Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOLOGI

“OBAT ANTI KONVULSAN/KEJANG”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II
Niken Tungga Dewi
Nursofiah
Indrayana
Indah Purnama Sari
Kasmawati
Hj. Nureni B

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2017/2018
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah selesai tepat waktunya dengan judul Makalah “OBAT
ANTIKONVULSAN/KEJANG” .

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita
semua khususnya yang bersangkutan dengan obat-obatan. Kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, kami menyadari bahwa Makalah ini masih sangatlah jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kamiharapkan
demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita, Amiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antikonvulsan/Konvulsi................................................................................3

2.2 Obat antikonvulsan........................................................................................................

2.1.1 Jenis obat antikonvulsan.............................................................................................

2.1.2 Rute dan dosis pemberian obat antikonvulsan............................................................

2.1.3 Indikasi dan kontraindikasi obat antikonvulsan.........................................................

2.1.4 Reaksi dan efek samping obat antikonvulsan.............................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................12

3.2 Saran..........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epilepsi merupakan suatu gangguan kejang, terjadi pada sekitar 1% populasi.


Serangan kejang pada epilepsi disebabkan oleh muatan listrik abnormal dari neoron-
neuron serebral dan di tandai dengan hilangnya atau terganggunya kesadaran dan
biasanya disertai dengan kejang (reaksi motorik abnormal). Elekroense-fologram (EEG)
adalah alat yang berguna untuk mendiagnosis epilepsi. EEG mencatat muatan listrik
abnormal dari korteks serebri. 50% dari semua kasus epilepsi dianggap bersifat primer,
atau ideopatik (tidak diketahui sebabnya) dan 50% lagi sejunder akibat trauma, anoksia
otak, infeksi atau gangguan pembuluh darah otak (CVA=serebrovasculer accident atau
stroke).

Ada beberapa jenis dan nama untuk serangan kejang seperti grand-mal, petit-
mal dan psikomotor. Klasifikasi internasional dari serangan kejang (Tabel 14-1)
menjelaskan 2 kategori serangan kejang yaitu serangan kejang umum dan parsial.
Seseorang dapat memiliki lebih dari 1 serangan kejang.

Obat-obat yang dipakai untuk serangan kejang epilepsi disebut sebagai


Antikonvulsi atau antiepilepsi. Obat-obat antikonvulsi menekan impuls listrik abnormal
dari pusat serangan kejang kedaerah korteks lainnya, ehingga mencegah serangan kejang
tetapi tidak menghilangkan penyebab serangan kejang. Antikonvulsi diklasifikasi sebagai
penekan SSP.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi antikonvulsi/kejang ?

2. Apa yang dimaksud :

a. Apa saja obat antikonvulsan ?

b. Bagaimana rute dan dosis pemberian obat antikonvulsan ?

c. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat antikonvulsan ?

d. Bagaimana reaksi dan efek samping obat antikonvulsan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi antikonvulsan/kejang

2. Mengetahui :

a. Jenis obat antikonvulsan

b. Mengetahui rute dan dosis pemberian obat antikonvulsan

c. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat antikonvulsan

d. Mengetahui reaksi dan efek samping obat antikonvulsan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antikonvulsan/Kejang

Konvulsi merupakan manifestasi gangguan otak lokal atau umum. Dapat terjadi oleh
karena cacat bawaan, penyakit degenerasi, demam, gangguan metabolisme, epilepsi,
anafilaksis neoplasma, penyakit serebrovakulus, keracunan da gejala putus alkohol atau
obat lain.

Kejang terjadi akibat hiperaktifitas atau hipersinkronisitas neuron-neuron di otak.


Kejang fokal melibatkan sekelompok neuron dan tampil dengan gejala-gejala unilateral.
Kejang ini paling sering disebabkan abnormalitas sruktural seperti jaringan parut, tumor
atau peradangan.

Kejang umum melibatkan kedua hemisfer. Kejang ini terjadi akibat hipereksitabilitas
diseluruh otak atau tranmisi oleh daerah epileptogenikdiotak karena hiperaktifitasnya atau
hipersinkronitasnya ke kedua sisi otak. Dengan mekanisme yang terakhir kejang total
dapat meniadi umum.

