Anda di halaman 1dari 4

Rian Erianto Nugroho

10030117013
Halaman 61 – 66

1. Reaksi yang Akan Terjadi Melalui Sebuah Metode Berpikir Reflektif


Reaksi yang buruk pasti akan terjadi setelah menggunakan metode ini, yaitu kurangnya
minat dalam belajar, kurangnya perhatian dan sikap menunda-nunda, keengganan melakukan hal
yang positif, ketergantungan hanya pada hafalan saja dan rutinitas, rutinitas menjadi buruk jika
rutinitas sudah berubah menjadi mekanis, sesuatu yang dijalankan tanpa memahami makna
sesungguhnya dari aktivitas tersebut. Kita tidak dapat dan tidak perlu lepas dari rutinitas karena
pola hidup rutinitas bukanlah sebuah “jebakan”, melainkan subuah rancangan.
Faktor intelektual merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses pembelajaran.
Dengan kemampuan intelektual yang cukup seseorang dapat mengikuti proses belajar mengajar
dengan baik. Sebaliknya jika anak tidak memiliki kemampuan intelektual yang memadai atau yang
memiliki keterbelakangan mental maka harus mendapatkan perhatian khusus dalam proses belajar
mengajar. Anak yang demikian dapat dikatakan tergolong dalam anak yang berkebutuhan khusus.
Kemampuan intelektual manusia tersebut tidak lepas dari keberadaan suatu unsur yang sangat vital
dari tubuh manusia yaitu otak. Perkembangan faktor intelektual manusia sangat erat kaitannya
dengan upaya untuk melatih kemampuan otak. Jika seorang terbiasa memaksimalkan fungsi
otaknya maka kemampuan intelektualnya akan berkembang. Perkembangan ini tentu saja tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan membutuhkan proses latihan yang dilakukan secara
berkesinambungan. Dengan demikian, dalam proses belajar sudah seharusnya peran faktor
intelektual untuk kemampuan berpikir ini mendapat perhatian dari guru agar dapat dikembangkan
dengan maksimal.
Kedewasaan itu tingkat kematangan seseorang untuk berfikir lembut dan bijak apapun
kapasitas dan pengetahuan yang dimilikinya dalam menerima masukan, merespek masukan,
mengatasi perbedaan, pengendalian diri saat kita mulai berfikir bagaimana tingkah laku dan
pemikiran itu bersifat positif ataupun bijak dalam menanggapi sebuah masalah, baik masalah yang
datang dari diri kita maupun dari luar diri kita. Kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada
ukuran usianya, melainkan justru pada sejauhmana tingkat kematangan emosional yang
dimilikinya. Mampu membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan
emosionalnya.Kedewasaan tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan adanya
pertumbuhan. Kemampuan berpikir yang belum matang memiliki logikanya sendiri Karenanya,
psikologis dan logis adalah sebuah kesatuan yang sama tidak dapat di pisahkan, berpikir memiliki
tahap perkembangan dan masing masing memiliki logikanya tersendiri. Berpikir dapat dipahami
sebagai suatu potensi atau kemampuan dan pikiran dalam memahami, menganalisis,
membandingkan, dan menyimpulkan tentang objek sesuatu yang diterima berupa fenomena yang
bersifat abstrak dan transcendental, serta inderawi berupa fenomena yang bersifat konkret dan
nyata.berpikir suatu komponen dari kecerdasan intelektual. Seseorang yang dikatakan cerdas
dalam inteligensi tidak terlepas dari bagaimana seseorang tersebut cerdas dalam berpikir. Untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada, kecerdasan berpikir itu sangat diperlukan.
2. Disiplin dan Kebebasan
Pengertian disiplin ialah kegiatan melatih ingatan dan watak untuk menciptakan
pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan perintah dan kesadaran untuk
melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun, Segala tindakan dimulai dari
pikiran, semakin baik cara berpikir, maka semakin baik kehidupan yang dijalani. Semakin buruk
cara berpikir, maka segala yang buruk pun akan selalu mengikuti
Tujuan pendidikan yang tepat yaitu untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
menghasilkan pemikiran yang disiplin. Akan tetapi Disiplin sering diartikan sebuah hal yang
negative berupa paksaan, kekerasan dan tindakan yang didapati secara fisik. Disiplin biasanya di
anggap sebagai latihan yang dilakukan secara terus menerus, seperti hal nya seorang perajurit yang
dilatih secara paksa dan terus menerus agar disiplin. Pelatihan dan pemaksaan seperti ini apakah
dimaksud dengan disiplin, Tujuan dan hasilnya bukanlah kebiasan dalam berpikir disiplin
