Anda di halaman 1dari 3

MENGENAL POHON SONOKELING

Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Upafamili: Faboideae
Genus: Dalbergia
Spesies: Dalbergia latifolia

POHON sonokeling (Dalberga latifolia) merupakan anggota dari suku Fabaceae. Dalam
dunia perdagangan kayu, terkenal dengan Indian rosewood, Bombay blackwood atau Java
palisander (Ingg.), palisandre de l’Inde (Prc.). Pohonnya berukuran sedang hingga besar
dengan tinggi 20-40 m dengan gemang mencapai 1,5-2 m. Tajuk lebat berbentuk kubah,
menggugurkan daun. Pepagan berwarna abu-abu kecoklatan, sedikit pecah-pecah membujur
halus. Daun majemuk menyirip gasal, dengan 5-7 anak daun yang tak sama ukurannya,
berseling pada porosnya.

Anak daun berbentuk menumpul (obtusus) lebar, hijau di atas dan keabu-abuan di sisi
bawahnya. Bunga-bunga kecil, 0,5-1 cm panjangnya, terkumpul dalam malai di ketiak. Buah
polong berwarna coklat, lanset memanjang, meruncing di pangkal dan ujungnya. Berisi 1-4
butir biji yang lunak kecoklatan, polong tidak memecah ketika masak.

Di Indonesia, sonokeling hanya didapati tumbuh liar di hutan-hutan Jawa Tengah dan Jawa
Timur pada ketinggian di bawah 600m dpl., terutama di tanah-tanah yang berbatu, tidak
subur, dan kering secara berkala. Tumbuh berkelompok, namun tidak terlalu banyak, di
hutan-hutan musim yang menggugurkan daun-daunnya di waktu kemarau.

Sebaran alami sonokeling lainnya adalah anak benua India, mulai dari kaki Pegunungan
Himalaya hingga ujung selatan semenanjung, terutama di hutan-hutan monsun yang kering di
wilayah-wilayah Karnataka, Kerala, dan Tamil Nadu, di Ghats Barat.

Meskipun demikian, tumbuhan ini hidup baik di daerah dengan curah hujan antara 750 –
5.000 mm pertahun, di atas aneka jenis tanah, walau lebih menyukai tanah-tanah yang dalam
dan lembap, yang memiliki drainase baik.

Sonosiso (Dalbergia sissoo Roxb. Ex Benth.) adalah kerabat dekat sonokeling yang
menghasilkan kayu yang hampir serupa kualitasnya. Dalam perdagangan dikenal sebagai
kayu sonosissoo atau secara umum dimasukkan ke dalam kelompok rosewood.

Marga Dalbergia sendiri meliputi lebih kurang 100 jenis, yang menyebar di kawasan tropika
dan ugahari di semua benua. Sebagian besar jenis (70 spesies) didapati di Asia, dengan pusat
keanekaragaman di sekitar Himalaya. Kebanyakan berupa perdu atau liana berkayu,
sebanyak 18 jenisnya berupa pohon yang menghasilkan kayu yang berharga.
Budidaya Sonokeling cukup menjanjikan, meski termasuk investasi jangka panjang, yaitu di
atas 10 tahun. Masa panen kayu sonokeling agar kualitas kayunya maksimal adalah setelah
pohon berusia 20 tahun.

Sonokeling termasuk ke dalam kayu keras dengan bobot sedang hingga berat. Berat jenisnya
antara 0,77-0,86 pada kadar air sekitar 15%. Teksturnya cukup halus, dengan arah serat lurus
dan kadang kala berombak. Kayu ini juga awet, tahan terhadap serangan rayap kayu kering
dan sangat tahan terhadap jamur pembusuk kayu.

Kayu Sonokeling

Kayu terasnya berwarna coklat agak lembayung gelap, dengan coreng-coreng coklat sangat
gelap hingga hitam. Kayu gubal berwarna keputih-putihan hingga kekuningan, 3-5 cm
tebalnya, terbedakan dengan jelas dari kayu teras.

Bibit pohon ini bisa didapat dari akar pohon Sonokeling yang sudah tua. Biasanya, akar
pohon yang sudah berusia puluhan tahun akan tumbuh tunas-tunas baru. Kemudian tunas
dipisahkan dari induk akar dan didiamkan sekitar dua minggu.

Setelah itu, tunas bisa ditanam di polybag dan akan tumbuh besar nantinya. Setelah
berukuran sekitar 30 centimeter hingga 1 meter, tunas sudah bisa dijadikan bibit dan ditanam
di lahan perkebunan.
Ketika akan ditanam, unsur hara di tanah harus sudah lengkap. Untuk itu tanah harus
digemburkan terlebih dahulu dan diberi pupuk kompos. Supaya tumbuh maksimal, jarak
tanam antar pohon sekitar 2 x 2 m – 2 x 3 m. Dengan begitu, pertumbuhan pohon tidak
terganggu pohon lain dan batangnya bisa lurus. Pada masa awal tanam, pohon Sonokeling
masih membutuhkan pemupukan intensif.

Selama satu hingga dua tahun pertama, tanaman sebaiknya diberi pupuk dua minggu sekali.
Setelah itu, pemupukan cukup dua kali setahun, yakni menjelang musim hujan dan menjelang
musim kemarau.

Pola pemupukan terus dilakukan selama bertahun-tahun, hingga pohon siap dipanen. Jika
menginginkan kayu yang sangat keras dan kokoh, pohon sonokeling bisa ditebang pada usia
20 tahun hingga 50 tahun.

Setelah pohon tua ditebang, akarnya jangan dicabut. Pasalnya, pada bagian akar itu nanti
banyak tumbuh tunas baru yang bisa dijadikan calon bibit. Akan lebih baik jika akar ini
dijadikan induk yang akan terus menghasilkan tunas baru. Namun, bagi Anda yang belum
memiliki pohon indukan berusia tua, maka alternatif paling mudah bisa dengan membeli bibit
di pasar.

Sumber: http://alampriangan.com/sonokeling-pesona-elegan-si-kayu-hitam/

Anda mungkin juga menyukai