4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
Jeringau adalah tumbuhan terna yang rimpangnya digunakan sebagai bahan obat-
obatan, tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi tumbuhan ini juga menyukai
tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat tumbuhan ini ini asli berasal dari
india dan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan rempah-rempah.
Jeringau merupakan tanaman obat yang memiliki bahasa latin acorus calamus dan dalam
masyarakat tanaman ini di kenal sebagai Delingo (jawa). Tanaman jeringau memiliki ciri-ciri
seperti akar yang sangat kuat, aroma daun yang berbau kuat jika di tumbuk, tanaman ini juga
sring tumbuh di sekitaran kolam, disepanjang parit, danau-danau dan di tepi sungai.
Jerangau mempunyai rimpang yang berbau wangi. Penampang rimpang sekitar 1 cm
sampai dengan 1,5 cm, sementara akarnya sekitar 3 mm sampai dengan 4 mm. Rimpang
beruas-ruas dengan tunas pada tiap ruas. Panjang rimpang tergantung pada umur tanaman
serta tingkat kegemburan lumpur. Jerangau tumbuh merumpun membentuk satu koloni
tanaman yang makin lama akan semakin melebar. Jerangau memiliki rimpang yang berbau
wangi. Kulit rimpangnya berwarna coklat muda dengan warna putih di dalamnya. Daunnya
tebal dan keras berbentuk seperti pedang. Apabila daunnya dikoyakkan akan menghasilkan
bau yang wangi. Jerangau merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri. Tanaman
jerangau berkembang biak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta
individu tanaman baru.
1
SITI JUBAIDAH
4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
2
SITI JUBAIDAH
4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
Pemanfaatan Tanaman Jeringau Dalam Acara Ritual Acara Adat Batak Yaitu 7
Bulanan Kehamilan
Dalam bahasa ibrani jeringau dilingo disebut qaneh besem yaitu semacam tangkai
atau alang-alang yang merupakan tumbuhan aromatik jeringau biasa digunakan sebagai
minyak urapan atau ritual penahbisan imam dan penahbisan raja. Dalam adat orang batak
jeringau sering di pakai dalam acara 7 bulanan kehamilan seorang perempuan yang dipercaya
dapat mengusir roh-roh jahat agar bayi yang dikandung seorang ibu tetap dalam keadaan
yang baik.
Jeringau adalah tumbuhan terna yang rimpangnya digunakan sebagai bahan obat-
obatan, tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi tumbuhan ini juga menyukai
tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat tumbuhan ini ini asli berasal dari
india dan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan rempah-rempah.
Jeringau ( Acoros calamus ) merupakan nama lain dari dlingo ini juga dipakai untuk ibu
hamil. Ibu hamil diwajibkan untuk memakai jimat yang terbuat dari jalinan tumbuhan bangle
dan jeringau. Tumbuhan ini mempunyai aroma yang kuat jika disatukan. Jerangau yang
dibuat seperti gelang ini mampu mengusir dan menghalangi pengaruh roh-roh jahat, dan
gangguan setan dari tubuh ibu-ibu hamil maupun bayi dari lingkungan sekitarnya. Bau dari
jeringau begitu menyengat sampai masuk ke dalam otak dan sugesti yang kuat sampai masuk
ke dalam otak dan sugesti yang kuat dengan segala mitos yang sudah diceritakan oleh para
orang tua zaman dahulu (Hutapea, J.R. 2001).
Jeringau sering digunakan para orang tua zaman dahulu dalam acara tujuh bulanan
kehamilan seorang wanita batak yang dipercayai dapat mengusir roh-roh jahat agar bayi yang
dikandungnya tetap dalam keadaan baik-baik saja. Jeringau akan diberikan pada perempuan
yang sedang hamil pada acara tujuh bulanan, jeringau yang diberikan pada wanita hamil
tersebut sudah dalam keadaan yang siap pakai seperti dalam bentuk kalung, dan jeringau
tersebut akan di kalungkan orang tua kepada menantu ataupun anak perempuannya yang
sedang mengandung. Hal yang membuat para orang tua percaya bahwa jeringau dapat
mengusir roh-roh jahat dari seorang wanita yang sedang hamil yaitu karena jeringau memiliki
minyak atsiri yang dimana minyak atsiri tersebut memiliki aroma yang sangat kuat dan
sangat aromatik (Hutapea, J.R. 2001).
