Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

MODUL III
“ TEGANGAN PERMUKAAN “

Dosen Pengampu : apt. sudrajat Sugiharta, S.Farm., M.Farm

oleh :

Agnia rizki wahdah (22416248201155)


Dzakiah Salsabillah Romdon (22416248201058)
Alfrida Riyani Pratiwi (22416248201076)
Nida Kusumawati (22416248201049)

KELOMPOK 4
FM22A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum
Tegangan Permukaan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Farmasi Fisika dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai tegangan permukaan tersebut.

Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada apt.Sudrajat Sugiharta, S.Farm.,
M.Farm, selaku Dosen Fisika dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Karawang,31 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.4 Tujuan Khusus .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Pengertian Tegangan Permukaan ...................................................... 3
2.2 Metode Tegangan Permukaan .......................................................... 5
2.3 Cara Menentukan Tegangan Permukaan .......................................... 6
2.4 Faktor – Faktor Tegangan Permukaan ............................................. 8
2.4.1 Jenis Cairan ............................................................................. 8
2.4.2 Suhu ........................................................................................ 8
2.4.3 Adanya Zat Terlarut .............................................................. 8
2.4.4 Surfaktan .................................................................................. 8
2.4.5 Konsentrasi Zat Terlarut ......................................................... 8
2.5 Zat Aktif ............................................................................................ 9
2.5.1 Air (H2O) ................................................................................. 9
2.5.2 Etanol ...................................................................................... 9
2.5.3 Aseton ..................................................................................... 10
2.5.4 Detergen .................................................................................. 10
2.5.5 Sabun ....................................................................................... 11
2.5.6 Shampo .................................................................................... 11
BAB III ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 11
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 12
3.1.1 Alat ......................................................................................... 12

iii
3.1.2 Bahan ..................................................................................... 12
3.2 Prosedur Kerja ................................................................................. 12
3.2.1 Penentuan Berat Jenis (p) Setaip Sampel Dengan
Menggunakan Piknometer ................................................... 12
3.2.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan
Metode Rambat Kapiler ....................................................... 13
3.3 Analisis data ................................................................................... 13

BAB IV HASIL ................................................................................................ 15


4.1 Penentuan Berat jenis (p) setiap sampel dengan
Menggunakan Piknometer ................................................................ 15
4.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan
Metode Rambat Kapiler .................................................................... 16

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 17


5.1 Penentuan Berat Jenis (p) Setiap Sampel Dengan
Menggunakan Piknometer ................................................................ 17
5.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengam
Metode Rambat Kapiler .................................................................... 18

BAB VI KESIMPULAN .................................................................................. 19


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20
LAMPIRAN....................................................................................................... 21

iv
DAFTAR SKEMA

Skema 3.2.1 Penentuan Berat Jenis ……………………………………………..13

Skema 3.2.1 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel………………………….14

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Hasil Perhitungan Berat Jenis


Menggunakan Piknometer ……………………………………………..15

Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Berat Jenis


Menggunakan Rambat Kapiler……………... ………………………….16

vi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Hasil Perhitungan Berat Jenis


Menggunakan Piknometer ……………………………………………..15

Grafik 4.2 Grafik Hasil Perhitungan Berat Jenis


Menggunakan Rambat Kapiler……………... ………………………….16

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Cairan mempunyai sifat menyerupai gas dalam hal gerakannya yang mengikuti
gerakan Brown dan daya alirnya (fluiditasnya). Selain itu cairan juga menunjukkan adanya
tegangan permukaan yang merupakan salah satu sifat penting lainnya dari cairan.
Permukaan cairan berperilaku seperti lapisan yang memiliki tegangan dan cenderung
mengambil bentuk permukaan paling sempit. Penjepit kertas dapat mengapung di atas
permukaan air dan tetes-tetes embun yang jauh jatuh pada sarang laba-laba berbentuk bola
merupakan fenomena tegangan permukaan (Herinaldi,2014).
Di dalam zat cair satu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya yang
sejenis dari segala arah, sehingga gaya tarik menarik sesama molekul (gaya kohesi)
adalah sama. Pada permukaan zat cair terjadi gaya tarik menarik antara molekul zat cair
dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih kecil bila dibandingkan dengan
gaya kohesi sehingga molekul di permukaan zat cair dengan molekul udara (gaya adhesi)
cenderung untuk masuk ke dalam. Tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya yang
bekerja sejajar dengan permukaan. Sedangkan tegangan antar permukaan selalu lebih
kecil dari tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua zat cair yang tidak
bercampur selalu lebih besar dari gaya adhesi antara zat cair dan udara (Hernaldi,2014).
Umumnya cairan yang mempunyai gaya tarik antara molekulnya besar seperti
raksa, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya cairan seperti alkohol gaya
tarik menarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaan juga kecil. Dalam
kehidupan sehari-hari tegangan permukaan cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungan
dengan kemampuan cairan tersebut membasahi benda. Detergen sintesis misalnya di
desain untuk meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat pada
pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga hasil cucian menjadi
bersih. Demikian pula alkohol dan jenis obat antiseptik lainnya, selain dibuat agar
memiliki daya bunuh kuman yang baik juga memiliki tegangan permukaan rendah agar
membasahi seluruh permukaan luka (Ditjen, 2019).
Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh gaya tarik menarik antara molekul
dalam cairan. Umumnya cairan yang mempunyai gaya tarik antara molekulnya besar