2.2 Obat Antikonvulsan/Kejang

A. Magnesium Sulphate (MgSo4). Termasuk dalam kategori kehamilan A (antikonvulsi)

a. Indikasi

 Pengobatan dan pencegahan hipomagnesemia

 Sebagai antikonvulsan pada preeklamsia atau eklamsia

 Digunakan sebagai laksatif dan untuk mengeluarkan feses dalam


persiapan prosedur pembedahan atau radiografi

b. Kontraindikasi

 Hipermagnesemia
 Hipokalemia

 Anuria

 Blok jantung

 Persalinan aktif

 Gunakan secara hati-hati pada semua derajat insufisiensi ginjal


(dianjurkan untuk mengurangi dosis)

c. Kerja Obat

 Sangat penting untuk aktifitas berbagai enzim

 Berperan penting dalam nuorontranmisi dan eksitibilatas


muskuler

 Aktif secara osmotik dalam saluran GI, menarik air kedalam lumen
dan menyebabkan peristalsis.

d. Reaksi dan efek samping

 Reaksi serius hanya berhubungan pada penggunaan parenteral

 SSP : Mengantuk

 Resp : Penurunan frekuensi napas

 KV : bradikardia,aritmia,hipotensi

 GI : diare

 Derm : kemerahan, berkeringat

 Metab : hipotermia

 Neuro : penurunan refleks tendon profunda

Tanda-tanda awal meningkatnya magnesium dalam darah adalah ruam kulit,


rasa bertambah panas, berkeringat, haus, ingin tidur, kelopak mata berat dan
berkurangnya tonus otot.
e. Rute dan Dosis

Setiap gram magnesium sulfat mengandung 8 mEq magnesium

Hipomagnesemia

 PO (Dewasa) : 3 gram tiap 6 jam untuk 4 dosis

 IM (Dewasa) : 1 gram tiap 6 jam untuk 4 dosis sampai 250 mg/kg


selama periode 4 jam

 IV (Dewasa) : sampai 5 g dilarutkan dan diinfuskan secara perlahan


selama 3 jam

Preeklamsia dan eklamsia

 IV (Dewasa) : 4 g atau 4-5 g dalam bentuk infus

 IM (Dewasa) : 4-5 g tiap 4 jam

Laksatif

 PO (Dewasa) : 10-30 g

 PO (anak-anak 6-11 tahun) : 5-10 g

 PO (anak-anak 2-5 tahun) : 2,5-5 g

B. Diazepam (termasuk dalam ketegori kehamilan D)

a. Indikasi

 Penatalaksanaan cemas

 Anestesia ringan

 Amnesia

b. Kontraindikasi

 Pasien koma
 Depresi susunan saraf pusat yang sudah ada sebelumnya

 Sensitifitas silang benzodiazepin lain

 Nyeri berat tak terkendali

 Glaukoma sudut sempit

 Kehamilan atau laktasi

c. Kerja obat

 Mempunyai sifat antikonvulsan akibat menguatnya inhibisi


prasinaptik.

 Menekan sususan saraf pusat, kemungkinan dengan mempotensialkan


asam gama aminobutirat ( GABA), suatu inhibitor neurotransmiter.

 Menghilangkan kecemasan

 Sedasi , Amnesia , Relaksasi otot rangka.

 Menghentikan aktifitas kejang

d. Reaksi dan efek samping

 SSP : Pusing, mengantuk, sakit kepala

 KV : hipotensi (hanya IV)

 Derm : ruam

 Mata dan THT : penglihatan kabur

 GI : mual, muntah, diare, konstipasi

 Lokal : trombosis vena, flebitis.

 Resp : depresi pernapasan

e. Rute dan dosis

 PO (Dewasa) : 2-10 mg kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat


sekali sehari
 IM, IV (anak >5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg diulang
sampai 2-4 jam

C. Nifedipin (termasuk dalam kategori kehamilan C)

a. Indikasi

 Pencegahan vasospasme serebral pada penatalaksanaan perdarahan


subraknoid setelah rupturnya aneurisme intrakranial kongenital.

b. Kontraindikasi

 Dikontraindikasikan pada : Hipersensitivitas

 Gunakan secara hati-hati pada : Hipertensi berat, kerusakan ginjal


(kurangi dosis awal sampai 50%)

 Pasien geriatrik.

c. Kerja obat

 Bekerja pada saluran kalsium lambat pada otot polos vaskuler, yang
mengakibatkan vasodilatasi.