melainkan hanya kedisiplinan dalam mental. Banyak guru yang mengartikan sebuah definisi
disiplin adalah hal demikian dan hal tersebut sebenarnya mematikan aktivitas kecerdasan
intelektual siswa dan cenderung kepada rutinitas mekanis, atau kepasifan dan perbudakan mental.
Seharusnya, Disiplin dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan
yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada siswa
untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang
menabur, maka ialah yang menuai. siswa memang diberi kebebasan, asal yang bersangkutan tidak
menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh
seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat.
Disiplin dalam kebebasan bisa diartikan sebagai disiplin terbimbing karena dalam menerapkan
kebebasan tersebut, diarahkan kepada hal-hal yang terarah. Manakala arah tersebut berbalik atau
berbelok ke hal-hal yang tidak terarah, maka dibimbing kembali kearah yang terarah. Untuk
menciptakan disiplin dalam kebebasan pada proses pembelajaran guru harus menyediakan
berbagai rangsangan agar aktivitas dalam pembelajaran tetap terjaga. Segala macam bahan,
peralatan, alat, mode kegiatan pembelajaran yang menarik, disediakan agar tidak ada tanda-tanda
kebebasan berekspresi siswa dalam mengemukakan pendapat.
Ada beberapa kendala yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan kedisiplinan
dalam artian kebebasan, yaitu:
1. Pelepasan langsung atau ekspresi langsung dari kecenderungan impulsif
Maksudnya adalah siswa yang terlibat dan melibatkan diri dalam bentuk reaksi perilaku
yang dilakukan tanpa berpikir (tanpa merefleksi secara cukup) se hingga orang itu tidak mampu
menahan untuk merespon balik, Sikap siswa ini tidak mampu menekan atau mengendalikan hasrat
dirinya dalam merespon. Siswa ini tak sadar lebih mengedepankan perintah atau naluri semata,
siswa ini sebenarnya membutuhkan pendamping yang dapat mengarahkan perilakunya, namun
secara perlahan, bahkan tanpa disadar individu ini Jika ia telah menyayangi orang, maka ia aka
ncenderung memujanya, ia termasuk orang yang setia kepada individu yang dicintainya. Namun
jika perilaku orang sekitar dan orang yang dia sayangi sedkit saja keluar dari batasan perilaku yang
dia batasi, maka perilaku impulsif akan segera muncul tanpa terkendali.
2. Faktor Intelektual Alami
Perkembangan intelektual manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya
melibatkan proses memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental
berfikir, menimbang, mengamati, mengingat menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Kecenderungan
perkembangan intelektual alami didasari pada setiap periode pertumbuhan dengan rasa ingin tahu,
inferensi, dan keinginan untuk menguji. Dalam pertumbuhan alami terjadi setiap tahapan untuk
mempersiapkan kesadaran secara menyeluruh. Tidak ada alasan untuk mengasumsikan bahwa
"berpikir" adalah proses isolasi, kecenderungan intelektual alami secara khusus akan mekar dan
berkembang pasti pada waktunya karena terpengaruh oleh observasi, memori, imajinasi, dan
keterampilan. Kegiatan itu semua dilakukan dengan berpikir, Ketika kemampuan berpikir diasah
terus-menerus untuk bekerja dalam memanfaatkan indera dan otot saraf maka kemampuan berpikir
akan lebih tinggi pada tahap berikutnya. Kemampuan berpikir pada masa kanak-kanak sangat kritis
dalam membentuk kepribadian berpikir yang bisa dilatih dengan kegiatan sensorik, motoric dan
pengembangan memori.
Dalam kasus apapun kebiasaan berpikir positif sedang dibentuk, jika tidak hati-hati dalam
melakukan kebiasaan tersebut maka cenderung hasilnya akan kearaf yang negative seperti
terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Satu-satunya cara untuk melatih sifat kehati-hatian,
ketelitian, dan kontinuitas adalah dengan melaksanakan sifat-sifat positif dari awal. Jika manusia
menilai sebuah tindakan atau permasalahan dengan bijaksana, maka mereka dipandu oleh cara
berpikir yang positif.

Intisari : Berpikir bisa dikembangkan, Semua orang yang sudah dewasa memiliki kemampuan
menjadi seorang pemikir yang reflektif, hanya sedikit yang menjadi mahir, dan bahkan lebih
sedikit lagi yang dapat menerapkannya secara konsisten dalam berbagai jenis masalah. Proses
tersebut dapat dikembangkan dengan sikap disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan
yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab dan terbimbing.

Anda mungkin juga menyukai