3
SITI JUBAIDAH
4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
4
SITI JUBAIDAH
4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
berukuran lebih panjang dibanding yang tumbuh di pangkal atau ujung sumbu daun. Pada biji
yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun satu membalut yang lain
sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan demikian perlu untuk
memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara
berturut-turut 4-6 lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk
pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai daunnya belum
menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut, ukurannya
bertambah besar. Pangkal-pangkal daun membungkus bagian pangkal batang, membentuk
batang palsu. Daun-daun tadi berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari sebelah
pangkal helai daun menuju ke ujung (Merdiatmoko, G. 2012).
Tanaman kelapa mulai berbunga berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada kelapa
Genjah kira-kira setelah 3-4 tahun. Kelapa Dalam 4-8 tahun dan kelapa Hibrida berkisar 4
tahun. Dari ketiak daun tumbuh manggar (mayang) yang masih tertutup seludang (spadix).
Mayang adalah tangkai bunga yang bercabang-cabang, dimana tumbuh banyak bunga yang
berwarna putih kekuningan. Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang
tumbuh bunga betina, kemudian menyusul bunga jantan pada bagian atasnya. Bunga betina
maupun bunga jantan melekat pada cabang. Bunga-bunga tersebut tidak bertangkai (duduk).
Tiap satu cabang tumbuh satu sampai dua buah bunga betina sedang bunga jantan berjumlah
cukup banyak, yaitu sekitar 150 sampai 200 buah (Merdiatmoko, G. 2012).
Buah kelapa mencapai ukuran maksimal sesudah berumur 9 – 10 bulan dengan berat
3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Pada umur 12-14 bulan buah telah cukup masak, tetapi
beratnya turun menjadi 1,5 – 2,5 kg dan pada umur ini buah siap untuk dipanen atau gugur
bila dibiarkan terus. Buah kelapa tersusun atas:
1. Kulit luar (Epicarp) : Merupakan bagian terluar dari buah kelapa, bersifat keras, licin,
tipis sekitar 0,14 mm dan berwarna kuning, hijau atau jingga.
2. Sabut (Husk) : Bagian ini berserabut dan terdiri atas jaringan dengan sel serat yang keras
serta diantara dua sel terdapat jaringan lunak. Tebal sabut ± 3 – 5 cm.
3. Tempurung (Shell) : Merupakan lapisan yang keras, karena banyak mengandung silikat
(SiO2). Tebal tempurung ± 3-6 mm. Pada bagian pangkal terdapat tugu buah “Ovule”
atau mata tumbuh yang berukuran tidak sama. Dari Ovule yang berukuran paling besar
inilah tunas biasa muncul.
4. Daging Buah (Albumen) : Daging buah berwarna putih dengan ketebalan 8 – 10 mm.
Daging buah yang telah dewasa tersusun atas air (52%), minyak (34%), protein (3%), zat
5
SITI JUBAIDAH
4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
gula (1,5%) dan abu (1%). Daging buah ini merupakan hasil utama dan dimanfaatkan
manusia untuk kebutuhan rumah tangga, kopra, minyak, biofuel dan lain-lain.
5. Air kelapa : Daryanto dan Satifah (1982) mengemukakan bahwa pada buah kelapa muda
airnya berwarna jernih dan terasa manis, tetapi semakin tua umur buah warna airnya
berubah menjadi keruh dan rasanya hambar. Hal ini karena kandungan gula seperti
glukosa, fruktosa dan sakarosa sudah sangat berkurang untuk pembentukan daging buah.
Proses ini yang menyebabkan makin tebalnya daging buah yang diikuti dengan
berkurangnya volume air kelapa. Air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat
abu.
6. Lembaga: Lembaga buah kelapa yang disemaikan akan tumbuh memanjang, dimana
salah satu ujungnya akan menembus tempurung melalui mata tumbuh (ovule) yang lunak
dan kemudian membentuk batang, daun serta akar (Merdiatmoko, G. 2012).
6
SITI JUBAIDAH
4151220034
TUGAS : ETNOBOTANI TEORI
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea, J.R. 2001. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Jakarta: Balitbangkes
Depkes RI.
Merdiatmoko, G. 2012. Produksi Tanaman Kelapa. Ambon: Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura.
Sylvania, O. 2015. Manfaat dan Kandungan Kelapa. From: Http://lifestyle.sindonews.com.
Diakses 10 September 2018, 9:39 wib.
Pertanyaan :
1. Dhea danisa
Jeringau yang digunakan dalam bentuk apa? Apakah kalau sudah tua diganti lagi?
Kelapa apakah dengan kulitnya juga?