1
seperti raksa, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya cairan seperti alkohol
gaya tarik menarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaan juga kecil. Dalam
kehidupan sehari-hari tegangan permukaan cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungan
dengan kemampuan cairan tersebut membasahi benda. Detergen sintesis misalnya di
desain untuk meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat pada
pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga hasil cucian menjadi
bersih. Demikian pula alkohol dan jenis obat antiseptik lainnya, selain dibuat agar
memiliki daya bunuh kuman yang baik juga memiliki tegangan permukaan rendah agar
membasahi seluruh permukaan luka (Ditjen, 2019).
Dalam hal menentukan tegangan dari permukaan suatu benda kita haruslah
meninjau dari besarnya massa benda yang mengalir dalam fluida.Bila dihubungkan
dengan bidang farmasi, ternyata banyak sekali pembahasaan tegangan permukaan yang
terselubung dalam permasalahan obat-obat di kehidupan sehari-hari. Seperti, dalam
mengatasi sediaan obat yang berbusa adsorbsi obat pada saluran pencernaan (Hernaldi,
2014).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Pada praktikum kali ini praktikan akan menyelesaikan masalah seperti :
1. Apa arti dari Tegangan permukaan.
2. Apa factor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat cair
3. Bagaimana cara menggunakan alat-alat penentuan tegangan permukaan suatu zat cair
4. Bagaimana cara menentukan tegangan permukaan zat cair dengan menggunakan
metode kenaikan pipa kapiler
1.3 TUJUAN UMUM
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa dapat Menerangkan factor-faktor
yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat cair, dapat menggunakan alat-alat
penentuan tegangan permukaan suatu zat cair dan dapat menentukan tegangan permukaan
zat cair dengan menggunakan metode kenaikan pipa kapiler.

1.4 TUJUAN KHUSUS


Adapun tujuan khusus untuk praktik kali ini, agar praktikan diharapkan mampu :
1. Menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat cair
2. Menggunakan alat-alat penentuan tegangan permukaan suatu zat cair
3. Menentukan tegangan permukaan zat cair dengan menggunakan metode kenaikan pipa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN TEGANGAN PERMUKAAN


Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya
kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan (Giancoli, 2014).
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka
dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada
tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar
dari pada adhesi antara cairan dan udara (Giancoli, 2014).
Tegangan permukaan didefenisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam memperluas
permukaan cairan dengan suatu satuan luas. Satuan untuk tegangan permukaan (Y)
adalah J.m-2 atau dyne.cm-1. Metode yang paling umum untuk mengukur tegangan
permukaan adalah kenaikan atau penurunan cairan dalam pipa kapiler (Giancoli, 2014).
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya yang
sejenis dari segala arah sehingga gaya tarik menarik sesama molekul (kohesi) adalah
sama. Pada permukaan zat cair terjadi suatu gaya tarik menarik antar molekul zat cair
dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih kecil bila dibandingkan dengan
gaya kohesi, sehingga molekul di permukaan zat cair cenderung untuk masuk ke dalam.
Tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan
zat cair untuk mengimbangi. Sedangkan tegangan antar permukaan karena gaya adhesi
antara zat cair untuk mengimbangi gaya kohesi. Sedangkan tegangan antar permukaan
selalu lebih kecil dari tegangan permukaan (Lachman, 2013).
Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar, tetapi apabila zat cair
bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan bagian tepi yang
bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala melengkungnya permukaan zat
cair disebut dengan ministus (Estien, 2014).
Ada dua jenis miniskus yaitu miniskus cekung dan miniskung cembung. Miniskus
cekung terjadi jika gaya tarik menarik antara partikel zat cair dipermukaan dengan

