Pertemuan ke 2
1
2. ANALISA HIDROLOGI PERENCANAAN SALURAN DRAINASE
Untuk perhitungan air hujan yang perlu dibuang digunakan rumus Rasional.
Q = 0,278 C i A m³/detik
dimana :
Q = debit (m³/detik)
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan untuk periode ulang tertentu (mm/jam)
A = area yang akan didrain (km²)
Intersepsi oleh daun tumbuh-tumbuhan (di daerah permukiman 0,03 cm, di daerah
hutan 0,13 cm).
Infiltrasi pada tanah permeabel (lulus air) tergantung pada jenis tumbuhan penutup
tanah mempengaruhi harga infiltrasi. Pada tanah terbuka besarnya kapasitas infiltrasi
dapat mencapai 3 sampai 7 kali kapasitas infiltrasi pada tanah yang tertutup rumput-
rumputan.
Tabel 2.1. Infiltrasi
Jenis Tanah Infiltrasi (cm/hari)
Permeabilitas tinggi(tanah berpasir, struktur lepas) 1.3 – 2.5
Permeabilitas sedang (loam) 0.3 – 1.3
Permeabilitas rendah(clay, struktur padat) 0.003 – 0.3
Koefisien C pada Tabel 2.3 dapat diaplikasikan untuk hujan dengan periode ulang
5 – 10 tahun. Intensitas hujan tinggi menyebabkan koefisien C tinggi, sebab infiltrasi
dan kehilangan air lainnya hanya berpengaruh kecil pada limpasan.
C rerata
C A
i i
A
dimana,
Ci = Koefisien pengaliran untuk bagian daerah yang ditinjau dengan satu jenis
permukaan
Ai = Luas bagian daerah
Komponen lahan Koefisien C ( %)
Jalan: - aspal 70 - 95
- beton 80 - 95
- bata/paving 70 - 85
Atap 75 - 95
Lahan berumput: - tanah berpasir, landai (2%) 5 - 10
- curam (7%) 15 - 20
- tanah berat, landai (2%) 13 - 17
- curam (7%) 25 - 35
Untuk Amerika Utara, harga secara keseluruhan
Rt
Ii
t
dimana
It = Intensitas hujan (mm)
Rt = curah hujan selama t jam
5 8 5 8 5 14 168
10 16 5 8 10 28 168
15 22 5 6 15 40 160
20 34 5 12 20 47 141
25 41 5 7 30 64 128
30 53 5 12 45 85 113
35 67 5 14 60 97 97
40 81 5 14 80 105 79
45 86 5 5 100 112 67
50 93 5 7 120 117 59
60 97 10 4
80 105 20 8
100 112 20 7
120 117 20 5
Contoh 2.1
Tabel 2.4.di atas adalah catatan suatu kejadian hujan dari stasiun hujan X. Kolom (1)
sampai dengan (4) adalah hasil bacaan alat penakar hujan otomatis.
Keterangan:
• Kolom (1) waktu dari awal hujan dipilih
• Kolom (2) dibaca dari pencatatan alat penakar hujan otomatis untuk waktu ybs.
• Kolom (3) interval waktu dari kolom (1)
• Kolom (4) hujan antara interval dari kolom (2), baris bawah – baris atas.
• Kolom (5) durasi hujan yang dipilih.
• Kolom (6) adalah hujan maksimum dari pencatatan, dihitung dari harga-harga pada
kolom (4) yang dipilih harga maksimumnya dari suatu harga atau kombinasi dari
harga-harga yang ada menurut periode waktunya.
• Ambil harga terbesar dari kolom (4): terbaca 14 mm
• 2 harga terbesar dari 3 harga yang berurutan: 14 + 14 = 28 mm
• 3 harga terbesar dari 4 harga yang berurutan: 14 + 14 + 12 = 40 demikian
seterusnya.
• Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam kolom (6) yang bersesuaian durasinya.
• Kolom (7) = 60 x Kolom (6)/Kolom (5)
Intensitas Hujan Rencana Menggunakan Data Hujan Menitan.
Data yang diperlukan adalah data jumlah kejadian hujan untuk suatu waktu/durasi
tertentu selama n tahun pengamatan yang diperoleh dari hasil pencatatan suatu stasiun
hujan (otomatis). Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti
pembacaan dan penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatat
curah hujan otomatis sepanjang pengamatan yang lalu. Intensitas hujan diperoleh seperti
pada contoh 2.1 di atas.
Contoh 2.2
Perhitungan Intensitas hujan rencana dari suatu stasiun hujan selama 45 tahun. Kejadian
hujan dituliskan dalam suatu tabel (Tabel 2.5), di mana kolom vertikal di kiri merupakan
waktu/durasi hujan (dalam menit), sedang baris teratas adalah intensitas hujan (dalam
mm/jam). Harga-harga yang tercantum adalah jumlah kejadian hujan selama 45 tahun.
Sebagai contoh Untuk durasi hujan 30 menit, jumlah kejadian hujan yang intensitas
hujannya 50 mm/jam dalam 45 tahun adalah 21 kali. Ditanyakan intensitas hujan untuk
periode ulang 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun. Buat juga grafik hubungan antara durasi
dan intensitas hujan untuk stasiun tersebut.
Tabel 2.5. Jumlah kejadian hujan untuk suatu harga intensitas hujan
Intensitas
mm/jam
Durasi 25 35 40 45 50 65 75 100 125 150 175
(min)
5 123 47 22 14 4
10 122 78 48 15 7 4 2
15 100 83 46 21 10 3 2 1
20 98 64 44 18 13 5 2 2
30 99 72 51 30 21 8 6 3 2
40 69 50 27 14 11 5 3 1
50 52 28 17 10 8 4 3
60 41 19 14 6 4 4 2
100 13 4 1 1
120 8 2
Penyelesaian:
Bila pencatatan dilakukan selama 45 tahun, maka hujan maksimum periode ulang 2
tahun akan terdapat yang terjadi sebanyak 45/2 = 22,5 kali; hujan maksimum periode
ulang 5 tahun sebanyak 45/5 = 9 kali dan hujan maksimum periode ulang 10 tahun
sebayak 45/10 = 4,5 kali.
Jumlah kejadian curah hujan menitan (jangka waktu pendek) dapat dihitung dari tabel
di atas dengan menginterpolasi jumlah kejadian yang diminta dari harga-harga yang
ada.
Untuk durasi 5 menit: intensitas hujan periode ulang 5 tahun yang jumlah kejadiannya
9, adalah:
I = 150 + {(14 - 9)/10 x (175 - 150)}= 162,5 mm.
Untuk 10 menit: I = 100 + {(15 - 9)/8 x (125 - 100)}= 118,8 mm..... dst.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.di bawah ini.
Tabel 2.6. Intensitas hujan
Hubungan antara intensitas hujan dan durasi hujan berjangka waktu pendek dapat
dihitung dengan beberapa perumusan, antara lain Talbot (1881), Sherman (1905), dan
Ishiguro (1953) . Satuan untuk waktu t adalah menit dan mm/jam untuk I (intensitas).
Rumus lainnya dikembangkan oleh Mononobe yang menggunakan data hujan harian.
Satuan waktu t dalam jam dan mm/jam untuk I (intensitas) hujan.
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah
hujan atau frekwensi kejadiannya.
Waktu td yaitu lamanya hujan, diambil sama dengan waktu konsentrasi tc dari daerah
aliran (the watershed time of concentration).
Waktu konsentrasi tc didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh titik air air untuk
mengalir dari tempat yang hidrolis terjauh di daerah alirannya ke suatu titik yang
ditinjau (inlet), sehingga td = tc, dengan pengertian pada saat itu seluruh daerah aliran
memberikan kontribusi aliran di titik tersebut. Dengan demikian curah hujan rencana
adalah hujan yang mempunyai durasi sama dengan waktu konsentrasi.
Beberapa rumus intensitas curah hujan
a
Rumus Talbot (1881) I
t b
( I .t )( I ²) ( I ².t )( I )
a
N ( I ²) ( I )( I )
( I )( I .t ) N ( I ².t )
b
N ( I ²) ( I )( I )
a
Rumus Sherman (1905) I
tn
( I t )( I ²) ( I ² t )( I )
a
N ( I ²) ( I )( I )
( I )( I t ) ( I ² t )
b
N ( I ²) ( I )( I )
m
R 24
Rumus Mononobe I 24
24 t
dimana,
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (menit).
a, b, n, m = tetapan
R24 = curah hujan maksimum dalam 24
jam (mm).
Contoh 2.3
Hasil analisa intensitas hujan rencana seperti pada contoh 2 di atas. Ambil data intensitas
hujan dengan periode ulang 5 tahun.
