Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA, L.) PADA


BEBERAPA DOSIS PUPUK ORGANIK DAN KERAPATAN TANAM

DISUSUN OLEH

Nama : Nurul Asih Handayani

NPM : A1D019065

Kelas : 4A

Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan

Prodi : Pendidikan Biologi

Dosen Pengampuh : Dra. Yennita.M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pertumbuhan dan
Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata, L.) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik dan Kerapatan
Tanam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS
pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga para penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Yennita.M.Si selaku dosen mata
kuliah Fisiologi Tumbuhan yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami di bidang studi tersebut.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 17 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Mentukan Dosis Pupuk Organik ..............................................................


B. Jumlah Tanaman Perlubang Optimal Bagi Pertumbuhan Dan Hasil
Kacang Hijau ............................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan tanaman Leguminosae yang
tumbuh baik didaerah tropis, memiliki nilai ekonomis penting setelah tanaman kacang
tanah dan kedelai. Tanaman pangan ini dikenal luas dan telah lama dibudidayakan di
Indonesia. Kacang hijau termasuk jenis tanaman yang tahan kekeringan dan dapat
tumbuh pada tanah yang kurang subur tahan terhadap hama dan penyakit. Kacang hijau
banyak dibutuhkan oleh masyarakat karena harga relatif stabil. Tanaman kacang hijau
mengandung zat gizi, antara lain: amilum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak
lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman
kacang hijau adalah dapat melancarkan buang air besar karena banyak mengadung serat.

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan sumber protein nabati.
Kandungan protein kacang hijau sebesar 22% menempati urutan ketiga setelah kedelai
dan kacang tanah (Purwono dan Hartono, 2005). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2015), produksi kacang hijau di Indonesia mengalami penurunan dari 341.342 ton tahun-
1 menjadi 271.463 ton tahun-1(tahun 2011 dibanding 2015). Berbagai faktor
menyebabkan penurunan produksi kacang hijau, antara lain kesuburan tanah rendah, alih
fungsi lahan, faktor iklim tidak mendukung, dan praktik budidaya tidak tepat. Upaya
peningkatan produktivitas kacang hijau dapat dilakukan dengan memperbaiki efisiensi
pemupukan dan jumlah tanaman per lubang tanam. Pupuk organik mempunyai peran
penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik dapat
menggemburkan tanah, memacu aktivitas mikroorganisme tanah dan membantu
pengangkutan unsur hara ke dalam akar tanaman, meskipun ketersediaan unsur hara
essensial (makro dan mikro) relatif lebih rendah daripada pupuk anorganik (Suwahyono,
2011). Sumber pupuk organik antara lain pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos.
Penggunaan pupuk kandang berupa kotoran (ayam dan sapi) dapat meningkatkan
kandungan P tersedia dalam tanah sebesar 65,7% (Hossain et al., 2016).

Oleh karena itu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menentukan dosis
pupuk organik dan jumlah tanaman per lubang optimal bagi pertumbuhan dan hasil
kacang hijau.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mentukan dosis pupuk organik ?
2. Berapa jumlah tanaman perlubang optimal bagi pertumbuhan dan hasil kacang
hijau ?

C. Tujuan
1. Untuk mentukan dosis pupuk organik
2. Untuk mengetahui jumlah tanaman perlubang optimal bagi pertumbuhan dan hasil
kacang hijau
BAB II
PEMBAHASAN

Pada penelitian kali ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2017 di lahan
percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Jumantono, Karanganyar. Lokasi
penelitian terletak pada koordinat 7o37’48,3” LS dan 110 o56’51,2” BT dengan ketinggian
tempat 170 m di atas permukaan laut. Tanah yang digunakan adalah tanah alfisol yang
memiliki kandungan hara rendah sehingga termasuk dalam tanah marginal. Pelaksanaan
penelitian meliputi pengolahan tanah minimal menggunakan cangkul, penyediaan benih
kacang hijau varietas VIMA-1, penanaman dengan jarak tanam 40x20 cm, pemberian
pupuk organik dan anorganik (pupuk urea, SP-36 dan KCl) dilakukan pada awal
penanaman dengan cara dibenamkan di sekeliling lubang tanam. Pemeliharaan meliputi
penyiraman, penjarangan, penyiangan, penanggulangan hama serta panen. Pengamatan
pertumbuhan vegetatif melalui pengukuran tinggi tanaman, berat kering brangkasan
melalui pengovenan selama 2x24 jam pada suhu 70 oC. Pengamatan generatif melalui
waktu muncul bunga, jumlah polong, berat 100 biji, jumlah dan berat biji per tanaman.

Kondisi lingkungan penelitian homogen sehingga dirancang dengan metode


Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama berupa
dosis pupuk organik 0, 5, 10, 15, 20 ton ha-1, dan faktor kedua berupa jumlah tanaman per
lubang (1 dan 2), sehingga terdapat 30 satuan percobaan.

Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, umur
berbunga, jumlah polong, bobot segar brangkasan, bobot kering brangkasan (ditimbang
setelah dioven 70 °C sehingga bobotnya konstan), berat 100 biji, jumlah biji per lobang
tanam, berat biji per lobang tanam, jumlah biji kecil per lobang tanam dan serapan hara P
tanaman. Hasil diukur berdasarkan berat biji yang dihasilkan setiap lubang tanam. Serapan
hara P diukur pada fase vegetatif maksimum dengan metode Olsen melalui hasil perkalian
P jaringan tanaman dengan berat kering tanaman.

Data dianalisis statistik dengan menggunakan analisis keragaman dan dilanjutkan


Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui beda
nyata antar perlakuan.

1. Menentukan Dosis Pupuk


Uraian tentang kandungan pupuk organik yang digunakan disajikan pada Table 1.
Pupuk organik yang dimaksud merupakan pupuk organik yang diproduksi oleh
Laboratorium Lapangan Universitas Sebelas Maret di Jatikuwung.
No. Sifat Kimia Pupuk Hasil Satuan
1. pH 8,70* -
2. C-Organik 19,90* %
3. N Total 1,72* %
4. P2O5 2,10* %
5. K2O 1,52* %
6. C/N 11,57* -
Tabel 1. Spesifikasi pupuk organik yang digunakan

Berdasarkan Table 2. terlihat bahwa tinggi tanaman pada dosis pupuk organik
sebesar 10 ton ha-1 adalah tertinggi (18,53 cm), dan tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan dosis pupuk 5 ton ha-1 (17,75 cm). Pemberian dosis pupuk organik sebesar 5 ton
ha-1 mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 55,32% dibandingkan dengan kontrol
(tanpa dosis pupuk). Peningkatan tinggi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur
NPK yang sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk organik yang diberikan (Susanti et
al., 2008). Figure 1. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih lambat terjadi
pemberian pupuk organik (P1T1 dan P1T2). Pupuk organik memperbaiki kondisi tanah
seperti menggemburkan tanah serta menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Jumlah cabang produktif tertinggi tampak pada dosis pupuk organik 10 ton ha-1
(17,83) tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton ha-1 (13,33) (Table 2). Choudhary et al.
(2011) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dengan dosis 0,85 ton ha-1 yang
dikombinasi dengan 50% dosis pupuk anorganik meningkatkan ketersediaan nitrogen dan
fosfor sehingga mempengaruhi pembentukan cabang tanaman. Jumlah cabang produktif
pada kerapatan 2 tanaman per lubang 33,6% lebih tinggi dibandingkan kerapatan 1
tanaman per lubang tanam (Table 3).
Kacang hijau diberi pupuk organik dosis 10 ton ha-1 tinggi tanaman mencapai
tertinggi (18,53 cm) , namun tidak berbeda nyata dengan dosis 5 ton ha-1 (17,75 cm).
Peningkatan tinggi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur NPK sejalan dengan
peningkatan dosis pupuk organik (Susanti et al., 2008). Tinggi tanaman sebagai indikator
pertumbuhan menunjukkan bahwa tanaman tidak diberi pupuk organik pertumbuhan
lebih lambat (Figure 1). Pupuk organik memperbaiki kondisi tanah sehingga mampu
menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik menstimulasi percepatan fase pembungaan tanaman. Fase
berbunga pada tanaman diberi pupuk organik adalah 35 hari setelah tanam (HST),
sedangkan tanpa pemberian pupuk organik adalah 37 HST. Fosfor berperan penting
dalam proses metabolisme termasuk mempercepat proses pembungaan (Hidayat, 2008).
Berat segar brangkasan dipengaruhi oleh kandungan air pada sel-sel tanaman.
Berat segar brangkasan tertinggi tampak pada dosis pupuk organik 10 ton ha-1 (20,97
gram per lubang tanam) dan tidak beda nyata dengan dosis pupuk 5 ton ha- (19,19 gram
per lubang tanam). Rachmadhani et al. (2014) menyatakan bahwa perlakuan taraf
pemupukan organik tidak menyebabkan perbedaan penyerapan air dan penimbunan hasil
fotosintesis. Berat kering brangkasan tertinggi tampak pada dosis pupuk organik 20 ton
ha-1 (8,72 gram per lubang tanam) yang tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk 5 ton ha-
1
(6,74 gram per lubang tanam). Semakin tinggi berat kering brangkasan menunjukkan
bahwa proses fotosintesis berjalan baik. Berat brangkasan segar dan kering tertinggi
berbeda karena kandungan air dalam tumbuhan sehingga berat kering brangkasan pada
dosis 20 ton ha-1 lebih tinggi. Menurut Hardjoloekito (2009), berat kering tanaman
tergantung dari laju respirasi dan laju fotosintesis serta unsur hara yang diserap tanaman.

Perlakuan dosis pupuk organik (ton ha-1)


Variable pengamatan
0 5 10 15 20

Tinggi tanaman (cm) 7,93a 17,75b 18,53b 17,93b 15,28b


Jumlah cabang produktif (cabang) 4a 13,33b 17,83b 14,83b 13,83b
Berat segar brangkasan (g/tanaman) 36,67b 35a 35a 35a 35a
Berat segar brangkasan (g/tanaman) 1,65a 19,19b 20,97b 22,70b 22,92b
Berat kering brangkasan (g/tanaman) 0,89a 6,74b 7,44b 7,66b 8,72b
Jumlah polong (polong) 6,67a 35,50b 37b 39b 42b
Berat 100 biji (g) 4,67a 5,52b 5,23ab 5,71b 5,25ab
Jumlah biji normal(butir) 58,50a 271b 316b 266b 313b
Berat biji (g/tanaman) 2,66a 13,59b 14,10b 13,77b 14,48b
Jumlah biji kecil (butir) 7,17a 42,83a 30,33a 34,50a 35,83a
Serapan hara P tanaman (g/tanaman) 0,20a 3,26b 3,01b 3,93b 4,34b
Tabel 2. Pengaruh dosis pupuk organik terhadap penyerapan, pertumbuhan dan hasil
fosfat kacang hijau
2. Jumlah Tanaman Perlubang Optimal Bagi Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau

Variabel Pengamatan Perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam


1 2
Jumlah cabang produktif 10,93a 14,60b
Jumlah polong 27,87a 36,20b
Jumlah biji kecil 23a 37,27a
Tabel 3. Pengaruh jumlah tanaman per lubang terhadap jumlah cabang produktif,
polong dan benih kecil

Berdasarkan Table 3. terlihat bahwa kerapatan 2 tanaman per lubang tanam


menghasilkan polong nyata lebih banyak 29,8% dibandingkan kerapatan 1 tanaman per
lubang tanam. Menurut Bunyamin dan Awaluddin (2013), makin tinggi populasi
tanaman, sampai batas tertentu masih meningkatkan hasil.

Jumlah biji kacang hijau tergantung pada jumlah polong yang dihasilkan, namun
tidak semua polong menghasilkan biji penuh karena faktor lingkungan. Jumlah biji
tertinggi terlihat pada dosis pupuk organik 10 ton ha-1 yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan dosis pupuk organik 5, 15 dan 20 ton ha-1. Tanpa pupuk organik memberikan
jumlah biji terendah (Table 2.). Pemberian pupuk organik meningkatkan ketersediaan
unsur hara yang dibutuhkan dalam pembentukan biji. Bahan organik dalam kompos,
pupuk kandang, pupuk hijau dan residu tanaman dapat menyediakan nutrisi bagi
pertumbuhan dan hasil panen, serapan hara, kualitas biji serta kesuburan tanah (Shukla
dan Tyagi, 2009).

Berat 100 biji berhubungan dengan kualitas biji yang dihasilkan tanaman. Berat
100 biji yang diberi pupuk organik dengan dosis 15 ton ha-1 adalah tertinggi (5,70 gram)
yang tidak berbeda nyata terhadap dosis pupuk organik 5 ton ha-1 (5,52 gram). Tanpa
pupuk organik menghasilkan berat 100 biji terendah (4,67 gram). Berat 100 biji
dipengaruhi oleh ketersediaan hara dan kemampuan tanaman menyerap, misal fosfor
dalam fase pengisian biji. Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk
transfer energi (ATP dan nukleoprotein lain), untuk sistem informasi genetik (DNA dan
RNA), untuk membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein (Lambers et al., 2008).

Pemberian pupuk organik berpengaruh nyata terhadap hasil biji kacang hijau.
Berat biji tertinggi dihasilkan pada pemberian pupuk organik dosis 20 ton ha-1 (14,48
gram /tanaman) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 5, 10 dan 15 ton ha-1.
Berat biji terendah dihasilkan pada perlakuan tanpa pupuk organik (Table 2.). Berat biji
tanaman kacang hijau ditentukan oleh faktor genetik, praktek agronomi yang baik, dan
kondisi lingkungan (Ali et al., 2010). Menurut Hidayat (2008), suplai fosfor dalam organ
tanaman meningkatkan metabolisme dalam tanaman, terutama pada fase pengisian biji
dapat meningkatkan berat biji.

Serapan hara oleh tanaman berpengaruh pada berat hasil biji (Figure 2.).
Konsentrasi suatu unsur hara dalam tanaman merupakan hasil interaksi semua faktor
yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dalam tanah. Hara fosfor (P) berperan
penting dalam proses fotosintesis, asimilasi dan respirasi (Liferdi, 2009). Serapan
tertinggi hara P oleh tanaman ditunjukkan pada perlakuan pupuk organik dosis 20 ton ha-1
(4,34 g/tanaman), yang tidak berbeda nyata dengan dosis 5, 10 dan 15 ton ha-1. Serapan
hara terendah tampak pada perlakuan tanpa pupuk organik (Table 2.)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian pupuk organik dan kerapatan tanaman tidak berinteraksi terhadap
pertumbuhan dan hasil biji kacang hijau. Tanggapan pertanaman kacang hijau
populasi rapat (dua tanaman per lubang) dan populasi renggang (satu tanaman per
lubang) terhadap pupuk organik relatif sama. Peningkatan hasil terjadi bila tanaman
dipupuk organik dibandingkan dengan tidak dipupuk. Pupuk organik untuk kacang
hijau cukup 5 ton ha-1 dengan hasil mencapai sekitar 1,3 – 1,4 ton ha-1. Serapan P
tanaman berkorelasi nyata dengan hasil biji.

B. Saran
Dari pemaparan makalah kami di atas mungkin banyak kekeliruan atau
kesalahan dalam penulisan oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan makalah kami ini. Atas kekurangannya kami mohon
maaf dan atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, Desi Putri, dkk. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata, L.) pada
Beberapa Dosis Pupuk Organik dan Kerapatan Tanam. Journal of Sustainable
Agriculture. Vol. 33 (2) Hal : 89-95. http://jurnal.uns.ac.id/carakatani/article/view/20412

Ali, M. A., Abbas, G., Mohy-ud-Din, Q., Ullah, K., Abbas, G., & Aslam, M. 2010. Response
of Mungbean (Vigna radiata) to phosphatic fertilizer under arid climate. Journal of
Animal and Plant Sciences, 20(2), 83–86. Retrieved from
http://thejaps.org.pk/docs/20-2-2010/Abbas-et-al.pdf

Badan Pusat Statistik, [BPS]. 2015. Produksi Kacang Hijau Menurut Provinsi (ton), 1993-
2015. Retrieved September 8, 2018, from
https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/ 09/877/produksi-kacang-hijau-
menurut-provinsi-ton-1993-2015.html

Bunyamin, Z., & Awaluddin. 2013. Pengaruh Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Jagung Semi ( Baby Corn ). In Seminar Nasional Serealia (pp. 214–219).
Retrieved from http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2016/12/3bd13.pdf

Choudhary, H. R., Sharma, O. P., Yadav, L. R., & Choudhary, G. L. 2011. Effect of
organic sources and chemical fertilizers on productivity of mungbean. Journal of
Food Legumes, 24(4), 324–326. Retrieved from
http://www.isprd.in/pdf/journal_final_jfl24_4. pdf

Hardjoloekito, A. J. H. S. 2009. Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max, L.) pada Tanah
Latosol. MEDIA SOERJO, 5(2), 31–49. Retrieved from
https://unsoer.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/3.Hari-Soeseno.pdf

Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Varietas
Lokal Madura Pada Berbagai Jarak Tanam dan Pupuk Fosfor. Agrovivor, 1(1), 55–64.
Retrieved from http://kompetensi.trunojoyo.ac.id/agrovigor/ar ticle/viewFile/232/214

