EKSPERIMEN FISIKA II
Dosen pengampu
KENDARI
2022
JUDUL DAN ASISTEN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA 2
TATA TERTIB
1. Praktikan wajib hadir tepat waktu, membawa penuntun eksperimen, memakai jas
laboratorium&sandal jepit karet bersih
2. Sebelum menjalani responsi, praktikan harus dapat menunjukkan hasil pengerjaan tugas yang
telah diberikan asisten (sesuai dengan judul eksperimennya) 1 minggu sebelumnya
3. Praktikum diawali dengan responsi. Praktikan berkesempatan belajar ulang jika dinilai benar-
benar tidak dapat menjawab dan mengulang responsinya namun hal itu akan mengurangi nilai
praktikum kelompoknya.
4. Data hasil eksperimen langsung ditulis pada Lembar Data dan seusai eksperimen wajib minta
disahkan dengan Acc asisten. Lembar data tsb nanti disatukan bersama Laporan Praktikum.
5. Penyusunan Laporan Praktikum dikerjakan oleh kelompok. Laporan ditulis tangan rapi dan grafik
diolah menggunakan Excel. Pembahasan harus ilmiah dan secara fisika.
6. Format Laporan Praktikum : Judul, Dasar Teori (minimal 3 literatur), Lembar Data, Pengolahan
Data, Pembahasan, Kesimpulan, Tugas, Daftar Pustaka. Sampul Laporan disertakan kode
kelompok, semua nama dan stambuk hanya praktikan yang turut mengambil data dan
mengerjakan pembuatan Laporan Praktikum.
7. Laporan Praktikum dan Revisi Laporan Praktikum dikumpulkan dan diambil pada dosen
pengampu atau coordinator praktikum setiap kali praktikum sebelum jam eksperimen dimulai.
8. Seluruh Laporan Praktikum yang telah mendapatkan Acc dari dosen pengampu harus dijilid rapi
dengan cover diberi keterangan kode kelompok, nama&stambuk seluruh anggota kelompok.
Hasil jilid dikumpulkan kembali sebagai prasyarat mengikuti ujian Eksperimen Fisika 2.
9. Seorang praktikan dinyatakan layak inhall jika telah menyerahkan surat dokter atau surat ijin dari
orang tua selambatnya 1 minggu setelah ketidakhadirannya kepada dosen pengampu atau
koordinator asisten
Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika II
Eksperimen I
TANKI RIAK
A. TUJUAN
1. Praktikan dapat memverifikasi dispersi gelombang permukaan air.
2. Praktikan dapat mengamati peristiwa difraksi gelombang.
B. DASAR TEORI
Gelombang pada hakekatnya adalah proses perpindahan energi. Gelombang dalam proses
perpindahannya dapat mengalami difraksi, interferensi/superposisi, dan dispersi. Dua gelombang atau lebih
yang melewati suatu medium dalam waktu bersamaan akan mengalami interferensi. Interferensi gelombang
merupakan superposisi linear dari gelombang-glombang yang berpandu. Simpangan gelombang pada suatu
titik dalam fase gelombang yang berinterferensi sangant menentukan konstruktif, sedangkan gelombang-
gelombang yang fasenya berlawanan menghasilkan superposisi desktruktif.
Gambar 1.1(a) dua gelombang yang sefase dan hasil superposisinya, (b) gelombang dengan fase berlawanan
(1800) dan hasil superposisinya.
Apabila gelombang melewati suatu celah dengan lebar celah sama atau lebih kecil dari panjagn
glombang maka gelombang tersebut akan mengalami lenturan sehingga lintasa gelombang tidak lurus atau
meyimpang. Fenomena lenturan gelombang ini disebut difraksi
Gelombang merambat melalui medium dengan kecepatan tertentu. Cepat rambat gelombang kadang-
kadang merupakan fungsi panjang gelombang. Gelombang demikian dikatakan bersifat dispersif.
Gelombang cahaya terdispersi akan mengalami peruraian warna seperti peruraian wana oleh prisma dan
terjadi pelangi. Cepat rambat cahaya dalam medium gelas adalah:
�
�=� (1.1)
dengan c = cepat rambat cahaya di ruang hampa dan n indeks bias gelas untuk warna tertentu atau panjang
gelombang tertentu.
Gelombang permukaan air juga merupakan gelombang dispersi, yang diungkapkan oleh persamaan
berikut:
(1.2)
Dengan g = percepatan gravitasi; dan = rapat massa; = tegangan permukaan; dan h = kedalaman air
dari dasar.
�� −�−�
Dimana tanh � = �� +�−�
(1.3)
�� 2��
�= 2�
+
��
(1,4)
��
�= 2�
(1.5)
Gelombang demikian disebut gelombang gravitasi. Sebaliknya jika kecil, maka suku pertama dapat
diabaikan, dan
2��
�= ��
(1.6)
Gelombang jenis kedua ini disebut riak. Tampak jelas bahwa cepat rambat gelombang gravitasi dan riak
bergantung pada panjang gelombangnya.
1. Satu unit tangki riak sebagai tempat pembangkitan dan pengamatan gejala gelombang
2. Stroboskop berfungsi untuk sebagai penyorot gelombang sehingga tampak diam pada saat frekuensi
stroboskop yang sesuai dengan frekuensi gelombang
3. Penggaris plastik untuk mengukur panjang gelombang
4. Perintang untuk membentuk celah.
B. Prosedur Eksperimen
1. Isi tanki riak dengan air secukupnya yakni ke dalam air sekitar 2 cm.
2. Atur penggetar sehingga tepat tercelup air.
3. ON-kan power supply sehingga motor berputar.
4. Amati gelombang air yang terjadi, dan atur tegangan power supply sehingga gelombang bentuknya
beraturan.
5. ON-kan stroboskop dan menyorotkan pada putaran motor.
6. Atur frekuensi stroboskop sehingga putaran baling-baling pada motor tampak berhenti, kemudian
catat frekuensi gelombang yang terbentuk.
7. Sorot gelombang air dengan stroboskop, sehingga gelombang air tampak diam.
8. Ukuran pajang air, dengan teknik pengukuran pajang gelombang untuk beberapa gelombang.
9. Tambahan tegangan power supply sehingga diperoleh gelombang dengan frekuensi berbeda (tetapi
gelombang harus tetap beraturan).
10. Ulangi pengukuran dari langkah 6.
11. Hitung kecepatan rambat gelombang (v=f untuk berbagai panjang gelombang
1
12. Plot grafik � vs v2. Olah dan analisa grafik tersebut.
C. Tugas
1. Gambarkan gelombang tranversal dan longitudinal 4,5 Hz. Tunjukkan amplitudo dan panjang
gelombang pada masing-masing gelombang tersebut.
2. Lintasan gelombang mengalami penyimpangan jika melalui 2 medium yang berbeda kerapatannya
pada peristiwa dispersi. Jelaskan dan uraikan hukum yang mejelasakan fenomena tersebut.
3. Mengapa penggunaan celah yang terlalu lebar akan meyebabkan pola difraksi tidak berbentuk
4. Apa yang dimaksud dengan medium dispersi? Sebutkan contohnya!
A. TUJUAN
1. Praktikan dapat menjelaskan peristiwa resonansi rangkaian koil Tesla.
2. Praktikan dapat menjelaskan prinsip pancaran gelombang elektromagnetik.
3. Praktikan dapat menjelaskan prinsip pesawat penerima gelombang elektromagnetik.
B. DASAR TEORI
Koil Tesla merupakan tranformator resonan yang berinti udara. Tranformator ini bekerja pada frekuensi tinggi
dan dapat menghasilkan tegangan sangat tinggi dengan menimbulkan cahaya spektakuler. Bagaimana koil Tesla
dapat menghasilkan tegangan ekstra tinggi? Koil Tesla merupakan tranformator resonan, ini berarti koil Tesla
memiliki frekuensi khusus dalam kerjanya, yaitu frekuensi resonan. Frekunsi resonan tersebut unik untuk setiap
desain, jadi tidak ada frekuensi resonan yang bersifat umum.
Apakah yang menentukan frekuensi resonan? Koil Tesla bekerja berdasarkan rangkaian RLC yang kompleks.
Komponen induktif (L) adalah koil itu sendiri, yang terdiri atas sejumlah gulungan. Komponen kapasitif (C) terdiri atas
kapasitor, permukaan antar kawat sekunder, dan dan terminal elektroda. Komponen hambatan (R) merupakan sifat
resistif pada gulungan sekunder (pada frekuensi resonansi).
Untuk menghasilkan frekuensi resonan, pulsa energi harus diumpankan pada laju dan frekuensi yang tepat.
Analogi hal ini adalah seperti bel. Agar bel berdengung mesti dipukul. Jika dipukul terlalu keras, akan merusak bel.
Jika pukulan perulang tidak tepat menyebabkan nada bel tidak jernih.
Gambar 2.1 Sifat kapasitif induktor (kiri), rangkaian koil Tesla (kanan)
Pulsa energi datang dari rangkaian primer. Rangkain ini terdiri atas (1) tranformator tegangan tinggi, (2)
kapasitor primer (yang berupa plat Al-kaca), (3) celah bunga api, dan (4) koil primer (yang berukuran diameter besar).
Rangkaian ini membangkitkan osilator tipe kasar. Apa yang terjadi dengannya? Transformator memuati kapasitor
hingga tegangan tinggi dan bunga api melompat pada celah. Ketika bunga api muncul, energi pada kapasitor
ditumpahkan pada koil primer. Koil primer ini menghasilkan medan magnet setelah arus listrik dari kapasitor
mengalir melewatinya. Medan magnet menimbulkan induksi diri dan arus kembali memuati kapasitor. Medan
magnet yang menimbulkan ggl imbas pada koil sekunder. Proses pengisian-pengosongan C–L ini berlangsung terus.
Frekuensi osilasi ditentukan oleh nilai kapasitansi kapasitor primer dan koil primer. Kedua komponen tersebut
bersama-sama menghasilkan apa yang disebut rangkaian resonan paralel. Desain koil Tesla tertentu, frekuensi diatur
dengan mengubah induktansi koil primer, yaitu mengubah jumlah gulungan yang difungsikan.
Jika frekuensi osilasi primer sama dengan frekuensi sekunder (sekunder yang secara fisis hanya berupa koil
tetapi sesungguhnya merupakan rangkaian RLC, lihat gambar kiri), maka terjadi transfer energi yang sangat besar.
Mengingat perbandingan jumlah lilitan koil Ns/Np besar, tegangan primer tinggi, maka tegangan sekunder menjadi
sangat tinggi, dan sanggup mengionisasi udara, maka timbullah cahaya.
D. PROSEDUR EKSPERIMEN
1. Susun plat Al dan kaca silih berganti sebanyak 12 tingkat membentuk 6 kapasitor yang tersambung paralel.
2. Rangkai power supply High Voltage, kapasitor, koil Tesla, membentuk unit eksperimen koil Tesla, sesuai
gambar di atas.
3. Letakkan lampu TL di sekitar koil sekunder.
4. On kan power supply, dan amati nyala lampu TL, nyatakan mati, redup, atau terang.
5. Ukur intensitas gelombang elektromagnetik pada jarak 1m dari koil sekunder.
6. Kurangi jumlah kapasitor yang disambung (menjadi 5), rangkai kembali.
7. Ulangi langkah 4 dan 5.
8. Kurangi jumlah kapasitor yang disambung (menjadi 4), rangkai kembali.
9. Ulangi langkah 4 dan 5.
10. Kurangi jumlah kapasitor yang disambung (menjadi 3), rangkai kembali.
11. Ulangi langkah 4 dan 5.
12. Kurangi jumlah kapasitor yang disambung (menjadi 2), rangkai kembali.
13. Ulangi langkah 4 dan 5.
14. Kurangi jumlah kapasitor yang disambung (menjadi 1), rangkai kembali.
15. Ulangi langkah 4 dan 5.
16.Kurangi tap (penyambungan) jumlah lilitan koil.
17.Ulangi langkah 4 dan 5.
18. Lakukan terus untuk mendapatkan intensitas gelombang elektromagnetik terbesar.
19.Amati pancaran bunga api pada ujung koil sekunder.
Catatan : Hati-hati, Anda bekerja dengan rangkaian listrik tegangan ekstra tinggi!!!
Agar pengamatan nyala lampu jelas, lakukan pengamatan pada ruangan dengan intensitas
cahaya kurang.
20. Susun Unit koil Tesla yang lain tanpa power supply yang berfungsi sebagai pesawat penerima.
21. Letakkan unit penerima tersebut pada jarak 1m, dan letakkan lampu TL.
22. On kan koil Tesla (pemancar), dan amati nyala lampu TL.
23. Variasikan jumlah kapasitor dan lilitan primer (koil primer), hingga diperoleh penerimaan gelombang
elektromagnetik yang maksimal.
E. TUGAS
1. Jelaskan prinsip kerja sebuah kapasitor dan apa arti nilai kapasitansi pada sebuah kapasitor ?
2. Jelaskan tentang kaitan antara proses induksi diri dan ggl imbas
3. Jelaskan garis besar proses fisika yang menyebabkan lampu TL bisa menyala walaupun tidak terhubung
langsung dengan sumber arus ?
EKSPERIMEN 3
PENGOLAHAN DATA XRF (X-Ray Fluorescence)
A. Tujuan
1. Praktikan memahami prinsip kerja alat XRF.
2. Praktikan memahami cara pengolahan data XRF.
3. Praktikan dapat menentukan jenis unsur penyusun bahan/sampel yang diuji menggunakan program
penganalisa grafik XRF.
B. Landasan Teori
Wilhelm Conrad Rontgen seorang fisikawan Jerman menerima penghargaan nobel dalam fisika pada tahun
1901 karena menemukan sinar-X. Sinar-X termasuk gelombang elektromagnetik berenergi 200 eV sampai 1 MeV
dengan panjang gelombangnya terbentang sekitar 0,1 Ǻ hingga 1 Ǻ. Panjang gelombang yang sangat kecil
menyebabkan sinar-X mempunyai daya tembus tinggi.
Sinar-X berdasarkan cara pembentukannya terbagi atas 2 macam, yaitu sinar-X karakteristik dan sinar-X
bremsstrahlung. Sinar-X karakteristik memiliki spektrum diskrit sedangkan sinar-X bremstrahlung memiliki spektrum
kontinu seperti diperlihatkan pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Spektrum Sinar-X keluaran tabung sinar-X dengan energi maksimum 150 KeV
a. Sinar-X Karakteristik
Sinar-X karakteristik merupakan energi yang dilepaskan oleh elektron atom tereksitasi dalam rangka
mencapai kondisi stabilnya. Elektron tersebut berpindah dari tingkat energi tinggi menuju ke tingkat energi yang
lebih rendah untuk mengisi hole. Energi yang dilepaskan sebesar selisih energi antara kedua tingkat energi elektron
pada atom tersebut. Oleh karena setiap jenis atom memiliki besar tingkat-tingkat energi yang khas maka energi
sinar-X yang dihasilkan untuk setiap atom bernilai khas pula sehingga disebut sinar-X karakteristik. Proses terjadinya
sinar-X karakteristik digambarkan pada gambar 3.3
Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi sehingga terpental
keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit di luarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh
elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kα. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit
M, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kβ. Jika elektron pada kulit L (n=2) yang terpental, maka garis-garis
spektrum lainnya yang disebut deret L (Lα,Lβ,Lγ) akan terpancar. Demikian pula jika yang terpental adalah elektron
pada kulit M (n=3), akan disertai dengan pemancaran yang disebut deret M dan seterusnya. Transisi Kα
berprobabilitas paling besar untuk terjadi karena jarak kulit K dan L lebih dekat dibandingkan transisi Kβ sehingga
muncul lebih banyak intensitas garis Kα pada spektrum karakteristik sebuah unsur.
b. Sinar-X Bremsstrahlung
Sinar-X Bremsstrahlung adalah istilah dalam bahasa Jerman yang berarti radiasi pengereman (Dradjat, 2013).
Proses terjadinya sinar-X jenis ini jika elektron bergerak dengan kecepatan tinggi melintas dekat inti suatu atom
menyebabkan elektron membelok dengan tajam karena gaya tarik elektrostatik inti atom yang kuat. Untuk dapat
membelok maka elektron harus melakukan pengereman dengan cara melepaskan sebagian energinya. Energi yang
dilepaskan berupa sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinu yang lebar.
Oleh sebab itu pada spektrum energi sinar-X dari suatu atom berelektron banyak akan terlihat puncak-puncak tajam
berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh sinar-X karakteristik dan spektrum sinar-X bremsstrahlung dengan energi
kontinu seperti terlihat pada gambar 3.2.
Metode XRF (X-ray Fluorescence) adalah salah satu metode karakterisasi non destructive yang biasa dipakai
untuk menganalisis komposisi unsur penyusun dari suatu sampel meliputi jenis dan konsentrasinya. Proses yang
terjadi dalam kerja alat XRF adalah sampel ditembak dengan sinar-X sehingga elektron orbital dalam kulit atom
sampel yang dikarakterisasi tereksitasi ke kulit yang memiliki tingkat energi lebih tinggi. Elektron lain dari kulit yang
memiliki tingkat energi lebih tinggi akan mengisi hole tersebut. Kelebihan energi elektron yang berpindah antara dua
kulit berbeda tingkat energi itu dilepaskan sebagai sinar-X karakteristik yang dipancarkan oleh atom sampel. Hasil
karakterisasi menggunakan metode XRF adalah spektrum hubungan energi dan intensitas sinar-X. Puncak-puncak
tajam pada spektrum menunjukkan keberadaan jenis suatu unsur bergantung pada besar energinya dan intensitas
menunjukkan konsentrasinya.
Program Cassy Lab adalah program bawaan alat XRF yang berfungsi sebagai pengontrol alat sekaligus
pengolah data XRF. Pengolahan data XRF menggunakan program Cassy Lab memiliki beberapa hal yang bersifat
kurang efisien. Program Penganalisis grafik XRF (Versi Umi K 2016) disusun dalam rangka otomatisasi pengolah data
XRF khusus untuk menentukan jenis dan konsentrasi unsur dalam sebuah sampel.
5. Ambil data XRF pada tabel Cassy Lab untuk diimpor ke dalam tabel program Penganalisis grafik XRF (Versi Umi K
2016)
6. Tentukan jenis unsur dan konsentrasi menggunakan program Penganalisis grafik XRF (Versi Umi K 2016)
a. Ambil data XRF sampel dari tabel Cassy Lab dengan cara letakkan kursor dalam tabel data Cassy Lab lalu klik kanan.
Muncul jendela pop up menu dan pilih submenu Copy Table.
b. Masukkan data tabel dari program Cassy Lab ke dalam tabel program penganalisis grafik XRF dengan cara letakkan
kusor dalam tabel program penganalisis grafik XRF (Versi Umi K 2016) kemudian klik kanan sehingga muncul
jendela pop up menu dan pilih submenu Paste Data.
c. Tampilkan data XRF dalam bentuk grafik dengan cara letakkan kusor dalam tabel program penganalisis grafik XRF
(Versi Umi K 2016) kemudian klik kanan sehingga muncul jendela pop up menu dan pilih submenu Take Data
d. Penentuan puncak-puncak spektrum dengan cara letakkan kusor dalam grafik program penganalisis grafik XRF
(Versi Umi K 2016) kemudian klik kanan sehingga muncul jendela pop up menu dan pilih submenu Tentukan
puncak-puncak
e. Penentuan jenis unsur dalam sampel dengan cara pilih menu utama Data dan pilih submenu Tentukan unsur atau
tekan shortcut key Ctrl+U
f. Penentuan konsentrasi unsur dalam sampel dengan cara pilih menu utama Data dan pilih submenu Tentukan
konsentrasi atau tekan shortcut key Ctrl+K
7. Bandingkan perolehan hasil analisis data XRF antara menggunakan program Cassy Lab dengan program
penganalisis grafik XRF.
8. Ulangi langkah pengolahan data sekunder XRF untuk 2 sampel sekunder XRF yang lain.
E. Tugas
1. Jelaskan tentang energi ikat elektron orbital dan kaitannya dengan energi sinar-X karakteristik ?
2. Jelaskan apa perbedaan dari sinar X karakteristik Kα,Kβ,Kɣ,Lα,Lβ, dan Lɣ serta dari beberapa sinar X karakteristik
tersebut nilai manakah yang probabilitasnya paling sering muncul ? Berikan penjelasanmu
Eksperimen 4
SERAPAN SINAR RADIOAKTIF
A.TUJUAN
1. Praktikan dapat menjelaskan prinsip kerja Geiger Muller Counter (GM).
2. Praktikan dapat menentukan daerah Plateau Geiger Muller.
3. Praktikan dapat menentukan konstanta serapan sinar radioaktif suatu bahan.
B. DASAR TEORI
Detektor Geiger Muller terdiri atas tabung ionisasi gas yang diberi tegangan tinggi antara katoda
dan anodanya. Dinding tabung detektor sebelah dalam dilapis logam berfungsi sebagai katoda, dan kawat
di tengah tabung berfungsi sebagai anoda. Kedua ujung tabung gas ditutup dengan bahan isolator.
Bila ada partikel radioaktif masuk ke dalam tabung detektor maka akan terjadi ionisasi atom-
atom gas. Ion positif akan bergerak menuju katoda sedangkan elektron (ion negatif) tertarik ke anoda.
Pergerakan elektron menuju anoda akan memiliki kecepatan lebih besar daripada ion positif karena
elektron mempunyai massa yang relatif ringan daripada massa ion positif. Selama pergerakan elektron
menuju anoda, elektron tersebut juga akan menumbuk atom-atom gas isian sehingga terbentuklah
pasangan ion sekunder. Jumlah pasangan ion sekunder yang terbentuk tergantung besar energi partikel
radiasi yang masuk ke dalam tabung detektor. Proses ionisasi sekunder akan terjadi terus menerus hingga
terjadi pengumpulan elektron yang cukup besar di anoda. Pengumpulan muatan (avalanche) pada anoda
akan menyebabkan tegangan menurun dan menghasilkan pulsa listrik.
HV
Anoda
R
+++++++ Counter
------- C
Katoda C
Bila beda potensial antara kedua elektroda dinaikkan, maka jumlah ion yang masuk ke dalam
elektroda juga akan semakin banyak sehingga pulsa listrik atau arus yang terbentuk akan bertambah atau
tetap. Jumlah molekul yang terionisasi oleh partikel radiasi sama dengan jumlah ion yang terbentuk
(daerah ionisasi) terjadinya ionisasi sekunder dan multiplikasi (daerah proporsional) dan daerah Geiger
Muller. aGrafik beda potensial detektor vs jumlah ion dapat dilihat pada Gambar 5.2. Pada daerah
ionisasi dan daerah proporsional, tinggi pulsa sebanding dengan energi partikel radiasi yang masuk ke
dalam detektor GM. Tetapi pada daerah Geiger Muller tinggi pulsa sama untuk semua jenis radiasi
dengan berbeda energi pada tabung dengan diskriminator (pembatas tinggi pulsa) pada alat pencatat dan
penguat, jumlah cacahan tiap satuan waktu terhadap tegangan elektroda akan diperoleh grafik
karakteristik tabung Geiger Muller peka terhadap radiasi partikel , , , tergantung pada tebal
dindingnya.
Daerah Plateau
Beda potensial pada waktu cacah dimulai disebut potensial ambang, sesudah kenaikan tajam, lalu
cacahan hampir konstan dengan pertambahan tegangan. Daerah inilah disebut daerah Plateau yang
merupakan daerah kerja Geiger Muller, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2. Plateau merupakan
daerah tegangan operasi detektor Geiger-Mueller dimana detektor dapat bekerja secara optimal. Daerah
plateau dapat dilihat pada grafik hubungan antara tegangan terhadap laju cacah per menit atau counting
rate. Tegangan operasi detektor akan baik apabila memiliki panjang daerah plateau lebih dari 100 V dan
slope garis grafik plateau kurang dari 10%. Panjang plateau dapat ditentukan dari selisih antar tegangan
awal terjadinya plateau (V1) dengan tegangan akhir plateau (V2) sesuai dengan persamaan 4.1
Gambar 4.2 Hubungan antara beda potensial dengan pencacahan Geiger Muller Slope garis grafik daerah
plateau
� −�
100 � 2 1
�1
����� ������� = ������� �������
�100% (4.2)
dengan
R1= Jumlah cacahan persatuan waktu pada tegangan V1 (cpm)
R2 = Jumlah cacahan persatuan waktu pada tegangan V2 (cpm)
Pada beda potensial yang lebih tinggi setelah daerah Plateau, akan terjadi pengosongan dan pencacahan
terus naik.
Serapan Sinar Radioaktif
Sumber suatu bahan radioaktif akan meluruh dengan memancarkan sejumlah partikel tertentu
dalam waktu tertentu pada suatu luasan Am2. Tingkat pancaran dinyatakan :
�0 −1 −1 (4.3)
(� � )
∆�
Fraksi partikel yang dapat bertahan ‘hidup’ baik dalam bahan penyerap maupun bahan penghambur
dinyatakan oleh:
� ∆� � (4.4)
= = �−��
�0 ∆� �0
dengan No menyatakan jumlah cacahan permenit sebelum memasuki material penyerap, N adalah
jumlah cacahan permenit setelah sinar radioaktif melintasi bahan, (cm-1) adalah koefisien
penyerapan/penghamburan (bergantung jenis material), dan x (cm) adalah tebal bahan
penyerap/penghambur.
N
(cpm)
No
x cm
Gambar 4.3 Peluruhan jumlah cacahan radioaktif oleh bahan penyerap
D.PROSEDUR EKSPERIMEN
1. Menentukan daerah Plateau
1) Rangkai alat seperti gambar berikut :
Keterangan:
a) Source : sumber radioaktif
b) M : material yang diukur
c) P : probe tabung GM
d) 123 : display digital tegangan / counter
e) Start : Mulai menghitung
f) Time : Pemilihan waktu counter
g) V : Pengatur tegangan GM
2. Pengukuran serapan
Berdasarkan plot grafik prosedur eksperimen sebelumnya di atas akan diperoleh daerah
Plateau. Selanjutnya tentukan tegangan anoda kira-kira tengah-tengah daerah Plateau sebagai
tegangan operasi detektor. Selanjutnya siapkan 2 macam bahan berbeda jenis namun memiliki
ketebalan yang sama. Kedua macam bahan akan berperan sebagai penyerap radioaktif :
1) Pindahkan sumber radiasi, dan lakukan pencacahan sebagai cacah latar.
2) Pasang kembali source dan lakukan pencacahan 5 kali, catat sebagai N0.
3) Ukur ketebalan 1 lapis bahan penyerap A
4) Pasang bahan penyerap A sebanyak 1 lapis, lakukan pencacahan 5 kali.
5) Ulangi langkah 3 sebanyak 3 kali penambahan jumlah lapisan bahan penyerap A.
6) Ulangi langkah ke 3 – 5 untuk bahan penyerap B.
7) Plot grafik hubungan ketebalan bahan penyerap (x mm) terhadap ln N/N0 untuk bahan penyerap
A dan bahan penyerap B dalam 1 grafik skaligus
8) Tentukan nilai koefisien serapan masing-masing bahan penyerap A dan bahan penyerap B.
Bandingkan nilai koefisien serapan kedua bahan dan analisalah.
E. TUGAS
1. Apakah arti nilai koefisien serapan pada suatu bahan ?
2. Apakah arti nilai gradien grafik yang anda buat pada prosedur eksperimen 2.7 ?
3. Mengapa daerah plateau sebuah detektor harus dicari terlebih dahulu sebelum detektor dapat
digunakan untuk mendeteksi partikel radioaktif ? Jelaskan !
Eksperimen 5
KONVERSI ENERGI II
A. TUJUAN
1. Praktikan dapat mengukur intensitas radiasi energi matahari.
2. Praktikan dapat menghitung daya listrik yang dapat dibangkitkan oleh sel surya
3. Praktikan dapat menentukan efisiensi konversi energi matahari menjadi energi listrik
B. LANDASAN TEORI
Sel surya merupakan suatu alat konversi energi dari bahan semikonduktor yang dapat
mengubah energi matahari menjadi energi listrik secara langsung. Efek perubahan tersebut dinamakan
efek fotovoltaik yang pertama kali ditemukan oleh Lenard. Pada tahun 1941 Ohl mulai menggunakan
silikon sebagai bahan sel surya dengan menerapkan teknologi grown p-n junction. Sampai saat ini sel
surya sudah dapat ditemukan dari berbagai jenis bahan seperti Si, Ge, Cds, CU2S, GaAs, Pb,Te dalam
bentuk lapisan film tipis (thin film) pada substrat kaca, logam atau plastik. Dari semua jenis bahan
semikonduktor tersebut, silikon merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sel
surya karena silikon tersedia dalam jumlah yang besar di alam yaitu sekitar 25 % kerak bumi terdiri atas
silikon.
Radiasi surya merupakan paket-paket energi yang disebut foton dengan energi sebesar � =
ℎ�
�
= ℎ�. Radiasi tersebut sebelum sampai di permukaan bumi harus melalui atmosfir terlebih dahulu.
Besar radiasi surya secara kontinyu yang diterima oleh bumi dalam atmosfir adalah 1,7 x 1017 watt.
Besarnya daya radiasi surya yang tiba pada suatu permukaan adalah :
∞ ℎ�
� = � 0 �(�) � �� (5.1)
dengan A = luas permukaan, N (λ) = jumlah foton/cm detik.
3
Energi surya yang sampai pada permukaan sel surya akan diserap dan mengakibatkan terjadinya
efek fotovoltaik dalam sel surya tersebut. Foton yang terserap melepaskan energinya pada elektron
yang terdapat pada pita valensi dan kemudian digunakan oleh elektron-elektron pada pita valensi
melompat ke pita konduksi. Hole adalah kekosongan pita valensi akibat ditinggalkan oleh elektron
valensi yang melompat ke pita konduksi. Jumlah elektron tereksitasi sama banyaknya dengan jumlah
hole. Jumlah pasangan elektron-hole yang dibangkitkan persatuan volume persatuan waktu pada suatu
titik yang jaraknya x dalam semikonduktor adalah :
G (λ,X) = α (λ) No (λ) exp [-α (λ) X] (5.2)
Dimana :
G (λ,X) = Jumlah pasangan elektron hole yang dibangkitkan oleh cahaya dengan panjang
gelombang persatuan volume dan persatuan waktu pada jarak x di dalam
semikonduktor.
α (λ) = koefisien penyerapan untuk panjang gelombang.
No (λ) = Jumlah foton persatuan luas tertentu dalam satu detik untuk panjang gelombang.
Hole yang terbentuk pada pita valensi akan berfungsi sebagai pembawa muatan positif sedangkan
elektron pada pita konduksi yang berfungsi sebagai pembawa muatan negatif. Perpindahan elektron ini
hanya terjadi jika energi foton sama sama atau lebih besar dari energi celah (Eg) bahan semikonduktor.
Untuk silikon energi celah (gap) Eg = 1,11 eV.
Sel surya pada umumnya merupakan penggabungan antara bahan semikonduktor tipe-n dan
semikonduktor tipe-p. Dari penggabungan ini diharapkan elektron dan lubang akan mengalir dari bahan
sebagai arus listrik. Secara ideal arus sel surya adalah :
��
�� = � exp �� − 1 (5.3)
dan tegangan keluarannya adalah :
�� ��ℎ
�0 = �
ln ( � + 1) (5.4)
0
Dengan Iph adalah arus foton dan Io adalah arus balik jenuh. Besarnya daya yang dihasilkan oleh sel surya
adalah:
P = Vout I out (5.5)
Dengan Vout = tegangan keluaran sel surya dan Iout = arus keluaran sel surya. Persamaan arus yang
dihasilkan oleh sel surya besarnya :
�
� = �0 exp ��
− 1 − �� (5.6)
Dengan Io = arus balik jenuh, Is = arus yang ditimbulkan oleh radiasi surya, V = tegangan keluaran sel
surya, VT = KT/q dimana K = Konstanta Boltzmann = 1.380658.10-23 Joule/Kelvin, T = suhu (Kelvin) dan q
= muatan elektron = 1.60217723. 10-19 Coulomb.
Efisiensi sel surya merupakan perbandingan antara energi keluaran dan energi matahari yang
sampai pada permukaan bahan dengan persamaan :
� . � .�� � �
� = �� � �� � 100% = �� � � 100% (5.7)
�� ��
Dengan
FF = faktor pengisian = ( Vm. Im)/(Voc. Isc)
Vm = tegangan maksimum
Im = arus maksimum
Voc = tegangan terbuka
Isc = arus rangkaian singkat
C. ALAT DAN BAHAN
1. Lux meter
2. Stopwatch
3. Panel sel surya
4. Multimeter digital
5. Thermometer
6. Kabel penghubung
D. PROSEDUR EKSPERIMEN
1. Rangkai alat seperti pada gambar di bawah ini