TELAAH KURIKULUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
halaman
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai
amanat kemerdekaan bangsa, maka tujuan luhur tersebut harus tercapai. Oleh karena
itulah, maka dibentuklah perundang-undangan yang mengatur dan bertujuan untuk
mencerdaskan rakyat Indonesia. Salah satunya adalah undang-undang tentang sistem
pendidikan nasional. Dalam sistem pendidikan nasional terdapat beberapa komponen
yang dirancang untuk menyukseskan pelaksanaan pendidikan di Indonesia, salah
satunya adalah kurikulum.
Kurikulum sering disamakan dengan mata pelajaran. Padahal Saylor,
Alexander dan Lewis memandang kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk
mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruang kelas, di halaman sekolah,
maupun di luar sekolah.Sedangkan E. Mulyasa memamndang, kurikulum itu sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi
standart, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan
pendidikan. Dari pandangan pakar tersebut sudah jelas bahwa kurikulum bukan hanya
kumpulan mata pelajaran. Kurikulum meliputi segala pengalaman atau proses belajar
siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga pendidikan
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik,
budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan. Kebutuhan peserta didik dan
masyarakat akan terus berkembang sesuai perkembangan dunia. Masyarakat
Indonesia dituntut menyamakan dirinya dengan penduduk Negara lain sehingga
1
kebutuhan terhadap pendidikan di Indonesia ini akan terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan global. Oleh karena itu pengembangan kurikulum selain orientasinya
adalah lokal juga berorientasi global. Sehingga tak heran kalau perubahan kurikulum
di Indonesia terus-menerus terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah kali ini yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar kurikulum?
2. Bagaimana model konsep kurikulum?
3. Apa saja organisasi kurikulum?
C. TUJUAN
Adapun tujuan masalah pada makalah kali ini yaitu :
1. Mengetahui Bagaimana konsep dasar kurikulum
2. Memahami Bagaimana model konsep kurikulum
3. Mengetahui Apa saja organisasi kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa
kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh anak didik baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan tersebut di bawah tanggung jawab
dan monitoring guru (sekolah).
Kurikulum sebagai sebuah program / rencana pembelajaran, tidaklah hanya
berisi tentang program kegiatan, tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh
beserta alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, disamping itu
juga berisi tentang alat atau media yang diharapkan mampu menunjang pencapaian
tujuan tersebut. Kurikulum sebagai suatu rencana disusun untuk melancarkan proses
belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.
Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan.
4
sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami, diterima, dan
dilakukan.
Kurikulum sekolah merupakan instrumen strategis untuk pengembangan kualitas
sumber daya manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang, kurikulum
sekolah juga memiliki koherensi yang amat dekat dengan upaya pencapaian tujuan
sekolah dan atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu perubahan dan pembaruan
kurikulum harus mengikuti perkembangan, menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan
menghadapi tantangan yang akan datang serta menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menurut Karim (Susilo, 2007:10) bahwa: ‘’Dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan perubahan kurikulum,
sehingga mulai Cawu 2 Tahun Ajaran 2001/2002 sudah diperkenalkan kurikulum
berbasis kompetensi yang merupakan pengembangan dari kurikulum 1994, dan kini
dikenalkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan
kurkulum berbasis kompetensi”.
Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi ((Susilo, 2007:10))
bahwa: “saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara yang perlu segera dianggap dan dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Di mana
peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap
pengembangan kurikulum seperti pembaruan dan diversifikasi kurikulum”.
Kedudukan Kurikulum:
1. Kurikulum sebagai rencana
Kurikulum didefinisikan sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.
2. Kurikulum sebagai pedoman
Kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan
pendidikan yang dilakukan termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas.
3. Kurikulum sebagai jantung pendidikan
5
semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan pada
apa yang direncanakan dalam kurikulum.
4. Kurikulum sebagai pengontrol
Kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan.
Tanpa kurikulum yang jelas, apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali, maka
kehidupan pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.
5. Kurikulum sebagai sosok
Kurikulum adalah konstruk atau sosok yang dibangun untuk mentransfer apa
yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan,
diteruskan, atau dikembangkan.
6. Kurikulum sebagai jawaban
Kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah
sosial yang berkenaan dengan pendidikan.
7. Kurikulum sebagai alat pembangun
Kurikulum merupakan alat untuk menbangun kehidupan masa depan, yang
menempatkan kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa sebagai dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.
