Anda di halaman 1dari 12

BAHAN SANDANG TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN

PEWARNA DI KAMPUNG YONGSU KABUPATEN


JAYAPURA

DISUSUN OLEH

NAMA : GUNTUR ARFA JAYADI


NIM : 0130140162
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil hutan berupa kayu hasil hutan bukan kayu banyak di


manfaatka dalam kehidupan masyarakat papua. Bebagai bentuk
pemanfaatan hutan telah dilakukan sejak dahulu. Salah satu
pemanfaatan hasil hutan dalam kehidupan adalah salah satu bentuk
pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan sandang dan penghasil warna
alami.

Masyarakat papua khususnya suku ormuseray dan


tableseray yang bermukim di kampung yongsu desoyo distrik
reveni raya, jayapura papua telah menggunakan tumbuhan
sebagai bahan pewarna alami makan maupun pewarna alami
kerajinan tangan secara turun temurun jauh sebelum mengenal
bahan pewarna sintetik. Penggunaan bahan pewarna sangat di
perlukan untuk menhasilkan suatu peroduk yang lebih
bervariasi dan menambah nilai artistic peroduk tersebut.
Untuk mengungkapkan pengetahuan tradisional
tersebut diperlukan penelitian etnobotani di setiap suku
bangsa di Indonesia pada umumnya dan papua pada
kususnya. Pengungkapan tradisional tersebut sangat
penting dan mendesak untuk segera di laksanakan.
Diharapkan pengetahuan tradisional (indigenous knowledge)
di kampung yongsu desoyo Kabupaten Jayapura
sehubungan dengan tanaman maro wepo, maro day, susak,
sri kambu, mere, yangko (kunyit), syai. Yang dimiliki dan
digunakan oleh masyarakat suku Ormuseray dan tableseray.
Dapat dipakai sebagai petunjuk dan menganalisa tanaman
tersebut lebih mendalam (mengadopsi pengetahuan
tradisional yang selanjutnya dapat digunakan untuk sain
dalam mencari peluang lain atau peluang baru pemanfaatan
tanaman pewarna di kampung Yongsu Desoyo.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah tumbuhan yang dapat di manfaatkan
sebagai bahan sandang oleh masyarakat yongsu
desoyo?
2. Bagaimanakah tumbuhan sebagai pewarna alami di
kampung yongsu desoyo ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan sebagai
bahan sandang
2. Untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan, yang
dapat digunakan sebagai pewarna alami untuk
kehidupan ..
BAB II
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dikampung Yongsu Desoyo


Kabupeten Jayapura Provinsi Papua dan berlansung
selama satu minggu pada bulan April tahun 2017. Teknik
mengambil sampel dan data dalam penelitian ini dengan
melakukan survey, observasi, partisipasi, dan wawancara
yang dilakukan di kampumg Yongsu Desoyo. Yang
berdasarkan administratif geografis termasuk dalam
Kabupaten Jayapura. Wawancara dilakukan pada
masyarakat suku ormuseray dan suku tableseray
Kabupaten Jayapura perindividu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di


kampung yongsu desoyo kabupaten jayapura
terdapat 3 jenis tumbuhan sebagai bahan
sandang dan 4 jenis tumbuhan sebagai bahan
pewarna alami.
A.Tumbuhan Yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Sandang di
kampung yongsu desoyo
Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai
makhluk berbudaya pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian
dari kulit kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia
mengembangkan teknologi pemintalan kapas menjadi benang untuk di
tenun sebagai bahan pakaian .
Khususnya masyarakat dikampung yongsu kabupaten jayapura
memiliki cara tersendiri untuk memanfaatkan tumbuhan sebagain
bahan sandang. Ada tiga jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakaian adat dikampung yongsu desoyo yaitu maro day, maro
wepo dan yusak. Dari ketiga jenis tumbuhan tersebut dapat digunakan
sebagai pakaian adat seperti rok, rumbai- rumbai, gelang tangan dan
ikat kepala/hiasan wajah.
Pada zaman dahulu kain dari kulit kayu digunakan untuk
membungkus jenazah dan orang yang membungkus jenazah
menggunakan kulit kayu ini imbalannya adalah tanah biasa disebut
maro kani ( imbalan jasa untuk orang yang berbuat baik), untuk
menyimpan harta dan menyimpan rokok daun.
Pakaian adat tidak boleh di pake oleh sembarang
orang karena sudah tradisi, masyarakat di kampung
yongsu desoyo menggunakan tiga jenis tumbuhan
yaitu maro wepo berwarna merah, maro day berwarna
putih dan susak . Namun maro day lebih sering
digunakan karena di anggap lebih kuat dan tahan
lama bila di jaga dengan baik. Adapun cara membuat
pakaian dari kulit kayu dengan cara membuka kulit
kayu dari batangnya tumbuk menggunakan batu
sampai ujung hingga kulit kayu menjadi lunak (halus)
seperti benang lalu jemur hingga kering , menumbuk
kulit kayu hingga jadi pakaian harus dekat air
sehingga getah- getah yang terdapat pada kulit kayu
menghilang.
Busana yang terbuat dari kulit kayu untuk
menutupi ketelanjangan dan memiliki ukiran yang
berbeda tidak boleh sama dengan masyarakat pesisir
yang lain dan masyarakat yongsu mewarnai busana
dan ukiran dengan tiga warna yaitu hitam, putih dan
merah. Burung camar laut (ktauleng) yang jenisnya
putih adalah lambang dari masyarakat di kampung
yongsu desoyo karena bagi masyrarakat kampung
yongsu menyakini bahwa setelah leluhur mereka tiba
camar laut (ketauleng) di anggap sebagi burung
pengantar, camar laut (ketauleng) melambangkan
kampung yongsu tidak bisa digunakan eleh kampung
lain bila ada kampung lain menggunakan lambang
burung camar laut (ketauleng) yang di miliki oleh
masyarakat di kampung yongsu desoyo maka akan di
denda 5 ekor babi.
Gambar pakaian adat masyarakat di
kampung yongsu desoyo di kabupaten
jayapura
B. Tumbuhan Sebagai Bahan Pewarna

Pewarna alami merupakan warna yang dapat di


hasilkan dari berbagai jenis tumbuhan penghasil pewarna
alami yang dapat di peroleh dari bagian-bagian seperti
pada daun, batang,buah, biji ,akar dan bunga. Yang telah
melalui beberapa peroses yaitu direbus, di bakar, di
memarkan ditumbuk dan langsung digunakan.

Masyarakat di kampung yongsu memanfaatkan tumbuhan sebagai


pewarna alami baik sebagi pewarna pakaian, ukiran-ukiran dan pewarna
makanan. Ada empat jenis tumbuhan yang di manfaatkan eleh masyrakat
yongsu sebagai pewarna alami yaitu sri kambu, mere, yangko dan saria
(sambeng) ,masyarakat di kampung yongsu hanya menggunakan tiga
warna hitam, putih dan merah. Warna hitam menggunakan arang ,warna
putih berasal dari kulit kayu maro day berwarna putih, warna merah
menggunakan sambeng dan juga kunyit dan kapur sirih bisa
menghasilkan wana merah muda. Akan tetapi masyarakat yongsu sudah
jarang menggunakan pewarna alami dikarenakan adanya pewarna
sintetik yang lebih mudah dan tidak perlu waktu lama untuk
membuatnya .
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat di


simpulkan bahwa masyarakat kampung yongsu
desoyo kabupaten jayapura menggunakan 3 (tiga
) jenis tumbuhan sebagai bahan sandang dan 4
(empat) jenis tumbuhan sebagai bahan pewarna
alami. Bahan sandang umumnya di buat dari
kulit kayu dan pewarna alami di peroleh bagian-
bagian tumbuhan seperti pada daun,
batang,buah, biji ,akar dan bunga.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai