Anda di halaman 1dari 10

APBN 2017 -2018

Menghadapi tahun 2017 yang masih dihadapkan


oleh potensi risiko global, pemerintah
meresponnya melalui penetapan kebijakan fiskal
yang kredibel, efisien dan efektif, serta
berkesinambungan. Kebijakan fiskal yang
tertuang dalam APBN 2017 tersebut dibingkai
oleh asumsi kerangka makro yang yang telah
disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
RI) dan Pemerintah. Berikut Asumsi Dasar
Ekonomi Makro pada APBN 2017 dan Target
Pembangunan pada APBN 2017.

Kesepakatan asumsi makro tersebut tidak lepas


dari adanya pengaruh dari faktor eksternal dan
faktor internal. Dari faktor eksternal, kondisi
perekonomian dunia masih belum stabil, baik
dari sisi permintaan (demand) yang masih
lemah, maupun harga komoditas yang rendah.
Selain itu, economic rebalancing dari negeri
Tiongkok juga berimbas pada kondisi ekonomi
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Terakhir,
kebijakan ekonomi Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat juga memiliki dampak
kepada Indonesia.

Dari sisi internal sendiri, pertumbuhan


ekonomi diharapkan mampu didorong oleh
belanja infrastruktur pemerintah dalam
rangka menguatkan sektor produktif sebagai
penggerak pertumbuhan perekonomian.
Tidak hanya itu, sebanyak empat belas paket
kebijakan yang telah diluncurkan pemerintah
diharapkan dapat mendorong investasi yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi
dan menjaga stabilitas ekonomi makro.

Kabar baiknya adalah Indonesia tercatat


memiliki rata-rata pertumbuhan masih lebih
baik dibandingkan dengan Negara-negara
lainnya selama kurun waktu 2006-2015. Sementara itu, sampai dengan kuartal 3 tahun 2016,
Indonesia memiliki capaian pertumbuhan ekonomi yang cukup baik sebesar 5,02%.

Selain optimis terhadap pertumbuhan ekonomi,


kesehatan fundamental ekonomi Indonesia dapat
terjaga dengan baik. Hal tersebut terlihat dari
indikator ekonomi 2016 yang menunjukan hasil
yang baik, seperti inflasi yang masih terkendali
pada angka 3,02%, apresiasi nilai tukar Rupiah
sebesar 2,6% dan pertumbuhan IHSG sebesar
15,3%.

Selain itu, nilai investasi langsung yang berasal


dari luar negeri (FDI) maupun dari dalam negeri
juga menunjukkan angka yang terus meningkat.
Terakhir, pergerakan neraca pembayaran tahun 2016 terpantau surplus dengan defisit
transaksi berjalan yang terjaga dan nilai cadangan devisa yang memadai.

APBN 2017 Yang Kredibel, Efisien Dan Efektif, Serta


Berkesinambungan
Postur APBN 2017 dibuat di atas asumsi
kerangka makro yang optimis agar
mampu menghadapi berbagai tantangan
perekonomian global dan domestik,
serta memacu pembangunan nasional
yang lebih baik di tahun 2017 dengan
tetap menjaga prinsip kehati-hatian
(prudent) dan efektivitas
pelaksanaannya.
A. Pendapatan Negara 1.750,3
I. Pendapatan Dalam Negeri 1.748,9
1. Penerimaan Perpajakan 1.498,9
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 250,0
II. Penerimaan Hibah 1,4

B. Belanja Negara 2.080,5


I. Belanja Pemerintah Pusat 1.315,5
1. Belanja Kementerian/Lembaga 763,6
2. Belanja Non Kementerian/Lembaga 552,0
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 764,9
1. Transfer Ke Daerah 704,9
2. Dana Desa 60,0

Total Anggaran Pendidikan 416,1


Rasio Anggaran Pendidikan Total (%) 20,0
Total Anggaran Kesehatan 104,0
Rasio Anggaran Kesehatan Total (%) 5,0

C. Keseimbangan Primer (109,0)

D. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) (330,2)


% Surplus (Defisit) Anggaran terhadap PDB 2,41

E. Pembiayaan Anggaran 330,2


I. Pembiayaan Utang

384,7

II. Pembiayaan Investasi (47,5)


III. Pemberian Pinjaman (6,4)
IV. Kewajiban Penjaminan (0,9)
V. Pembiayaan Lainnya 0,3

Kebijakan Fiskal Dan APBN Menjadi Tulang Punggung Reformasi


Ekonomi
Kebijakan fiskal dalam APBN tahun 2017 dibuat
secara kredibel, efisien dan efektif serta
berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Upaya mereformasi fiskal sudah
digulirkan pemerintah sejak 2015 dalam
kebijakan APBN. Dalam APBN 2017,
pemerintah memastikan komitmennya untuk
menjaga keberlanjutan reformasi struktural atas
kebijakan APBN melalui tiga pilar utama.

1. Optimalisasi Pendapatan Negara


Pertama adalah melakukan optimalisasi
pendapatan negara. Pada sisi pendapatan
negara, optimalisasi pendapatan diarahkan
pada perluasan basis pendapatan. Namun
tetap selaras dengan kapasitas
perekonomian agar tidak mengganggu
iklim investasi.

Dalam postur APBN 2017 ditetapkan


jumlah pendapatan negara sebesar
Rp1.750,3 triliun. Jumlah ini terdiri dari
penerimaan perpajakan sebesar Rp1.489,9
triliun, penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) sebesar Rp250 triliun, dan
penerimaan hibah sebesar Rp1,4 triliun. Hal ini disusun dengan mempertimbangkan potensi
perpajakan yang bisa diterima pemerintah pada 2017 mendatang, termasuk realisasi program
Amnesti Pajak dan penerimaan dari sumber-sumber
pajak baru.

Selain itu, untuk mendukung upaya optimalisasi penerimaan negara, pemerintah juga
melakukan reformasi perpajakan secara lebih komprehensif. Reformasi tersebut terdiri dari
reformasi di bidang kebijakan dan reformasi di bidang administrasi.
2. Pengelolaan Belanja Negara Secara Produktif dan Berkualitas
Pada sisi belanja negara, kualitas belanja diarahkan pada pemanfaatan anggaran yang bersifat
produktif dan prioritas, diantaranya seperti pembangunan infrastruktur, pengurangan
kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kesenjangan. Selain itu, untuk
belanja Negara dalam APBN 2017, pemerintah dan DPR RI menyepakati jumlah Rp2.080
triliun yang terdiri dari belanja pemerintah pusat, serta transfer ke daerah dan dana desa.
Dengan demikian, defisit anggaran ditetapkan sebesar Rp330,2 triliun atau 2,41 persen
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dilakukan demi mendukung pembangunan
yang produktif.

Komitmen untuk meningkatkan kualitas belanja negara dapat dilihat dari reformasi struktural.
Realokasi belanja pada subsidi energi secara signifikan kepada belanja yang bersifat prioritas
dan mandatory, yaitu infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Anggaran infrastruktur dalam APBN 2017 meningkat secara signifikan dibandingkan dengan
tahun 2016. Hal tersebut dapat tercapai dengan melalui peningkatan efisiensi belanja dan
peningkatan earmark Dana Transfer Umum yang dikhususkan untuk infrastruktur. Dana
Transfer Umum merupakan bagian dari Transfer Ke Daerah yang sepenuhnya menjadi
kewenangan daerah dalam penggunaannya.
Belanja negara juga ditujukan demi pengurangan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Salah satunya adalah melalui pemenuhan belanja yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan (mandatory spending), seperti anggaran pendidikan yang dalam APBN
2017 tetap dijaga sebesar 20%, dengan fokus untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan
pendidikan.
Selain itu, mandatory spending yang lain adalah anggaran kesehatan yang pada tahun 2017
juga tetap dialokasikan sebesar 5% dari APBN. Kebijakan anggaran kesehatan tersebut
difokuskan untuk memperkuat upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan.
Sementara itu, belanja infrastruktur yang dialokasikan ke daerah dalam APBN 2017 melalui
Dana Transfer Umum juga memberikan dampak yang signifikan terhadap dana yang
ditransfer ke daerah. Tercatat dalam APBN 2017, Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
dialokasikan sebesar Rp764,9 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan
belanja Kementerian/Lembaga yang sebesar Rp763,5 triliun. Hal tersebut menunjukkan
bahwa banyak fungsi dari pemerintah pusat yang telah didelegasikan/diserahkan kepada
daerah saat ini. Selain itu, peningkatan alokasi Dana Desa menjadi Rp60 triliun dari Rp47
triliun pada APBN 2016 bertujuan untuk membangunpemerataan pembangunan, membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai