Anda di halaman 1dari 6

Nama : Santi Ariani Rambe

Kelas : P.Bio 2 sem V

Resume komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Vegetasi atau komunikasi tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar, dan lain-lain. Struktur
dan komponen vegetasi pada suatu wilayah di pengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang
saling berinteraksi, sehingga wilayah tersebut sesungguhnya merupakan cerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami peruahan drastis karena pengaruh
anthropogenik.
Menurut Irwan (2003) vegetasi didefinisikan sebagai kumpulan tumbuh-tumbuhan terdiri
dari beberapa jenis, seperti herba, pohon dan perdu yang hidup bersama-sama pada suatu tempat
da saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, serta lingkungannya dan memberikan ciri
fisiognomi (kenampakan luar ) vegetasi.
Vegetasi pada dasarnya tertentuk sebagai akibat dari adanya dua fenomena penting, yaitu:
- Adanya perbedaan dalam toleransi terhadap lingkungan dan
- Adanya heterogenitas dari lingkungan
Secara mendasar, kajian vegetasi akan berusaha mengungkapkan berbagai hal mengenai
sifat-sifat vegetasi, yaitu :
1. Komposisi floristika suatu masyarakat tumbuhan
2. Karakteristik struktur
3. Karakteristik fungsi
4. Hubungan tumbuhan dengan faktor lingkungan
5. Status dalam perkembangannya (suksesi)
6. Penyebaran, baik jenis maupun asosiasinya.
7. Klasifikasi
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dibagi menjadi:
 Komunitas Akuatik; komunitas ini misalnya terdapat di laut, danau, sungai, parit dan kolam.
 Komunitas Terestrial; sekelompok organisme yang terdapat di pekarangan, padang rumput,
padang pasir, halaman kantor, halaman sekolah, kebun raya dan sebagainya.

Ada tujuh faktor yang mempenagruhi keanekaragaman spesies, yaitu :


• Heterogenitas Habitat
• Kompetitis
• Ekologi Lingkungan
• Predasi
• Stabilitas Lingkungan
• Habitat yang produktif
• Waktu

Pembagian Komunitas
• Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit
atau di kolam.
• Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di
padang rumput, di padang pasir, dll.
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. terjadi sebagai akibat
dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini
komunitas sudah mengalami homoestosis berdasarkan perilaku fisiologi dan keturunan, sesuatu
jenis tumbuhan dapat memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Evapotranspirator, adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkungannya.
2. Pengumpul unsur-unsur hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis
suatu tumbuhan lain.
3. Pengahasil senyawa allelokimia
4. Penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches). (Soemarwoto, 1983).

Pola komunitas
Penelitian komunitas dengan menghubungkan keitga gradassi, yaitu gradasi factor
lingkungan, populasi dan karakteristik komunitas, disebut analisis gradasi (gradient analysis).
Dengan analisis gradasi ini factor-faktor lingkungan dijadikan sebagai dasar dalam mencari
hubungan yang erat antara variasi lingkungan dan variasi populasi jenis dan komunitas dapat
dipakai sebagai dasar dalam penelitian komunitas ini dan kemudian gradasi komunitas ini dapat
di korelasikan dengan factor-faktor lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi.
Cara yang terakhir ini disebut dengan ordinasi yang tidak lain adalah pengaturan
komunitas-komunitas dalam suatu deretan menurut variasi komposisinya. Sering pula cara ini
disebut analisis gradasi tidak langsung (indirect gradient analysis). Kedua cara ini merupakan
alternatif pendekatan klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe komunitas dan kemudian
komunitas ini dikarakteristikan dengan factor lingkungan, komposisi jenis atau dengan
karakteristik komunitas lainnya.
Seringkali digunakan analisis gradasi terhadap pola komunitas yang mempunyai
hubungan dengan beberapa factor lingkungan. Dipegunungan umpamanya, ketinggian dari
permukaan laut dan kandungan air tanah (sebagai akibat keadaan topografi) mempunyai efek
yang besar terhadap komunitas, sehingga kedua factor tersebut harus dipelajari sekaligus.
Contoh-contoh vegerasi ini diambil secara acak dari berbagai posisi yang ada hubungannya
dengan kedua factor sumbu tersebut. Dalam tiap-tiap posisi, vegetasinya dianalisis untuk
memperoleh nilai penting masing-masing jenis dan klasifikasi tipe komunitas kemudian dapat
digariskan dalam diagram tersebut untuk menunjukkan hubungannya satu sama laindan dengan
lingkungan pegunungan.