3
partikel zat padat (gaya adhesi) lebih besar dari pada gaya tarik menarik antara partikel-
partikel zat cair (gaya kohesi) (Estien, 2014).
Secara kuantitatif tegangan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yang paling
lazim adalah tegengan permukaan, yakni gaya yang dikerahkan kebidang permukaan per
satuan panjang ( Robert, 2013).
Fenomena lain yang berhubungan dengan tegangan permukaan adalah terbentuknya
meniskus apabilah cairan dimasukkan ke dalam tabung reaksi .Air yang membasahi
dinding kapiler dan akan naik sehingga akan lebih tinggi dari pada permukaan air
sekitarnya , spon yang dapat menyerap air ataupun air yang dapat meresap kedalam tanah
merupakan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa tegangan permukaan itu memang
ada (Tony, 2013).
Daya tarik kapiler disebabkan oleh tegangan permukaan dan oleh nilai relatif adhesi
antara cairan dan benda padat terhadap kohesi cairan. Cairan yang membasahi benda
padat mempunyai adhesi yang lebih besar daripada kohesi. Kegiatan tegangan
permukaan dalam hal ini menyebabkan cairan naik di dalam tabung vertical kecil yang
terendam sebagian dalam cairan itu. Bagi cairan yang tidak membasahi benda padat,
tegangan permukaan cenderung untuk menekan miniskus dalam tabung vertikel kecil.
Bila sudut kontak antara cairan dan zat padat diketahui maka kenaikan kapiler dapat
dihitung untuk bentuk miniskus yang diasumsikan (Lachman, 2013).
Tegangan permukaan atau tegangan antar muka adalah suatu gaya nyata yang
efeknya tampak pada tingkat makroskopik seperti halnya pada tingkat molekuler. Hal ini
dapat dilukiskan dengan meletakkan sebuah kerangka kawat dengan batang yang dapat
bergerak dalam larutan energi per satuan luas jika kerja yang diperlukan untuk
memindahkan batang yang bergerak dengan suatu jarak kecil. Kebanyakan antar yang
tercakup dalam sistem farmasetik berbentuk lengkung (Lachman, 2013).
Tegangan permukaan sebuah campuran zat cair fungsi sederhana permukaan
komponen murni karena komposisi permukaan pada campuran tidak sama dengan
komposisi pada cairnya. Dalam situasi begini, kita hanya mengetahui komposisi badan
cair (Reed, 2014).
Bila dua fase dicampurkan maka batas fase-fase tersebut dinamakan antar
permukaan. Batas antara zat cair atau zat padat dengan udara biasanya disebut permukaan
saja. Sedangkan batas antara zat cair dengan zat cair lainnya yang tidak bercampur atau
antara zat padat dengan zat cair disebut antar permukaan (Martin,2019).

4
2.2 METODE TEGANGAN PERMUKAAN
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain (Kosman, 2016):
a. Metode Cincin du-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan
antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair yang
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar permukaan. Gaya yang
dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat besi yang
dinyatakan dalam dyne.
b. Metode Kenaikan Kapiler
Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat
cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat
cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair,
maka zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gerak ke atas
diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bahan akibat berat zat cair.
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan
akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada
pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dengan molekul
surfaktan (Giancoli,2014).
Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi :
1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat.
2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis
3. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair
untuk membentuk sediaan suspense (Giancoli, 2014).

Jika kawat ini dimasukan ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan
terbentuk lapisan air sabun pada permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika dirimu
bermain gelembung sabun. Karena kawat lurus bisa digerakkan dan massanya tidak

5
terlalu besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan pada
kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas (perhatikan arah panah). Untuk
mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat berada dalam kesetimbangan), maka
diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di mana besarnya gaya total adalah F = w
+ T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan yang dikerjakan oleh lapisan
air sabun pada kawat lurus (Giancoli,2014).

2.3 CARA MENENTUKAN TEGANGAN PERMUKAAN


Adapun cara penentuan tegangan permukaan secara pipa kapiler, antara lain :
1. Sampel (misalnya minyak) dimasukkan ke dalam piala gelas dan diukur suhunya.
2. Pipa kapiler dimasukkan ke dalam piala gelas yang berisi sampel. Sampel akan naik ke
pipa sampai ketinggian tertentu.
3. Kenaikan sampel dalam pipa kapiler diukur dari permukaan sampel dalam piala gelas.
Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekul-molekul di dalam zat cair. Di dalam
zat cair, molekul-molekulnya dapat mengalami gaya adhesi dan gaya kohesi. Gaya
kohesi adalah tarik-menarik antara molekul-molekul sejenis di dalam suatu zat cair,
sedangkan gaya adhesi adalah tarik-menarik antara molekul dengan molekul lain yang
tidak sejenis, yaitu bahan wadah dimana zat cair berada.
Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada minyak dengan permukaan piala
gelas, minyak akan berinteraksi kuat dengan permukaan piala gelas, sehingga minyak
membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan melengkung (cekung). Keadaan
ini dapat menyebabkan cairan dapat naik ke atas oleh tegangan permukaan yang arahnya
ke atas sampai batas keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan tercapai. Jadi
minyak dapat naik ke atas dalam suatu pipa kecil yang biasa disebut pipa kapiler
(Bird,2015).
Jika sudut kontak antara cairan dengan tabung kapiler lebih dari 90 derajat maka
bentuk permukaan cairan tertekan ke bawah yang disebut meniskus cekung.

Perhatikan gambar di bawah ini:

warna merah sudut kontak kurang dari 90


derajat,warna biru sudut lebih dari 90 derajat.

6
Rumus/persamaan menghitung tinggi rendahnya atau naik turunnya permukaan
zat cair pada pipa kapiler adalah:

Keterangan:

h = tinggi permukaan zat cair (m)

ɣ la = tegangan permukaan (N/m)

ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)

r = jari-jari (m)

ɡ = percepatan gravitasi (m/s2)

Θ = sudut kontak

Sudut Kontak Didefinisikan :

➢ Gaya Kohesi : gaya tarik menarik antara partikel sejenis.


➢ Gaya Adhesi : gaya tarik menarik antar partikel yang tak sejenis

Tinjau : (a) air dalam pipa kapiler, dan (b) air raksa dalam pipa kapiler

(a) (b)
(a) Gaya Kohesi antar partikel-partikel air lebih besar dari gaya adhesi antara partikel air-
partikel gelas,sehingga resultan gaya yang bekerja mengarah ke luar gelas. Akibatnya

7
air di dalam kaca tabung melengkung ke atas, kelengkungan zat cair dalam tabung
dinamakan meniskus. Dan untuk kasus ini adalah meniscus cekung; zat cair
membasahi dinding.
(b) Gaya Kohesi antara partikel raksa (Hg) lebih kecil dibandingkan dengan gaya adhesi
antara partikel Hg dengan dinding kaca. Sehingga resultan gaya yang bekerja pada
permukaan zat cair mengarah ke dalam gelas. Akibatnya raksa dalam tabung kaca
melengkung ke bawah, sehingga terjadi meniskus cembung; dan Hg tidak membasahi
dinding kaca (Anonim, 2013).

2.4 FAKTOR-FAKTOR TEGANGAN PERMUKAAN


Adapun factor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah :
2.4.1 Jenis Cairan
Pada umumnya jenis cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya
besar, seperti air, maka tegangan permukaanya juga besar. Sebaliknya pada cairan
seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegang
permukaannya juga kecil.
2.4.2 Suhu
Tegangan permukaan cairan turun apabila suhu naik, karena dengan
bertambahnya suhu molekul-molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh
interaksi antara molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun.
2.4.3 Adanya zat terlarut
Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan
permukaan. Untuk air adanya elektrolit anorganik dan non electrolit seperti
sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan adanya zat-zat
seperti sabun, detergen, dan alcohol adalah efektif dalam menurunkan tegangan
permukaan (Yazid, 2015).
2.4.4 Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaa,
karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka.
Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus.
Sabun merupakan salah satu contoh surfaktan
2.4.5 Konsentasi zat terlarut
Konsentasi zat terlarut (solute) suatu larutan biner mempunyai pengaruh
terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbs pada permukaan
8
larutan. Telah diamati bahwa solute yang ditambahkan kedalam larutan akan
menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang
lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solute yang penambahannya
kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentarsi di permukaan
yang lebih kecil daripada didalam larutan (Santi, 2016).

2.3 ZAT AKTIF


Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis
pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal sebagai
drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu proses
penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat aktif yang
dibutuhkan, baik dari bahan alam, semi sintesis maupun sintesis penuh. Hal utama yang
perlu diperhatikan dalam menemukan suatu senyawa aktif farmakologis tersebut adalah
terbuktinya keamanan dan khasiatnya. Perlu dipertimbangkan Benefitto riskratio dari
senyawa aktif yang baru tersebut (Agoes, 2016). Berikut adalah zat aktif dari bahan
bahan yang akan digunakan sebagai sampel.

2.2.1 Air(H2O)
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi sumber
kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini, tak ada yang
bisa menyangkal, bahwa air merupakan elemen penting dalam kehidupan
manusia, tidak saja untuk dikonsumsi, kebutuhan akan air juga
menopang banyak aktivitas manusia. Menurut Kodoatie, (2005) “Air
merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di Bumi”. Dari
sudut pandang geografi air adalah salah satu objek material geografi
(geosfer), dimana studi tentang air dikaji menggunakan pendekatan
kelingkungan/ekologi maupun pendekatan keruangan dan wilayah. Studi
tentang air (hidrosfer) mengkaji segala wujud air sebagai objek yang ada
di darat maupun di laut. Adapun salah satu air yang ada didarat yaitu air
tanah (Dhahono,2013).

2.2.2 Etanol
Etanol (ROH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, dan mudah menguap.
Molekul penyusun alkohol adalah molekul polar. Etanol memiliki titik didih
78,3ºC dan beku pada suhu (-144ºC). Molekul penyusun etanol berbobot rendah

9
sehingga menyebabkan etanol dapat larut dalam air. Kelarutan dalam air tersebut
disebabkan oleh ikatan 6 hidrogen antara etanol dan air. Etanol juga dapat
melarutkan tetapi tidak sebaik air. (Zuhri, 2021) Alkohol memiliki rumus umum
R-OH dan dicirikan oleh hadirnya gugus hidroksil (hydroxyl group) -OH.
Strukturnya mirip dengan air, tetapi dengan satu hydrogen digantikan dengan
gugus alkil. Jhon Wiley dan Soon dalam bukunya Introduction to Organic
Chemistry menjelaskan Bahwa: “Alkohol adalah senyawa organik yang memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hidrogen dan atau atom karbon lain. Dengan menyubstitusikan –OH ke H
dari CH4, maka didapat CH3OH yang dikenal dengan metanol dan etanol. Rumus
fungsional dari alkohol adalah OH dengan formula umum untuk alkohol ROH,
dimana R adalah alkil atau substitusi kelompok alkil (Zuhri ,2021).
2.2.3 Aseton
Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut
polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga
sebagai dimetil keton, 2- propanon, atau propan-2-on. Aseton adalah
senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan
untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa
6 senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur 7 secara industri, aseton
juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam
kandungan kecil (Herstyawan,2019).

2.2.4 Detergen
Deterjen adalah bahan kimia pembersih yang dibuat dari suatu bahan
dasar surfaktan dengan penambahan bahan lain yang dijinkan, makin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka penggunaan deterjen
akan semakin meningkat. Selain itu beban perairan akan bertambah
terutama apabila deterjen tersebut sulit terdegradasi secara biologis oleh
lingkungan. Ini berarti bahwa beban perairan dan pencemaran air akan bertambah
karena jumlah deterjen yang bertambah banyak. Kriteria produk deterjen yang
ramah lingkungan. adalah harus mampu
terdegradasi secara biologis lebih besar dari 90% dan tidak bersifat toksit pada
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

10
biodegradibilitas deterjen dan untuk mengetahui taksisitas deterjen
terhadap lingkungan (Siti Agustina, 2018).

2.2.5 Sabun
Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati
atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai
pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak
membahayakan kesehatan. Sabun tersusun dari berbagai bahan, seperti asam lemak,
KOH, gliserol, dan surfaktan. Setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada
sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul
kecil akan lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot
molekul besar (Sulistyowati, putri.dan Kun, 2019).
2.2.6 Shampo
Sampo adalah sediaan kosmetik berwujud cair, gel, emulsi, ataupun aerosol
ataupun yang mengandung surfaktan, sehingga memiliki sifat detergensi, humektan
dan menghasilkan busa. Sampo merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan rambut, sehingga 7 rambut dan kulit kepala menjadi bersih dan sedapat
mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau (Setya, 2021).

11
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Alat
Untuk praktikum kali ini praktikan memakai alat berupa beaker glass,
pipa kapiler, kaca arloji, gelas ukur, dan piknometer,
3.1.2 Bahan
Untuk praktikum kali ini praktikan memakai bahan berupa H2O,
alcohol/etanol, aseton, detergen, sabun cair, shampoo.

3.2 PROSEDUR KERJA


3.2.1 Penentuan berat jenis (p) setiap sampel dengan menggunakan
piknometer
Dalam penyiapan penentuan berat jenis ini pertama – tama bersihkan
terlebih dahulu piknometer menggunakan HCL, setelah sudah di bersihkan
lalu bilas 3 kali dengan aquadest dan sekali dengan alcohol kemudian
keringkan di dalam oven (± 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡). Setelah kering, lalu masukkan ke
dalam desikator (± 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡), kemudian timbang piknometer kosong tadi
hingga di peroleh massa tetap (w1). Setelah diperoleh massa tetap maka isilah
piknometer kosong tersebut dengan aquadest, atur suhu piknomeeter yang
tlah diisi hingga suhu 25°𝐶, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan
timbanglah hingga di peroleh massa tetap (w2). Lalu buang aquadest tersebut,
bilas piknometer dengan alcohol dan keringkan dalam oven, kemudian
masukkan dalam desikator (± 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡). Setelah kering isilah dengan
larutan sampel, atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°𝐶,
bagian luar dilap hingga kering dan kemudian ditimbang sampai diperoleh
massa tetap (w3). Kemudian hitunglah berat jenis larutan sampel dengan
persamaan:
𝑤3 − 𝑤1
𝑑=
𝑤2 − 𝑤1

12
Jika sudah di hitung berat jenis larutan sampel maka lakukan percobaan yang sama
(Langkah 1 sampai 6) untuk larutan sampel alcohol/etanol,aseton,detergen,sabun
cair dan shampo.

Bersihkan piknometer dengan HCL, lalu bilas 3 kali dengan aquadest, sekali
dengan alkohol dan kemudia keringkan dalam oven (± 5 menit).

Setelah kering, masukkan dalam desikator (± 10 menit), kemduian timbang


piknometer kosong tadi hingga diperoleh massa tetap (w1).

Isilah piknometer kosong tersebut dengan aquadest, atur suhu piknometer


yang telah diisi hingga suhu 25°𝐶, 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 luar piknometer dilap sampai
kering dan timbanglah hingga diperoleh massa tetap (w2).

Buang aquadest tersebut, bilas piknometer dengan alkohol dan keringkan


dalam oven, kemudian masukkan dalam deksikator (± 10 menit), Setelah
kering isilah dengan larutan sampl, atur sushu piknometer yang telah diisi
hingga suhu 25°𝐶, 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 dilap hingga kering dan kemudian
ditimbang sampai diperoleh massa tetap (w3)

Hitung berat jenis larutan sampel dengan persamaan :


𝑤3 − 𝑤1
𝑑=
𝑤2 − 𝑤1

Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai 6) untuk larutan sampel


alkohol /etanol, aseton, detergen, sabun cair, dan shampo.

3.2.1 Skema penentuan berat jenis

3.2.2 Penentuan tegangan permukaan sampel dengan metode rambat


kapiler
Untuk melakukan penentuan tegangan permukaan sampel dengan
metode rambat kapiler yang pertama – tama bilasah kapiler dengan aquadest,
alcohol dsn terakhir dengan aseton, kemudian keringkan. Setelah kering, bilaslah
pipa kapiler tersebut dengan sampel yang akan diperiksa. Lalu isi tabung dengan
larutan sampel hingga pipa kapiler tercelup dalam cairan ± 1 𝑐𝑚. Jika sudah maka

13
biarkan cairan merambat naik, dan setelah benar – benar berhenti bacalah tinggi
permukaan cairan (h1 dan h2) pada pipa kapiler dan tabung. Lakukanlah
pengukuran nilai h sebanyak 2 kali untuk masing – masing sampel alcohol/etanol,
aseton, detergen, sabun cair dan sampo. Jika sudah dilakukan pengukuran maka
tentukanlah nilai tegangan permukaan pada setiap sampel nya.

bilasah kapiler dengan aquadest, alcohol dsn terakhir dengan aseton,


kemudian keringkan.

Setelah kering, bilaslah pipa kapiler tersebut dengan sampel yang akan
diperiksa.

isi tabung dengan larutan sampel hingga pipa kapiler tercelup dalam cairan
± 1 𝑐𝑚.

biarkan cairan merambat naik, dan setelah benar – benar berhenti bacalah
tinggi permukaan cairan (h1 dan h2) pada pipa kapiler dan tabung.

Lakukanlah pengukuran nilai h sebanyak 2 kali untuk masing – masing


sampel alcohol/etanol, aseton, detergen, sabun cair, dan sampo

tentukanlah nilai tegangan permukaan pada setiap sampel nya.

3.2.2 Skema penentuan tegangan permukaan sampel

3.3 ANALISIS DATA


Pada praktikum tegangan permukaan,, data yang diperoleh dianalisis
dengan cara statistic untuk mendapatkan rata – rata dengan standar deviasi, dihitung
menggunakan rumus berat jenis kemudian disajkan dalam bentuk table dan grafik.

14
BAB IV
HASIL
4.1 Penentuan berat jenis (p) setiap sampel dengan menggunakan
piknometer

Untuk menghitung bobot jenis menggunakan rumus :


𝑤3 − 𝑤1
𝑑=
𝑤2 − 𝑤1
Berikut tabel, serta grafik dari perhitungan berat jenis menggunakan
piknometer :
Sampel Berat jenis
Air 1
Alkohol 0,799
Aseton 0,788
Detergen 1,028
Sabun Cair 1,032
Shampo 1,036
4.1 Tabel Hasil Perhitungan Berat Jenis Menggunakan Piknometer

Berat jenis
1.2

0.8

0.6
1 1.028 1.032 1.036
0.4 0.799 0.788

0.2

0
Air Alkohol Aseton Detergen Sabun Cair Shampo

Berat jenis

4.1 Grafik Hasil Perhitungan Berat Jenis Menggunakan Piknometer

15
4.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan Metode Rambat
Kapiler

Untuk menentukan tegangan permukaan menggunakan rumus :


𝟏
𝜸= 𝒓𝒉𝒑𝒈
𝟐

Berikut rata – rata tabel, serta grafik dari Penentuan Tegangan Permukaan
Sampel Dengan Metode Rambat Kapiler :

Sampel Tegangan Permukaan


Air 1,075
Alkohol 0,189
Aseton 0,195
Detergen 0.09
Sabun Cair 0,875
Shampo 0.375
4.2 Tabel Hasil Perhitungan Berat Jenis Menggunakan Rambat Kapiler

Tegangan Permukaan
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Detergen Alkohol Aseton Shampo Sabun Cair Air

Tegangan Permukaan

4.2 Grafik Hasil Perhitungan Berat Jenis Menggunakan Piknometer

16
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Penentuan berat jenis (p) setiap sampel dengan menggunakan piknometer.
Untuk menentukan berat jenis dalam praktikum kali ini, praktikan
menggunakan alat ukur massa jenis piknometer, yang dimana hasil dari
penentuan ini akan berpengaruh terhadap praktikum selanjutnya. Setelah
dilakukan pensterilan didahulukan menimbang bobot piknometer kosong untuk
memastikan keakuratan pengukuran dalam menentukan berat jenis zat cair yang
ada didalamnya.
Lalu di menimbang piknometer dengan berisikan aquades, pada saat
memasukan aquades atau zat cairan kedalam piknometer, pastikan tidak ada
rongga atau gelembung gas karena dapat mempengaruhi densitas. Proses
penentuan berat jenis menggunakan piknometer bisa dikatakan mudah dalam
pengerjaannya, akan tetapi jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang
diperoleh akan tidak teratur.
Untuk menentukan hasil berat jenis praktikan menggunakan rumus
𝑤3 − 𝑤1
𝑑=
𝑤2 − 𝑤1
W1 = piknometer kosong

W2 = piknometer + Aquadest

W3 = berat piknometer + sampel

Contohnya seperti data di table 4.1 hasil dari air yaitu 1 yang didapatkan dari w3
= 50,6, w2 = 50,6, w1 = 23,7, lalu masukan rumus yang diatas sehingga
mendapatkan hasil 1 tersebut. Sama seperti air, beberapa sampel yang diujikan
menggunakan proses perhitungan yang sama.

17
5.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan Metode Rambat
Kapiler.
Untuk menentukan tegangan permukaan sampel praktikan menggunakan
metode rambat kapiler yang menggunakan alat pengukuran pipa kapier. Untuk
menentukan hasil tegangan permukaan praktikan menggunakan rumus
𝟏
𝜸= 𝒓𝒉𝒑𝒈
𝟐

Yang dimana untuk menentukan tegangan permukaan praktikan harus


mengetahui 𝒓 𝒉 𝒑 𝒈 terlebih dahulu agar dapat menentukan tegangan
permukaan (𝜸) dari suatu sampel. Contohnya pada table di 4.2 sampel air
mendapatkan hasil rata – rata 1.075, karena uji 1 pada 𝒓 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒄𝒎, 𝒉 =
𝟒, 𝟒 𝒄𝒎, 𝒑 = 𝟏𝒈𝒓/𝒄𝒎, 𝒈 = 𝟏𝟎𝒈/𝒄𝒎 sehingga mendapatkan hasil 1,1 g/cm
dan uji 2 pada 𝒓 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒄𝒎, 𝒉 = 𝟒, 𝟐 𝒄𝒎, 𝒑 = 𝟏 𝒈𝒓/𝒄𝒎, 𝒈 = 𝟏𝟎 𝒈/𝒄𝒎
sehingga mendapatkan hasil 1,05 g/cm Dari kedua hasil tersebut mendapatkan
rata – rata 1,075. Namun pada perhitungan tegangan permukaan sampel, lama
waktu dari sampel yang akan masuk kedalam pipa kapiler sangat mempengaruhi
hasil dari ∆ℎ sehingga dapat dipastikan juga akan mempengaruhi hasil
penentuan tegangan permukaan (𝜸).

18
BAB IV

KESIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa untuk menentukan berat jenis sangat mudah


menggunakan alat ukur piknometer akan tetapi ketelitian yang diperukan juga
harus sangat dijaga sehingga jika kurang ketelitian dalam penimbangan akan
mendapak besar pada hasil perhitungan mau itu berat jenis atau perhitungan
selanjutnya.

Dan untuk penentuan tegangan permukaan sampel menggunakan alat ukur


pipa kapiler juga dapat dikatakan mudah karena dapat diukur menggunakan alat
ukur penggaris, dan untuk pendapatkan hasil dari tegangan permukaan sampel
harus mengetahui hasil dari setiap nilai yang terdapat dalam rumus. Dan lama
waktu pipa kapiler yang terendam sampel akan mempengaruhi hasil dari tinggi
sampel yang ada di dalam pipa kapiler, dan karena hal itu juga akan
mempengaruhi hasil perhitungan tegangan permukaan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2013., “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika II”., UMI., Makassar

Bird., 2015., “Kimia Fisika Untuk Universitas”.,PT.Gramedia Pustaka Utama.,


Jakarta

Ditjen, L., 2019. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI – press.

Giancoli, Douglas C., 2014, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Herinaldi. 2014 . Mekanika Fluida, terjemahan dari “Fundamental of Fluids


Mechanic oleh Donald F. Young. Erlangga: Jakarta.
Kosman,R., 2016.,”Farmasi Fisika”., UMI., Makassar

Lachman, 2013., “Dasar-dasar Analisis Aliran Disfungsi dan Muatan”., UII Press.,
Jogjakarta
Robert C. Reid. 2013. ”SIfat Gas dan Zat Cair”. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Reed., 2014.,”Sifat Gas dan Zat Cair”., PT.Gramedia Pustaka Utama., Jakarta

Santi. Sinala, Farmasi Fisika, 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Tony Bird. 2013. ”Kimia Fisaka Untuk Universitas”. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Yazid, Estien, 2015. “Kimia Fisika untuk Paramedis” Penerbit Andi, Yogyakarta.

20
LAMPIRAN

Data pengamatan dan perhitungan penentuan berat jenis

Data pengamatan dan perhitungan penentuan tegangan permukaan sampel

21
Pikno yang ditimbang Piknometer

Alat dan bahan yang digunakan

22

Anda mungkin juga menyukai