektor dalam sistem ekonomi (Daryanto dan
Hafizrindia,2010:2). Model IO juga harus didasarkan asumsi guna dalam penyusunan
tabel IO diantarannya adalah: (1) homogenitas yaitu suatu komoditas yang hanya
menghasilkan output secara tunggal dan input secara tunggal oleh suatu sektor dan tidak
ada subtitusi output yang dihasilkan dari sektor lain, (2) linearitas yaitu suatu prinsip
dimana fungsi produksi yang bersifat linier dan homogen yang artinya adanya perubahan
suatu tingkat antara input dan output yang proposional, (3) aditivitas dinyatakan bahwa
efek total dari pelaksanaan produksi yang dihasilkan dari masing-masing sektor dilakukan
secara terpisah dan menunjukkan pengaruh diluar sistem input output yang diabaikan.
Menurut Chenery-Watanabe (1958) terjadinya keterkaitan antar sektor dibagi menjadi
dua bagian yaitu keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan. Dan untuk ukuran
keterkaitan ke belakang dapat dilihat dari sisi permintaan (demand-driven) dan
keterkaitan ke depan dilihat dari sisi permintaan (supply-driven) untuk perencanaan
pembangunan daerah (Daryanto dan Hafizrianda, 2010:12).
Multiplier Effect Sektor....(Deky Aji. Suseno.) 117
Tabel 2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Alokasi Output
Total Penyediaan
Sumber Input Permintaan Antara Permintaan Akhir
a. Input Antara Sektor Produksi Impor Jumlah Output
Kuadran II
Kuadran I
Sektor 1 X1l ... X1j ... X1m F1 M1 X1
Sektor 2 X2l ... X2j ... X2m F2 M2 X2
... ... ... ... ... ... ... ... ...
Sektor i Xil ... Xij ... Xim Fi Mi Xi
... ... ... ... ... ... ... ... ...
Sektor n Xnl ... Xnj ... Xnm Fn Mn Xn
Kuadran III
b. Input Primer Vl ... Vj ... Vm Kuadran IV
Jumlah Input Xl ... Xj ... Xm
Sumber : Tarigan, 2005:105
2. Analisis Multiplier
Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun
untuk model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, pendapatan
dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 3 Hubungan antara efek
awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja,
dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan II sebagai berikut:
Tabel 3. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Nilai
Multiplier
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Efek awal
Efek putaran pertama
Efek dukungan industri
Efek induksi konsumsi
Efek total
Efek lanjutan
1
Σiaij
Σiαij-1-Σiaij
Σiα*ij-Σiαij
Σiα*ij
Σiα*ij-1
hi
Σiaij hi
Σiαij hi- hi -Σiaij hi
Σiα*ijhi-Σiαijhi
Σiα*ijhi
Σiα*ijhi – hi
ei
Σiaij ei
Σiαij ei- ei -Σiaij ei
Σiα*ijei-Σiαijei
Σiα*ijei
Σiα*ijei – ei
Sumber : Daryanto, A. Dalam Bapeda (2004)
Keterangan:
aij = Koefisien Output
hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
ei = Koefisien Tenaga Kerja
αij = Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka
α*ij = Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit
pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus multiplier tipe I dan multiplier tipe II berikut:
118 Jurnal Riset Ekonomi Pembangunan Volume 2 No.2 April 2017
Tipe I =
Efek awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukung Industri
Efek Awal
Tipe II =
Efek awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukung Industri + Efek Induksi Konsumsi
Efek Awal
3. Multiplier output
Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal
(initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter.
Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (inverse matrix) menunjukkan total
pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu unit
satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matriks kebalikan Leontief mengandung
informasi struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan
antar sektor dalam perekonomian wilayah.
4. Multiplier pendapatan
Mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam
perekonomian. Dalam Tabel I-O yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji
yang diterima oleh rumah tangga, termasuk pula dividen dan bunga bank.
5. Multiplier tenaga kerja
Menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari
sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak hanya diperoleh dari Tabel I-O karena Tabel IO
tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier
tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga
kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara.
Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh
koefisien tenaga kerja dengan cara membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing
sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masingmasing
sektor tersebut.

Anda mungkin juga menyukai