MODUL III
“ TEGANGAN PERMUKAAN “
oleh :
KELOMPOK 4
FM22A
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum
Tegangan Permukaan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Farmasi Fisika dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai tegangan permukaan tersebut.
Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada apt.Sudrajat Sugiharta, S.Farm.,
M.Farm, selaku Dosen Fisika dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.4 Tujuan Khusus .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Pengertian Tegangan Permukaan ...................................................... 3
2.2 Metode Tegangan Permukaan .......................................................... 5
2.3 Cara Menentukan Tegangan Permukaan .......................................... 6
2.4 Faktor – Faktor Tegangan Permukaan ............................................. 8
2.4.1 Jenis Cairan ............................................................................. 8
2.4.2 Suhu ........................................................................................ 8
2.4.3 Adanya Zat Terlarut .............................................................. 8
2.4.4 Surfaktan .................................................................................. 8
2.4.5 Konsentrasi Zat Terlarut ......................................................... 8
2.5 Zat Aktif ............................................................................................ 9
2.5.1 Air (H2O) ................................................................................. 9
2.5.2 Etanol ...................................................................................... 9
2.5.3 Aseton ..................................................................................... 10
2.5.4 Detergen .................................................................................. 10
2.5.5 Sabun ....................................................................................... 11
2.5.6 Shampo .................................................................................... 11
BAB III ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 11
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 12
3.1.1 Alat ......................................................................................... 12
iii
3.1.2 Bahan ..................................................................................... 12
3.2 Prosedur Kerja ................................................................................. 12
3.2.1 Penentuan Berat Jenis (p) Setaip Sampel Dengan
Menggunakan Piknometer ................................................... 12
3.2.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan
Metode Rambat Kapiler ....................................................... 13
3.3 Analisis data ................................................................................... 13
iv
DAFTAR SKEMA
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
seperti raksa, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya cairan seperti alkohol
gaya tarik menarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaan juga kecil. Dalam
kehidupan sehari-hari tegangan permukaan cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungan
dengan kemampuan cairan tersebut membasahi benda. Detergen sintesis misalnya di
desain untuk meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat pada
pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga hasil cucian menjadi
bersih. Demikian pula alkohol dan jenis obat antiseptik lainnya, selain dibuat agar
memiliki daya bunuh kuman yang baik juga memiliki tegangan permukaan rendah agar
membasahi seluruh permukaan luka (Ditjen, 2019).
Dalam hal menentukan tegangan dari permukaan suatu benda kita haruslah
meninjau dari besarnya massa benda yang mengalir dalam fluida.Bila dihubungkan
dengan bidang farmasi, ternyata banyak sekali pembahasaan tegangan permukaan yang
terselubung dalam permasalahan obat-obat di kehidupan sehari-hari. Seperti, dalam
mengatasi sediaan obat yang berbusa adsorbsi obat pada saluran pencernaan (Hernaldi,
2014).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
partikel zat padat (gaya adhesi) lebih besar dari pada gaya tarik menarik antara partikel-
partikel zat cair (gaya kohesi) (Estien, 2014).
Secara kuantitatif tegangan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yang paling
lazim adalah tegengan permukaan, yakni gaya yang dikerahkan kebidang permukaan per
satuan panjang ( Robert, 2013).
Fenomena lain yang berhubungan dengan tegangan permukaan adalah terbentuknya
meniskus apabilah cairan dimasukkan ke dalam tabung reaksi .Air yang membasahi
dinding kapiler dan akan naik sehingga akan lebih tinggi dari pada permukaan air
sekitarnya , spon yang dapat menyerap air ataupun air yang dapat meresap kedalam tanah
merupakan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa tegangan permukaan itu memang
ada (Tony, 2013).
Daya tarik kapiler disebabkan oleh tegangan permukaan dan oleh nilai relatif adhesi
antara cairan dan benda padat terhadap kohesi cairan. Cairan yang membasahi benda
padat mempunyai adhesi yang lebih besar daripada kohesi. Kegiatan tegangan
permukaan dalam hal ini menyebabkan cairan naik di dalam tabung vertical kecil yang
terendam sebagian dalam cairan itu. Bagi cairan yang tidak membasahi benda padat,
tegangan permukaan cenderung untuk menekan miniskus dalam tabung vertikel kecil.
Bila sudut kontak antara cairan dan zat padat diketahui maka kenaikan kapiler dapat
dihitung untuk bentuk miniskus yang diasumsikan (Lachman, 2013).
Tegangan permukaan atau tegangan antar muka adalah suatu gaya nyata yang
efeknya tampak pada tingkat makroskopik seperti halnya pada tingkat molekuler. Hal ini
dapat dilukiskan dengan meletakkan sebuah kerangka kawat dengan batang yang dapat
bergerak dalam larutan energi per satuan luas jika kerja yang diperlukan untuk
memindahkan batang yang bergerak dengan suatu jarak kecil. Kebanyakan antar yang
tercakup dalam sistem farmasetik berbentuk lengkung (Lachman, 2013).
Tegangan permukaan sebuah campuran zat cair fungsi sederhana permukaan
komponen murni karena komposisi permukaan pada campuran tidak sama dengan
komposisi pada cairnya. Dalam situasi begini, kita hanya mengetahui komposisi badan
cair (Reed, 2014).
Bila dua fase dicampurkan maka batas fase-fase tersebut dinamakan antar
permukaan. Batas antara zat cair atau zat padat dengan udara biasanya disebut permukaan
saja. Sedangkan batas antara zat cair dengan zat cair lainnya yang tidak bercampur atau
antara zat padat dengan zat cair disebut antar permukaan (Martin,2019).
4
2.2 METODE TEGANGAN PERMUKAAN
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain (Kosman, 2016):
a. Metode Cincin du-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan
antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair yang
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar permukaan. Gaya yang
dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat besi yang
dinyatakan dalam dyne.
b. Metode Kenaikan Kapiler
Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat
cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat
cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair,
maka zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gerak ke atas
diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bahan akibat berat zat cair.
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan
akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada
pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dengan molekul
surfaktan (Giancoli,2014).
Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi :
1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat.
2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis
3. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair
untuk membentuk sediaan suspense (Giancoli, 2014).
Jika kawat ini dimasukan ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan
terbentuk lapisan air sabun pada permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika dirimu
bermain gelembung sabun. Karena kawat lurus bisa digerakkan dan massanya tidak
5
terlalu besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan pada
kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas (perhatikan arah panah). Untuk
mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat berada dalam kesetimbangan), maka
diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di mana besarnya gaya total adalah F = w
+ T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan yang dikerjakan oleh lapisan
air sabun pada kawat lurus (Giancoli,2014).
6
Rumus/persamaan menghitung tinggi rendahnya atau naik turunnya permukaan
zat cair pada pipa kapiler adalah:
Keterangan:
r = jari-jari (m)
Θ = sudut kontak
Tinjau : (a) air dalam pipa kapiler, dan (b) air raksa dalam pipa kapiler
(a) (b)
(a) Gaya Kohesi antar partikel-partikel air lebih besar dari gaya adhesi antara partikel air-
partikel gelas,sehingga resultan gaya yang bekerja mengarah ke luar gelas. Akibatnya
7
air di dalam kaca tabung melengkung ke atas, kelengkungan zat cair dalam tabung
dinamakan meniskus. Dan untuk kasus ini adalah meniscus cekung; zat cair
membasahi dinding.
(b) Gaya Kohesi antara partikel raksa (Hg) lebih kecil dibandingkan dengan gaya adhesi
antara partikel Hg dengan dinding kaca. Sehingga resultan gaya yang bekerja pada
permukaan zat cair mengarah ke dalam gelas. Akibatnya raksa dalam tabung kaca
melengkung ke bawah, sehingga terjadi meniskus cembung; dan Hg tidak membasahi
dinding kaca (Anonim, 2013).
2.2.1 Air(H2O)
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi sumber
kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini, tak ada yang
bisa menyangkal, bahwa air merupakan elemen penting dalam kehidupan
manusia, tidak saja untuk dikonsumsi, kebutuhan akan air juga
menopang banyak aktivitas manusia. Menurut Kodoatie, (2005) “Air
merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di Bumi”. Dari
sudut pandang geografi air adalah salah satu objek material geografi
(geosfer), dimana studi tentang air dikaji menggunakan pendekatan
kelingkungan/ekologi maupun pendekatan keruangan dan wilayah. Studi
tentang air (hidrosfer) mengkaji segala wujud air sebagai objek yang ada
di darat maupun di laut. Adapun salah satu air yang ada didarat yaitu air
tanah (Dhahono,2013).
2.2.2 Etanol
Etanol (ROH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, dan mudah menguap.
Molekul penyusun alkohol adalah molekul polar. Etanol memiliki titik didih
78,3ºC dan beku pada suhu (-144ºC). Molekul penyusun etanol berbobot rendah
9
sehingga menyebabkan etanol dapat larut dalam air. Kelarutan dalam air tersebut
disebabkan oleh ikatan 6 hidrogen antara etanol dan air. Etanol juga dapat
melarutkan tetapi tidak sebaik air. (Zuhri, 2021) Alkohol memiliki rumus umum
R-OH dan dicirikan oleh hadirnya gugus hidroksil (hydroxyl group) -OH.
Strukturnya mirip dengan air, tetapi dengan satu hydrogen digantikan dengan
gugus alkil. Jhon Wiley dan Soon dalam bukunya Introduction to Organic
Chemistry menjelaskan Bahwa: “Alkohol adalah senyawa organik yang memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hidrogen dan atau atom karbon lain. Dengan menyubstitusikan –OH ke H
dari CH4, maka didapat CH3OH yang dikenal dengan metanol dan etanol. Rumus
fungsional dari alkohol adalah OH dengan formula umum untuk alkohol ROH,
dimana R adalah alkil atau substitusi kelompok alkil (Zuhri ,2021).
2.2.3 Aseton
Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut
polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga
sebagai dimetil keton, 2- propanon, atau propan-2-on. Aseton adalah
senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan
untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa
6 senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur 7 secara industri, aseton
juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam
kandungan kecil (Herstyawan,2019).
2.2.4 Detergen
Deterjen adalah bahan kimia pembersih yang dibuat dari suatu bahan
dasar surfaktan dengan penambahan bahan lain yang dijinkan, makin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka penggunaan deterjen
akan semakin meningkat. Selain itu beban perairan akan bertambah
terutama apabila deterjen tersebut sulit terdegradasi secara biologis oleh
lingkungan. Ini berarti bahwa beban perairan dan pencemaran air akan bertambah
karena jumlah deterjen yang bertambah banyak. Kriteria produk deterjen yang
ramah lingkungan. adalah harus mampu
terdegradasi secara biologis lebih besar dari 90% dan tidak bersifat toksit pada
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
10
biodegradibilitas deterjen dan untuk mengetahui taksisitas deterjen
terhadap lingkungan (Siti Agustina, 2018).
2.2.5 Sabun
Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati
atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai
pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak
membahayakan kesehatan. Sabun tersusun dari berbagai bahan, seperti asam lemak,
KOH, gliserol, dan surfaktan. Setiap asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada
sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot molekul
kecil akan lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot
molekul besar (Sulistyowati, putri.dan Kun, 2019).
2.2.6 Shampo
Sampo adalah sediaan kosmetik berwujud cair, gel, emulsi, ataupun aerosol
ataupun yang mengandung surfaktan, sehingga memiliki sifat detergensi, humektan
dan menghasilkan busa. Sampo merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membersihkan rambut, sehingga 7 rambut dan kulit kepala menjadi bersih dan sedapat
mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau (Setya, 2021).
11
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
12
Jika sudah di hitung berat jenis larutan sampel maka lakukan percobaan yang sama
(Langkah 1 sampai 6) untuk larutan sampel alcohol/etanol,aseton,detergen,sabun
cair dan shampo.
Bersihkan piknometer dengan HCL, lalu bilas 3 kali dengan aquadest, sekali
dengan alkohol dan kemudia keringkan dalam oven (± 5 menit).