Hossain, M. S., Hossain, A., Sarkar, M. A. R., Jahiruddin, M., Teixeira da Silva, J. A., &
Hossain, M. I. 2016. Productivity and soil fertility of the rice–wheat system in the
High Ganges River Floodplain of Bangladesh is influenced by the inclusion of
legumes and manure. Agriculture, Ecosystems & Environment, 218, 40–52.
https://doi.org/10.1016/J.AGEE.2015.11.017

Lambers, H., Chapin, F. S., & Pons, T. L. 2008. Plant Physiological Ecology. New York, NY:
Springer New York. https://doi.org/10.1007/978-0-387-78341-3

Liferdi, L. 2009. Analisis Jaringan Daun sebagai Alat untuk Menentukan Status Hara Fosfor
pada Tanaman Manggis. Junal Hortikultura, 19(3), 324–333. Retrieved from
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/jurn al_pdf/193/liferdi_analisis_manggis.pdf

Purwono, & Hartono, R. 2005. Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=1vqDykpqLzYC&printsec=frontcover&hl=id&so
urce= gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f =false

Rachmadhani, N. W., Koesriharti, K., & Santoso, M. 2014. Pengaruh Pupuk Organik dan
Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus
vulgaris L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(6), 443–452.
https://doi.org/10.21176/PROTAN.V2I6.129

Shukla, L., & Tyagi, S. P. 2009. Effect of integrated application of organic manures on soil
parameters and growth of mungbean ( Vigna radiata ). Indian Journal of Agricultural
Sciences, 79(3), 174–177. Retrieved from
http://krishikosh.egranth.ac.in/bitstream/1/353 30/1/microbiology 2.pdf

Susanti, H., Aziz, S. A., & Melati, M. 2008. Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom
(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk
Kandang Ayam. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy),
36(1), 48–55. https://doi.org/10.24831/JAI.V36I1.1346

Suwahyono, U. 2011. Petunujk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif &
Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=1u-gCgAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&s
ource=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepag e&q&f=false
Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 33(2), 89-95, 2018
URL: http://jurnal.uns.ac.id/carakatani/article/view/20412
DOI: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v33i2.20412

ISSN 2613-9456 (Print) 2599-2570 (Online)

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata, L.)


pada Beberapa Dosis Pupuk Organik dan Kerapatan Tanam

Mungbean Growth and Yield on Different Organic Fertilizer Dosage and Planting Density

Desi Putri Hastuti, Supriyono, Sri Hartati


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Corresponding author: supriyono59@staff.uns.ac.id

Abstract
Mungbean is one of the strategic annual food crops that needed by Indonesian people because of the
high protein and minerals. Production of mungbean in Indonesia always decreases. Cultural
improvements are needed to increase productivity i.e by appropriate fertilization and plant density. The
experiment objective was to find out the optimum dosage of organic fertilizer and plant density for the
growth and yield of mungbean. The experiment was carried out using factorial completely randomized
design (CRD). The first factor treatments were organic fertilizer which consisted of 0, 5, 10, 15, and 20
ton ha-1, while the second-factor treatments were planted density which consisted of 1 and 2 plants in
the hole. Organic fertilizer of 5 ton ha-1 gave the best result for plant height, number of branches,
flowering age, number of pods, fresh weight and dried straw, weight of 100 seeds, number and weight
of seeds, small of seeds number and P nutrient uptake of the plant. The 2 plants per hole gave the best
result for branches number, pods number and number of small seeds. Application of 5 ton ha-1 organic
fertilizer and 1 plant per hole gave better yield. No interaction of organic fertilizer and plant density to
mungbean growth and yield.
Keywords: mungbean yield, organic fertilizer, plant density, P uptake, vegetative growth

Cite this as: Hastuti, D. P., Supriyono, & Hartati, S. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata,
L.) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik dan Kerapatan Tanam. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture.
33(2), 89-95. doi: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v33i2.20412

PENDAHULUAN penurunan produksi kacang hijau, antara lain


kesuburan tanah rendah, alih fungsi lahan, faktor
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman iklim tidak mendukung, dan praktik budidaya
pangan sumber protein nabati. Kandungan protein tidak tepat. Upaya peningkatan produktivitas
kacang hijau sebesar 22% menempati urutan kacang hijau dapat dilakukan dengan
ketiga setelah kedelai dan kacang tanah (Purwono memperbaiki efisiensi pemupukan dan jumlah
dan Hartono, 2005). Kacang hijau berumur genjah tanaman per lubang tanam. Pupuk organik
(55-65 hari), tahan kekeringan, variasi jenis mempunyai peran penting dalam memperbaiki
penyakit relatif sedikit, dapat ditanam pada lahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
kurang subur dan harga jual relatif tinggi serta organik dapat menggemburkan tanah, memacu
stabil. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik aktivitas mikroorganisme tanah dan membantu
(2015), produksi kacang hijau di Indonesia pengangkutan unsur hara ke dalam akar tanaman,
mengalami penurunan dari 341.342 ton tahun-1 meskipun ketersediaan unsur hara essensial
menjadi 271.463 ton tahun-1 (tahun 2011 (makro dan mikro) relatif lebih rendah daripada
dibanding 2015). Berbagai faktor menyebabkan pupuk anorganik (Suwahyono, 2011). Sumber


Received for publication April 17, 2018
Accepted after corrections August 30, 2018

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret 89


90 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2018. 33(2), 89-95

pupuk organik antara lain pupuk kandang, pupuk penyiangan, penanggulangan hama serta panen.
hijau, dan kompos. Penggunaan pupuk kandang Pengamatan pertumbuhan vegetatif melalui
berupa kotoran (ayam dan sapi) dapat pengukuran tinggi tanaman, berat kering
meningkatkan kandungan P tersedia dalam tanah brangkasan melalui pengovenan selama 2x24 jam
sebesar 65,7% (Hossain et al., 2016). Unsur P pada suhu 70 oC. Pengamatan generatif melalui
menjadi penting bagi kacang hijau karena waktu muncul bunga, jumlah polong, berat 100
kemampuannya bersimbiosis dengan Rhizobium biji, jumlah dan berat biji per tanaman.
untuk mengubah N bebas dari udara menjadi N Kondisi lingkungan penelitian homogen
tersedia bagi tanaman. sehingga dirancang dengan metode Rancangan
Ahmad et al., (2004) menyatakan kerapatan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga
tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan ulangan. Faktor pertama berupa dosis pupuk
hasil biji. Jumlah tanaman per lubang dapat organik 0, 5, 10, 15, 20 ton ha-1, dan faktor kedua
digunakan untuk meningkatkan efisiensi berupa jumlah tanaman per lubang (1 dan 2),
penggunaan faktor lingkungan bagi tanaman. sehingga terdapat 30 satuan percobaan.
Kompetisi intraspesifik tanaman dapat terjadi Variabel yang diamati meliputi tinggi
akibat populasi tinggi karena jarak tanam rapat tanaman, jumlah cabang produktif, umur
(Jahan dan Hamid, 2004). Penelitian bertujuan berbunga, jumlah polong, bobot segar
untuk menentukan dosis pupuk organik dan brangkasan, bobot kering brangkasan (ditimbang
jumlah tanaman per lubang optimal bagi setelah dioven 70 °C sehingga bobotnya konstan),
pertumbuhan dan hasil kacang hijau. berat 100 biji, jumlah biji per lobang tanam, berat
biji per lobang tanam, jumlah biji kecil per lobang
METODE PENELITIAN tanam dan serapan hara P tanaman. Hasil diukur
berdasarkan berat biji yang dihasilkan setiap
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - lubang tanam. Serapan hara P diukur pada fase
Desember 2017 di lahan percobaan Fakultas vegetatif maksimum dengan metode Olsen
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Jumantono, melalui hasil perkalian P jaringan tanaman dengan
Karanganyar. Lokasi penelitian terletak pada berat kering tanaman.
koordinat 7o37’48,3” LS dan 110o56’51,2” BT Data dianalisis statistik dengan menggunakan
dengan ketinggian tempat 170 m di atas analisis keragaman dan dilanjutkan Uji Jarak
permukaan laut. Tanah yang digunakan adalah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf
tanah alfisol yang memiliki kandungan hara kepercayaan 95% untuk mengetahui beda nyata
rendah sehingga termasuk dalam tanah marginal. antar perlakuan.
Pelaksanaan penelitian meliputi pengolahan tanah
minimal menggunakan cangkul, penyediaan HASIL DAN PEMBAHASAN
benih kacang hijau varietas VIMA-1, penanaman
dengan jarak tanam 40x20 cm, pemberian pupuk Uraian tentang kandungan pupuk organik yang
organik dan anorganik (pupuk urea, SP-36 dan digunakan disajikan pada Table 1. Pupuk organik
KCl) dilakukan pada awal penanaman dengan yang dimaksud merupakan pupuk organik yang
cara dibenamkan di sekeliling lubang tanam. diproduksi oleh Laboratorium Lapangan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, penjarangan, Universitas Sebelas Maret di Jatikuwung.

Table 1. Specification of utilized organic fertilizer


No. Sifat Kimia Pupuk Hasil Satuan
1. pH 8,70* -
2. C-Organik 19,90* %
3. N Total 1,72* %
4. P2O5 2,10* %
5. K2O 1,52* %
6. C/N 11,57* -
* Sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang standar pupuk
organik padat

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2018. 33(2), 89-95 91

Berdasarkan Table 2. terlihat bahwa tinggi akan menciptakan lingkungan tumbuh yang
tanaman pada dosis pupuk organik sebesar 10 ton sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
ha-1 adalah tertinggi (18,53 cm), dan tidak berbeda Kacang hijau diberi pupuk organik dosis 10
nyata dibandingkan dengan dosis pupuk 5 ton ha-1 ton ha-1 tinggi tanaman mencapai tertinggi (18,53
(17,75 cm). Pemberian dosis pupuk organik cm) , namun tidak berbeda nyata dengan dosis 5
sebesar 5 ton ha-1 mampu meningkatkan tinggi ton ha-1 (17,75 cm). Peningkatan tinggi tanaman
tanaman sebesar 55,32% dibandingkan dengan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur NPK sejalan
kontrol (tanpa dosis pupuk). Peningkatan tinggi dengan peningkatan dosis pupuk organik (Susanti
tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur et al., 2008). Tinggi tanaman sebagai indikator
NPK yang sejalan dengan meningkatnya dosis pertumbuhan menunjukkan bahwa tanaman tidak
pupuk organik yang diberikan (Susanti et al., diberi pupuk organik pertumbuhan lebih lambat
2008). Figure 1. menunjukkan bahwa (Figure 1). Pupuk organik memperbaiki kondisi
pertumbuhan tanaman lebih lambat terjadi tanah sehingga mampu menyediakan unsur hara
pemberian pupuk organik (P1T1 dan P1T2). bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Kresnatita et
Pupuk organik memperbaiki kondisi tanah seperti al. (2013), kondisi tanah yang baik akan
menggemburkan tanah serta menyediakan unsur menciptakan lingkungan tumbuh yang sesuai bagi
hara bagi pertumbuhan tanaman. Menurut pertumbuhan tanaman.
Kresnatita et al. (2013), kondisi tanah yang baik

25 20
Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman (cm)

20 15
P1T1 P1T2
15
P2T1 10 P2T2
10
P3T1 5 P3T2
5
P4T1 P4T2
0 0
2 MST3 MST4 MST5 MST P5T1 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST P5T2
Waktu (Minggu Setelah Tanam) Waktu (Minggu Setelah Tanam)

(a) (b)
Figure 1. (a) Plant height of Mungbean on different organic fertilizer dosage with 1 plant per hole.
(b) Plant height of Mungbean on different organic fertilizer dosage with 2 plant per hole.

Keterangan : P = dosis pupuk, T = jumlah tanaman per lubang tanam, MST = minggu setelah tanam

Jumlah cabang produktif tertinggi tampak Pupuk organik menstimulasi percepatan fase
pada dosis pupuk organik 10 ton ha-1 (17,83) tidak pembungaan tanaman. Fase berbunga pada
berbeda nyata dengan dosis 5 ton ha-1 (13,33) tanaman diberi pupuk organik adalah 35 hari
(Table 2). Choudhary et al. (2011) menyatakan setelah tanam (HST), sedangkan tanpa pemberian
bahwa pemberian pupuk organik dengan dosis pupuk organik adalah 37 HST. Fosfor berperan
0,85 ton ha-1 yang dikombinasi dengan 50% dosis penting dalam proses metabolisme termasuk
pupuk anorganik meningkatkan ketersediaan mempercepat proses pembungaan (Hidayat,
nitrogen dan fosfor sehingga mempengaruhi 2008).
pembentukan cabang tanaman. Jumlah cabang Berat segar brangkasan dipengaruhi oleh
produktif pada kerapatan 2 tanaman per lubang kandungan air pada sel-sel tanaman. Berat segar
33,6% lebih tinggi dibandingkan kerapatan 1 brangkasan tertinggi tampak pada dosis pupuk
tanaman per lubang tanam (Table 3). Menurut organik 10 ton ha-1 (20,97 gram per lubang tanam)
Melati et al. (2008), populasi tanaman rendah dan tidak beda nyata dengan dosis pupuk 5 ton ha-
1
tidak mendorong perbaikan pertumbuhan (19,19 gram per lubang tanam). Rachmadhani et
tanaman dengan persaingan antar tanaman al. (2014) menyatakan bahwa perlakuan taraf
berkurang. pemupukan organik tidak menyebabkan
perbedaan penyerapan air dan penimbunan hasil

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret


92 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2018. 33(2), 89-95

fotosintesis. Berat kering brangkasan tertinggi dan kering tertinggi berbeda karena kandungan air
tampak pada dosis pupuk organik 20 ton ha-1 (8,72 dalam tumbuhan sehingga berat kering
gram per lubang tanam) yang tidak berbeda nyata brangkasan pada dosis 20 ton ha-1 lebih tinggi.
dengan dosis pupuk 5 ton ha-1 (6,74 gram per Menurut Hardjoloekito (2009), berat kering
lubang tanam). Semakin tinggi berat kering tanaman tergantung dari laju respirasi dan laju
brangkasan menunjukkan bahwa proses fotosintesis serta unsur hara yang diserap
fotosintesis berjalan baik. Berat brangkasan segar tanaman.

Table 2. Effect of organic fertilizer dosage on mungbean fosfat absorbtion, growth and yield
Perlakuan dosis pupuk organik (ton ha-1)
Variabel pengamatan
0 5 10 15 20
Tinggi tanaman (cm) 7,93a 17,75b 18,53b 17,93b 15,28b
Jumlah cabang produktif (cabang) 4a 13,33b 17,83b 14,83b 13,83b
Umur berbunga (hari) 36,67b 35a 35a 35a 35a
a b b b
Berat segar brangkasan (g/tanaman) 1,65 19,19 20,97 22,70 22,92b
Berat kering brangkasan (g/tanaman) 0,89a 6,74b 7,44b 7,66b 8,72b
Jumlah polong (polong) 6,67a 35,50b 37b 39b 42b
Berat 100 biji (g) 4,67a 5,52b 5,23ab 5,71b 5,25ab
a b b
Jumlah biji normal(butir) 58,50 271 316 266b 313b
Berat biji (g/tanaman) 2,66a 13,59b 14,10b 13,77b 14,48b
Jumlah biji kecil (butir) 7,17a 42,83a 30,33a 34,50a 35,83a
Serapan hara P tanaman (g/tanaman) 0,20a 3,26b 3,01b 3,93b 4,34b
Keterangan: Angka dalam baris sama diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 95% menurut uji DMRT.

Table 3. Effect of number plant per hole on number of productive branch, pod and small seed
Perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam
Variabel pengamatan
1 2
a
Jumlah cabang produktif 10,93 14,60b
Jumlah polong 27,87a 36,20b
a
Jumlah biji kecil 23 37,27a
Keterangan: Angka pada baris sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
kepercayaan 95% menurut uji DMRT.

Jumlah polong kacang hijau pada dosis pupuk Jumlah biji kacang hijau tergantung pada
organik 20 ton ha-1 adalah tertinggi (42) tidak jumlah polong yang dihasilkan, namun tidak
berbeda nyata dengan dosis pupuk 5 ton ha-1 semua polong menghasilkan biji penuh karena
(35,50). Pengelolaan pemupukan merupakan faktor lingkungan. Jumlah biji tertinggi terlihat
komponen penting dalam budidaya yang pada dosis pupuk organik 10 ton ha-1 yang tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan, berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk
perkembangan dan hasil kacang hijau organik 5, 15 dan 20 ton ha-1. Tanpa pupuk
(Asaduzzaman et al., 2008). Berdasarkan Table 3. organik memberikan jumlah biji terendah (Table
terlihat bahwa kerapatan 2 tanaman per lubang 2.). Pemberian pupuk organik meningkatkan
tanam menghasilkan polong nyata lebih banyak ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan dalam
29,8% dibandingkan kerapatan 1 tanaman per pembentukan biji. Bahan organik dalam kompos,
lubang tanam. Menurut Bunyamin dan pupuk kandang, pupuk hijau dan residu tanaman
Awaluddin (2013), makin tinggi populasi dapat menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan dan
tanaman, sampai batas tertentu masih hasil panen, serapan hara, kualitas biji serta
meningkatkan hasil. kesuburan tanah (Shukla dan Tyagi, 2009).

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2018. 33(2), 89-95 93

Berat 100 biji berhubungan dengan kualitas produktif dan jumlah polong tanaman (Ohorella,
biji yang dihasilkan tanaman. Berat 100 biji yang 2011).
diberi pupuk organik dengan dosis 15 ton ha-1 Pemberian pupuk organik berpengaruh nyata
adalah tertinggi (5,70 gram) yang tidak berbeda terhadap hasil biji kacang hijau. Berat biji
nyata terhadap dosis pupuk organik 5 ton ha-1 tertinggi dihasilkan pada pemberian pupuk
(5,52 gram). Tanpa pupuk organik menghasilkan organik dosis 20 ton ha-1 (14,48 gram /tanaman)
berat 100 biji terendah (4,67 gram). Berat 100 biji yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis
dipengaruhi oleh ketersediaan hara dan 5, 10 dan 15 ton ha-1. Berat biji terendah
kemampuan tanaman menyerap, misal fosfor dihasilkan pada perlakuan tanpa pupuk organik
dalam fase pengisian biji. Fosfor merupakan (Table 2.). Berat biji tanaman kacang hijau
komponen penting penyusun senyawa untuk ditentukan oleh faktor genetik, praktek agronomi
transfer energi (ATP dan nukleoprotein lain), yang baik, dan kondisi lingkungan (Ali et al.,
untuk sistem informasi genetik (DNA dan RNA), 2010). Menurut Hidayat (2008), suplai fosfor
untuk membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein dalam organ tanaman meningkatkan metabolisme
(Lambers et al., 2008). Berat 100 biji yang dalam tanaman, terutama pada fase pengisian biji
dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah cabang dapat meningkatkan berat biji.

Figure 2. Correlation test of seed weight and nutrition absorbtion

Serangan pada fase pertumbuhan polong dan proses fotosintesis, asimilasi dan respirasi
perkembangan biji menyebabkan polong dan biji (Liferdi, 2009). Serapan tertinggi hara P oleh
kempis serta menyebabkan biji menjadi hitam tanaman ditunjukkan pada perlakuan pupuk
(Bayu dan Tengkano, 2014). Serapan hara oleh organik dosis 20 ton ha-1 (4,34 g/tanaman), yang
tanaman berpengaruh pada berat hasil biji (Figure tidak berbeda nyata dengan dosis 5, 10 dan 15 ton
2.). Konsentrasi suatu unsur hara dalam tanaman ha-1. Serapan hara terendah tampak pada
merupakan hasil interaksi semua faktor yang perlakuan tanpa pupuk organik (Table 2.).
mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dalam Menurut Afandi et al., (2015), pemberian bahan
tanah. Hara fosfor (P) berperan penting dalam organik berupa kotoran ayam, kotoran sapi dan

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret


94 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2018. 33(2), 89-95

kompos meningkatkan serapan P tanaman secara Asaduzzaman, M., Karim, M. F., Ullah, M. J., &
nyata. Menurut Kumawat et al. (2009), pemberian Mirza, H. 2008. Response of Mungbean (
pupuk P memperbaiki serapan dan translokasi Vigna radiata L .) To Nitrogen and Irrigation
hara N, P dan K pada fase reproduksi. Management. American-Eurasian Journal of
Scientific Research, 3(1), 40–43. Retrieved
KESIMPULAN DAN SARAN from
https://www.researchgate.net/profile/Md_Asa
Kesimpulan duzzaman7/publication/265965885_Response
Pemberian pupuk organik dan kerapatan _of_mungbean_Vigna_radiata_L_to_integrate
tanaman tidak berinteraksi terhadap pertumbuhan d_nitrogen_and_irrigation_managements/link
dan hasil biji kacang hijau. Tanggapan s/54220ca70cf238c6ea6784c4/Response-of-
pertanaman kacang hijau populasi rapat (dua mungbean-Vigna-radiata-L-to-integrated-
tanaman per lubang) dan populasi renggang (satu nitrogen-an
tanaman per lubang) terhadap pupuk organik Badan Pusat Statistik, [BPS]. 2015. Produksi
relatif sama. Peningkatan hasil terjadi bila Kacang Hijau Menurut Provinsi (ton), 1993-
tanaman dipupuk organik dibandingkan dengan 2015. Retrieved September 8, 2018, from
tidak dipupuk. Pupuk organik untuk kacang hijau https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/
cukup 5 ton ha-1 dengan hasil mencapai sekitar 1,3 09/877/produksi-kacang-hijau-menurut-
– 1,4 ton ha-1. Serapan P tanaman berkorelasi provinsi-ton-1993-2015.html
nyata dengan hasil biji. Bayu, M. S. Y. I., & Tengkano, W. 2014.
Endemik Kepik Hijau Pucat, Piezodorus
Saran hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentatomidae)
Pengelolaan budiaya kacang hijau dapat Dan Pengendaliannya. Buletin Palawija,
dilakukan dengan penanaman satu tanaman per 28(0), 73–83.
lubang tanam serta penggunaan pupuk organik https://doi.org/10.21082/BULPA.V0N28.201
(kandang ayam) sebesar 5 ton ha-1. 4.P73-83
Bunyamin, Z., & Awaluddin. 2013. Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Jagung Semi ( Baby Corn ). In
Afandi, F. N., Siswanto, B., & Nuraini, Y. 2015. Seminar Nasional Serealia (pp. 214–219).
Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Bahan Retrieved from
Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Pada http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Ubi content/uploads/2016/12/3bd13.pdf
Jalar Di Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. Choudhary, H. R., Sharma, O. P., Yadav, L. R., &
Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 2(2), Choudhary, G. L. 2011. Effect of organic
237–244. Retrieved from sources and chemical fertilizers on
http://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/view/1 productivity of mungbean. Journal of Food
34 Legumes, 24(4), 324–326. Retrieved from
Ahmad, R., Mahmood, I., Kamal, J., & Bukhari, http://www.isprd.in/pdf/journal_final_jfl24_4.
S. A. H. 2004. Growth and Yield Response of pdf
Three Mungbean ( Vigna radiata L .) Cultivars Hardjoloekito, A. J. H. S. 2009. Pengaruh
to Varying Seeding Rates, 03(06), 538–540. Pengapuran dan Pemupukan P terhadap
Retrieved from Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai
http://www.fspublishers.org/published_papers (Glycine max, L.) pada Tanah Latosol. MEDIA
/69867_..pdf SOERJO, 5(2), 31–49. Retrieved from
Ali, M. A., Abbas, G., Mohy-ud-Din, Q., Ullah, https://unsoer.ac.id/wp-
K., Abbas, G., & Aslam, M. 2010. Response of content/uploads/2018/02/3.Hari-Soeseno.pdf
Mungbean (Vigna radiata) to phosphatic Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan Produksi
fertilizer under arid climate. Journal of Animal Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Varietas
and Plant Sciences, 20(2), 83–86. Retrieved Lokal Madura Pada Berbagai Jarak Tanam dan
from http://thejaps.org.pk/docs/20-2- Pupuk Fosfor. Agrovivor, 1(1), 55–64.
2010/Abbas-et-al.pdf Retrieved from
http://kompetensi.trunojoyo.ac.id/agrovigor/ar

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2018. 33(2), 89-95 95

ticle/viewFile/232/214 Melati, M., Asiah, A., & Rianawati, D. 2008.


Hossain, M. S., Hossain, A., Sarkar, M. A. R., Aplikasi Pupuk Organik dan Residunya untuk
Jahiruddin, M., Teixeira da Silva, J. A., & Produksi Kedelai Panen Muda. Jurnal
Hossain, M. I. 2016. Productivity and soil Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
fertility of the rice–wheat system in the High Agronomy), 36(3).
Ganges River Floodplain of Bangladesh is https://doi.org/10.24831/JAI.V36I3.1378
influenced by the inclusion of legumes and Ohorella, Z. 2011. Respon Pertumbuhan dan
manure. Agriculture, Ecosystems & Produksi Tanaman Kedelai pada Sistem Olah
Environment, 218, 40–52. Tanah yang Berbeda. Jurnal Agronomika,
https://doi.org/10.1016/J.AGEE.2015.11.017 1(2), 92–98. Retrieved from
Jahan, S., & Hamid, A. 2004. Effect of Population http://jurnal.lipi.go.id/publikasi.cgi?tampilpub
Density and Planting Configuration on Dry likasi&1328740247&Indonesia&1&1326362
Matter Allocation and Yield in Mungbean 280
(Vigna radiata (L.) Wilczek). Pakistan Journal Purwono, & Hartono, R. 2005. Kacang Hijau.
of Biological Sciences, 7(9), 1493–1498. Jakarta: Penebar Swadaya. Retrieved from
Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=1vqDykp
http://docsdrive.com/pdfs/ansinet/pjbs/2004/1 qLzYC&printsec=frontcover&hl=id&source=
493-1498.pdf gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f
Kresnatita, S., Koesriharti, & Santoso, M. 2013. =false
Pengaruh Rabuk Organik terhadap Rachmadhani, N. W., Koesriharti, K., & Santoso,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung M. 2014. Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk
Manis. Igtj.Ub.Ac.Id, 2(1), 8–17. Retrieved Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil
from Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris
http://igtj.ub.ac.id/index.php/igtj/article/view/ L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(6), 443–452.
108 https://doi.org/10.21176/PROTAN.V2I6.129
Kumawat, N., Kumar, R., & Sharma, O. P. 2009. Shukla, L., & Tyagi, S. P. 2009. Effect of
Nutrient Uptake and Yield of Mungbean integrated application of organic manures on
Vigna radiata (L.) Wilczek as Influenced by soil parameters and growth of mungbean (
Organic Manures, PSB and Phosphorus Vigna radiata ). Indian Journal of Agricultural
Fertilization. Environment & Ecology, 27(4B), Sciences, 79(3), 174–177. Retrieved from
2002–2005. Retrieved from http://krishikosh.egranth.ac.in/bitstream/1/353
https://www.researchgate.net/profile/Narendr 30/1/microbiology 2.pdf
a_Kumawat/publication/258641717_Nutrient Susanti, H., Aziz, S. A., & Melati, M. 2008.
_Uptake_and_Yield_of_Mungbean_Vigna_ra Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif
diata_LWilczek_as_Influenced_by_Organic_ Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)
Manures_PSB_and_Phosphorus_Fertilization/ dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk
links/02e7e528c567001def000000.pdf Kandang Ayam. Jurnal Agronomi Indonesia
Lambers, H., Chapin, F. S., & Pons, T. L. 2008. (Indonesian Journal of Agronomy), 36(1), 48–
Plant Physiological Ecology. New York, NY: 55. https://doi.org/10.24831/JAI.V36I1.1346
Springer New York. Suwahyono, U. 2011. Petunujk Praktis
https://doi.org/10.1007/978-0-387-78341-3 Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif
Liferdi, L. 2009. Analisis Jaringan Daun sebagai & Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya.
Alat untuk Menentukan Status Hara Fosfor Retrieved from
pada Tanaman Manggis. Junal Hortikultura, https://books.google.co.id/books?id=1u-
19(3), 324–333. Retrieved from gCgAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&s
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/jurn ource=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepag
al_pdf/193/liferdi_analisis_manggis.pdf e&q&f=false

Copyright © 2018 Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai