Anda di halaman 1dari 77

ANALISIS PRODUKTIFITAS PENGGUNAAN MESIN EMPTY BUNCH

PRESS UNTUK MENAIKAN JUMLAH OIL EXTRACTION RENDEMEN


(OER) MINYAK KELAPA SAWIT DI PT SENTOSA PRIMA AGRO

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai


Gelar Ahli Madya Perkebunan pada jenjang Diploma III
Jurusan Pengelolaan Hasil Perkebunan

OLEH:

NICA SEPTIANI
NIM. 303 2019 030

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERKEBUNAN


JURUSAN PENGELOLAAN HASIL PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2022

i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, di dalam naskah TUGAS AKHIR ini tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu

Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini

dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Ketapang, 2022
Yang menyatakan,

MATERAI
10.000

Nica Septiani
303 2019 030

iii
ANALISIS PRODUKTIFITAS PENGGUNAAN MESIN EMPTY BUNCH
PRESS UNTUK MENAIKAN JUMLAH OIL EXTRACTION RENDEMEN
(OER) MINYAK KELAPA SAWIT DI PT SENTOSA PRIMA AGRO

Nica Septiani1, Trian Adimarta2, Munawar Kholil2


1
Mahasiswa Politeknik Negeri Ketapang, 2Staf pengajar Jurusan Teknologi Hasil
Perkebunan Politeknik Negeri Ketapang
Email : nicaseptiani9@gmail.com

ABSTRAK

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TTKS) atau janjang kosong merupakan


salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit. Dilihat dari
kandungan minyaknya, TTKS mempunyai potensi untuk dilakukan pengutipan
minyaknya kembali.
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan hasil
minyak Oil Extraction Rendemen (OER) pabrik minyak kelapa sawit, maka
dilakukan analisa perhitungan pada Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah
dengan efesiensi pengutipan menggunakan mesin Empty Bunch Press, sehingga
menghasilkan minyak sebelum di press (oil before press) dan minyak sesudah di
press (oil after press) yang dihasilkan menggunakan mesin tersebut dan
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan OER atau rendemen minyak rendah.
Analisa perhitungan tersebut dapat hasil %OER empty bunch press rata-rata
0,16% dan total %OER dari pertambahan mesin empty bunch press 21,91%
dimana dalam hal ini ada penambahan OER menggunakan mesin empty bunch
press. Tanpa penggunaan mesin empty bunch press, %OER 21,17%. Hasil analisa
menunjukan bahwa pengutipan minyak yang diperoleh dari TTKS dengan
menggunakan mesin empty bunch press dapat menambah OER pabrik sekitar
0,16% terhadap TBS olah. Hasil analisa tanggal 14 Juni sampai dengan tanggal
27 Juni 2022 OER minyak kelapa sawit mengalami penurunan atau rendah yang
disebabkan oleh faktor tingkat kematangan buah, proses pengolahan di pabrik,
dan mutu buah yang buruk.

Kata Kunci : OER minyak kelapa sawit, Rendemen CPO, Janjang kosong, mesin
Empty Bunch Press.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena

berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir (TA) yang berjudul “Analisis Produktifitas Penggunaan Mesin Empty

Bunch Press Untuk Menaikan Jumlah Oil Extraction Rendemen (OER)

Minyak Kelapa Sawit Di PT Sentosa Prima Agro” tepat pada waktunya.

Penulisan TA ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Perkebunan pada Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan

Program Diploma III Politeknik Negeri Ketapang, Penulis menyadari dalam

penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki

penulis, Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penulisan di masa yang akan datang.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat, bantuan

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan Doa,semangat,kasih sayang

dan dukungan.

2. Bapak Endang Kusmana, SE., MM., Ak., CA, selaku Direktur Politeknik

Negeri Ketapang.

3. Ibu Nenengsih Verawati, S.TP.,M.P selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hasil

Pertanian (PHP).

v
4. Bapak Irianto SP.,S.ST.,M.MA selaku ketua program studi Teknologi Hasil

Perkebunan (THP) sekaligus koordinator Tugas Akhir (TA).

5. Bapak Trian Adimarta. STP.,M.Sc. selaku Dosen Pembimbing 1 Tugas Akhir

(TA) yang tidak pernah lelah memberikan inspirasinya dan bimbingan kepada

Penulis.

6. Bapak Munawar Kholil, S.Si., M.Pd selaku Dosen pembimbing 2 yang selalu

menyalurkan ilmu dan bimbingan kepada Penulis.

7. Ibu Emy Arahman, S.Pd., M.Pd selaku dosen penguji 1 yang telah

memberikan ilmu dan inspirasi kepada Penulis.

8. Ibu Marisa Nopriyanti, STP.,M.P. selaku dosen penguji 2 yang telah

memberikan ilmu dan inspirasi kepada Penulis.

9. Seluruh Dosen Politeknik Negeri Ketapang, yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Politeknik Negeri Ketapang yang

selalu memberikan doa dan dukugan serta semangat kepada Penulis.

Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat

kesalahan yang kurang berkenan di hati pembaca.

Ketapang, Agustus 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II TINJUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Kelapa Sawit ............................................................................. 6
2.2 Kelapa Sawit .......................................................................................... 8
2.2.1 Karakteristik Kelapa Sawit ............................................................... 8
2.2.2 Varietas Kelapa Sawit..................................................................... 10
2.3 Minyak Kelapa Sawit .......................................................................... 12
2.3.1 Sifat dan Karakteristik Minyak Kelapa Sawit ................................ 13
2.3.2 Sifat Fisik Minyak dan Lemak ...................................................... 13
2.3.3 Sifat Kimia Minyak dan Lemak ..................................................... 14
2.3.4 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit............................................... 15
2.4 Alur Proses Produksi ............................................................................ 16
2.4.1 Bahan Baku ..................................................................................... 16
2.4.2 Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar ........................................ 17
2.4.3 Pos Satuan Pengamanan ................................................................. 17
2.2.4 Jembatan Timbang (Weight Bridge) ............................................... 18
2.2.5 Grading dan Sortasi ........................................................................ 19
2.2.6 Loading Ramp ................................................................................. 20
2.2.7 Stasiun Perebusan (Sterilizer) ......................................................... 22
2.2.8 Stasiun Pemipilan (Thereser) ......................................................... 27
2.2.9 Stasiun Empty Bunch Press ............................................................ 29
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO ........................... 34
2.5.1 Varietas Tanaman ........................................................................... 34
2.5.2 Umur Tanaman ............................................................................... 35
2.5.3 Pemeliharaan Tanaman ................................................................... 35
2.5.4 Mutu TBS ....................................................................................... 35
2.5.5 Tingkat Kematangan Buah (Mutu Panen) ...................................... 36
2.5.6 Kondisi Proses Pengolahan di Pabrik ............................................. 36

vii
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 39
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 39
3.2.1 Alat ................................................................................................. 39
3.2.2 Bahan .............................................................................................. 39
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................... 39
3.3.1 Prosedur Pengolahan Tandan Kosong ............................................ 40
3.4 Parameter Penelitian............................................................................. 40
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 40
3.4.2 Analisa Minyak Pada Tandan Kosong ........................................... 42
3.5 Diagram Alir ........................................................................................ 45
3.5.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................. 46
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 47

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 57
5.2 Saran ..................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58

viii
DAFTAR TABEL

2.1 Karakteristik Kelapa Sawit .................................................................. 11


2.2 Rata-rata Komposisi Minyak Kelapa Sawit ......................................... 13
2.3 Standar Nasional Indonesia .................................................................. 16
2.4 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit Di PT Sentosa Prima Agro ........ 16
2.5 Standar Kriteria TBS Kelapa Sawit Di PT Sentosa Prima Agro ......... 22
2.6 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan dan Daging Buah ....... 34
4.1 Data Hasil Analisa %OER Minyak Kelapa Sawit yang terkutip ......... 46
4.2 Data Hasil Perhitungan %OER setelah pengutipan ............................. 47

ix
DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagian-bagian dari Buah Kelapa Sawit ........................................................10


2.2 Sistem Perebusan Tiga Puncak di PT Sentosa Prima Agro ..........................23
2.3 Alur Proses Pengolahan Kelapa Sawit di PT Sentosa Prima Agro ...............33
3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................45
4.1 Grafik Perbandingan %OER Sebelum dan Sesudah Pengutipan ..................51

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan %OER................................................................ 60


Lampiran 2. Dokumentasi Mesin Empty Bunch Press............................... 61
Lampiran 3. Dokumentasi TTKS Keluaran Stasiun Threser ..................... 61
Lampiran 4. Dokumentasi Bak Liqour....................................................... 62
Lampiran 5. Dokumentasi TTKS yang sudah dipotong............................. 62
Lampiran 6. Dokumentasi TTKS Keluaran Mesin Empty Bunch Press .... 63
Lampiran 7. Dokumentasi Timbangan Analisa Sampel Padat................... 63
Lampiran 8. Dokumentasi Timbangan Analisa Sampel Cair..................... 64
Lampiran 9. Dokumentasi Oven Sampel ................................................... 64
Lampiran 10. Dokumentasi Timbangan Bottom Flask kosong .................. 65
Lampiran 11. Dokumentasi Ektraksi Sokletasi .......................................... 65
Lampiran 12. Dokumentasi Minyak Hasil Ekstraksi ................................. 66

xi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia,

sehingga untuk menjadikan Indonesia menjadi produsen terbaik di dunia harus

ada keseimbangan antara kuantitas dan kualitas salah satunya adalah

meningkatkan mutu minyak kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit merupakan salah

satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting dalam sektor

pertanian umumnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang

menghasilkan nilai ekonomi terbesar perhektarnya di dunia (Lubis, 2011).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas utama

tanaman perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia sebagai

penghasil devisa negara. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, (2014)

perkebunan kelapa sawit di Indonesia dibedakan menjadi tiga, yakni Perkebunan

Besar Swasta (PBS) sebesar 51,86%, Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 41,42%,

dan Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 6,72%. Luas areal perkebunan

kelapa sawit di Indonesia salam 10 tahun terakhir cendrung mengalami

peningkatan, yaitu 6,59 juta ha pada tahun 2006 menjadi 11,44 juta ha pada tahun

2015.

Perkembangan sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit di

Indonesia semakin cepat. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI),

telah optimis pada tahun 2019 Industri Kelapa Sawit Indonesia tetap memiliki

prospek yang baik. Hal ini didukung dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia

1
yang semakin membaik. Produksi CPO (Crude Oil Palm) pada Tahun 2018

mencapai 43 juta ton naik sebesar 12% dibandingkan produksi pada tahun 2017

yang sebesar 28 juta ton dan dalam jumpa pers Refleksi Industri Kelapa Sawit

2018 Prospek 2019 di Jakarta (6/2/2019), GAPKI menyatakan ekspor CPO

diperkirakan tetap tumbuh 4% -5% dalam tahun 2019, meskipun permintaan CPO

di dalam negeri dipastikan meningkat sering dengan program B20 yaitu program

pencampuran biodisel 20% pada bahan bakar. Mengingat mutu pendidikan telah

menjadi sorotan di mata dunia baik dari dalam maupun luar negeri, maka tenaga-

tenaga terampil, berwawasan global, serta didukung dengan pendidikan akan

sangat dibutuhkan demi menciptakan tenaga kerja yang profesional, berkualitas,

serta berkompeten di bidang Perindustrian Kelapa Sawit (Wardanu,A,P , 2020)

Di samping penghasil CPO (Crude Palm Oil) dan Palm Kernel, juga

menghasilkan tandan kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah buangan dari

pabrik pengolahan minyak sawit yang ketersediaannya di Indonesia cukup

berlimpah ±6.03.325,7 ton (Deptan,2011 dalam Julianto, dkk., 2021).