Suksesi
suksesi itu merupakan perubahan fenologi beragam spesies sebagai suatu komunitas yang
akan membawa perubahan terhadap struktur komunitas itu sendiri. Kecepatan proses suksesi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan;
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitas komunitas yang terganggu;
3. Kehadiran pemencar biji dan benih;
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin untuk membawa biji dan spora. Curah hujan yang
mempengaruhi perkecambahan biji dan spora serta perkembangan semai selanjutnya;
5. Macamnya sifat tanah yang terbentuk; dan
6. Sifat-sifat jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar terjadinya suksesi

Berikut beberapa perubahan yang terjadi selama proses suksesi :


 Perkembangan sifat-sifat tanah, misal pertambahan kandungan bahan organik sejalan dengan
perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih
beraneka ragam;
 Pertambahan kepadatan dan tinggi tumbuhan dan semakin kompleksnya struktur komunitas
sehingga terbentuk stratifikasi dalam komunitas;
 Peningkatan produktivitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkembangan
tanah;
 Perkembangan jumlah jenis (keanekaragaman) sampai tahap tertentu dari suksesi;
 Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lingkungan sesuai dengan peningkatan jumlah jenis;
 Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup tumbuhan dan
struktur komunitas; dan
 Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks (Setiawan, dkk. 2018).

Pemberian nama dalam komunitas dapat berdasarkan pada, yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk atau struktur utama jenis dominan, bentuk-bentuk hidup atau lainnya seperti hutan
pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat
tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas tumbuhan, seperti komunitas hamparan lumpur,
komunitas pantai pasir, komunitas larutan, dll.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
4. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan
curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
(Rahardjanto.2001)

Struktur komunitas
Menurut Sastroutomo ( 1990 ) komunitas tumbuhan yang terdapat disuatu habitat pada
umumnya mempunyai macam – macam karakteristik tertentu, seperti berikut :
1 Komposisi jenis, misalnya perbedaan jenis, jenis – jenis yang sedikit dan langka, atau
memiliki kepentingan relatif tertentu.
2 Fisiognomi, yaitu mempunyai bentuk atau arsitektur tumbuhan tertentu, bentuk hidup,
penutupan tajuk, indeks luas daun dan fenologi.
3 Pola sebaran jenis, misalnya sebaran spasial yang luas atau relung yang tumpang tindih.
4 Keanekaragaman jenis, misalnya kelimpahan, kekayaan, keanekaan dan keragaman jenis.
5 Daur hara, misalnya kebutuhan akan nutrient, kemampuan menyimpan dan kecepatan
pengembalian unsur hara ke dalam tanah.
6 Perubahan dan perkembangan dalam skala ruang dan waktu, misalnya proses suksesi, respon
terhadap perubahan iklim dan lingkungan mikro.
7 Produktivitas setiap jenis, misalnya biomassa, produktivitas primer, alokasi dan efisiensi
produktivitas.

Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.


 Kualitatif, seperti komposisi , bentuk hidup , fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan
kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
 Kuantitatif , seperti frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan
nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas
(kepadatan ) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas /
volume, atau persatuan penangkapan.
Menurut Kent dan Coker ( 1992 ) srtruktur komunitas tumbuhan berhubungan erat
dengan komposisi jenis tumbuhan dan kelimpahannya, serta susunan vertical jenis – jenisnya.
 Komposisi vegetasi
 Kelimpahan
 Rantai pangan dan metabolisme
 Struktur Jenjang Trofik dan Piramida Makanan
 Produktivitas Serasah dan Laju Pembusukan/Dekomposisi

Komunitas klimaks.
Suatu suksesi vegetasi akan berakhir pada suatu keadaan dimana komunitas mempunyai
susunan jenis secara tetap dan terus ada karena proses regenerasi. Komunitas demikian disebut
komunitas klimaks. Pada hutan klimaks akan terdapat spesies pohon yang hadir sebagai semai,
anakan pohon, pohon subkanopi, dan pohon kanopi yang lain tinggi. Juga tumbuhan bawah,
golongan herba dan semak perdu, akan terdapat pada semua bentuk stadia pertumbuhan dan
semai sampai bentuk dewasa. Komposisi spesies tetap sama dalam periode lama.

Anda mungkin juga menyukai