Oleh:
I WAYAN REGEG ASTIKA
Disampaikan dalam kegiatan pembekalan Calon Pandega
Racana Jelantik-Jempiring Gugusdepan Buleleng 05.013.05.014
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Sabtu, 24 Nopember 2017
BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
SAR yang merupakan akronim dari Search And Rescue, adalah kegiatan dan
usaha mencari, menolong,dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau
dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah – musibah seperti
pelayaran, penerbangan, dan bencana. Anggota dari tim SAR sendiri bisa melibatkan
banyak pihak baik dari militer, kepolisian, aparat pemerintah, organisasi masyarakat
dan lain – lainnya. Demikian juga sesuai dengan ketentuan badan internasional IMO (
International Maritime Organization ) dan ICAO ( International Civil Aviation
Organization ) setiap negara wajib melaksanakan operasi SAR ,sebuah negara yang
tidak memiliki organisasi SAR akan disebut sebagai ‘ Black Area’. Di Indonesia
sendiri, instansi yang bertanggung jawab di bidang SAR diemban oleh Badan SAR
Nasional atau disingkat BASARNAS.1
Keberadaan SAR di setiap daerah benar – benar sangat penting dan
dibutuhkan. Hal ini mengingat wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari
wilayah perairan dan kepulauan dimana sebagai penghubung antar pulau dalam
rangka menunjang pembangunan perekonomian adalah moda transportasi. Kondisi
seperti ini berdampak lalu lintas transportasi menjadi sangat ramai, sehingga
kemungkinan terjadinya musibah sangat besar terjadi. Selain itu keadaan geografis
1
Indonesia yang juga sangat memungkinkan banyaknya bencana alam dan musibah
lainnya terjadi. Perlu disadari bahwa orang yang paling cepat dapat memberikan
bantuan pertolongan adalah orang yang paling dekat dengan lokasi korban.
Kemampuan bertahan seseorang dalam kondisi survive sangat terbatas dan
membutuhkan penanganan segera. Rescuer yang datang dalam waktu singkat akan
membangun kondisi mental korban sehingga kemampuan bertahan akan semakin
tinggi.
Evakuasi adalah Suatu tindakan memindahkan orang-orang yang terkena
bencana atau yang berada dekat dengan daerah berbahaya ke tempat aman dan jauh
dari zona berbahaya dengan tujuan agar korban atau orang-orang tidak terkena efek
dari bencana tersebut. Bisa juga ketika ada peperangan sedang bergejolak maka
penduduk yang tidak ikut perang seperti wanita atau anak-anak di pindahkan ke
tempat aman agar tidak jadi sasaran penyerangan.
BAB 2. Pembahasan
1. SEJARAH BASARNAS
1. Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali
dengan adanya penyebutan "Black Area" bagi suatu negara yang tidak memiliki
organisasi SAR. Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk
menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil
Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani
musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.Sebagai konsekwensi
logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan
Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok
untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta
anggaran pembiayaan dan materil. Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959
Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan
masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung
jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan
semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan
dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.
4. Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat - pejabat
sipil dan militer dari Indonesia, tim dari Indonesia membuat kesimpulan bahwa:
* Instansi pemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang
dapat membantu kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun
unsur-unsur tersebut dalam suatu sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi
tersebut juga sudah mempunyai perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai
untuk kegiatan SAR, namun diperlukan pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.
5. Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR,
walaupun dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi
peralatan.
* Unsur Pimpinan;
* Unsur-unsur SAR.
4. Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri
Perhubungan selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor
5/K.104/Pb-78 tentang penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada
kegiatan operasi SAR di lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah
dikeluarkan Instruksi Menteri Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk
Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).
5. Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui
Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah
Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan
namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).
* Sekretaris Badan;
* Kepala Pusat Bina Operasi;
7. Adanya organisasi SAR akan memberikan rasa aman dalam penerbangan dan
pelayaran. Sejalan dengan perkembangan moda transportasi serta kemajuan IPTEK di
bidang transportasi, maka mobilitas manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat
lain dalam lingkup nasional maupun internasional mempunyai resiko yang tinggi
terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan yang menimpa pengguna jasa
transportasi darat, laut dan udara. Penerbangan dan pelayaran internasional yang
melintasi wilayah Indonesia membutuhkan jaminan tersedianya penyelenggaraan
SAR apabila mengalami musibah di wilayah Indonesia. Tanpa adanya hal itu maka
Indonesia akan dikategorikan sebagai "black area" untuk penerbangan dan pelayaran.
Status "black area" dapat berpengaruh negatif dalam hubungan ekonomi dan politik
Indonesia secara internasional. Terkait dengan maslah tersebut, Badan SAR Nasional
sebagai instansi resmi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang SAR ikut
mempunyai andil yang besar dalam menjaga citra Indonesia sebagai daerah yang
aman untuk penerbangan dan pelayaran. Dengan citra yang baik tersebut diharapkan
arus transportasi akan dapat bejalan dengan lancar dan pada gilirannya akan
meningkatkan perekonomian nasional Indonesia.
11. Sebagai LPNK, BASARNAS secara bertahap melepaskan diri dari struktur
Kementerian Perhubungan. Namun hingga Tahun 2009, pembinaan administratif dan
teknis pelaporan masih melalui Kementerian Perhubungan. Selanjutnya per Tahun
2007 BASARNAS (LPNK) akan langsung bertanggung jawab ke Presiden melalui
Sekretariat Negara (Setneg).
A. KEDUDUKAN
B. TUGASPOKOK
Keterangan:
1. Delapan penjuru mata angin dengan warna merah putih mengandung arti dan
makna bahwa Badan SAR Nasional dalam mengemban tugas di bidang kemanusiaan
senantiasa menitikberatkan pada kecepatan dan ketepatan serta dilaksanakan dengan
penuh ketulusan (warna putih) dan keberanian (warna merah).
2. Awan, gunung dan 5 ombak di laut mengandung arti dan makna bahwa dalam
menjalankan tugasnya Badan SAR Nasional melingkupi segala medan tugas; Awan
menggambarkan lingkup medan tugas udara, gunung menggambarkan lingkup medan
tugas darat, ombak di laut menggambarkan lingkup medan tugas di air yang dilandasi
dengan kelima sila dalam Pancasila.
3. Pita bertuliskan ”INDONESIA” mempunyai arti bahwa Badan SAR Nasional
merupakan lembaga pemerintah Indonesia yang melaksanakan tugas pencarian dan
pertolongan.
B. LOGO BADAN SAR NASIONAL
Keterangan:
A. DASAR. Warna kuning hijau adalah warna "pare anom" yang menurut
sejarah dan tradisi bangsa Indonesia Menandakan kesuburan Tanah Air kita
yang diperuntukkan kesejahteraan rakyat. Wilayah Indonesia dari Sabang
hingga Merauke terdiri dari 13.677 pulau/ kepulauan pada posisi silang antara
dua benua dan dua samudra, dengan mengandung kekayaan bumi dan air.
1. Kepala Badan
Kepala Badan SAR Nasional ditunjuk langsung oleh Presiden yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Presiden.
2. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Sekretariat Utama dipimpin
oleh Sekretaris Utama yang terdiri atas 3 (tiga) biro yaitu Biro Umum, Biro
Perencanaan dan KTLN, serta Biro Hukum dan Kepegawaian.
Deputi Bidang Potensi SAR adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Badan
SAR Nasional di bidang potensi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Potensi SAR dipimpin oleh
deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat Sarana dan Prasarana dan
Direktorat Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR.
Deputi Bidang Operasi SAR adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Badan
SAR Nasional di bidang operasi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Operasi SAR dipimpin oleh
deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat Operasi dan Latihan dan
Direktorat Komunikasi.
6. Inspektorat
Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan administratif Badan SAR
Nasional di daerah, dibentuk Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional.