Ketidaksempurnaan operasional mesin Bunch Crusher dalam proses

pelumatan dan pemipilan di thresher sering terjadi, menyebabkan bero Stasiun

bantingan seringkali menyisakan brondolan di tandan (Losses) yang tidak terpipil

sementara standart penetapan management untuk oil losses dan palm kernel losses

di Unstripped Bunch (USB) adalah 0% terhadap TBS yang diolah dan target

Rendemen Palm Kernel 5,70% dan selalu terjadi komplen dari pihak ke tiga

(Kebun) tandan kosong yang akan di aplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit

masih terdapat berondolan yang tidak terpipil yang di sebut USB, apabila terdapat

2
USB yang tak terkendali maka akan berpengaruh terhadap pencapaian produksi

Crude Palm Oil (CPO) dan palm kernel yang dihasilkan (Julianto, ddk., 2019)

Kabupaten Ketapang terdapat banyak sekali perkebunan kelapa sawit baik

itu milik masyarakat setempat dan perkebunan swasta. Luas lahan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Ketapang pada tahun 2019 mencapai 490.739 Ha dan

pada tahun 2020 mencapai 673.200 Ha. Luas lahan yang didapat maka

menunjukan bahwa perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang sudah sangat

pesat perkembangannya. (Badan Statistik Kabupaten Ketapang,2021)

Bukit Belaban Jaya Mill PT Sentosa Prima Agro (SPA) merupakan salah

satu perusaan yang bergerak di bidang industri kelapa sawit yang terletak di

daerah Kabupaten Ketapang, Kecamatan Sungai Melayu Rayak dan merupakan

anak dari Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group. Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Bukit Belaban Jaya Mill ( BBNM) di PT Sentosa Prima Agro (SPA) saat ini

memproduksi Tandan Buah Segar (TBS) sebanyak 60 ton per jam dan Oil

Extraction Rate (OER) dengan standar 22 %.

Tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) yang pertama kali dilakukan

adalah proses perebusan yaitu di stasiun rebusan (sterilization station). Proses ini

sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya dan

kehilangan minyak di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) awalnya terjadi pada proses

perebusan. Vertical sterilizer adalah perebusan yang digunakan di PT Sentosa

Prima Agro yang berbentuk tegak. Dalam pengoprasiannya tidak menggunakan

lori melainkan menggunakan conveyor. Penggunaan perebusan seperti ini

mempunyai keterkaitan terhadap kandungan minyak di Tandan Kosong Kelapa

3
Sawit (TKKS) lebih besar (Tambos,A.S., 2021)

Berdasarkan uraian diatas tentang vertikal sterilizer, kehilangan minyak di

TKKS cukup tinggi, sehingga untuk menekan kehilangan minyak diperlukan

mesin tambahan yaitu empty bunch press. Analisa ini akan mencoba melihat

berapa banyak minyak yang dapat dikutip oleh mesin empty bunch press sehingga

dapat menambah minyak produksi sehingga dapat menambah OER pabrik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari Penulisan Tugas Akhir adalah :

1. Apakah minyak yang terkandung pada tandan kosong dapat menambah

jumlah minyak atau Oil Exraction Rendemen (OER) pada pabrik kelapa

sawit PT Sentosa Prima Agro dengan penggunaan mesin Empty bunch

press?

2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi OER minyak kelapa sawit di PT

Sentosa Prima Agro?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pertambahan hasil minyak atau OER sebelum adanya mesin

empty bunch press dan sesudah ada mesin empty bunch press.

2. Mengetahui mengetahui faktor yang mempengaruhi OER minyak kelapa

sawit PT Sentosa Prima Agro.

4
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan kepada penulis maupun pembaca mengenai

analisis penggunaan mesin Empty bunch press untuk menambah jumlah

minyak atau Oil Extraction Rendemen (OER) dari hasil press janjang

kosong.

2. Perusahaan dapat mengetahui jumlah presentase pertambahan minyak

atau OER dengan penggunaan mesin empty bunch press.

3. Sebagai literatur di Politeknik Negeri Ketapang khususnya di Jurusan

Pengelolaan Hasil Perkebunan dan sebagai syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Jurusan Pengelolaan Hasil Perkebunan

(PHP) Prodi Teknologi Hasil Perkebunan (THP).

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin yaitu Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit ini banyak sekali ditemukan di Indonesia terutama di Pulau

Sumatra dan Kalimantan yang merupakan daerah produsen minyak sawit terbesar

di Indonesia. Saat ini, tanaman kelapa sawit menjadi komoditas tanaman

perkebunan yang memiliki peran yang sangat strategis dalam perekonomian

Indonesia.

Tanaman kelapa sawit, bukanlah tanaman asli yang tumbuh dari wilayah

Negara Indonesia. Tanaman ini berasal dari Nigeria daerah tropis di Afrika barat.

Kelapa sawit mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1848 oleh pemerintah

Belanda. Saat itu, pemerintah belanda membawa 4 bibit kelapa sawit yang terdiri

dari 2 bibit berasal dari daerah Bourbon (Maurutius) dan 2 bibit berasal dari

daerah Hortus Botanicus (Belanda). Kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda

yang saat itu berkuasa di Indonesia, bibit kelapa sawit tersebut ditanam dan

dijadikan sebagai tanaman hias di kebun raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai dibudidayakan untuk tujuan komersial yaitu

pada tahun 1911. Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh

seorang bernama Adrien Hallet yang berkebangsaan Belgia yang kemudian

usahanya diikuti oleh K.Schadt. Dari usaha pembudidayaan kelapa sawit pada

periode awal dikembangkan berada di wilayah Deli, Sumatra Utara dan Aceh

dengan luas areal perkebunan mencapai 5.000 ha yang kemudian pada masa-masa

6
selanjutnya terus berkembang.

Perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan selama pendudukan Belanda

di Indonesia pada awal abad ke-20, menunjukan perkembangan yang sangat pesat

dan maju. Bahkan mampu menggeser dominasi ekspor Negara Afrika saat itu.

Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 578 ton ke

negara-negara Eropa. Namun, saat terjadinya peralihan pendudukan dari Belanda

ke Jepang di Indonesia, perkembangan perkebunan kelapa sawit mengalami fase

kemunduran. Hal tersebut ditandai dengan bekurangnya luas areal perkebunan

kelapa sawit sebesar 16% dari total luas lahan yang ada pada tahun 1948/1949,

padahal pada tahun 940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak kelapa sawit

(Yan Fauzi, dkk., 2012 dalam Wardanu. A.P., 2020).

Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957 pemerintahan

Indonesia mengambil alih pengolahan perkebunan kelapa sawit. Perubahan

managemen pengelola perkebunan kelapa sawit tersebut memberikan pengaruh

terhadap kinerja produksi kelapa sawit, sehingga menyebabkan penurunan

produksi kelapa sawit saat itu begitu berdampak tergesernya posisi Indonesia

sebagai pemasok minyak kelapa sawit terbesar di dunia oleh Malaysia.

Baru pada pemerintahan orde baru, perkebunan kelapasawit mulai kembali

berkembang pesat. Hingga tahun 1980 luas lahan areal perkebunan kelapa sawit

Indonesia telah mencapai 294.540 ha dengan volume produksi minyak kelapa

sawit sebesar 721.172 ton. Dari luas areal perkebunan 294.540 ha tersebut

kebanyakan tanaman kelapa sawit yang tumbuh merupakan tanaman warisan

pemerintahan Belanda. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia

7
semakin berkembang didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan

program perkebunan inti rakyak perkebunan (PIR-Bun). Hingga tahun 2009 luas

perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai 7,2 juta ha atau pertumbuhan

double setiap tahunnya selama 30 tahun. Kebun rakyat, baik pola PIR maupun

swadaya meliputi jumlah 40% (GAPKI,2017 dalam Wardanu. A.P., 2020).

Pada tahun 2017 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia telah

mencapai 12,38 juta ha yang sebagaian besar terdapat di Sumatra dan Kalimantan.

Perkebangan perkebunan kelapa sawit ini telah berdampak luas dan posistif

terhadap dinamika perekonomian Indonesia, bukan hanya sebagai penyumbang

devisa negara selain dari sektor migas, tapi juga mampu mendorong terciptanya

lapangan pekerjaan, menjadi pionir dalam membuka akses dan pengembangan

wilayah perdalaman, mendorong tumbuhnya daerah ekonomi baru, dan menjadi

solusi reforestasi hutan gundul dan terlantar serta memperkuat nilai tawar

Indonesia di pasar global minyak nabati yang mendudukan Indonesia kembali

sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia (Wardanu.A.P., 2020)

2.2 Kelapa Sawit


2.2.1 Karakteristik Buah Kelapa Sawit

Buah (fructus) kelapa sawit merupakan buah yang dihasilkan dari tanaman

kelapa sawit. Buah kelapa sawit ini termasuk dalam jenis buah berdaging serabut

yang dikategorikan dalam tipe buah batu (drope). Buah kelapa sawit mempunyai

warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan.

Buah tumbuh bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Menurut

Pahan (2008) dalam satu tandan, terdapat 1000-3000 brondolan dengan berat

berkisar 3-6 kg pada tahun pertama berbuah dan semakin bertambah tahun

8
tanaman semakin tua yaitu berkisar 25-35 kg/tandan.

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Klarifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai

berikut:

Divisi : Embryophyta siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

Subfamili : Cocodeae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. Guineensis Jacq., 2. E. Oleifera (H.B.K) Cortes., 3. E.

Odora.

Tanaman kelapa sawit diperkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik

pada kisaran suhu 24-28˚C. Di bawah sekitar garis khatulistiwa, tanaman kelapa

sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian 1.300 m dari

permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih

dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20˚C, tetapi pertumbuhannya

sudah mulai terhambat pada suhu 15˚C (Pahan,2012 dalam Wardanu,A.P.,2020).

Tanaman kelapa sawit baru menghasilkan buah saat berumur tiga tahun dan

masa produktifnya rata-rata 25 tahun. Buah kelapa sawit terdiri dari 3 lapisan

yaitu :

a. Eksokarp (excocarp) merupakan lapisan kulit terluar yang berwarna jingga

hingga kemerahan pada saat matang dan memiliki permukaan yang licin serta

9
mengkilap karena adanya lapisan malam yang tebal.

b. Mesokarp (mesocarp) merupakan daging buah yang memiliki tekstur

berserabut dan bagian ini mengandung minyak kelapa sawit (crude palm oil)

c. Endokrap (endocarp) merupakan cangkang pelindung inti sawit atau kernel

(endoperm) dan memiliki tekstur yang keras. Inti sawit atau endoperm

memiliki kandungan minyak yang biasa disebut minyak inti sawit (palm kernel

oil).

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit,2022

Gambar 2.1 Bagian-bagian dari Buah Kelapa Sawit

2.2.2 Varietas Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki beberapa varietas yang dapat dikelompokan

berdasarkan ketebalan cangkang (endocarp) dan berdasarkan warna buah kelapa

sawit. Berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa sawit terdiri dari tiga

varietas utama, yaitu:

a. Dura

Buah dura memiliki ciri-ciri cangkang tebal (2-5 mm), daging buah yang

sedikit atau berkisar 20-65% dari berat buah, dan memiliki inti/palm kernel

yang besar yaitu 4-20% dari berat buah serta memiliki kandungan minyak atau

10
rendemen minyak sebesar15-17% dari berat buah.

b. Tenera

Buah tenera memiliki ciri-ciri daging buah yang tebal atau berkisar 60-90%

dari buah, dan memiliki inti yang tidak terlalu besar yaitu 3-15% dari berat

buah serta memiliki kandungan minyak atau rendemen minyak sebesar21-23%

dari berat buah. Tipe buah ini merupakan hasil persilangan anatara sura dan

psifera.

c. Psifera

Buah psifera ini memiliki ciri-ciri cangkang tipis hingga tidak ada (0-0,5 mm),

daging buah yang tebal atau berkisar 92-97% dari buah, dan memiliki inti palm

kernel yang kecil yaitu 3-8% dari berat buah serta memiliki kandungan minyak

atau rendemen minyak sebesar lebih dari 23% dari berat buah.

Karakteristik varietas kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Karakteristik Varietas Kelapa Sawit


Karakteristik Dura Tenera Psifera

Kenampakan

Cangkang Tebal (2-5 mm) Tipis (1-2,5 mm) Tidak ada


(0-0,5 mm)
Mesocrap 20-65% 60-90% 92-97%
Inti/Palm Kernel 4-20% 3-15% 3-8%
Rendemen 15-17% 21-23% >23%
Sumber : Siahaan, D., 2019 dalam Wardanu, A.P., 2020

11
Pada umunya, buah yang dijadikan bahan baku untuk pengolahan miyak

kelapa sawit adalah tipe atau varietas Tenera. Tenera dipilih dikarenakan memiliki

kandungan minyak yang optimal dan memiliki cangkang yang tidak terlalu tebal

atau tipis.

Buah kelapa sawit merupakan bahan baku utama dalam industri pengolahan

minyak kelapa sawit (crude palm oil). Didalam buah kelapa sawit terutama dalam

bagian daging buah atau mesocrap mengandung minyak berkisar antara 19-26%

tergantung umur dan tipe/varietas buah. Selain pada daging buah, bagian lain yang

juga mengandung minyak adalah inti sawit atau palm kernel.

2.3 Minyak Kelapa Sawit

Utami (2010) menyatakn ada dua jenis minyak yang dapat diperoleh dari

bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) yaitu Crude Palm Oil (CPKO) dan Crude

Palm Kernel Oil (PKO). CPO diperoleh dari hasil pengolahan daging buah dan

CPKO diperoleh dari hasil pengolahan inti sawit. Secara garis besar buah kelapa

sawit terdiri dari daging buah (mesocarp) dan inti (palm kernel). Daging buah

kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar dan kulit (pericarp), lapisan

dalam (mesocarp) dan lapisan paling dalam (endocarp). Inti kelapa sawit terdiri

dari lapisan kulit biji (testa),(endosperm) dan (embrio). Daging buah mengandung

kadar minyak rata-rata 56% sedangkan intik mengandung minyak sekitar 44%.

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.

12
Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 2.2

berikut ini :

Tabel 2.2 Rata-rata komposisi Minyak Kelapa Sawit


Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit
(%) (%)
Asam kaprilat - 3–4
Asam kaproat - 3–7
Asam laurat - 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmiat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 7 – 11 0,2 – 5
Sumber : Naibaho, 1998

2.3.1 Sifat dan karakteristik minyak kelapa sawit

Minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dan

asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit

termasuk golongan minyak asam oleat dan linoleat. Minyak sawit berwarna

jingga kemerahan karena kandungan karotenoid, berkonsistensi setengah padat

dapa suhu kamar, titik lebur banyak ditentukan oleh kadar asam lemak bebas

(ALB) (Mangoensoekarjo dan Haryono, 2008).

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak

yang berbeda-beda. Panjang rantai antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian,

sifat minyak ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.

Sesuai dengan panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada dalam minyak

sawit, kandungan asam lemak terbanyak adalah asam lemak tak jenuh yakni oleat

dan linoleat kemudian termasuk golongan minyak asam oleanlinoleat

(Mangoensoekarjo, 2003)

13
2.3.2 Sifat Fisik Minyak dan Lemak

Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor,

kelarutan, titik cair, titik didih, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan dan titik

nyala. Warna minyak ditentukan oleh adarnya pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lemak gliserin tidak berwarna. Warna

orange atau kuning disebabkan oleh adanya pigmen karoten yang larut dalam

minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami dan juga terjadi

akibat kerusakan minyak tersebut (Aziz, 2009).

2.3.3 Sifat Kimia Minyak dan Lemak

Dalam reaksi hidrolisis, minyak umumnya mempunyai rantai lurus pada

monokarboksilat dengan jumlah atom karbon yang genap. Reaksi penting pada

minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisis, oksidasi dan hidrogenasi.

A. Hidrolisis

Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam lemak

bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat menyebabkan kerusakan minyak atau

lemak karena tercampurnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut.

Minyak atau lemak dapat di hidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas

lkarena adanya kadar air. Reaksi ini diperepat karena adanya basa,asam dan

enzim. Hidrolisis oleh enzim lipase akan menyebabkan kadar asam lemak bebas

meningkat (Ketaren, 2005).

B. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung jika terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik

14
pada minyak. Oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida dan terurainya

asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi keton serta

asam-asam lemak bebas (Ketaren, 2005).

C. Hidrogenasi

Hidrogenasi disebut pengerasan, menyebabkan penjenuhan atau ikatan rangkap

dalam rangkaian asam lemak dari trigliserida. Akibat yang ditimbulkan yaitu titik

cair lemak atau minyak akan meningkat atau naik dan minyak atau lemak menjadi

lebih stabil (Ketaren, 2005).

D. Oil Extraction Rendemen (OER)

Oil Extraction Rendemen merupakan angka perbandingan antara CPO yang

dihasilkan terhadap TBS yang diolah (Pardamean, 2008). Bagi pabrik, rendemen

dapat menjadi indikator untuk menjaga kualitas minyak kelapa sawit yang

dihasilkannya. Selain dapat mengetahui kualitas kegiatan operasional di dalam tim

pabrik (Majalah Sawit Indonesia, 2021).

2.3.4 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Fauzi (2008) menyatakan bahwa minyak kelapa sawit memegang peranan

yang sangat penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus

menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Parameter mutu CPO

merupakan parameter yang sangat penting dalam pengolahan CPO karena mutu

sebagai salah satu standar yang menentukan kualitas dan nilai jual dari CPO itu

sendiri.

15
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2901-2006 mengenai

mutu minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini :

Tabel 2.3 Standar Nasional Indonesia


No Parameter Satuan Standar
1 Warna - Jingga kemerah-merahan
2 Kadar air % fraksi masa 0,5 Maks
3 Asam lemak bebas % fraksi masa 0,5 Maks
4 Bilangan yodium G yodium 50-55
Sumber : SNI, 2006

CPO yang bermutu serta dapat bersaing di pasar global dapat diperoleh

dengan melakukan manajemen di PT Sentosa Prima Agro yang tersusun dan

terkonsep sesuai dengan persyaratan mutu produksi CPO berdasarkan pengawasan

kualitas (quality control). Parameter dan standar mutu CPO PT Sentosa Prima

Agro dapat dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini:

Tabel 2.4 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit PT Sentosa Prima Agro
No Parameter Standar
1 Warna Jingga kemerah-merahan
2 Kadar air 0,20 Maks
3 Asam lemak bebas 3,5 Maks
4 Kadar kotoran 0,020 Maks
Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

2.4 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


2.4.1 Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan CPO berupa

TBS (Tandah Buah Segar). Pabrik kelapa sawit PT SPA mengolah tandan buah

sawit segar dengan kapasitas olah 60 ton TBS/jam, setiap hari menerima dan

mengolah TBS yang berasal dari kebun internal dan eksternal. TBS internal

berasal dari kebun milik BGA Group yang berada di seluruh wilayah, sedangkan

TBS eksternal berasal dari koperasi dan kelompok tani yang berada di sekitar

16
pabrik kelapa sawit.

2.4.2 Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)

Stasiun penerimaaan buah adalah sebagai tahapan awal dari seluruh tahapan

proses pengolahan dipabrik minyak kelapa sawit. Penerimaan buah merupakan

stasiun yang penting, karena daristasiun penerimaan bisa diketahui mutu buah

yang akan diolah untuk didapatkan hasil olahan berupa Crude Palm Oil (CPO)

dan Palm Kernel, mutu TBS yang diterima harus benar diperhatikan agar

mendapatkan hasil minyak dan palm kernel yang berkualitas.

2.4.3 Pos Satuan Pengamanan (Satpam)

Satpam merupakan salah satu unit yang menjaga dalam sebuah pabrik.

Mobil yang mengangkut TBS, CPO, palm kernel dan janjang kosong yang harus

melapor dan menunjukan Surat Pengiriman Buah (SPB), lalu di pos satpam

dilakukan pencatatan plat nomor polisi, nama supir, nomor Surat Pengirim Barang

(SPB), kebun asal dan jam kedatangan truk atau kendaraan.

Tugas dan tanggung jawab satpam di lingkungan pabrik yaitu sebagai

berikut:

1. Menjaga keamanan di lingkungan pabrik dari gangguan pihak internal

maupun eksternal perusahaan.

2. Menjaga dan memastikan seluruh aset perusahaan aman dari kemungkinan

pencurian atau pengrusakan oleh karyawan sendiri maupun pihak luar.

3. Melakukan kontrol secara rutin selama 24 jam di sekeliling areal pabrik.

17
4. Memeriksa dan mencatat nomor seluruh kendaraan serta kelengkapan

dokumen kendaraan yang akan ditimbang di pabrik, sebagai syarat untuk

mengeluarkan surat izin masuk pabrik.

2.4.4 Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Jembatan timbang merupakan stasiun yang melaksanakan proses

penimbangan TBS. Penimbangan yang dilakukan sebelum dilakukan penyortiran,

stasiun jembatan timbang berfungsi untuk mengetahui jumlah berat bahan atau

barang yang ditimbang. Tujuan penimbangan adalah untuk mengetahui kapasitas

atau tonase dari masing-masing TBS yang dipanen.

Stasiun jembatan timbang merupakan stasiun menggunakan sistem

elektronik yang terdiri dari jembatan timbang, ruang timbang, dilengkapi dengan

indikator dan komputer. Jenis jembatan timbang yang digunakan di PT SPA yaitu

JTR 600-DM dengan kapasitas timbangan 40 ton. Jenis penimbangan terdiri dari 2

yaitu untuk menimbang TBS yang masuk dan untuk menimbang hasil produksi

meliputi CPO, palm kernel, jangkos, fiber, cangkang dan besi tua.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada jembatan timbang agar hasil

timbangan maksimal yaitu posisi kendaraan berada tepat di tengah-tengah

timbangan, untuk keakuratan data, jika posisi kendaraan tidak berada di tengah-

tengah maka keseimbangan berat beban tidak stabil. Sebagai antisipasi maka

security atau pihak keamanan berperan penting juga untuk mengatur posisi

kendaraan pada saat penimbangan. Kondisi mesin kendaraan yang masih menyala

dan sopir dipastikan keluar dari kendraan. Hal ini perlu diperhatikan karena

getaran yang ditimbulkan oleh mesin kendaraan dan sopir yang berada didalam

18
kendaraan akan mempengaruhi sensor dan timbangan yang diterima oleh load cell

di bawah plat form timbangan, sehingga akan dapat mempengaruhi keakuratan

dalam proses penimbangan.

2.4.5 Grading dan Sortasi

Grading TBS (tandan buah segar) merupakan kegiatan proses pemisahan

bahan baku berdasarkan mutu atau kualitas TBS berdasarkan bobot,ukuran dan

jenisnya. Di pabrik bertujuan untuk mengetahui dan menjaga mutu TBS yang

diterima sesuai kriteria yang telah ditentukan oleh PKS. Sedangkan sortasi adalah

kegiatan menyortir TBS yang diterima apakah TBS tersebut memenuhi kriteria

atau tidak. Jika tidak termasuk kriteria maka TBS akan dikembalikan.

Pada umumnya penyortiran dilakukan pada kriteria matang (ripe). Adapun

tujuan utama penyortiran TBS untuk memperoleh kadar minyak yang tinggi dan

kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah. Penyortiran yang dilakukan di PT

SPA dengan sistem per devisi/estate.

Pada kegiatan ini dilakukan pemulangan pada buah – buah yang tidak

masuk dalam kriteria. Buah yang di terima di PT SPA ini adalah buah yang

berjenis dura dan tenera , buah yang masak dan memenuhi standart . Kriteria buah

yang di kembalikan atau tidak di terima antara lain :

a. Buah Mentah yaitu buah yang tidak matang dimana buah dalam satu tandan

berwarna hitam dan daging buah warna kuning keputihan

b. Buah Tandan Kosong yaitu buah sawit yang tidak memiliki brondolan, hal ini

bisa terjadi akibat proses pemanenan yang sudah lewat masa panen.

c. Buah Sakit yaitu buah yang tidak bagus. Buah yang berwarna matang tetapi

19
tidak dapat membrondol dan daging buah tersebut membusuk dan gugur.

d. Buah Jantan yaitu buah yang gak jadi yang berukuran kecil yang tidak

mempunyai biji.

2.4.6 Loading Ramp

Loading Ramp merupakan tempat penampungan sementara TBS (tandan

buah segar) sebelum diproses dan diolah menjadi produk CPO (crude palm oil)

dan palm kernel. Di PT SPA memiliki loading ramp terdiri dari 50 pintu, 30 pintu

buah eksternal (buah yang berasal dari kebun masyarakat sekitar) dan 20 pintu

buah internal (buah yang berasal dari kebun milik BGA Gruop). Pintu loading

ramp dikontrol dengan hidrolik yang berfungsi memasukan TBS ke Horizontal

Fresh Fruit Bunch Conveyor (Horizontal FFB Conveyor), Inclined FFB

Conveyor, Distributing Conveyor. Motor penggerak hidrolik disebut power pack.

Sistem yang digunakan untuk memasukan TBS ke perebusan adalah prinsip First

In First Out (FIFO). Sistem FIFO adalah sistem dengan prinsip TBS yang lebih

awal masuk akan terjadi TBS yang lebih awal keluar dari stasiun loading ramp.

Stasiun loading ramp dikontrol 2 orang operator yang masing-masing dibagi atas

2 shift. Setelah TBS masuk ke dalam Conveyor, maka selanjutnya TBS akan

masuk ke stasiun Sterilizer melalui chute dibagian atas tabung Sterilizer.

Alat-alat yang ada di loading ramp adalah sebagai berikut :

1. Hopper

Hopper merupakan tempat penampungan sementara buah sebelum diproses.

Hopper penampungan loading ramp ini dilengkapi dengan hydrolic system untuk

20
membuka dan menutup pintu. Hopper adalah pintu yang berfungsi sebagai tempat

memasukkan buah dan mengatur buah yang akan masuk ke dalam conveyor.

2. Hydrolic system

Hydrolic system merupakan alat untuk penghasil tenaga penggerak yang

bekerja dengan memanfaatkan tekanan oli dari pompa dalam rangkaian power

pack, kemudian tenaga atau tekanan tersebut diteruskan ke unit motor hydrolic

untuk menggerakan scrapper dan pintu pada loading ramp.

3. Fresh Fruit Bunch Conveyor (FFB)

FFB merupakan alat yang membawa TBS dari hopper yang akan diterukan

ke FFB inclined conveyor.

4. Fresh Friut Bunch Inclined Conveyor (FFBIC)

FFBIC merupakan alat yang membawa TBS dari FFBIC menuju Fresh

Fruit Distributing Conveyor (FFDC) dan masuk ke Chute.

5. Chute

Chute merupakan alat yang digunakan sebagai masuknya TBS kedalam tabung

sterilizer. Chute di PT. SPA terdapat 6 unit pada masing-masing tabung sterilizer.

21
Persyaratan atau kriteria kematangan TBS yang digunakan pabrik kelapa

sawit PT SPA dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.5 Standar Kriteria TBS Kelapa Sawit PT SPA


Golongan Standar
Internal Eksternal
Ripe/Buah Matang >90% >80%
Unrip/Buah Sangat Mentah 0% 0%
Under Ripe/Kurang Matang >8% >4%
A3/A5 / Loose Fruit >7% >6%
Over Ripe/Kelewat Matang 0% 0%
Empty Bunch/Jangkos 0% 0%
Sumber : PT Sentosa Prima Agro,2022

2.4.7 Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Sterilizer adalah stasiun yang bertujuan untuk merebus TBS atau

pematangan TBS, dengan menggunakan steam dari Back Pressure Vessel (BPV)

dengan tekanan sebesar 2,8 barg - 3 barg. Perebusan di pabrik kelapa sawit PT

SPA berjumlah 6 unit yang berbentuk vertikal dengan suhu 130ºC - 140ºC .

Kapasitas sterilizer 30 ton/unit yang dilengkapi dengan pintu bawah dan pintu

atas. Waktu perebusan di PT SPA selama 90 menit dengan sistem Tiga Puncak

(Triple Peak). Masak atau tidaknya hasil perebusan buah sangat menetukan untuk

proses distasiun lainnya.

22
Berikut Grafik pola Tiga Puncak (Triple Peak) pada sistem perebusan dapat

dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut :

Sumber : PT Sentosa Prima Agro ,2022

Gambar 2.2 Sistem Perebusan Tiga Puncak PT Sentosa Prima Agro (SPA)

Fungsi dalam setiap Tiga Puncak (Triple peak) di PT SPA dapat dilihat

dibawah ini :

1. Peak 1 bertekanan 1,5 barg yaitu untuk membuang udara yang terdapat di

dalam sterilizer selama 2 menit, menaikan tekanan steam dari 0 – 1,5 barg

selama 7,5 menit, dilakukan pembuangan steam dari 1,5 – 0 barg dan

dilakukan buangan air kondensate selama 2 menit.

2. Peak 2 bertekanan 2,5 barg yaitu untuk membuang kadar air dan zat asam.

Untuk menekan kembali sisa-sisa udara yang masih tersisa dalam bejana dan

membuang udara bersama uap air dan bersamaan dengan kondensat. Menaikan

tekanan steam dari 0 – 2,5 barg selama 10 menit, dilakukan pembuangan steam

dari 2,5 – 0 barg dan dilakukan buangan air kondensate selama 3 menit.

23
3. Peak 3 bertekanan 2,98 barg – 3 barg yaitu untuk memaksimalkan perebusan

dan untuk pematangan buah/TBS. Menaikan tekanan steam dari 0 – 2,98/3

barg selama 16,5 menit, dilakukan penahanan waktu perebusan untuk merebus

TBS selama 38 menit, pembuangan steam dari 2,98/3 barg – 0 barg dan

dilakukan pembuangan air kondensate selama 11 menit.

Tujuan dari proses perebusan (sterilizer) TBS di PT SPA adalah sebagai

berikut:

1. Menon-aktifkan enzim lipase pembentuk FFA yang terkandung dalam buah

kelapa sawit sehingga tidak terjadi kenaikan pada crude oil.

Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi yang tetap

bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan

tertentu. Enzim dapat dihentikan secara fisika dan kimia. Aktifitas enzim

semakin tinggi apabila buah mengalami kekemaran (luka). Untuk

mengurangi aktifitas enzim, sampai dipabrik diusahakan agar kemarahan

buah dalam presentase yang relative kecil. Enzim pada umumnya tidak efektif

lagi pada suhu 50˚C. Namun jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya

perebusan dilakukan dengan temperature tinggi lebih dari 50˚C.

2. Memudahkan lepasnya brondolan dari janjangan pada saat proses pemipilam

atau di threser. Minyak dan inti sawit terdapat pada dalam buah, maka untuk

mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit,

buah perlu dilepas dari janjangannya dengan cara hidrolisa

hemiselulosa dan petin yang terdapat pada pangkal buah.

24
3. Mengurangi kadar air dalam buah yang direbus.

Sterilisasi buah dapat menyebabkan menurunkan kadar air buah dan inti,

yaitu dengan cara penguapan baik saat perebusan sebelum saat pemipilan.

Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan pada buah sehingga

terbentuk rongga- rongga kosong pada perikarp yang mempermudah

proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah

akan menyebabkan minyak sawit antar sel akan bersatu dan mempunyai

viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses

penempaan berlangsung.

4. Melunakkan daging buah (mesocarp) sehingga memudahkan dalam proses

pelumatan pada saat proses digester.

Selama perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses

penguapan, dengan berkurangnya kadar air, susunan daging buah

(depericarper) berubah. Perebusan tersebut memberikan efek positif yaitu

mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan

mempermudah pemisahan zat non lemak (zat non-solid). Dalam proses ini

mempermudah digester dalam proses melunakkan buah dan pelumatan.

Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari daging buah

kemungkinan kehilangan minyak dalam serabut tersebut.

5. Memudahkan lepasnya palm kernel dari cangkangnya.

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%.

Kadar air yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan

tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal

25
ini akan memebantu fermentasi didalam palm nut silo, sehingga pemecahan

biji dapat berlangsung dengan baik demikian juga pemisahan inti dari

cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti

yang mengandung kotoran lebih kecil.

Hal-hal yang perlu diperhatikan di stasiun perebusan atau sterilizer PT SPA

yaitu :

1. Tekanan sterilizer/steam

2. Suhu sterilizer/temperatur

3. Waktu sterilizer/cycle time

4. Proses pembuangan air kondensate/ blowdown condensate

5. Kontrol panel sterilizer

6. Pipa valve sterilizer

7. Paking pintu sterilizer

Alat-alat yang ada di stasiun sterilizer PT SPA yaitu :

1. Unit Sterilizer (vessel) yang dilengkapi dengan dua unit fungsi yang berfungsi

sebagai tempat merebus buah/TBS (tandan buah segar).

2. Pipa dan valve inlet yang berfungsi untuk memasukan steam dari anggine

room ke sterilizer.

3. Pipa dan valve kondensate yang berfungsi untuk pembuangan steam hasil

kondensasi ke penampungan blowndown chamber dan kondensate fit.

4. Pipa dan valve exhaust berfungsi sebagai pembuangan steam perebusan.

5. Program Logic Control (PLC) yang berfungsi mengatur dan mengontrol

sistem perebusan yang bisa di atur secara manual maupun otomatis.

26
6. Savety Valve berfungsi sebagai katup pengaman saat tekanan dalam sterilizer

melewati batas maksimal yang ditentukan.

7. Auger berfungsi sebagai pengeluar buah yang sudah direbus ke SFB

conveyor.

8. Alat-alat ukur (memonitor pengoprasian alat seperti presure guage.

2.4.8 Stasiun Pemipilan (Threser)

Thresher merupakan stasiun tempat proses pemisahan TBS yang telah

direbus menjadi brondolan dan janjang kosong (jangkos) dengan sistem putaran

dan bantingan. PT SPA memiliki 3 buah thresher yang memiliki kapasitas 30

ton/jam. Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus dipisahkan antara

brondolan dengan tandannya dengan putaran 20-21 rpm/menit dan bantuan kisi-

kisi yang ada di dalam thresher, tandan buah segar dibanting sehingga brondolan

terlepas dari tandan kemudian masuk ke conveyor dan elevator fruit distributing

conveyor masuk ke digester. Tandan kosong di distribusikan dengan empty bunch

conveyor untuk di distribusikan ke empty bunch press. Tandan kosong yang

dibawa ke empty bunch press untuk di press dan diambil minyak yang masih

terdapat pada janjang kosong. Alat-alat yang terdapat pada Threser yaitu :

1. Threser Drum

Threser drum berfungsi untuk melepaskan brondolan dari janjangan buah

dengan cara bantingan atau sentrifugal. Alat ini berupa mesin berbentuk drum

berkisi-kisi yang berputar.

2. Bunch crusher

Bunch crusher berfungsi untuk memecah janjangan kosong agar berondolan

27
yang masih tertinggal mudah lepas dari second threser.

3. Hopper dan distributing bunch conveyor

Hopper dan distributing bunch conveyor berfungsi untuk tempat

penampungan buah yang dituangkan da sebagai penyuplai atau pengontrol buah

yang akan dikirim ke unit selanjutnya.

4. Under threser conveyor

Under threser conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk menghantarkan

brondolan-brondolan yang telah lepas dari janjangan akibat bandingan di drum

threser.

5. Bottom cross conveyor

Bottom cross conveyor adalah alat yang berfungsi sebagai tempat penampung

brondolan dari under threser conveyor untuk di transferkan ke fruit conveyor.

6. Elevator fruit conveyor

Fruit conveyor adalah alat yang berfungsi membawa naik brondolan yang

berasal dari bottom cross conveyor menuju distributing feed conveyor untuk

dimasukan ke dalam tabung digester.

7. Distributing Feed Conveyor

Distributing feed conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk mengantarkan

brondolan-brondolan yang berasal dari elevator fruit menuju digester. Jika tabung

digester sudah penuh, brondolan akan dikembalikan dengan menggunakan alat

fruit returm conveyor ke bottom cross conveyor.

8. Chute

Chute merupakan alat yang berfungsi sebagai pintu masuk buah atau alat pen

28
transfer buah yang akan masuk ke tabung digester.

9. Horizontal empty bunch conveyor

Horizontal empty bunch conveyor berfungsi untuk mengantarkan janjangan

kosong menuju ke stasiun empty bunch press.

2.4.9 Stasiun Empty Bunch Press

Empty bunch press merupakan alat pengepressan pada stasiun Empty bunch

press dengan tekanan 80-95 Psi yang mengolah tandan kosong dari hasil

pemipilan di Threser, fungsinya untuk meminimalisir losses minyak yang masih

ada di janjangan kosong. Minyak hasil pengepresan tersebut diteruskan ke Stasiun

klarifikasi untuk diolah kembali. Kapasitas mesin ini 14 ton/jam, dengan tipe KH-

777-8 YKL, yang terdiri dari 2 unit (PT SPA,2022).

Janjangan yang keluar dari EB Press diharapkan kandungan oil nya sedikit

mungkin sehingga dapat mengurangi oil losses proses produksi CPO. Janjangan

tersebut selanjutnya di transfer menggunakan Inclined Empty Bunch Conveyor

(IEBC) menuju area luar janjang kosong. Sedangkan cairan / Liquor (oil dan air)

hasil press an akan ditransfer ke sistem untuk di kutip oil nya.

Empty Bunch Press merupakan suatu unit mesin yang berfungsi untuk

mencacah atau menghancurkan janjang kosong menjadi serabut sehingga mudah

terurai untuk dijadikan pupuk PKS. Dari hasil pengepresan janjang kosong

tersebut juga akan diperoleh minyak yang masih terperangkap dalam janjang

kosong. Empty bunch press memiliki komponen atau peralatan yang terdiri dari

screw press,press cage, pompa transfer minyak,gear box, dan peralatan

electromotor (A.S Tambos,2021)

29
Penggunaan mesin Empty Bunch Press dimaksudkan untuk mengutip

minyak yang terkandung dalam tandan kosong. Untuk menghasilkan minyak

produksi, tandan kosong akan di press dengan mesin Empty Bunch Press yang

menghasilkan minyak kasar dari jumlah TBS olah dengan kemampuan pengutipan

oleh mesin EBP. Setelah itu, hasil pengutipan diteruskan ke proses berikutnya

agar menghasilkan minyak produski. Tujuan pengempaan atau pengepresan

adalah memeras minyak sebanyak mungkin sehingga kehilangan minyak pada

janjang kosong tidak tinggi (Sari, 2013).

Masin Fibre cutter adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghancurkan

tandan kosong sehingga menjadi berupa serat-serat dan merupakan alat

penghancur tandan kosong yang bekerja berdasarkan putaran dua buah drum

berulir yang berputar berlawanan arah. Umpan akan masuk dari bagian atas

kemudian akan jatuh tergilas diantara kedua drum berulir tersebut. Terdapat

lapisan press cage di bagian bawah drum dan masing-masing terdapat 4 buah

pisau pemotong diujung pengeluaran sebagai penahan.

Prinsip kerja dari alat Fibre cutter adalah berdasarkan dari putaran drum

dengan kecepatan tinggi. Drum tersebut memiliki besi-besi pemukul sebagai

penghancur tandan buah kosong dan terdapat pelat dinding yang berkisi-kisi

sehingga tandan kosong tersebut akan keluar menjadi berupa serat-serat. Putaran

drum tersebut digerakan oleh elektromotor yang dipindahkan melalui belf dan

pulley (Moody Silorus, 2015).

Naban (2011) mengatakan bahwa pada dasarnya apabila unit pada Stasiun

Threser sudah bekerja dengan baik maka proses selanjutnya pada Stasiun Empty

30
Bunch akan lebih efektif bekerja sesuai fungsinya dalam pengempaan janjangan

kosong agar meminimalisir oil losses yang masih ada pada janjangan kosong

tersebut.

Cairan yang keluar dari alat kempa terdiri dari campuran minyak, air dan

padatan bukan minyak. Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu

dilakukan dengan proses pemurnian atau klarifikasi. Minyak hasil pengempaan

selanjutnya dilakukan pemurniaan dengan tujuan agar tidak terjadi penurunan

kualitas atau mutu dari minyak tersebut akibat adanya proses reaksi hidrolisis dan

oksidasi (Nabiho, 1998).

Menurut M. Nizar Abdurranin (2012), Empty Bunch Press (Tandan Kosong

Kelapa Sawit) merupakan limbah yang hasil pengolahan dari pabrik kelapa sawit.

Selama ini tandan kosong dari hasil pengolahan pada PKS belum dimanfaatkan

maksimal. Sedangkan menurut Nabiho (1998) pengolahan atau pemanfaatan

limbah padat tandan kosong oleh PKS masih sangat terbatas. Tandan kosong

memiliki potensi untuk dijadikan berbagai macam produk. Alat-alat yang terdapat

di mesin Empty Bunch Press adalah :

1. Screw Press

Screw Press berfungsi untuk memeras atau mengepres janjang kosong keluaran

dari stasiun threser atau pemipilan.

2. Press Cage

Press Cage berfungsi sebagai alat yang mengeluarkan dan menyaring minyak

hasil press an dari alat screw press agar janjangan tidak masuk ke bak penampung

hasil press an.

31
3. Gear box

Gear box merupakan komponen utama motor yang disebut sebagai sistem

pemindah dan mengubah tenaga dari motoran yang berputar, yang digunakan

untuk memutar screw press.

4. Perangkat Elektromotor

Perangkat elektromotor merupakan alat pengubah energi listrik menjadi energi

gerak.

5. Pompa transfer minyak

Popa transfer minyak merupakan alat yang digunakan untuk mengalirkan

minyak hasil press di stasiun Empty bunch press ke stasiun Klarifikasi untuk

pengolahan minyak selanjutnya.

Janjang kosong yang telah di press akan dibuang ke komposting atau tempat

penampungan limbah padat sebelum dikirim ke area perkebunan sebagai pupuk

tanaman kelapa sawit.

32
TBS

Jembatan Timbang

Sterilizer
Jangkos
diaplikasikan ke
Threser Empty Bunch Press lahan sebagai
pupuk
perkebunan
Digester

Press
Sand Trap Tank Depericarper

Vibrating Screen Nut Silo

Crude Oil Tank Ripple Mill

Continious LTDS 1
Setling Tank

Oil Tank Sludge Tank LTDS 2

Vacum Drayer Vibrating Screen Hydrocyclone

Sand Cyclone
Storage Tank Shell Hopper

Buffer Tank
Despact CPO Kernel Silo
Continous
Contrifuge Tank
Fat Pit Kernel Bunker
Suldge Pit
Recovery Pit Despact Palm Kernel
Sumber : PT. Sentosa Prima Agro, 2022
Gambar 2.3 Skema Alur Proses Pengolahan Kelapa Sawit

33
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO
2.5.1 Varietas Tanaman

Varietas berbasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa

varietas kelapa sawit diantaranya Dura, Pisifera, dan Tenera. Perbedaan ketebalan

daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan rendemen minyak sawit yang

dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas Tenera

yaitu mencapai 22-24%, sedangkan pada varietas Dura 16-18% (Fauzi,2008).

Tabel 2.6 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan


Daging Buah
Varietas Diskripsi
- Tempurung tebal (2-8 mm)
- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar
tempurung
Dura - Daging buah relativ tipis, yaitu 35-50% terhadap buah
- Palm kernel (daging buah) besar dengan kandungan
minyak rendah
- Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina
- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak
ada
- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura
Pisifera - Daging biji sangat tipis
- Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis
lain
- Dan dipakai sebagai pohon induk jantan
- Hasil dari persilangan dura dan pisifera
- Tempurung tipis (0,5 – 4 mm)
Tenera
- Terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung
- Daging buah sangat tebal (60-96% dari buah)
- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukuran relatif lebih kecil
Sumber : Fauzi, 2008

2.5.2 Umur Tanaman

Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajan

dari umur 3-7 tahun (periode tanaman muda) mencapai tingkat produksi maksimal

pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja) dan mulai menurun pada

34
periode tanaman tua sampai saat-saat menjelang peremajaan kembali (replanting).

Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40

kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat 1000-3000

brondolan dengan berat brondolan berkisar 10-20 gram (Pahan, 2006).

2.5.3 Pemeliharaan Tanaman

Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya tanaman

kelapa sawit adalah dengan melakukan pemeliharaan tanaman. Dengan demikian,

kelapa sawit mampu lebih cepat berproduksi. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit

meliputi beberapa hal, antara lain penyulaman (pergantian tanaman yang mati atau

kurang baik), penanaman tanaman sela (tanaman yang berumur pendek dan tidak

mengganggu tanaman induk), pemberantasan gulma (penyiangan), pemangkasan

(pembuangan daun-daun tua), pemupukan, kastrasi (pembuangan bunga),

penyerbukan buatan (Tim Penulis Penelitian Kelapa Sawit, 2010).

2.5.4 Mutu TBS

Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS, sedangkan

mutu TBS dipengaruhi oleh sistem panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan

hasil dapat mengakibatkan mutu CPO tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya

dapat memperkecil efesiensi pengolahan. Pelaksanaan panen dipengaruhi oleh

sistem panen yang ditetapkan di suatu perkebunan. Panen yang tidak terkendali

akan menyebabkan kehilangan CPO serta penurunan mutu produksi atau

rendemen (Pahan, 2006).

2.5.5 Tingkat Kematangan Buah (Mutu Panen)

Komposisi fraksi tantan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat

35
dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh

adalah kematangan buah. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat

kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang

akan diperoleh sangat ditetikan oleh faktor ini. Apabila pemanenan buah

dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan

mengandung ALB dalam presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaiknya, jika

pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadang ALB-

nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Pahan, 2006).

2.5.6 Kondisi Proses Pengolahan di Pabrik

Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat

berperan dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik

yang baik. Untuk mengendalikan proses pengelolaan diperlukan pengetahuan dan

penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat serta memadukan

setiap proses pengolahan dan kemampuan untuk mengoprasikan serta

mendiagnosa suatu penyimpanan (Fauzi, 2008).

Stasiun penerimaan TBS, TBS yang diterima ditimbang dengan teliti agar

didapat perhitungan rendemen yang tepat dan langsung diolah agar tidak terjadi

pelakuan pada buah yang dapat meningkatkan Asam Lemak Bebas (ALB) dan

menurunkan rendemen. Stasiun perebusan menggunakan sistem triple peak.

Dimana tekanan yang digunakan adalah 2-3 kg/cm². Apabila tekanan ˂ 2 kg/cm²,

maka waktu perebusan akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan kehilangan

minyak pada tandan kosong dan pada air kondensate akan meningkat. Pada

stasiun penebahan atau threser berputar dengan kecepatan 23-25 rpm. Bila

36
putaran dibawah 23 rpm maka brondolan buah tidak terlepas sempurna dari

tandannya sehingga dapat menurunkan rendemen minyak (Pahan, 2006).

Perawatan pabrik pengolahan kelapa sawit bukan saja menjadi faktor

penentu dalam pencapaian kapasitas dan efisiensi olah, tetapi dapat juga

menentukan pencapaian rendemen atau mutu hasil minyak kelapa sawit. Secara

umum, pengendalian pengolahan adalah pengendalian efisiensi. Efesiensi adalah

perbandingan antara masukan (input) yang diberikan dan keluaran yang diperoleh

(output). Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi mesin olah. Biasanya yang

menjadi acuan adalah efisiensi jalan mesin press dan efesiensi jalan pabrik, pada

pabrik yang dikendalikan dengan semestinya efisiensi jalan mesin press minimum

adalah 90% dan efisiensi maksimum adalah 95%. Efiensi tersebut dapat diukur

dengan mencatat jam berhenti mesin press, baik karena kerusakan atau kemacetan

mesin press maupun kerusakan di stasiun lain (Mengoensoekarjo dan Semangun,

2003).

Pabrik kelapa sawit tidak hanya sekedar memproduksi minyak kelapa sawit.

Pabrik yang memproduksi minyak kelapa sawit penting untuk mengetahui cara

menghitung rendemen minyak kelapa sawit. Rendemen perlu diketahui guna

mengetahui seberapa besar pabrik dalam memproduksi minyak kelapa sawit. Hal

ini akan berguna bagi pabrik karena rendemen yang diketahui dapat menjadi

kontrol terhadap peningkatan kualitas panrik dalam memproduksi minyak kelapa

sawit. Berikut lebih jauh mengenai rendemen minyak kelapa sawit yang pasti ada

dalam sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi minyak.

Rendemen kelapa sawit merupakan perbandingan jumlah antara minyak

37
kelapa sawit kasar atau CPO yang di produksi dalam setiap kilogram buah kelapa

sawit perlu diketahui seberapa besar rendemennya. Terdapat rumus yang

dipergunakan untuk menghitung rendemen dari kelapa sawit dalam sebuah pabrik,

yaitu RKS = (CPO/TBS Olah) x 100%. RKS merupakan presentase rendemen

kelapa sawit dengan satuan dalam persen (%). CPO merupakan jumlah atau

kuantitas dari Crude Palm Oil yang di produksi dengan satuan dalam kilogram

(kg). TBS merupakan jumlah atau kuantitas dari Tandan Buah Segar yang

dilakukan pengolahan dengan satuan dalam kilogram (kg).

Tujuan mengetahui rendemen dari minyak kelapa sawit yaitu untuk

meningkatkan produktivitas, dapat menentukan mutu minyak. Dalam hal ini,

dalam pengendalian mutu juga dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya

rendemen dari minyak kelapa sawit. Pengendalian mutu minyak kelapa sawit

terkait dengan kualitas. Jika tidak dikendalikan, maka mutu dari minyak kelapa

sawit menjadi tidak konsisten. Kadang memiliki mutu yang baik dan kadang

tidak. Jika demikian, tidak hanya akan membahayakan pabrik, pekerja pabrik,

namun juga konsumen. Sehingga tidak sekedar tahu, karena perhitungan

rendemen pabrik kelapa sawit juga untuk mengukut kualitas pabrik dalam

memproduksi minyak kelapa sawit (Adriyono Marwah, 2010).

38
III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Sentosa Prima

Agro (SPA) Unit kerja Bukit Belaban Jaya Mill (BBNM) Kecamatan Sungai

Melayu Rayak, Kabupaten Ketapang pada tanggal 12 Juni 2022 dan data yang

diolah dari tanggal 01 Juni sampai dengan tanggal 27 Juni 2022.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah crystallizing dish, paper

timble, Soklet, Kondensor, Oven, Hot Plate, Beaker Glass, Desikator, Neraca

Analitik, Electro heating manthel, Spatula Labu ekstraksi atau flask bottom

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah N-Heksan, Sampel padat

(Tandan kosong), Sampel cair (Minyak hasil dari empty bunch press).

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Creswell (2015), metode studi kasus (case

study) adalah sebuah model yang memfokuskan eksplorasi “sistem terbatas”

(bounded system) atas satu kasus ataupun pada sebagian kasus secara terperinci

dengan penggalian data secara mendalam. Beragam sumber informasi yang kaya

akan konteks dilakukan untuk penggalian data.

39
3.3.1 Prosedur Pengolahan Tandan Kosong

Proses pengolahan tandan kosong yang berasal dari stasiun Threser setelah

dilakukan pemipilan untuk memisahkan brondolan dan tandan kosong untuk

diolah pada proses selanjutnya. Buah yang terpipil akan dilanjutkan ke stasiun

digester dan press untuk menghasilkan minyak kelapa sawit. Tandan kosong

diteruskan ke stasiun Empty bunch press untuk dilakukan pemerasan dengan

mesin press agar minyak yang terkandung dalam tandan kosong dapat dikutip dan

meminimalisir kehilangan minyak pada tandan kosong. Hasil dari pengepressan

tandan kosong berupa minyak, air, dan sludge akan disaring pada mesin penyaring

cairan atau vibrating screen single deek untuk disaring serabut yang ikut mengalir

di pompa tranfer untuk diteruskan ke recovery fit atau bak pengutipan minyak.

Untuk analisa minyak pada tandan kosong yang sudah di press diambil sampel

cair pada bak penampung atau liquer tank agar dapat dikelahui jumlah minyak

yang terkutip. Sedangkan analisa minyak pada tandan kosong sebelum di press

diambil sampel padat berupa tandang kosong keluaran stasiun threser dan

dipisahkan bagian-bagiannya untuk dianalisa di laboratorium untuk mengatahui

kandungan minyaknya.

3.4 Parameter Penelitian


3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mulai, dilakukan identifikasi masalah yang mengenai dengan Oil Exraction

Rendemen (OER) pada pengolahan minyak kelapa sawit.

2. Menentukan Tujuan dan Manfaat, dilakukan penentuan tujuan dan manfaat

40
dari penelitian ini.

3. Studi Literatur dan Pengamatan dilapangan

Studi literatur merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan data serta

teori yang berhubungan dengan proses produksi, pengepressan dan minyak

kelapa sawit dari penelitian terdahulu, sedangkan pengamatan dilapangan

dilakuakan secara langsung data dilapangan baik dari bahan baku, proses

produksi, analisa mutu, dan pengamatan OER pada proses pengolahan di

stasiun empty bunch press di PT Sentosa Prima Agro selama periode 01 Juni

sampai dengan tanggal 27 Juni 2022.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengumpulan data TBS yang diolah

dan data hasil pengujian dilaboratorium. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer mengenai jumlah hasil minyak yang terdapat

pada tandan kosong setelah di press di mesin empty bunch press dari tanggal

01 Juni sampai 27 Juni 2022.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data Tugas Akhir ini adalah dengan menggunakan data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil

perhitungan TBS olah dan hasil jumlah minyak dari pengepressan di mesin

Empty Bunch Press selama periode 01 Juni sampai dengan tanggal 27 Juni

2022. Data yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan microsoft excel

2007. Sedangkan data sekunder adalah merupakan data pendukung yang

dapat berupa Standar Operasional Prosedur (SOP).

41
6. Hasil dan pembahasan, membahas hasil dari penelitian yang dilakukan serta

memberikan pemaparan terkait OER minyak kelapa sawit di stasiun empty

bunch press.

7. Kesimpulan, dilakukannya penarikan kesimpulan dari studi kasus yang

diteliti.

8. Selesai.

3.4.2 Analisa Minyak Pada Janjang Kosong

Analisa yang digunakan adalah ekstraksi sokletasi merupakan suatu metode

pemisahan zat dari campurannya dengan pemanasan, pelarut yang digunakan akan

mengalami sirkulasi, dibandingkan dengan cara marerasi, ekstraksi sokletasi

memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi (Sri Irianty dan Yenti,2014).

a. Sampel padat

1) Ditimbang crystallizing dish kosong dan diberi label

2) Dicatat berat crystallizing dish kosong

3) Dimasukkan sampel kedalam crystallizing dish sebanyak 10gr

4) Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 135ºC selama ± 2 jam

5) Dimasukkan sampel yang telah diovenkan tadi kedalam desikator sampai

dingin

6) Ditimbang sampel kering yang telah dingin

7) Dicatat berat sampel yang telah kering

8) Digulung sampel dengan tisu dan dimasukkan kedalam paper thimble

9) Ditimbang flask bottom kosong dan diberi label

10) Dicatat berat flask bottom kosong

42
11) Dimasukkan sampel yang di paper thimble tadi ke dalam soxhlet extractor

12) Diletakkan flask bottom ke heating mantle dan dimasukkan heksan250ml

kedalam flask bottom

13) Dirangkai alat soxhlet dan dialirkan air pada kondensor pada alat soxhlet

14) Dihidupkan heating mantle

15) Dilakukan ekstraksi dengan memanaskan sampel selama ± 4 jam

sampai seluruh minyak terekstrak

16) Dipisahkan heksan dengan minyaknya

17) Dimasukkan ke oven ± 1 jam

18) Didinginkan dalam desikator selama 15 menit

19) Ditimbang dan dicatat berat minyak yang ada di flask bottom

b. Sampel cair

1) Ditimbang cystallizing dish kosong dan diberi label

2) Dicatat berat cystallizing dish kosong

3) Dimasukkan sampel kedalam cystallizing dish sebanyak 20gr

4) Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 135ºC selama ± 4 jam

5) Didinginkan sampel yang telah diovenkan tadi

6) Ditimbang sampel kering yang telah dingin

7) Dicatat berat sampel kering

8) Digulung sampel dengan tisu dan dimasukkan kedalam paper thimble

9) Ditimbang flask bottom kosong dan diberi label

10) Dicatat berat flask bottom kosong

11) Dimasukkan sampel yang di paper thimble tadi ke dalam soxhlet

43
extractor

12) Diletakkan flask bottom ke heating mantle dan dimasukkan heksan ¾

kedalam flask bottom

13) Dirangkai alat soxhlet dan dialirkan air pada kondensor pada alat soxhlet

14) Dihidupkan heating mantle

15) Dilakukan ekstraksi dengan memanaskan sampel selama ± 4 jam

sampai seluruh minyak terekstrak

16) Dipisahkan heksan dengan minyaknya

17) Dimasukkan ke oven ± 1 jam

18) Didinginkan dalam desikator 15 menit

19) Ditimbang dan dicatat berat minyak yang ada di flask bottom

44
3.5 Diagram Alir

3.5.1 Diagram Alir Penelitian Studi Kasus

Diagram alir penelitian studi kasus dalam penelitian tampak pada Gambar

3.1 berikut ini:

Mulai

Identifikasi Masalah

Menentukan Tujuan dan Manfaat

Studi Literatur dan Pengamatan dilapangan

Analisa Ektraksi Sokletasi


Analisa dan Pengamatan di
lapangan

Pengumpulan data

Pengolahan data

Kesimpulan

Selesai

3.1 Gambar Diagram Alir Penelitian Studi Kasus

45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil analisa di Laboratorium PKS Bukit Belaban Jaya Mill

(BBNM) PT Sentosa Prima Agro dari tanggal 01 Juni 2022 sampai 27 Juni 2022

dapat dilihat pada Tabel 4.1dan 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa % OER Minyak yang terkutip di Empty Bunch
Press
Empty Empty Empty Oil
Ratio Oil
TBS Olah Bunch Ratio Bunch Bunch Oil To
Tanggal Empty Produksi
(ton) Product Liquor Before after Save OER
Bunch (ton)
(ton) Press press CPO
01-Jun-22 1.403.183 23,90% 335.361 9,80% 8,85% 2,20% 6,65% 21,86 0,16%
02-Jun-22 1.198.934 23,90% 286,545 9,80% 7,76% 2,09% 5,67% 15,92 0,13%
03-Jun-22 1.431.093 23,90% 342,031 9,80% 8,30% 2,21% 6,09% 20,41 0,14%
04-Jun-22 1.143.531 23,90% 273,304 9,80% 9,26% 2,18% 7,08% 18,96 0,17%
05-Jun-22 920.852 23,90% 220,084 9,80% 7,54% 2,24% 5,30% 11,43 0,12%
06-Jun-22 1.372.703 23,90% 328,076 9,80% 9,42% 2,22% 7,20% 23,15 0,17%
07-Jun-22 1.449.595 23,90% 346,453 9,80% 10,11% 2,17% 7,94% 26,96 0,19%
08-Jun-22 1.311.514 23,90% 313,452 9,80% 10,74% 2,28% 8,46% 25,99 0,20%
09-Jun-22 1.493.044 23,90% 356,838 9,80% 10,25% 2,21% 8,04% 28,12 0,19%
10-Jun-22 1.535.143 23,90% 366,899 9,80% 8,64% 2,06% 6,58% 23,66 0,15%
11-Jun-22 1.335.056 23,90% 319,078 9,80% 7,13% 2,12% 5,01% 15,67 0,12%
12-Jun-22 874.948 23,90% 209,113 9,80% 8,55% 2,28% 6,27% 12,85 0,15%
13-Jun-22 1.440.174 23,90% 344,202 9,80% 8,24% 2,15% 6,09% 20,54 0,14%
14-Jun-22 1.382.441 23,90% 330,403 9,80% 8,32% 1,97% 6,35% 20,56 0,15%
15-Jun-22 1.080.300 23,90% 258,192 9,80% 8,81% 2,11% 6,70% 16,95 0,16%
16-Jun-22 1.218.766 23,90% 291,285 9,80% 8,17% 1,97% 6,20% 17,70 0,15%
17-Jun-22 1.289.989 23,90% 308,307 9,80% 9,85% 2,26% 7,59% 22,93 0,18%
18-Jun-22 1.219.611 23,90% 291,487 9,80% 9,42% 2,11% 7,31% 20,88 0,17%
19-Jun-22 901.099 23,90% 215,363 9,80% 8,84% 2,19% 6,65% 14,04 0,16%
20-Jun-22 1.393.639 23,90% 333,080 9,80% 10,70% 2,33% 8,37% 27,32 0,20%
21-Jun-22 1.152.523 23,90% 275,453 9,80% 11,57% 2,38% 9,19% 24,81 0,22%
22-Jun-22 1.483.211 23,90% 354,487 9,80% 10,64% 2,51% 8,13% 28,24 0,19%
23-Jun-22 1.350.748 23,90% 322,829 9,80% 12,09% 1,91% 10,18% 32,21 0,24%
24-Jun-22 1.392.284 23,90% 332,756 9,80% 8,39% 1,95% 6,44% 21,00 0,15%
25-Jun-22 1.501.545 23,90% 358,869 9,80% 8,51% 1,96% 6,55% 23,04 0,15%
26-Jun-22 1.441.061 23,90% 344,414 9,80% 7,36% 2,23% 5,13% 17,32 0,12%
27-Jun-22 1.417.866 23,90% 338,870 9,80% 8,28% 2,19% 6,09% 20,22 0,14%
Rata-rata 1.301.291 23,90% 311,009 9,80% 9,10% 2,17% 6,94% 21,21 0,16%
Sumber: Laboratorium PT Sentosa Prima Agro, 2022

46
Tabel 4.2 Data Hasil %OER setelah pengutipan di Empty Bunch Press
TBS olah % Oil to OER
Tanggal % OER Total OER
(ton) CPO
01-Jun-22 1.403.183 22,35% 0,16% 22,51%
02-Jun-22 1.198.934 22,32% 0,13% 22,45%
03-Jun-22 1.431.093 22,36% 0,14% 22,50%
04-Jun-22 1.143.531 22,33% 0,17% 22,50%
05-Jun-22 920.852 22,25% 0,12% 22,37%
06-Jun-22 1.372.703 22,19% 0,17% 22,36%
07-Jun-22 1.449.595 22,14% 0,19% 22,33%
08-Jun-22 1.311.514 22,16% 0,10% 22,26%
09-Jun-22 1.493.044 22,14% 0,19% 22,33%
10-Jun-22 1.535.143 22,12% 0,15% 22,27%
11-Jun-22 1.335.056 22,11% 0,12% 22,23%
12-Jun-22 874.948 22,06% 0,15% 22,21%
13-Jun-22 1.440.174 22,01% 0,14% 22,15%
14-Jun-22 1.382.441 21,83% 0,15% 21,98%
15-Jun-22 1.080.300 21,85% 0,16% 22,01%
16-Jun-22 1.218.766 21,91% 0,15% 22,06%
17-Jun-22 1.289.989 21,93% 0,18% 22,11%
18-Jun-22 1.219.611 21,81% 0,17% 21,98%
19-Jun-22 901.099 21,03% 0,16% 21,19%
20-Jun-22 1.393.639 21,06% 0,20% 21,26%
21-Jun-22 1.152.523 21,02% 0,22% 21,24%
22-Jun-22 1.483.211 21,03% 0,19% 21,22%
23-Jun-22 1.350.748 21,05% 0,24% 21,29%
24-Jun-22 1.392.284 21,03% 0,15% 21,18%
25-Jun-22 1.501.545 21,06% 0,15% 21,21%
26-Jun-22 1.441.061 21,01% 0,12% 21,13%
27-Jun-22 1.417.866 21,19% 0,14% 21,33%
Rata-rata 1.301.291 21,17% 0,16% 21,91%
Sumber : Laboratorium PT Sentosa Prima Agro, 2022

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data perhitungan di atas menggunakan empty bunch press

dapat menambah OER rata-rata yaitu 0,16% terhadap TBS olah. Awalnya OER

sebelum penambahan dari empty bunch press yaitu 21,17% menjadi 21,91%.

Rata-rata TBS olah 1.301.291 ton, empty bunch product rata-rata 311,009 ton,

empty bunch sebelum di press (oil before press) rata-rata 9,10%, empty bunch

setelah di press (oil after press) rata-rata 2,17%, minyak yang terkutip (oil save)

rata-rata 6,24% dan minyak produksi dari empty bunch press rata-rata 21,21 ton.

47
Oil Extraction Rendemen (OER) pabrik merupakan salah tolak ukur

keberhasilan suatu proses pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil

(CPO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). OER pabrik dapat dipengaruhi oleh jumlah

TBS yang diolah dengan minyak yang dihasilkan. Pencapaian rata-rata OER

pabrik kelapa sawit PT Sentosa Prima Agro selama 1 bulan yaitu 21,91% dengan

standar OER pabrik minimal 22%. Pada tanggal 01 Juni sampai dengan tanggal

13 Juni 2022 nilai %OER sudah memenuhi standar pabrik dari 22,01% - 22,51%

karena kualitas buah yang diolah sudah baik atau memenuhi standar pabrik. Pada

tanggal 14 Juni sampai dengan tanggal 27 Juni 2022 nilai %OER mengalami

penurunan dari 21,13% - 21,98% karena kualitas buah yang diolah banyak buah

restan, buah lewat matang, buah mentah, dan buah luka.

Berdasarkan data hasil perhitungan analisa pertambahan minyak

menggunakan mesin empty bunch press pada periode tanggal 01 Juni 2022 sampai

dengan tanggal 27 Juni 2022 di PT Sentosa Prima Agro dapat diketahui % OER

minyak yang terdapat pada janjang kosong setelah dilakukan pengepresan rata-

rata 0,16%.

Mengetahui hasil analisa minyak yang terkandung pada janjang kosong atau

TTKS dengan mengambil dua macam sampel yaitu sampel padat berupa janjang

kosong keluaran dari stasiun threser dan sampel cair berupa hasil press an janjang

kosong yang terdapat pada bak penampung di bawah mesin empty bunch press

untuk dilakukan analisa di laboratorium PT Sentosa Prima Agro. Sampel yang

diambil sudah mewakili dari TBS olah karena SOP perusahaan tentang

pengambilan sampel. Sampel di dalam bak penampung di homogenkan terlebih

48
dahulu agar bisa mendapat hasil yang maksimal dalam analisa minyak yang

terkandung dalam janjang kosong tersebut.

Penggunaan mesin empty bunch press dimaksud untuk mengutip minyak

yang terkandung dalam TKKS. Dalam menghasilkan minyak produksi, TKKS

akan di press menggunakan mesin empty bunch press dan menghasilkan minyak

kasar dari jumlah TBS olah dengan kemampuan pengutipan oleh mesin empty

bunch press. Setelah itu, hasil pengutipan diteruskan ke proses berikutnya agar

menghasilkan minyak produksi. Presentase minyak produksi diperoleh dari

jumlah minyak kasar yang terkutip yaitu dari TBS olah dengan efesiensi mesin

yang digunakan. Minyak produksi dihasilkan dari perbandingan material belance

terhadap minyak produksi dan material belance terhadap minyak kasar dengan

jumlah minyak kasar yang terkutip. Hasil yang diperoleh, maka didapatkan

presentase untuk minyak produksi terhadap TBS olah. Berdasarkan perhitungan

dapat dilihat jika dilakukan pengutipan minyak yang terkandung dalam empty

bunch menggunakan mesin empty bunch press maka dapat menambah nilai OER

pabrik dan kehilangan minyak di TKKS bisa ditekan.

Meningkatkan kadar CPO agar OER memenuhi standar perusahaan

melakukan kualitas kontrol terhadap minyak kelapa sawit yang dihasilkan dengan

melalukan analisa kadar asam lemak bebas atau FFA, kadar kotoran dan kadar air

atau moisture.

Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan kualitas

kontrol atau quality control. Fungsi penerapan quality control tersebut adalah

untuk melakukan pengendalian terhadap mutu dari input awal beruba

49
penyelesaian bahan baku, proses produksi, sampai kepada proses output barang

jadi (finished goods). Dengan adanya penerapan quality control maka perusahaan

dapat melalukan efesiensi proses produk, khususnya dalam industri pengolahan

CPO kelapa sawit (M.Fajar W D, 2014 dalam Yulianto., 2019)

Beberapa kriteria minyak kelapa sawit yang diperlukan adalah memiliki

minyak warna kemerahan, rasa dan bau yang enak, dapat disimpan dalam jangka

yang lama, mudah dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada pembentukan Asam

Lemak Bebas (ALB) yang dihasilkan rendah. Untuk itu perlu dilakukan analisa

mutu produksi dengan cara menganalisa kadar ALB, air dan kotoran dalam

minyak kelapa sawit tersebut apakah sudah sesuai dengan mutu yang ditetapkan

sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk memperoleh hasil maksimal

baik mutu maupun kuantitas maka dalam pengolahan kelapa sawit di pabrik mulai

dari tahap proses pengolahan sampai penimbunan harus memperhatikan dan

menjaga standar mutu yang berlaku pada perusahaan tersebut (Tim Standarisasi

Pengolahan Kelapa Sawit, et al. 1997).

50
Perbandingan % OER sebelum pengutipan bunch press dan % OER setelah

pengutipan bunch press dapat dilihat pada grafik 4.1 dibawah ini :

Grafik 4.1 Perbandingan % OER sebelum pengutipan bunch press dan %


OER setelah pengutipan bunch press

Sumber : Data Olahan PT Sentosa Prima Agro, 2022

Berdasarkan grafik % OER diatas dapat diketahui bahwa nilai %OER dari

tanggal 14 Juni sampai dengan tanggal 27 Juni 2022 mengalami penurunan atau

tidak memenuhi standar pabrik karena sebebkan oleh TBS yang diolah merupakan

buah restan dilapangan akibat lamanya dilakukan proses pengolahan,buah mentah,

buah luka akibat penanganan pada stasiun loading ramp. Buah restan dilapangan

mengakibatkan rendemen CPO menurun karena kuliatas atau mutu CPO

dihasilkan kurang baik sekaligus meningkatnya kandungan FFA dalam CPO.

Selain buah restan, rendemen CPO juga dapat dipengaruhi oleh perlakuan

dilapangan yang berupa luka TBS akibat penggeseran TBS menggunakan Loader,

penurunan TBS dari Truk yang mengakibatkan tertimpanya TBS menjadi luka,

dan proses pemasukan buah kedalam tabung perebusan berbentuk vertikal

51
(Vertical Sterilizer) sehingga buah bagian bawah tertimpa menjadi luka pada TBS.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) mengatakan bahwa semakin tinggi

kandungan FFA, maka semakin rendah kualitas CPO. Pengaruh rendah atau

tingginya FFA dan rendemen CPO terletak pada mutu buah yang dipanen. Mutu

buah yang baik akan menghasilkan CPO dan FFA rendah dan rendemen minyak

yang tinggi. Buah yang terlambat diolah akibat terlambat pengangkutan (restan)

dapat meningkatkan FFA, selain itu penanganan yang kasar juga dapat

meningkatkan lajunya FFA. Luka pada buah kelapa sawit akibat penanganan yang

kasar dapat menstimulasi konversi molekul minyak menjadi FFA dengna laju

yang sangat tinggi, sehingga kandungan FFA meningkat dengan cepat.

Faktor yang mengakibatkan nilai %OER menurun atau rendah di PT

Sentosa Prima Agro yaitu :

1. Mutu buah yang diolah

Mutu buah buruk yang diprediksi menyebabkan rendemen CPO rendah adalah

buah mentah (unripe), buah lewat matang (over ripe), buah busuk dan janjang

kosong (empty bunch) buah abnormal dan buah bergagang panjang (long stalk).

Kelompok mutu buah buruk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

penurunan rendemen minyak. Kelompok empty bunch dan abnormal adalah dua

kelompok mutu buah buruk yang pengaruhnya paling besar terhadap penurunan

rendemen minyak dari pada kelompok mutu buah buruk lainnya. Kelompok empty

bunch adalah kelompok buah yang telah hampir 90% brondolannya telah lepas

dari tandan atau telah terserang penyakit hama, artinya pengolahan buah empty

bunch hanya akan menambah tonase TBS tanpa menghailkan tambahan rendemen

52
minyak karena tidak menghasilkan minyak.

Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO dan PK memiliki

parameter keberhasilan yang harus dicapai dari masing-masing stasiun. Untuk

memperoleh hasil yang baik dapat diperoleh salah satunya dengan mengolah TBS

yang memiliki kualitas yang baik, selain itu juga harus ditunjang dengan kegiatan

pengolahan dari awal hingga aikhir dengan sistem pengolahan yang baik.

Beberapa kriteria buah yang dihasilkan antara lain buah mentah (F0),buah kurang

matang (F1),buah matang (F2),buah lewat matang (F3) dan janjang kosong (F4).