Tabel 2.7. Data intensitas hujan vs durasi hujan
Lama hujan, t
(menit) 5 10 15 20 30 40 50 60 80 100
Intensitas, I
(mm/jam) 162.5 118.8 103.6 87.5 63.8 55 47.5 43.1 37.2 27.2
Tulis semua harga komponen dari rumus-rumus di atas dan hitung semua harga
konstanta. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.8. Perhitungan koefisien Intensitas hujan T = 5 tahun
Hasil perhitungan perlu dipilih mana yang sesuai dengan data yang ada. Dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan diatas nampak bahwa rumus Talbot (1) memberikan deviasi
yang terkecil, sehingga rumus tersebut dapat dipakai dalam perencanaan selanjutnya.
2.4. Curah Hujan Rencana dan Intensitas Hujan Rencana Berdasarkan Curah
Harian Maksimum (R24)
a R24
R
R24 b
dimana,
R = hujan dengan suatu jangka waktu kurang dari 60 menit (mm)
R24 = hujan harian rencana (mm)
a,b = konstanta untuk hujan dengan waktu tertentu
Tabel 2.10. Konstanta a dan b untuk perhitungan hujan berjangka waktu kurang dari 60 menit
Contoh 2.4
Pada dasarnya besarnya hujan rencana dipilih berdasar pada pertimbangan nilai urgensi
dan nilai sosial ekonomi daerah yang diamankan.
Untuk daerah permukiman umumnya dipilih hujan rencana dengan periode ulang (5-15)
tahun.
Sedang untuk daerah pusat pemerintahan yang penting, daerah komersial dan daerah
padat dengan nilai ekonomi tinggi dapat dipertimbangkan periode ulang antara (10-50)
tahun.
Perencanaan pengendalian banjir yang berkaitan dengan sungai antara (25-50) tahun.
Tabel 2.11. Periode Ulang Hujan (PUH) untuk perencanaan saluran kota dan bangunan-
bangunannya
Waktu Konsentrasi (Time of Concentration, tc)
tc = to + tf
dimana :
to = waktu yang dibutuhkan untuk mengalir di permukaan untuk mencapai inlet
(overland flow time, inlet time).
tf = waktu yang diperlukan untuk megalir di sepanjang saluran.
Perhitungan to :
2. Diusahakan agar aliran secepatnya dapat masuk ke inlet sistem pembuangan. Untuk
daerah urban normal disarankan untuk memakai t o : 4 menit dan kurang dari 5 menit
untuk daerah permukiman yang luas, dimana aliran dari atap, jalan, lapangan, jalan
beraspal untuk mencapai inlet.
Perumusan yang umum untuk menghitung to :
0.467
l
to 1,44 nd l < 400 m, Rumus Kerby (1959)
s
di mana :
l = jarak dari titik terjauh ke inlet (m).
nd = koefisien setara koefisien kekasaran.
s = kemiringan medan.
Rumus Kirpich (untuk luas lahan < 200 ha. di daerah pertanian atau pedesaan)
0.80
1
t c 0.00025 (jam)
s
di mana:
l = panjang catchment menurut alur sungai terpanjang.
s = kemiringan medan = H / l, dimana H adalah beda elevasi antara titik terjauh
dengan outlet.
Contoh 2.6
Suatu sub catchment area seperti pada gambar berikut. Garis lengkung putus-putus
menggambarkan batas sub DAS, panah menunjukkan arah aliran dipermukaan lahan,
sedang garis lengkung sejajar menggambarkan saluran. Hitung waktu konsentrasi di outlet.
Penyelesaian:
Data sebagai berikut:
Suatu lahan dengan penutup permukaan berbeda, luas masing-masing A 1 dan A2. Panjang
alur aliran l1 dan l2, kemiringan medan masing-masing s1 dan s2, koefisien hambatan n1 dan
n2. Aliran lurus menuju saluran (1-2). Waktu untuk mengalir di saluran (1-2) adalah t f1-2.
Hitung waktu konsentrasi di titik 2.
Penyelesaian:
Di atas lahan limpasan hujan mengalir di atas permukaan yang berbeda, sehingga waktu
yang dibutuhkan perlu dihitung masing-masing.
Harga to untuk masing-masing dapat dihitung dengan rumus Kerby atau grafik.
to1 dan to2 masing-masing adalah waktu pengaliran di atas lahan A 1 dan A2, sehingga waktu
untuk mencapai saluran adalah to = to 1 + to 2.
Lihatlah 2 lahan di kiri dan kanan saluran. Permukaan lahan kiri terdiri dari 2 macam
penutup: Luas lahan A1, panjang alur aliran l1 kemiringan medan s1, luas lahan A2, panjang
alur aliran l2 kemiringan medan s2. , Permukaan lahan kanan luas lahan A3, panjang alur aliran
l3 kemiringan medan s3.
Hitung waktu konsentrasi di titik 2.
Penyelesaian :
Tiga lahan A1, A2, dan A3. Arah aliran di atas lahan ditunjukkan dengan panah. Aliran dari
lahan A1 masuk ke saluran (0-1) melalui inlet 0, dari lahan A2 masuk saluran (1-2) melalui
inlet 1, dan dari lahan A3 masuk saluran (2-3) melalui inlet 2. Saluran (0-1), (1-2) dan (2-3)
adalah saluran tertutup. Hitung waktu konsentrasi di titik 3.
Penyelesaian :
Di titik 0 : tc 0 = to A1 = tc 0max
Di titik 2 : tc 2 = to A3
tc 2 = tc 1max + tf 1-2
Pilih yang terbesar → tc 2max
Untuk menghitung debit suatu sungai yang melalui daerah perkotaan/permukiman, dapat
digunakan berbagai metode perhitungan. Diantaranya metode:
Gabungan Rasional-Weduwen untuk luas daerah aliran ≥ 100 km2
Weduwen untuk luas daerah aliran < 100 km2
Rasional untuk luas daerah aliran < 1 km2
Dalam materi kuliah Drainase digunakan rumus Bayern untuk mengestimasi waktu
konsentrasi aliran dari suatu daerah aliran sebagai berikut:
0,6
H km/jam
W 72
L
L
tc jam
W
dimana :
W = kecepatan aliran
H = beda tinggi/elevasi antara titik terjauh di daerah pengaliran dengan titik yang
ditinjau (m)
L = panjang sungai
Contoh 2.10
Suatu sungai melalui kota. Jarak dari titik terjauh sampai dengan titik X di kota: L = 15 km,
sedang beda tinggi antara hulu dan hilir H = 10 m Luas daerah aliran sungai terhadap titik
X = 60 km2. Koefisien C rata-rata = 0,55. Hujan rencana R24 = 120 mm. Hitung debit sungai
di titik X.
Penyelesaian:
0, 6 0, 6
H 10
W 72 72 0,895 km/jam
L 15000
L 15
tc 16,8 jam
W 0,895
2/3
120 24
I 6,342 mm/jam
24 16,8
1
Q 0,55 6,342 60 58,13 m3/detik
3,6
2.8. Rangkuman
1. Data untuk perhitungan intensitas hujan ada 2 macam, yaitu a) data hujan harian
(dari pencatatan manual) dan b) data hujan menitan (dari pencatatan otomatis).
2. Intensitas hujan dengan data a) dapat dihitung dengan rumus Mononobe dengan t c
dalam jam, sedang rumus Talbot, Sherman, Ishiguro untuk data b) dengan t c dalam
menit.
3. Untuk menghitung tc, bayangkan jalannya titik air dari lahan-lahan (bila ada lebih dari
satu lahan) menuju saluran, kemudian bergerak/mengalir di sepanjang saluran
menuju titik kontrol. Dari beberapa kemungkinan harga tc = to + tf, pilih harga tc
terbesar/maksimum.
4. Rumus 2.22 (Kirpich) sesuai untuk menghitung tc lahan dengan penutup yang
homogen. Dalam rumus tsb. l adalah panjang alur atau saluran di area itu yang dilalui
titik air menuju titik kontrol.
5. Saluran terbuka menerima air dari lahan kiri kanannya sepanjang saluran.
7. Debit dihitung dengan rumus rasional. Ingat satuan: Q (m3/dt), I (mm/jam), A (km2).
1/3,6 adalah konversi untuk I: mm/jam m/dt, A: km2 m2.
8. Cgabungan dihitung untuk limpasan dari beberapa lahan yang masuk ke saluran yang
sama.
10. Untuk saluran tertutup antara titik a dan b, pilih debit rencana yang terbesar untuk
desain diameter pipa.
11. Hitung Cgabungan (beberapa lahan) untuk suatu titik kontrol yang ditinjau.
12. Untuk basin drainage bisa dipakai rumus Bayern atau perhitungan hidrograf (ada
macam-macam metode).
END
47