 Konsentrasi SSP yang memiliki efek spasmolitik spesifik pada arteri


serebral.

d. Reaksi dan efek samping

 SSP : Sakit kepala, pusing

 Resp : Napas pendek, mengi

 KV : hipotensi, takikardia, bradikardia, edema perifer

 GI : mual, konstipasi, hepatitis, rasa tidak nyaman pada abdomen

 Derm : Dermatitis, ruam kulit, kemerahan.

 Hemat : trombositopenia.

 Lain-lain : kram otot.


e. Rute dan dosis

 PO (Dewasa) : 60 mg tiap 4 jam selama 21 hari, terapi harus dimulai


dalam 96 jam hemoragi subaroknoid

D. Fenitoin (dilantin)

a. Indikasi

 Merupakan obat pilihan pertama untuk serangan tonik-klonik ( grand


mal ) dan serangan psikomotor “ temporal lobe “.

 Semua jenis epilepsi kecuali petit mal; status epileptikus

b. Kontraindikasi

 Blok jantung, ganguan psikiatrik, kehamilan.

 Kehamilan dan laktasi, gangguan hati, hipersensitivitas, syok.

c. Reaksi dan Efek samping

 Susunan saraf pusat : manifestasi paling sering yang berhubungan


dengan terapi fenitoin dengan SSP biasanya terganung dosis. Efek samping
ini berupa nistagmus, ataksia, banyak bicara, koordinasi menurun dan
konfunsi mental, pusing, susah tidur, gelisah kejang motorik dan sakit kepala.

 Saluran cerna : mual, muntah dan konstipasi.

 OVERDOSIS : tidak diketahui antidotnya- kemungkinan dikeluarkan


dari plasma melalui hemodialisis, mual, muntah, sakit kepala, tremor,
insomnia, penggunaan yang lama—hirsitisme, wajah kasar, jerawatan
hiperplasia gingiva, konfusi.

d. Kerja Obat

Tampak menstabilkan bukan menaikkan ambang kejang dan mencegah


perluasan aktifitas kejang bukan menghentikan fokus primer timbulnya
kejang. Dapat meliputi :

 Mengurangi konduktans natrium dengan meningkatkan ekstrusinya


sehingga mencegah aktifitas kejang potensial

 Meningkatkan kerja inhibisi oleh GABA dan mengurangi transmisi


sinaps eksitatori

 Mengurangi pemasukan kalsium di prasinap dan menghambat


pengeluaran neurotransmiter

e. Rute dan dosis

 Pada saat atau setelah makan : 150-300 mg/hari dalam 1-2 dosis
terpisah atau sesuai protokol (nilai plasma perlu di evaluasi dan diobservasi)

 IV : Fenitoin natrium untuk pengobatan eklamsia sesuai protokol

E. Hidralazin Hidroklorida

a. Indikasi

 Peningkatan tekanan darah diastolik, digunakan secara bersamaan


dengan terapi lain yaitu penyekat beta, atau selama krisis hipertensi

b. Kontraindikasi

 Lupus eritematosus sistemik (SLE), takikardia, disfungsi hati, ginjal


atau jantungatau cedera serebrovaskuler

c. Kerja Obat

 Bekerja pada jaringan otot polos disekitar arteri, menyebabkan


jaringan otot tersebut relaksasi sehingga menyebabkan tekanan darah turun.

d. Reaksi dan efek samping

 Mual, hipotensi postural, takikardia, palpitasi flushing,retensi cairan,


sindrom seperti SLE setelah terapi dosis tinggi atau terapi jangka panjang,
sakit kepala, pusing, nyeri saraf, sendi dan otot kongesti nasal, gangguan
darah, gangguan hati dan ginjal.

e. Rute dan dosis

 Oral : 25-50 mg b.d


 Inj. IV : 5-10 mg selama 20 menit diulang setelah 20-30 menit –
diencerkan dengan NaCl 0,9%

 Infus IV : 200-300 g/menit

 Rumatan : 5-150 g/menit

F. Labetalol

a. Indikasi

 Hipertensi dalam kehamilan, krisis hipertensi

b. Kontraindikasi

 Asma, penyakit jalan napas obstruktif kronik, mengi, feokromositoma,


bradikardia, sensitif terhadap labelatol, blok jantung, penyakit raynaud,
gunakan dengan hati-hati pada pasien penderita psiriotis.

c. Reaksi dan efek samping

 Hipotensi postural terutama 3 jam setelah pemberian IV, keletihan,


kelemahan, nyeri epigastrium, kesulitan berkemih, gatal pada kulit kepala,
tremor pada pasien hamil

d. Rute dan dosis

 Oral : dosis awal 100 mg b.d ditingkatkan dengan interval mingguan


100 mg b.d yaitu sampai 200 mg b.d

Pada trimester 2 dan 3, dosis trisasi sampai t.d.s berkisar 100-400 mg t.d.s

Dapat ditingkatkan sampai 800mg dalam 3 sampai 4 dosis yang dibagi rata per
hari (maks. 2,4 gr/hari)

Inj. Iv : %0 mg selama 1 menit yang diulang setelah 5 menit (maks. 200 mg)

Infus IV : 2- mg/jam digandakan setelah 30 menit (maks. 160 mg/jam)

G. Klonidin

a. Indikasi
 Digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan antihipertensi lain
dalam penatalaksaan ringan sampai sedang

b. Kontraindikasi

 Hipersensitifitas

 Gunakan secra hati-hati pada : penyakit jantung serius,


serebrovaskuler, insufisensi ginjal, kehamilan, laktasi

c. Kerja Obat

 Stimulasi reseptor alfa adrenergik disusunan saraf pusat.


Menyebablkan inhibisi pusat kardioakselarasi dan fasokuntriksi

d. Reaksi dan Efek Samping

 SSP : Mengantuk, mimpi buruk, gugup, Depresi

 KV : Hipotensi, bradikardia, palpitasi

 GI : Mulut kering, konstipasi

 Derm : Ruam

 Metab : penambahan berat badan

e. Rute dan dosis

 Oral : melalui mulut 2 kali sehari (pagi dan malam sebelum tidur). Jika
dosis tidak sama, menggunakan dosis yang lebih besar pada waktu tidur untuk
mengurangi resiko efek samping.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konvulsi merupakan manifestasi gangguan otak lokal atau umum. Dapat


terjadi oleh karena cacat bawaan, penyakit degenerasi, demam, gangguan
metabolisme, epilepsi, anafilaksis neoplasma, penyakit serebrovakulus, keracunan da
gejala putus alkohol atau obat lain.

Kejang terjadi akibat hiperaktifitas atau hipersinkronisitas neuron-neuron di


otak. Kejang fokal melibatkan sekelompok neuron dan tampil dengan gejala-gejala
unilateral. Kejang ini paling sering disebabkan abnormalitas sruktural seperti jaringan
parut, tumor atau peradangan.

Kejang umum melibatkan kedua hemisfer. Kejang ini terjadi akibat


hipereksitabilitas diseluruh otak atau tranmisi oleh daerah epileptogenikdiotak karena
hiperaktifitasnya atau hipersinkronitasnya ke kedua sisi otak. Dengan mekanisme
yang terakhir kejang total dapat meniadi umum. (Joyke L, Kee dan Evelyn R. Hayes:
1996)

B. SARAN

Sebaiknya fasilitas kelengkapan buku pada perpustakaan kampus khususnya


kampus STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR bisa lebih ditingkatkan lagi, agar
kami selaku mahasiswi/mahasiswa bisa lebih mudah mencari referensi penyusunan
makalah khususnya tentang farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA

L. Joyke Kee dan R. Evelyn Hayes, Farmakologi Kebidanan, Jakarta: EGC 1996

Jurdan. Sue, Farmakologi Kebidanan, Jakarta: 2003

Hopfer Judith Deglin dan Hazard April Vallerand, Farmakologi Kebidanan, Jakarta: EGC
2004

Susanti dan Tri Mika Kumala, Farmakologi Kebidanan Aplikasi Dalam Praktik Kebidanan,
Jakarta: Tim 2011

Banister Claire, Pedoman obat Buku Saku Kebidanan,

Anda mungkin juga menyukai