Dalam proses pengolahannya tidak semua kriteria buah dapat diolah, umumnya

kriteria buah yang diolah antara lain F1, F2, F3, hal ini bertujuan agar

menghasilkan rendemen sesuai dengan standar yang sudah ada dan mengurangi

kehilangan minyak pada janjang kosong (Rantawi, B.A., 2017)

2. Buah Restan

Buah restan yang disebabkan oleh pengangkutan buah yang terlambat dan

pengolahan buah yang terlambat akibat penumpukan buah di stasiun Loading

ramp karena banyaknya buah yang masuk. Keterlambatan pengangkutan tersebut

terjadi karena jalan atau jembatan tidak dapat dilalui truk buah (dump truck) serta

waktu pengangkutan buah yang kurang efektif. Besarnya pengaruh buah restan

bervariasi bergantung dari umur buah restan, semakin lama buah terlambat

diangkut atau diolah akan semakin memperburuk mutu buah sekaligus

meningkatkan kandungan FFA dalam CPO yang mengakibatkan rendemen CPO

rendah. Kenaikan kandungan FFA akan bervariasi apabila buah restan berasal dari

buah mentah atau lewat masak. Restan dapat menurunkan kualitas fraksi atau

53
mutu buah karena terjadinya penundaan pengolahan buah baik di TPH maupun di

loading ramp PKS (Hidayat 2009 dalam Lukito, A.P., dan Sudrajat., 2017).

3. Tingkat kematangan buah atau TBS

Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi.

Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga,

sedangkan secara fisiolosi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal

dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang dicirikan pula

oleh membrondolnya buah. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar

untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun,

jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman umur lebih 10 tahun dengan

jumlah brondolan sekitar 10-15 butir. Brondolan yang tidak terkutip dan tidak

dihantar ke pabrik tentu sangat berpengaruh besar terhadap penurunan rendemen

atau OER karena persentase minyak pada brondolan lapisan luar sekitar 45-50%

(PT SPA,2022)

Standar matang panen TBS pada setiap perusahaan di Indonesia berbeda-

beda antara lain ada yang minimum 1,2,5 dan 10 berondolan, 2-4 butir berondolan

per kg tandan di piringan dan lain-lain. Perbedaan ini menyebabkan rendemen

minyak sawit (crude palm oil atau CPO) dan palm kernel serta mutunya berbeda-

beda. Buah mentah menghasilkan rendemen minyak rendah dan mutu minyak

tinggi sedangkan buah matang menghasilkan rendemen minyak tinggi dan mutu

minyak relatif rendah dibandingkan buah mentah namun relatif tinggi

dibandingkan buah lewat matang. Rendemen minyak pada buah lewat matang

sebenarnya tinggi namun pada praktik pemanenannya banyak berondolan saat

54
panen tidak terkutip, sehingga menyebabkan rendemen minyak menjadi rendah.

Umumnya, buah yang terlepas (berondolan) ini adalah buah bagian luar

(Hasibuan, 2016). Buah bagian luar merupakan buah yang mengandung minyak

lebih tinggi dibandingkan buah bagian tengah dan dalam buah (Keshvadi et al.,

2011; Sujadi et al., 2016).

Sampai saat ini, kriteria matang panen masih terus diperdebatkan oleh pihak

kebun dan pihak pabrik kelapa sawit (PKS) karena rendemen dan mutu CPO dan

palm kernel yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini

dikarenakan, pada praktiknya kriteria matang panen sulit diimplementasikan oleh

pemanen. Selain itu, modernisasi pemanenan menggunakan alat panen secara

mekanisasi menyebabkan kematangan panen bergeser ke arah buah mengkal atau

kurang matang agar tidak banyak berondolan yang terlepas dari TBS.

Perkembangan kriteria matang panen telah dikembangkan secara digitalisasi

namun pada kasus di Indonesia, kriteria matang panen secara konvensional masih

akan terus digunakan terkait dengan sumber daya manusia, budaya, dan kondisi

geografis perkebunan kelapa sawit. Standar kematangan panen berdasarkan

kriteria kematangan buah menjadi penting untuk dioptimalisasi terkait dengan

rendemen, mutu, kualitas minyak sawit, palm kernel dan minyak inti sawit. Proses

pengolahan TBS di Pabrik Kelapa Sawit

4. Proses Pengolahan TBS di Pabrik Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS di pabrik juga sangat berpengaruh terhadap OER

minyak kelapa sawit, karena tingginya oil losses pada saat pengolahan

menyebabkan OER menurun. Selain oil losses, TBS rusak dan sampah juga

55
menyebabkan rendemen minyak menurun. TBS yang rusak akibat perlakuan

dilapangan pada saat sortasi atau grading maupun penumpukan buah

mengakibatkan minyak yang terkandung pada TBS hilang atau tertinggal pada

lantai loading ramp atau conveyor. Sampah berupa batu, potongan kayu, daun,

dan lainnya yang terikut pada pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik juga

mempengaruhi persentase OER karena tidak mengandung minyak dan mengikut

dalam timbangan.

Rendemen minyak atau Oil Extraction Rendemen (OER) sangat dipengaruhi

oleh tingkat kematangan buah yang di panen, akan tetapi perlakuan di PKS juga

sangat berperan penting. Sebaik apa pun TBS yang dikirimkan ke PKS, jika tidak

diiringi dengan perlakuan yang benar, maka akan menurunkan pencapaian OER

tersebut. Inilah yang disebut dengan oil losses, yaitu tingkat kehilangan minyak

atau presentase minyak yang gagal diperoleh dalam proses pengolahan TBS di

PKS (Mangoensoekardjo dan Semangun, 2008 dalam Hudori, M.,dkk, 2020).

56
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan terhadap penambahan OER mengunakan mesin

empty bunch press dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jumlah % OER sebelum dilakukan penambahan dari minyak Empty bunch

press rata-rata dibulan Juni adalah 21,17% dan jumlah % OER dari minyak

produksi empty bunch press rata-rata sebanyak 0,16%. Total nilai %OER

setelah dilakukan pengutipan minyak pada janjang kosong di stasiun Empty

bunch press dapat menambah minyak produksi rata-rata pada bulan Juni 2022

adalah 21,91%.

2. Faktor yang mempengaruhi rendahnya rendemen atau OER minyak kelapa

sawit adalah tingkat kematangan TBS, proses pengolahan TBS di pabrik kelapa

sawit, buah restan dan buah luka, dan mutu buah yang diolah.

5.2 Saran

Adapun saran dari Tugas akhir ini, yaitu perlu dilakukan kajian lebih lanjut

mengenai analisis penentuan rendemen atau OER minyak kelapa sawit dari

derajat kematangan TBS yang meliputi buah mentah, buah setengah matang, dan

buah matang di PT Sentosa Prima Agro.

57
DAFTAR PUSTAKA

Adriyono, Marwah. 2010. “Kajian Potensi Empty Bunch Press dalam


meningkatkan Oil Extraction Rendemen” Bekasi. Politeknik Kelapa
Sawit Citra Widya Edukasi.

Agus, S., Supardi, I, N., dan Puspawan, A. September 2016 “Analisis


Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT
BIO Nusantara Teknologi” Jurnal Teknosia, Vol 2(17) : 12-19.

Aziz. 2009. “Penentuan Kadar Air dan Kotoran Minyak Sawit Mentah Pada
Tangki Penyimpanan di Pabrik Kelapa Sawit PT. IV Kebun
Adolina, Karya Ilmiah” Universitas Sumatra Utara.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit. SNI
01-2901-2006. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.

Fauzi. 2008. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis
Usaha Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya : Jakarta.

Hasibuan, H.A. 2020 “Penentuan Rendemen, Mutu Dan Komposisi Kimia


Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Inti Sawit Tandan Buah Segar
Bervariasi Kematangan Sebagai Dasar Untuk Penetapan Standar
Kematangan Panen” Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Vol 28(3) :
123-132.

Hasibuan, H.A. 2016 “Pengaruh Penundaan Waktu Pengolahan Buah Sawit


Terhadap Berat, Rendemen Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel Serta
Mutu CPO” Jurnal Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Vol 20(1) : 26-
52.

Hudori, M., dan Mahadibyanti. R. 2020 “Analisis Hubungan Antara Jam Olah
dengan Kinerja Pabrik Kelapa Sawit” Jurnal Citra Widya Edukasi,
Vol 12(1) : 27-34.

Julianto., Dermawan, D., Lukman, J., dan Hendri,A. A. 2021 “Rancang Bangun
Mesin Unstripped Buch (USB) Chrusher Dengan Value Engineering”
Jurnal Teknik Industri Terintegrasi, Vol 4(2) : 8-16.

Ketaren. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas


Indonesia. Jakarta.

58
Lukito, A. P., Sudradjat, 2017 “Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit
Terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO Di
Kebun Talisayan 1 Berau” Jurnal Dapartemen Agronomi dan
Hortikultura, Vol 5(1) : 37-44.

Mangoensoekarjo dan Haryono. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Mangoensoekarjo. 2003. Alat dan Mesin Proses Produksi Kelapa Sawit.


Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Moody Sitorus. 2015. Mekanisasi Alat dan Mesin Pengolahan Kelapa Sawit.
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Naibaho. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa


Sawit : Medan.

Novelena, T. A., Komari., N., Mei 2022 “Analisis Hubungan Antar Parameter
Kualitas Crude Palm Oil (CPO) di PT Laguna Mandiri Rantau
Factory” Jurnal Natural Scientiae, Vol 2(1) : 32-31.

Naibaho, M.P. 2011 . Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian


Kelapa Sawit : Medan.

Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari


Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rantawi, B.A., 2017 “Pengaruh Kualitas Buah yang Diolah Terhadap Daya
Serap Janjang Dengan Variabel Berondolan” Jurnal Citra Widya
Edukasi, Vol 9(3) : 223-228.

Sari. 2013. Penerapan Kadar Losses Minyak Pada Crude Palm Oil (CPO).
Universitas Sumatra Utara : Medan.

Tambos, A.S., Mei 2014 “Analisis Pertambahan Hasil Minyak Kelapa Sawit
Dengan Menggunakan Alat Empty Bunch Press” Jurnal Ilmiah
Teknobiz, Vol 4(2) : 66-72.

Utami. 2010. Motode Pemasaran Lokal. PT. Indeks Kelompok Gramedia :


Jakarta.

Wardanu. A. P. 2020. Buku Ajar Teknologi Ekstraksi Minyak Kelapa Sawit :


Ketapang. Politeknik Negeri Ketapang.

59
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Hasil Analisis Jumlah OER dari mesin Empty


Bunch Press di PT Sentosa Prima Agro

- Empty bunch product = TBS Olah x Ratio empty bunch produk (material
belance)
= 1.403.183 x 23,90%
= 335.361 ton

Berat Minyak
- Oil before press = x 100%
Berat Sampel

0,886
= x 100%
10,014
= 8,85%

Berat Minyak
- Oil after press = x 100%
Berat Sampel

0,222%
= x 100%
10,0776
= 2,20%

- Oil save = Oil before press – Oil after press


= 8,85% - 2,20%
= 6,65%

- Oil produksi = Empty bunch product x Ratio liquor x Oil save


= 335.361 x 9,80% x 6,65%
= 21,86%

Oil Produksi
- % Oil to OER =
TBS Olah

21,86%
=
1.403.183
= 0,16%

60
Lampiran 2. Dokumentasi Mesin Empty Bunch Press

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

Lampiran 3. Dokumentasi Tandan Kosong Keluaran Stasiun Threser

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

61
Lampiran 4. Dokumentasi Bak Liqour

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

Lampiran 5. Dokumentasi Tandan Kosong Keluaran dari Mesin Empty


Bunch Press

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

62
Lampiran 6. Dokumentasi Tandan Kosong yang sudah dipotong-potong

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

Lampiran 7. Dokumentasi Timbangan Sampel Padat

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

63
Lampiran 8. Dokumentasi Timbangan Analisa Sampel Cair

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

Lampiran 9. Dokumentasi Oven Sampel

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

64
Lampiran 10. Dokumentasi Timbangan Bottom Flask Kosong

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

Lampiran 11. Dokumentasi Ekstaksi Sokletasi

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

65
Lampiran 12. Dokumentasi Minyak Hasil Ekstraksi Sokletasi

Sumber : PT Sentosa Prima Agro, 2022

66

Anda mungkin juga menyukai