5. Peraturan dan Hukum Basarnas
Perjanjian bilateral yang telah dilakukan antara lain dengan Malaysia, Singapura,
Australia dan West Pasific RCC (USA), sedangkan perjanjian dengan Papua
Nugini, dan Philipina, masih dalam tahap penjajakan. Selain menjalin hubungan
kerjasama internasional, Indonesia juga berusaha turut menjadi anggota Cospas
SAR Sattelite, agar dapat menggunakan jasa satelit tersebut. Hal ini sehubungan
dengan dimilikinya Local User Terminal (LUT) yang ditempatkan di Jakarta,
yang pengoperasiannya memanfaatkan jasa satelit tersebut.
Untuk itu, saat ini BASARNAS telah mendaftarkan diri ke Pusat Cospas Sarsat
di USA dan sudah mendapatkan call sign yaitu IDMCC.
Kerjasama Bilateral di Bidang SAR
1. Singapura 10-07-1985
2. Malaysia 26-08-1986
3. Filipina 01-11-1980
4. Australia 05-04-2004
XXVIII MANOKWARI
XXIX BIAK
XXX JAYAPURA
REGIONKANTOR SAR
XXXI AMBON
X LAMPUNG
XXXII TIMIKA
XI JAKARTA
XXXIII MERAUKE
XII BANDUNG
XXXIV YOGYAKARTA
XIII PONTIANAK
XIV BANJARMASIN
XV BALIKPAPAN
XVI PALU
XVII GORONTALO
REGION KANTOR SAR
XVIII SEMARANG
XIX SURABAYA
XX DENPASAR
XXI MATARAM
XXII MAKASSAR
XXIII KENDARI
XXIV KUPANG
XXV MANADO
XXVI TERNATE
XXVII SORONG
7. Kantor Sar dan Pos SAR
Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi
Kantor SAR
Kantor Search and Rescue yang selanjutnya disebut Kantor SAR adalah Unit
Pelaksana Teknis di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan SAR Nasional
Kantor SAR secara teknis administratif dibina oleh Sekretaris Utama dan secara
teknis fungsional dibina oleh Deputi Bidang Operasi SAR dan Deputi Bidang
Potensi SAR.
Kantor SAR dipimpin oleh seorang Kepala
Tugas
Kantor SAR mempunyai tugas melaksanakan siaga SAR, pelatihan SAR,
pembinaan potensi SAR, tindak awal dan operasi SAR, serta pengerahan dan
pengendalian potensi SAR dalam rangka operasi SAR yang meliputi usaha dan
kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau
dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran
dan/atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya.
Fungsi
* Pelaksanaan siaga SAR secara terus menerus selama 24 (dua puluh empat)
jam setiap hari;
* Pelaksanaan pelatihan SAR;
* Pelaksanaan pembinaan potensi SAR;
* Pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR;
* Koordinasi, pengerahan dan pengendalian potensi SAR dalam operasi SAR;
* Kerja sama di bidang SAR;
* Pemeliharaan dan penyiapan sarana dan prasarana SAR;
* Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan Kantor SAR.
Pos SAR
Pos SAR adalah satuan kerja non struktural di bidang pencarian dan pertolongan
(search and rescue) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Kantor SAR yang membawahinya.
Pos SAR dipimpin oleh seorang Koordinator yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
SAR.
Tugas
Pos SAR mempunyai tugas membantu Kantor SAR dalam melaksanakan tugas
SAR di wilayah kerja yang menjadi tanggungjawabnya, yang meliputi
pelaksanaan siaga SAR, pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR terhadap
musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau musibah dan bencana lainnya,
serta koodinasi dan pengerahan potensi SAR dalam operasi SAR.
Fungsi
* Pelaksanaan siaga SAR secara terus menerus selama 24 (dua puluh empat)
jam setiap hari;
* Pelaksanaan siaga Komunikasi SAR;
* Pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR;
* Koordinasi, pendataan dan pengerahan potensi SAR dalam operasi SAR.
* Penyiapan dan pemeliharaan sarana dan prasarana SAR;
* Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan Pos SAR.
8. FILOSOFI, 5 TAHAP OPERASI SAR, 5 KOMPONEN SAR
A. FILOSOFI SAR
1.Locate.
2.Acces.
Artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan pertolongan ini
bisa sampai menuju lokasi tempat terjadinya musibah.
3.Stabilize.
4.Transport/Evakuasi.
Artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat yang lebih aman untuk
diberikan pertolongan pertama (evakuasi) dan transportasi dari tempat mendapat
pertolongan pertama ke tempat fasilitas medis terdekat.
•Tahap tindak awal (Initial Action Stage), saat dilakukan tindakan awal sebagai
respon adanya musibah.
•Tahap perencanaan operasi (Planning stage), saat dilakukan rencana operasi yang
efektif untuk melaksanakan operasi SAR.
•Tahap pengakhiran operasi (Mission conclusion stage), saat dinyatakan operasi SAR
selesai dan seluruh unsur dikembalikan ke satuan masing-masing.
Pelaksanaan kegiatan SAR sesuai dengan pentahapan tersebut akan berhasil apabila
didukung oleh adanya 5 komponen penunjang yang terdiri atas:
1. Organisasi.
Dalam lingkup operasi SAR dikenal organisasi operasi yang berlaku secara
internasional. Organisasi ini merupakan organisasi tugas operasi yang terdiri dari:
SMC adalah seseorang atau pejabat yang ditunjuk oleh SC untuk melaksanakan
koordinasi dan pengendalian operasi SAR. Seorang SMC harus memiliki kualifikasi /
kemampuan komando dan pengendalian serta memahami proses perencanaan operasi
SAR, teknik Search and Rescue. SMC biasanya menggunakan Sumber Daya Manusia
di daerah kejadian.
OSC yang ditunjuk bisa lebih dari 1 orang, tergantung dari jumlah dan jenis unsur
yang dikerahkan, terutama pada operasi SAR gabungan yang melibatkan darat, laut
dan udara serta apabila lokasi operasi teletak di wilayah perbatasan 2 (dua) Negara.
OSC ditunjuk oleh SMC dan biasanya diambil dari komandan unsur yang paling
senior diantara SRU.
SRU adalah unit-unit SAR yang bertugas melaksanakan kegiatan operasi SAR
dilapangan. SRU dapat berupa kapal laut dan crewnya, pesawat dengan crewnya atau
tim darat. Pemilihan SRU harus berdasarkan pada pertimbangan kemampuan unsure
dan kualifikasi awaknya. Keberadaan potensi SAR yang ada di masyarakat yang
memiliki kualifikasi untuk menunjang operasi SAR biasanya ditempatkan pada SRU
ini.
2. Fasilitas.
3. Komunikasi.
5. Dokumentasi.
Dokumentasi meliputi pencatatan informasi dan data dalam format tertentu sehingga
memudahkan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan. Data-data yang tersusun dengan
baik akan memudahkan pengambilan keputusan.
9. Evakuasi
A. Pengertian Evakuasi
Suatu tindakan memindahkan orang-orang yang terkena bencana atau yang
berada dekat dengan daerah berbahaya ke tempat aman dan jauh dari zona berbahaya
dengan tujuan agar korban atau orang-orang tidak terkena efek dari bencana tersebut.
Bisa juga ketika ada peperangan sedang bergejolak maka penduduk yang tidak ikut
perang seperti wanita atau anak-anak di pindahkan ke tempat aman agar tidak jadi
sasaran penyerangan.
B. Penilaian Korban
Apa yang harus kita lakukan ketika menemukan korban?
Tindakan penilaian korban terdiri dari:
1. Penilaian keadaan
Pada saat sampai di lokasi kejadian hal yang pertama kali harus dilakukan
adalah menilai keadaan sekitar. Apakah aman atau tidak bagi dirinya. Jika ragu lebih
baik minta bantuan kepada orang yang memang menggeluti bidang tersebut.
2. Pada saat menghadapi penderita, kita perlu menentukan kondisi penderita secara
umum. Hal-hal yang ditentukan yaitu:
a. Kesan umum
Langkah ini digunakan untuk menentukan apakah penderita merupakan kasus
trauma atau kasus medis. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
-Kasus Trauma: Kasus yang disebabkan oleh suatu ruda-paksa Mempunyai tanda-
tanda yang jelas dan terlihat atau teraba. Misalnya luka terbuka, memar, patah tulang
dan lain sebagainya
-Kasus Medis: Kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat rudapaksa.
Contohnya sesak napas, pingsan.
b. Memeriksa kesadaran
Ada empat tingkatan kesadaran penderita, yaitu:
1. Awas = Alert
2. Suara = Voice
3. Nyeri = Pain
4. Tidak Respon = Un Respon
selalu ingat ASNT = AVPU
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik
Jika penderita tidak respon gunakan teknik angkat dagu dan tekan dahi.
d. Setelah jalan napas berjalan dengan baik maka penolong harus menilai pernapasan
penderita dengan cara:
-Lihat
-Dengar
-Rasakan
e. Menilai denyut nadi
Sebelum melakukannya, kita lihat dulu kondisi korban apakah sadar atau tidak. Jika
sadar, cara yang digunakan adalah dengan meraba nadi pergelangan tangan (radial).
Sedangkan bagi korban yang tidak sadar, nadi yang diperiksa adalah di bagian leher
(Carotis)
f. Hubungi Bantuan
Usahakan untuk segera minta bantuan rujukan. Kita bisa meminta bantuan kepada
orang lain atau melakukannya sendiri. Misalnya dengan menelpon PMI,SAR, Polisi
Atau Rumah Sakit.
C. Evakuasi Korban
Setelah menentukan prioritas pemindahan penderita. Beberapa pertanyaan
yang mungkin terjadi adalah:
a. Kapan saatnya penderita dipindahkan
b. Apakan penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum
pemindahan
c. Berapa lamakah tulang belakang harus dijaga (stabilisasi manual)
- Teknik Membopong
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa digunakan karena
lebih praktis dibandingkan dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika
penolong memiliki tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa dilakukan untuk
korban orang dewasa.
b. Apabila korban sadar, ada beberapa teknik yang bisa dilakukan yaitu:
- Teknik Sampir Bahu
Jika korban tidak mengalami patah tulang punggung, kaki, maupun
lengan, teknik ini dapat dilakukan. Teknik ini dipakai ketika korban dalam
kondisi yang sangat lemah yang membutuhkan pertolongan dengan segera.
- Teknik Gendong
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu untuk berjalan,
penolong dapat menggunakan teknik ini.
- Teknik Memapah
Jika korban masih mampu berjalan namun dengan kondisi yang lemah,
maka penolong diajurkan memilih teknik ini. Teknik ini juga disarankan bagi
penolong yang tidak memiliki cukup tenaga untuk mengangkat korban.
- Teknik Memopong
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada korban tidak sadar.
Hanya saja korban diminta untuk meletakkan tangan sebelah kirinya pada
leher/ atas bahu kiri penolong agar tidak menyulitkan penolong dalam
melakukan pemindahan.
b. Apabila korban sadar, ada beberapa teknik yang bisa dilakukan yaitu:
- Teknik Memapah
Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu berjalan namun dengan
kondisi fisik yang sangat lemah.
3.2 Penutup
Penulis akui bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan isi dari Makalah Sar dan
Evakuasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://bakti-husada.blogspot.co.id/2014/07/teknik-evakuasi-pada-
pertolongan.html
http://pengertianterbaik.blogspot.co.id/2015/07/arti-evakuasi-dan-
penjelasannya.html
https://okpganespa.blogspot.co.id/2010/09/hakikat-search-and-rescue-sar.html
DISUSUN OLEH:
2017