13
biarkan cairan merambat naik, dan setelah benar – benar berhenti bacalah tinggi
permukaan cairan (h1 dan h2) pada pipa kapiler dan tabung. Lakukanlah
pengukuran nilai h sebanyak 2 kali untuk masing – masing sampel alcohol/etanol,
aseton, detergen, sabun cair dan sampo. Jika sudah dilakukan pengukuran maka
tentukanlah nilai tegangan permukaan pada setiap sampel nya.
Setelah kering, bilaslah pipa kapiler tersebut dengan sampel yang akan
diperiksa.
isi tabung dengan larutan sampel hingga pipa kapiler tercelup dalam cairan
± 1 𝑐𝑚.
biarkan cairan merambat naik, dan setelah benar – benar berhenti bacalah
tinggi permukaan cairan (h1 dan h2) pada pipa kapiler dan tabung.
14
BAB IV
HASIL
4.1 Penentuan berat jenis (p) setiap sampel dengan menggunakan
piknometer
Berat jenis
1.2
0.8
0.6
1 1.028 1.032 1.036
0.4 0.799 0.788
0.2
0
Air Alkohol Aseton Detergen Sabun Cair Shampo
Berat jenis
15
4.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan Metode Rambat
Kapiler
Berikut rata – rata tabel, serta grafik dari Penentuan Tegangan Permukaan
Sampel Dengan Metode Rambat Kapiler :
Tegangan Permukaan
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Detergen Alkohol Aseton Shampo Sabun Cair Air
Tegangan Permukaan
16
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Penentuan berat jenis (p) setiap sampel dengan menggunakan piknometer.
Untuk menentukan berat jenis dalam praktikum kali ini, praktikan
menggunakan alat ukur massa jenis piknometer, yang dimana hasil dari
penentuan ini akan berpengaruh terhadap praktikum selanjutnya. Setelah
dilakukan pensterilan didahulukan menimbang bobot piknometer kosong untuk
memastikan keakuratan pengukuran dalam menentukan berat jenis zat cair yang
ada didalamnya.
Lalu di menimbang piknometer dengan berisikan aquades, pada saat
memasukan aquades atau zat cairan kedalam piknometer, pastikan tidak ada
rongga atau gelembung gas karena dapat mempengaruhi densitas. Proses
penentuan berat jenis menggunakan piknometer bisa dikatakan mudah dalam
pengerjaannya, akan tetapi jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang
diperoleh akan tidak teratur.
Untuk menentukan hasil berat jenis praktikan menggunakan rumus
𝑤3 − 𝑤1
𝑑=
𝑤2 − 𝑤1
W1 = piknometer kosong
W2 = piknometer + Aquadest
Contohnya seperti data di table 4.1 hasil dari air yaitu 1 yang didapatkan dari w3
= 50,6, w2 = 50,6, w1 = 23,7, lalu masukan rumus yang diatas sehingga
mendapatkan hasil 1 tersebut. Sama seperti air, beberapa sampel yang diujikan
menggunakan proses perhitungan yang sama.
17
5.2 Penentuan Tegangan Permukaan Sampel Dengan Metode Rambat
Kapiler.
Untuk menentukan tegangan permukaan sampel praktikan menggunakan
metode rambat kapiler yang menggunakan alat pengukuran pipa kapier. Untuk
menentukan hasil tegangan permukaan praktikan menggunakan rumus
𝟏
𝜸= 𝒓𝒉𝒑𝒈
𝟐
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 2014, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Lachman, 2013., “Dasar-dasar Analisis Aliran Disfungsi dan Muatan”., UII Press.,
Jogjakarta
Robert C. Reid. 2013. ”SIfat Gas dan Zat Cair”. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Reed., 2014.,”Sifat Gas dan Zat Cair”., PT.Gramedia Pustaka Utama., Jakarta
Yazid, Estien, 2015. “Kimia Fisika untuk Paramedis” Penerbit Andi, Yogyakarta.
20
LAMPIRAN
21
Pikno yang ditimbang Piknometer
22