Assalamu'alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,
kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul "Status
Epileptikus" ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang memberikan pedoman
hidup yang sesungguhnya.
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. DEFINISI.........................................................................................................................5
B. EPIDEMIOLOGI.........................................................................................................5
C. ETIOLOGI......................................................................................................................5
D. FAKTOR RISIKO........................................................................................................6
E. KLASIFIKASI...............................................................................................................7
F. PATOFISIOLOGI........................................................................................................7
G. MANIFESTASI KLINIS............................................................................................9
H. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS..................................................................13
I. DIAGNOSIS BANDING..........................................................................................13
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................14
K. PENATALAKSAAN DAN PENGOBATAN....................................................14
L. KOMPLIKASI.............................................................................................................18
M. PROGNOSIS..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
2
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih dari 15 % pasien dengan epilepsi memiliki setidaknya satu episode SE.
Risiko lainnya yang meningkatkan frekuensi terjadinya SE adalah usia muda,
genetik serta kelainan pada otak. Angka kematian pada penderita status
epileptikus pada dewasa sebesar 15%-20% dan 3%-15% pada anak-anak.
Kemudian, SE dapat menimbulkan komplikasi akut berupa hipertermia, edema
paru, aritmia jantung serta kolaps kardiovaskular. Sedangkan untuk komplikasi
jangka panjang dari SE yaitu epilepsi (20%-40%), ensefalopati (6%-15%) dan
defisit neurologis fokal (9%-11%). Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
bagaimana cara penatalaksanaan status epileptikus dengan tepat agar dapat
menekan angka morbiditas dan mortalitasnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang
tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang
super adalah status epileptikus yang resisten pengobatan, atau yang rekuren meski
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden status epileptikus pada anak diperkirakan sekitar 10-58 per 100.000
anak. Status epileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia
kurang dari 1 tahun dengan estimasi angka kejadian 1 per 1000 bayi.1
Status epileptikus febris adalah status epileptikus tersering pada anak. Sekitar
30% anak yang mengalami status epileptikus merupakan episode kejang pertama,
dan 40% dari jumlah ini akan menderita epilepsi di kemudian hari. Secara
4
C. ETIOLOGI
Status epileptikus tonik-klonik, banyak berasal dari insult akut pada otak
dengan suatu fokus serangan. Penyebab status epileptikus yang banyak diketahui
penenang dengan mendadak, pasca anestesi dan cedera perinatal. Penderita yang
trauma kepala, radang otak, tumor, penyakit pembuluh darah otak. Kelainan-
kelainan ini terutama yang terdapat pada lobus frontalis, lebih seringmenimbulkan
status epileptikus, dibandingkan dengan lokasi lain pada otak. Penderita yang
tertentu. Umumnya karena tidak teratur makan obat atau menghentikan obat
sekehendak hatinya. Faktor pencetus lain yang harus diperhatikan adalah alkohol,
D. FAKTOR RISIKO
Epilepsi dan sakit kritis merupakan faktor risiko terjadinya status epileptikus,
karena pada pasien sakit kritis terjadi ketidakseimbangan elektrolit. Sekitar 10-
20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status
Pasien yang sakit kritis yang menjadi faktor risiko status epileptikus
5
infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan terutama post-
E. KLASIFIKASI
antara bangkitan.
F. PATOFISIOLOGI
(GABA).1 Kejang sendiri diakibatkan oleh malfungsi kanal ion pada sinaps
6
Neuron dirangsang oleh sinyal yang abnormal. Hal ini menyebabkan
epilepsi bergantung dari potensial aksi yang didasari oleh natrium (1), dan
reseptor-reseptor, dan dengan influks natrium dan kalsium melalui kanal yang
dipagari oleh reseptor- reseptor ini, terjadi hiper-eksabilitas (4). Kenaikan faktor
inhibisi (GABA) yang tidak terkontrol juga merupakan salah satu kunci dalam
dengan peningkatan konsumsi oksigen, glukosa dan ATP, Karena itu aliran darah
serebral yang terjadi, sehingga kadar oksigen dalam otak tidak lagi mencukupi
(lihat Tabel 1). Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan
pencetus apoptosis.2 Selain itu, kerusakan otak dapat juga disebabkan oleh GABA
sehingga kejang mudah berulang. Keadaan ini diperparah jika terdapat hipertermi,
7
Tabel 1. Perubahan yang terjadi di otak dan sistemik saat status epileptikus
konvulsivus7
Hiponatremia
Hipo/hiperkalemia
Leukositosis
Rhabdomiolisis
G. MANIFESTASI KLINIS
Tipe status epileptikus antara lain adalah tipe konvulsif (tonik general, klonik,
8
myoklonik, epilepsia partialis continua, dan status epileptikus neonatus. Tipe
Epileptikus)
- Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik
sampai lima kali pada jam pertama pada kasus yang tidak tertangani.
Epileptikus)
9
- Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik umum
kehilangan kesadaran tanpa diikuti fase klonik. Tipe ini terjai pada
Syndrome.
kondisi degeneratif.
- Bentuk status epileptikus yang jarang dan biasanya dijumpai pada usia
riwayat kejang umum primer atau kejang absens pada masa anak-
10
anak. Respon terhadap status epileptikus Benzodiazepin intravena
didapati.
- Kondisi ini sulit dibedakan secara klinis dengan status absens atau
psikosis.
a. Status Somatomotorik
- Kejang diawali dengan kedutan mioklonik dari sudut mulut, ibu jari
dan jari-jari pada satu tangan atau melibatkan jari- jari kaki dan kaki
pada satu sisi dan berkembang menjadi jacksonian march pada satu
(status afasik).
b. Status Somatosensorik
march.
11
Dapat dianggap sebagai serial dari kejang kompleks parsial dari frekuensi
yang berkepanjangan.
karena berbagai sebab. Bila mana dokter dipanggil untuk menolong penderita,
maka ia tidak usah langsung memberi obat untuk menghilangkan kejang umum
yang hebat itu. Dengan tenang harus menyelidiki dahulu penyakit yang
mendasarinya.
1. Anamnesis :
a. Tingkat kesadaran
b. Pupil
12
d. Tanda-tanda perdarahan
e. Lateralisasi
I. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi
Catscratch disease:
Kejang demam
Tumor otak
Meningitis
Ensefalitis
Sinkop
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
pemeriksaan darah lengkap, kadar glukosa darah, elektrolit, kadar kalsium dan
magnesium terutama pada neonatus, analisa gas darah, screening toksikologi, dan
kadar antikejang dalam darah jika ada riwayat penggunaan obat antikejang.
13
Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus
Stabilitas Penderita
vital yang mungkin terganggu. Prioritas pertama adalah memastikan jalan napas
yang adekuat dengan cara pemberian oksigen melalui nasal canul atau mask
samping yang umum dari obat yang digunakan untuk mengontrol kejang. Darah
diambil untuk pemeriksaan darah lengkap, gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin.
Harus diperiksa gas-gas darah arteri untuk melacak adanya asidosis metabolic dan
Segera diberi 50 ml glukosa 50% glukosa iv, diikuti pemberian tiamin 100 mg
IM.
Pada saat pasien mengalami kejang, diberikan diazepam per rektal dengan
dosis 5 mg suppositoria untuk pasien dengan berat badan(BB) < 12 kg, dan 10 mg
untuk BB≥ 12 kg. Diazepam dapat diberikan maksimal 2 kali dalam jarak 5 menit.
Dalam waktu 10 menit, anak sudah harus masuk ke rumah sakit atau instalasi
gawat darurat (IGD). Bila kejang belum berhenti, diberi diazepam atau
obat habis, obat tidak perlu dihabiskan. Midazolam diberikan 0,2 mg/kg secara IV
midazolam sediaan IV/IM, diteteskan pada buccal kanan selama 1 menit dengan
14
adalah 2,5 mg untuk bayi usia 6-12 bulan, 5 mg untuk anak usia 1-5 tahun. 7,5 mg
untuk anak usia 5-9 tahun. dan 10 mg untuk anak usia minimal 10 tahun.1
Jika kejang masih berlanjut dalam 5 sampai 10 menit, dapat diberikan fenitoin
50ml NaCl 0,9% selama 20 menit, maksimal diberi 1000 mg. Dosis fenitoin dapat
selama 5-10 menit, maksimal diberi 1000 mg. Dosis fenobarbital dapat
ditambahkan 5-10 mg/kg. Fenobarbital dapat diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1
dengan kecepatan yang sama. Bila kejang masih berlanjut selama 5-10 menit, bila
Bila kejang masih berlanjut sampai lebih dari 60 menit, pasien harus dirawat
di ICU karena kejang merupakan refrakter status epileptikus. Terapi yang dapat
100- 200 mcg/kg IV, maksimal diberikan 10 mg, dilanjutkan dengan infus
Dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 2 mg/kg/jam. Propofol dibolus 1-3
Bila kejang masih berlanjut sampai lebih dari 60 menit, pasien harus dirawat
di ICU karena kejang merupakan refrakter status epilekptikus. Terapi yang dapat
100- 200 mcg/kg IV, maksimal diberikan 10 mg, dilanjutkan dengan infus
15
kontinyu 100 mcg/kg/jam, dosis dapat dinaikan 50 mcg/kg setiap 15 menit. Dosis
maksimal yang dapat diberikan adalah 2 mg/kg/jam. Bila bebas kejang selama 24
bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 40 jam bebas
kejang. Propofol dibolus 1-3 mg/kg, dilanjutkan dengan infus kontinyu 2-10
Bila pasien memiliki riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam
dapat diberikan adalah fenitoin 5-10 mg/kg dibagi dalam 2 dosis atau fenobarbital
koreksi harus dilakukan secara hati-hati karena perubahan kadar serum yang
menimbulkan aritmia.5
pada hiponatremi dengan kejang, diberikan bolus cairan saline hipotonik untuk
yang dapat memperparah edema serebral. Namun koreksi yang terlalu cepat harus
16
dihindarkan, dengan batas maksimum 12-18 mEq/L/jam. Digunakan NaCl 3%,
Untuk hiperkalemi, jika kadar kalium darah >6,5 mEq/L, lakukan pemeriksaan
EKG. Prinsip terapi hiperkalemi adalah untuk mencegah aritmia ventrikular, dan
renal.9
hati-hati untuk mencegah hiperkalemi. Pemberian secara oral lebih aman, namun
efeknya lebih lambat. Dosis kalium IV adalah 0,5-1 mEq/kg, diberikan selama 1
jam, dosis oral adalah 2-4 mEq/kg/hari. Preparat yang sering digunakan adalah
KCl, namun pada pasien dengan asidosis, kalium sitrat atau kalium asetat dapat
digunakan.9
17
L. KOMPLIKASI
inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan reseptor glutamat dan
GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron lainnya. Perubahan pada sistem
otot yang terjadi pada status epileptikus konvulsif dapat menyebabkan kerusakan
otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal ginjal. Selain itu, keadaan hipoksia
30-40 menit kemudian kadar glukosa akan turun. Seiring dengan berlangsungnya
kejang, kebutuhan otak akan oksigen tetap tinggi, dan bila tidak terpenuhi akan
memperberat kerusakan otak. Edema otak pun dapat terjadi akibat proses
diantaranya depresi napas dan hipotensi dari obat golongan benzodiazepin dan
18
jantung, serta asidosis metabolik. Asam valproat dapat memicu ensefalopati
hepatik dan hiperamonia. Selain dari obat, komplikasi sekunder dapat juga terjadi
akibat perawatan intensif dan imobilisasi, seperti emboli paru, trombosis vena
M. PROGNOSIS
Gejala sisa lebih sering terjadi pada status epileptikus simptomatis, 37%
Sekitar 3-56% pasien akan mengalami serangan berulang. Faktor risiko status
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Mikati MA, Hani AJ. Status epilepticus. Dalam: Kliegman RM, Stanton
BF, Geme JWS, Schor NF. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed.
2020.
2020
21
7. Scott RC, Surtees RAH, Neville BGR. Status epilepticus:
8. Ropper AH, Samuels MA. Adams and victor's principles of neurology. 9th
RM, Stanton BF, Geme JWS, Schor NF. Nelson textbook of pediatrics.
10. Sperling MA. Hypoglycemia. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, Geme
22