Fungsi Kurikulum
Dilihat dari cakupan dan tujuanya menurut McNeil (1990) isi kurikulum,
memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi pendidikan umum (common and generation
education), (2) suplementasi (supplementation), (3) eksplorasi (exploration), dan (4)
keahlian (specialization).
1) Fugsi pendidikan umum (common and general education)
Fugsi pendidikan umum (common and general education), yaitu fungsi
kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota
6
masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.
2) Suplementasi (supplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dariperbedaan
kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedaan bakat. Kurikulum sebagai alat
pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai
dengan perbedaan tersebut.
3) Eksplorasi (exploration)
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan
dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini siswa
diharapkan dapat belajar sesuaidengat minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan
mereka akan belajar tanpa adanya paksaan.
4) Keahlian (spesialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan
keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian,
kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya
perdagangan, pertanian industri atau disiplin akademik.
Memerhatikan fungsi-fungsi diatas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk
setiap orang atau lembaga yangberhubungan baik langsung maupun tidak langsung
dengan penyelenggaraan pendidikan.
Jika dilihat dari segi subjek pengguna, kurikulum dapat berfungsi bagi siswa,
guru, orang tua, kepala sekolah dan masyarakat.
1. Fungsi kurikulum bagi siswa adalah sebagai instrumen untuk mendapatkan
pengalaman baru, dan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan.
2. Fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai pedoman kerja dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar siswa, serta untuk mengadakan
evaluasi terhadap perkembangan siswa.
7
3. Fungsi kurikulum bagi orang tua adalah sebagai acuan untuk melihat
perkembangan kemampuan belajar anak, serta meningkatlkan kualitas hasil
belajar.
4. Fungsi kurikulum sebagai masyarakat adalah sebagai acuan untuk
pengembangan program pendidikan disekolah, pedoman pemberian saran
yang konstruktif untuk perbaikan program kedepan. Bahan berpartisipasi
untuk memperlancar pelaksanaan program disekolah.
3. Peran kurikulum
Peran kurikulum dalam dunia pendidikan yaitu :
• Peran konservatif, artinya kurikulum bertugas menyimpan dan mewariskan nilai-
nilai luhur budaya. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat
mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu
proses
• Peran kreatif, kurikulum harus bisa memberikan dorongan kepada siswa agar
berkembang daya kreatifnya. Kurikulum juga membantu setiap individu
mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum
menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan
keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
• Peran kritis dan evaluatif, artinya kurikulum berperan sebagai alat untuk menilai
dan sekaligus memperbaiki masyarakat. Niali-nilai sosial yang tidak sesuai lagi
dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan
perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar
kriteria tertentu.
4. Komponen-Komponen Kurikulum
Komponen Tujuan
8
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam
skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem
nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu
masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh
suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala
mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang
lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
9
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini
berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode.
Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah
sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya
yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi
berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving
something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui
evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian –
bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau
belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai
10
fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk
melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis,
yaitu tes dan nontes.
11
dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan
kelas lainnya. Kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang
pengajaran ilmu sosial dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Brunner.
Sasaran utama kurikulum MACOS adalah perkembangan kemampuan intelektual,
yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan
memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak walaupun dengan cara
sederhana mampu menganalisis kehidupan sosial.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang solid serta melatih para siswa
menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
2. Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri.
3. Materi/ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi oleh siswa sampai
terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep utama disusun secara sistematis,
kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan
dan dicari cara pemecahannya.
Untuk evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi
yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay) dari pada tes
objektif.
Kurikulum Humanistik
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (persoznalized
educationi) yaitu John Dewey dan J.J. Rousseau. Konsep ini lebih mengutamakan
siswa yang merupakan subjek yang menjadi pusat utama kegiatan pendidikan. Selain
itu, pendidik humanis lebih juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa seorang anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh bukan saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan
afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
12
Ada tiga aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik, yaitu:
1. Pendidikan Konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespons
secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan), terhadap kesaruan yang
menyeluruh dari lingkungan.
2. Kritikisme Radikal, pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan
dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.
3. Mistikisme Modern, yaitu aliran yang menekankan latihan dan pengembangan
kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga,
meditasi, dan sebagainya.
Kurikulum konfluen memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Partispasi, kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar.
2. Integrasi, adanya interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran,
perasaan dan juga tindakan.
3. Relevasi, adanya kerelevanan is kurikulum antara kebutuhan, minat dan
kehidupan murid.
4. Pribadi anak, memberikan tempat utama pada pribadi anak untuk
berkembang dan beraktualisasi potensi secara utuh.
5. Tujuan, memiliki tujuan mengembangka pribadi yang utuh.
13
terjadi bukan hanya antara guru dan siswa, melainkan antara siswa dengan siswa,
siswa dengan lingkungan serta siswa dengan sumber belajar lainnya.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun
1920-an. Harold Rug melihat adanya kesenjangan antara kurikulum dengan
masyarakat. Rug menginginkan siswa dapat mengidentifikasi dan memecahkan
masalah-masalah sosial sehingga diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru
yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada awal tahu 1950-an menyampaikan gagasanya
tentang rekonstruksi sosial. Untuk melaksanakan hal itu, sekolh mempunyai
kewajiban membantu individu mengembangkan kemampuan sosialnya dan
membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Ciri-ciri desain kurikulum rekonstruksi sosial adalah sebagai berikut:
1. Bertujuan utama menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-
hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia dalam masyarakat.
2. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
3. Pola-pola organsasi kurikulum ini disusun seperti sebuah roda, ditengah-tengahnya
sebagai poros merupakan masalah yang menjadi tema utama.
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan
model kurikulum lain tetapi isi da bentuk-bentuknya berbeda.
Untuk pelaksanaan pengajaran rekonsruksi sosial, Harold G. Shane
menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecenderungan (trends)
perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan teknologi dengan
berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat.
Kecenderungan lain adalah perkembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Kurikulum Teknologis
Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah pesat. Perkembangan
teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak
dulu pendidikan telah menggunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan lain-
14
lain. Namun, sekarang seiring dengan kemajuan teknologi banyak alat (tool) seperti
audio,video, overhead projector, film slide, dan motion film, serta banyak alat-alat
lainnya.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum dibagi
dalam dua bentuk, yaitu:
1. Perangkat lunak (software) atau disebut juga teknologi sistem (system
technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penggunaan alat-
alat teknologis yang menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan.
2. Perangkat keras (hardware) atau sering disebut juga teknologi alat (tools
technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penyusuna program
pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.
Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologis pendidikan
(kurikulum teknologis), yaitu:
a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi
dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan
instruksional
b. Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat
tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok.
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu:
a. Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh
pengembang kurikulum yang lain.
b. Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji
coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada
kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan
hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan
ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
15
Dalam pengembangan kurikulum teknologis kerjasama dengan para penyusun
program dan penerbit media elektronik serta media cetak. Pengembangan pengajaran
yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum
teknologis.
C. ORGANISASI KURIKULUM
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan
disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang
hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran,
urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.
1. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajarn disajikan
dalamsubject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan
cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan.
Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-
masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada
minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat
menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan
kepribadian anak secara keseluruhan.
Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan
munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-
masing berdiri sendiri
16
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan
dalam waktu tertentu
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan
mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para
siswa
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan
tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan
(imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa
g. Guu berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan
mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif
17
peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak
dan pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya
b. Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan
permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan
pengetahuan
c. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan
para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat
terbatas
d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang
menghadapi kesulitan
e. Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan
18
f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan
sebagai dasr penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas
tertentu
g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak
mewarnai teoriteori dan praktik pendidikan. Dalam makna ini kurikulum sering
dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah, sedangkan ijazah itu sendiri adalah
keterangan yang menggambarkan kemampuan seseorang yang mendapatkan ijazah
tersebut.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan.
Isi kurikulum, memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi pendidikan umum
(common and generation education), (2) suplementasi (supplementation), (3)
eksplorasi (exploration), dan (4) keahlian (specialization).
Empat aliran atau teori pendidikan memiliki model konsep kurikulum dan
praktik pendidikan yang berbeda. Model konsep kurikulum dari teori pendidikan
klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum
humanistik, teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis, dan dari pendidikan
interaksionis disebut kurikulum rekostruksi sosial.
B. SARAN
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
mengevaluasi hasil penyusunan makalah ini dan agar dapat disempurnakan kembali.
Atas kritik dan sarannya penulis sampaikan terima kasih
20
DAFTAR PUSTAKA
21