Anda di halaman 1dari 6

M.

Andre Luthfi
21/491990/KU/23574
STROKE ISCHEMIC: TUTORIAL KLINIS NEUROLOGY

Definisi:
 Stroke, atau gangguan cerebrovaskular akut, merupakan defisit neurologis onset akut
yang disebabkan oleh penyebab vaskular fokal. Stroke didahului oleh penurunan aliran
darah yang terjadi lebih dari beberapa detik. Apabila penghentian aliran darahnya lebih
dari beberapa menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan otak
 Apabila aliran darah dapat dikembalikan dengan cepat, jaringan otak dapat pulih kembali
dan defisit neurologis hanya sementara. Kondisi disebut sebagai Transient Ischemic
Attack (TIA)

Epidemiologi:

Berdasarkan Risekesdas Kemenkes tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari
8,3% tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013. Terdapat prevalensi di berbagai provinsi
dengan posisi tiga terbesar yaitu Sulawesi Selatan (17,9%), Daerah Istimewa Yogyakarta
(16,9%) dan Sulawesi Tengah (16,6%)

Ischemia dan Infark akibat Stroke


Faktor Risiko:

Gejala dan tanda klinis:


 Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot-otot
penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, bicara dan sebagainya
 Gangguan fungsi keseimbangan
 Gangguan fungsi penghidu
 Gangguan fungsi penglihatan
 Gangguan fungsi pendengaran
 Gangguan fungsi kognitif: gangguan atensi, memori, bicara verbal, gangguan orientasi
ruang
 Gangguan global: gangguan kesadaran
Skrining:
Tingkat keparahan stroke: NIH Stroke Scale
Pemeriksaan Penunjang:
 EKG
 Pemeriksaan hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal
 Pemeriksaan laboratorium rutin lain seperti profil lipid, laju endap darah serta
pemeriksaan homeostasis
 Pencitraan otak berupa CT Scan kepala

Tatalaksana Umum:
1. Airway & Breathing
Pastikan jalan napas bebas dengan manuver head-tilt chin-lift atau jaw manuver.
Perbaikan jalan napas dapat juga dilakukan dengan pemasangan pipa orofaring pada pasien tidak
sadar, pemberian bantuan ventilasi pada pasien penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar
dengan gangguan jalan napas. Lakukan intubasi Endotracheal tube (ETT) atau Laryngeal Mask
Airway (LMA) bila hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 > 50 mmHg)
2. Circulation
a. Lakukan pemasangan Central Venous Catheter dengan mengupayakan Central
Venous Pressure 5-12 mmHg. Berikan cairan kristaloid atau koloid IV
3. Pengendalian Tekanan Intrakranial
a. Elevasikan kepala 20-30 derajat dengan memposisikan pasien tanpa penekanan
vena jugulare
Berikan osmoterapi meliputi:
1. Manitol 0,25-0,5 g/kgBB selama > 20 menit, diulangi setiap 4-6
jam dengan target osmolaritas ≤ 310 mOsm/L
2. Furosemid 1 mg/kgBB IV
4. Pengendalian Kejang→ Status Epilepticus
Bila kejang, berikan diazepam IV bolus lambat 5-20 mg diikuti fenitoin dosis bolus 15-20
mg/kgBB dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit
5. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam. Bila fungsi meneral, nutrisi dapat
diberikan per oral. Kebutuhan kalori 25-30 kkal/kgBB/hari diberikan pada keadaan akut dengan
komposisi:
1. Karbohidrat 30-40%
2. lemak20-35%
3. Protein 20-30%

Tatalaksana Spesifik:
1. Trombolisis Intravena
Berikan recombinant tissue plasminogen activator (rTPA) seperti alteplase IV 0,6-0,9
mg/kgBB, 10% dosis total diberikan sebagai bolus inisial dalam 1 menit, sisanya diberikan
sebagai infus selama 60 menit. Terapi harus diberikan ax 6 jam dari onset

 Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi

 Usia ≥ 18 tahun  Defisit neurologis ringan atau


 Diagnosis klinis stroke dengan defisit cepat mengalami perbaikan
neurologis yang jelas  Riwayat trauma kelapa atau
 Onset ≤4,5 jam atau ≤6 jam stroke dalam 3 bulan terakhir
 Tidak ada gambaran perdarahan intrakranial  Infark multilobar (gambaran
pada CT-Scan/ MRI hipodens > ⅓ hemisphere
 Pasien atau keluarga mengerti dan menerima serebri)
keuntungan dan risiko yang mungkin timbul.  Kejang saat onset stroke
Harus ada persetujuan tertulis  Riwayat stroke iskemik atau
cedera kepala berat dalam 3
bulan sebelumnya
 Riwayat pembedahan mayor 2
minggu sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai