Anda di halaman 1dari 47

Drainase Perkotaan

Pertemuan ke 2

1
2. ANALISA HIDROLOGI PERENCANAAN SALURAN DRAINASE

2.1. Debit Saluran

Untuk perhitungan air hujan yang perlu dibuang digunakan rumus Rasional.

Q = 0,278 C i A m³/detik
dimana :
Q = debit (m³/detik)
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan untuk periode ulang tertentu (mm/jam)
A = area yang akan didrain (km²)

2.2. Koefisien Pengaliran C

Intersepsi oleh daun tumbuh-tumbuhan (di daerah permukiman 0,03 cm, di daerah
hutan 0,13 cm).
Infiltrasi pada tanah permeabel (lulus air) tergantung pada jenis tumbuhan penutup
tanah mempengaruhi harga infiltrasi. Pada tanah terbuka besarnya kapasitas infiltrasi
dapat mencapai 3 sampai 7 kali kapasitas infiltrasi pada tanah yang tertutup rumput-
rumputan.
Tabel 2.1. Infiltrasi
Jenis Tanah Infiltrasi (cm/hari)
Permeabilitas tinggi(tanah berpasir, struktur lepas) 1.3 – 2.5
Permeabilitas sedang (loam) 0.3 – 1.3
Permeabilitas rendah(clay, struktur padat) 0.003 – 0.3

Retensi pada depresi permukaan,

Tabel 2.2.Besarnya retensi di permukaan tanah


No Sifat Permukaan Tanah Besarnya retensi (cm)
1 Hutan dengan permukaan penuh sisa daun-daun 0.08
2 Padang rumput 0.02
3 Tanah terolah baik 0.13 – 0.30
4 Daerah permukiman dengan permukaan impervious 0.13
5 Daerah permukiman dengan permukaan pervious normal 0.3
koefisien C mencakup semua cara kehilangan air. Diasumsikan, koefisien C tidak
bervariasi dengan durasi hujan.

Koefisien C pada Tabel 2.3 dapat diaplikasikan untuk hujan dengan periode ulang
5 – 10 tahun. Intensitas hujan tinggi menyebabkan koefisien C tinggi, sebab infiltrasi
dan kehilangan air lainnya hanya berpengaruh kecil pada limpasan.

Untuk suatu wilayah permukiman (blok, kelompok) dimana jenis permukaannya


lebih dari satu macam, diambil harga rata-ratanya dengan rumus seperti dibawah
ini.

C rerata 
C A
i i

A
dimana,
Ci = Koefisien pengaliran untuk bagian daerah yang ditinjau dengan satu jenis
permukaan
Ai = Luas bagian daerah
Komponen lahan Koefisien C ( %)
Jalan: - aspal 70 - 95
- beton 80 - 95
- bata/paving 70 - 85
Atap 75 - 95
Lahan berumput: - tanah berpasir, landai (2%) 5 - 10
- curam (7%) 15 - 20
- tanah berat, landai (2%) 13 - 17
- curam (7%) 25 - 35
Untuk Amerika Utara, harga secara keseluruhan

Komponen lahan Koefisien C ( %)


Lahan C (%)
Daerah perdagangan: - penting, padat 70 - 95
- kurang padat 50 - 70
Area permukiman :- perumahan tunggal 30 - 50
- perumahan kopel berjauhan 40 - 60
- perumahan kopel berdekatan 60 - 75
- perumahan pinggir kota 25 - 40
- apartemen 50 - 70
Area industri: - ringan 50 - 80
- berat 60 - 90
Taman dan makam 10 - 25
Taman bermain 20 - 35
Lahan kosong/terlantar 10 - 30
Intensitas Hujan
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas
curah hujan (mm/jam).

Rt
Ii 
t
dimana
It = Intensitas hujan (mm)
Rt = curah hujan selama t jam

perhitungan intensitas hujan terdiri dari:


1. Perhitungan tinggi hujan rencana.
2. Perhitungan untuk mendapatkan hubungan antara intensitas hujan dan durasi
hujan.
Metode perhitungan tergantung pula pada data hujan yang tersedia.
3. Data hujan yang diukur dengan alat pencatat otomatis, sehingga kita dapat
mengetahui data hujan berjangka waktu pendek atau distribusi hujan hariannya.
4. Data hujan yang diukur dengan alat penakar hujan, dimana pengambilan data
dilakukan setiap 24 jam, sehingga yang diperoleh adalah curah hujan dalam sehari
dimana distribusi hujan diabaikan.
Perhitungan Tinggi Hujan Rencana
Tinggi hujan rencana atau curah hujan rencana adalah curah hujan maksimum yang terjadi
1kali dalam suatu periode ulang tertentu.
Cara-cara perhitungan hujan rencana berdasarkan data hujan harian maksimum sudah
dijelaskan pada matakuliah Hidrologi, diantaranya adalah metode Gumbel, Log Pearson
dsb. Besaran ini diperlukan untuk merencanakan dimensi dan analisa kestabilan saluran
dan bangunan air.
Uraian mengenai analisa hujan rencana menggunakan data hujan harian maksimum (R 24)
tidak diberikan pada kuliah Drainase ini. Silahkan periksa kembali catatan kuliah Hidrologi
anda.

Intensitas Hujan Untuk Suatu Data Hujan Berjangka Waktu Pendek


Di bawah ini diberikan contoh cara menghitung intensitas hujan dari bacaan data hujan
yang diperoleh dari suatu stasiun penakar hujan otomatis (lihat Tabel 2.4).
Pencatatan hujan Hubungan waktu dan intensitas hujan

Waktu dari Hujan Interval Hujan Durasi Total hujan Intensitas


Tabel 2.4 awal hujan kumulatif waktu antara hujan maksimum arithmatic
(min) (mm) (min) interval (min) (mm) mean
(mm) (mm/jam)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

5 8 5 8 5 14 168

10 16 5 8 10 28 168

15 22 5 6 15 40 160

20 34 5 12 20 47 141

25 41 5 7 30 64 128

30 53 5 12 45 85 113

35 67 5 14 60 97 97

40 81 5 14 80 105 79

45 86 5 5 100 112 67

50 93 5 7 120 117 59

60 97 10 4

80 105 20 8

100 112 20 7

120 117 20 5
Contoh 2.1

Tabel 2.4.di atas adalah catatan suatu kejadian hujan dari stasiun hujan X. Kolom (1)
sampai dengan (4) adalah hasil bacaan alat penakar hujan otomatis.
Keterangan:
• Kolom (1) waktu dari awal hujan  dipilih
• Kolom (2) dibaca dari pencatatan alat penakar hujan otomatis untuk waktu ybs.
• Kolom (3) interval waktu dari kolom (1)
• Kolom (4) hujan antara interval dari kolom (2), baris bawah – baris atas.
• Kolom (5) durasi hujan yang dipilih.
• Kolom (6) adalah hujan maksimum dari pencatatan, dihitung dari harga-harga pada
kolom (4) yang dipilih harga maksimumnya dari suatu harga atau kombinasi dari
harga-harga yang ada menurut periode waktunya.
• Ambil harga terbesar dari kolom (4): terbaca 14 mm
• 2 harga terbesar dari 3 harga yang berurutan: 14 + 14 = 28 mm
• 3 harga terbesar dari 4 harga yang berurutan: 14 + 14 + 12 = 40 demikian
seterusnya.
• Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam kolom (6) yang bersesuaian durasinya.
• Kolom (7) = 60 x Kolom (6)/Kolom (5)
Intensitas Hujan Rencana Menggunakan Data Hujan Menitan.

Data yang diperlukan adalah data jumlah kejadian hujan untuk suatu waktu/durasi
tertentu selama n tahun pengamatan yang diperoleh dari hasil pencatatan suatu stasiun
hujan (otomatis). Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti
pembacaan dan penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatat
curah hujan otomatis sepanjang pengamatan yang lalu. Intensitas hujan diperoleh seperti
pada contoh 2.1 di atas.

Contoh 2.2

Perhitungan Intensitas hujan rencana dari suatu stasiun hujan selama 45 tahun. Kejadian
hujan dituliskan dalam suatu tabel (Tabel 2.5), di mana kolom vertikal di kiri merupakan
waktu/durasi hujan (dalam menit), sedang baris teratas adalah intensitas hujan (dalam
mm/jam). Harga-harga yang tercantum adalah jumlah kejadian hujan selama 45 tahun.
Sebagai contoh Untuk durasi hujan 30 menit, jumlah kejadian hujan yang intensitas
hujannya 50 mm/jam dalam 45 tahun adalah 21 kali. Ditanyakan intensitas hujan untuk
periode ulang 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun. Buat juga grafik hubungan antara durasi
dan intensitas hujan untuk stasiun tersebut.
Tabel 2.5. Jumlah kejadian hujan untuk suatu harga intensitas hujan
Intensitas
mm/jam
Durasi 25 35 40 45 50 65 75 100 125 150 175
(min)
5 123 47 22 14 4
10 122 78 48 15 7 4 2
15 100 83 46 21 10 3 2 1
20 98 64 44 18 13 5 2 2
30 99 72 51 30 21 8 6 3 2
40 69 50 27 14 11 5 3 1
50 52 28 17 10 8 4 3
60 41 19 14 6 4 4 2
100 13 4 1 1
120 8 2
Penyelesaian:

Bila pencatatan dilakukan selama 45 tahun, maka hujan maksimum periode ulang 2
tahun akan terdapat yang terjadi sebanyak 45/2 = 22,5 kali; hujan maksimum periode
ulang 5 tahun sebanyak 45/5 = 9 kali dan hujan maksimum periode ulang 10 tahun
sebayak 45/10 = 4,5 kali.

Jumlah kejadian curah hujan menitan (jangka waktu pendek) dapat dihitung dari tabel
di atas dengan menginterpolasi jumlah kejadian yang diminta dari harga-harga yang
ada.

Untuk durasi 5 menit: intensitas hujan periode ulang 5 tahun yang jumlah kejadiannya
9, adalah:
I = 150 + {(14 - 9)/10 x (175 - 150)}= 162,5 mm.
Untuk 10 menit: I = 100 + {(15 - 9)/8 x (125 - 100)}= 118,8 mm..... dst.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.di bawah ini.
Tabel 2.6. Intensitas hujan

T = 2 tahun T = 5 tahun T= 10 tahun


Durasi (min) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam)

5 124.5 162.5 173.8


10 94.3 118.8 145.8
15 65.9 103.6 119.6
20 50.8 87.5 104.2
30 45.8 63.8 87.5
40 40.3 55 66.7
50 35.5 47.5 63.1
60 25.8 43.1 48.8
80 25.8 37.2 39.7
100 27.2 34.4
120
Intensitas Hujan Rencana Menggunakan Data Hujan Berjangka Waktu Pendek

Hubungan antara intensitas hujan dan durasi hujan berjangka waktu pendek dapat
dihitung dengan beberapa perumusan, antara lain Talbot (1881), Sherman (1905), dan
Ishiguro (1953) . Satuan untuk waktu t adalah menit dan mm/jam untuk I (intensitas).
Rumus lainnya dikembangkan oleh Mononobe yang menggunakan data hujan harian.
Satuan waktu t dalam jam dan mm/jam untuk I (intensitas) hujan.

Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah
hujan atau frekwensi kejadiannya.

Waktu td yaitu lamanya hujan, diambil sama dengan waktu konsentrasi tc dari daerah
aliran (the watershed time of concentration).

Waktu konsentrasi tc didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh titik air air untuk
mengalir dari tempat yang hidrolis terjauh di daerah alirannya ke suatu titik yang
ditinjau (inlet), sehingga td = tc, dengan pengertian pada saat itu seluruh daerah aliran
memberikan kontribusi aliran di titik tersebut. Dengan demikian curah hujan rencana
adalah hujan yang mempunyai durasi sama dengan waktu konsentrasi.
Beberapa rumus intensitas curah hujan
a
Rumus Talbot (1881) I
t b

( I .t )( I ²)  ( I ².t )( I )
a
N ( I ²)  ( I )( I )

( I )( I .t )  N ( I ².t )
b
N ( I ²)  ( I )( I ) 

a
Rumus Sherman (1905) I
tn

(log I ) [(log t ) 2 ]  (log t log I )[(logt )]


log a 
N [(log t )²]  (log t )(log t )

(log I )(logt )  N (log t log I )


n
N [(logt )²]  (log t )(logt )
Rumus Ishiguro (1953) a
I
t b

( I t )( I ²)  ( I ² t )( I )
a
N ( I ²)  ( I )( I )

( I )( I t )  ( I ² t )
b
N ( I ²)  ( I )( I )

m
R  24 
Rumus Mononobe I  24  
24  t 

dimana,
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (menit).
a, b, n, m = tetapan
R24 = curah hujan maksimum dalam 24
jam (mm).
Contoh 2.3

Hasil analisa intensitas hujan rencana seperti pada contoh 2 di atas. Ambil data intensitas
hujan dengan periode ulang 5 tahun.
Tabel 2.7. Data intensitas hujan vs durasi hujan

Lama hujan, t
(menit) 5 10 15 20 30 40 50 60 80 100
Intensitas, I
(mm/jam) 162.5 118.8 103.6 87.5 63.8 55 47.5 43.1 37.2 27.2

Tulis semua harga komponen dari rumus-rumus di atas dan hitung semua harga
konstanta. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.8. Perhitungan koefisien Intensitas hujan T = 5 tahun
Hasil perhitungan perlu dipilih mana yang sesuai dengan data yang ada. Dilakukan
perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.9 Perhitungan deviasi masing-masing rumus terhadap data

Dari hasil perhitungan diatas nampak bahwa rumus Talbot (1) memberikan deviasi
yang terkecil, sehingga rumus tersebut dapat dipakai dalam perencanaan selanjutnya.
2.4. Curah Hujan Rencana dan Intensitas Hujan Rencana Berdasarkan Curah
Harian Maksimum (R24)

Berikut ini disajikan metode Haspers untuk mendapatkan hubungan antara (I – t)


yang menggunakan hujan harian rencana R24 yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan data hujan harian.

Tinggi hujan antara 0-1 jam

a  R24
R
R24  b

dimana,
R = hujan dengan suatu jangka waktu kurang dari 60 menit (mm)
R24 = hujan harian rencana (mm)
a,b = konstanta untuk hujan dengan waktu tertentu
Tabel 2.10. Konstanta a dan b untuk perhitungan hujan berjangka waktu kurang dari 60 menit
Contoh 2.4

R24 = 140 mm. Berapa R30 ? I30 ?.


Untuk t = 30 menit, maka konstanta a = 524 dan b = 1272
Tinggi hujan dalam waktu 30 menit
524  140
R30   52 mm
140  1272

Intensitas hujan dalam waktu 30 menit


Contoh 2.4

R24 = 140 mm. Berapa R30 ? I30 ?.


Untuk t = 30 menit, maka konstanta a = 524 dan b = 1272
Tinggi hujan dalam waktu 30 menit
524  140
R30   52 mm
140  1272

Intensitas hujan dalam waktu 30 menit


Untuk selanjutnya untuk R24 = 160 mm dapat dibuat hubungan antara intensitas hujan
dan durasi hujan sebagai berikut :
2.5. Periode Ulang

Pada dasarnya besarnya hujan rencana dipilih berdasar pada pertimbangan nilai urgensi
dan nilai sosial ekonomi daerah yang diamankan.

Untuk daerah permukiman umumnya dipilih hujan rencana dengan periode ulang (5-15)
tahun.

Sedang untuk daerah pusat pemerintahan yang penting, daerah komersial dan daerah
padat dengan nilai ekonomi tinggi dapat dipertimbangkan periode ulang antara (10-50)
tahun.

Perencanaan gorong-gorong jalan raya, lapangan terbang antara (3-15) tahun.

Perencanaan pengendalian banjir yang berkaitan dengan sungai antara (25-50) tahun.
Tabel 2.11. Periode Ulang Hujan (PUH) untuk perencanaan saluran kota dan bangunan-
bangunannya
Waktu Konsentrasi (Time of Concentration, tc)

Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus :

tc = to + tf
dimana :
to = waktu yang dibutuhkan untuk mengalir di permukaan untuk mencapai inlet
(overland flow time, inlet time).
tf = waktu yang diperlukan untuk megalir di sepanjang saluran.

Perhitungan to :

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya to :


• intensitas hujan.
• jarak aliran.
• kemiringan medan.
• kapasitas infiltrasi.
• adanya cerukan di atas permukaan tanah (depression storage).

2. Diusahakan agar aliran secepatnya dapat masuk ke inlet sistem pembuangan. Untuk
daerah urban normal disarankan untuk memakai t o : 4 menit dan kurang dari 5 menit
untuk daerah permukiman yang luas, dimana aliran dari atap, jalan, lapangan, jalan
beraspal untuk mencapai inlet.
Perumusan yang umum untuk menghitung to :
0.467
 l 
to  1,44   nd   l < 400 m, Rumus Kerby (1959)
 s
di mana :
l = jarak dari titik terjauh ke inlet (m).
nd = koefisien setara koefisien kekasaran.
s = kemiringan medan.

Tabel 2.12 Harga koefisien hambatan, nd


Perhitungan tc secara langsung:

Rumus Kirpich (untuk luas lahan < 200 ha. di daerah pertanian atau pedesaan)
0.80
 1 
t c  0.00025   (jam)
 s
di mana:
l = panjang catchment menurut alur sungai terpanjang.
s = kemiringan medan = H / l, dimana H adalah beda elevasi antara titik terjauh
dengan outlet.
Contoh 2.6

Suatu sub catchment area seperti pada gambar berikut. Garis lengkung putus-putus
menggambarkan batas sub DAS, panah menunjukkan arah aliran dipermukaan lahan,
sedang garis lengkung sejajar menggambarkan saluran. Hitung waktu konsentrasi di outlet.
Penyelesaian:
Data sebagai berikut:

Perhitungan waktu konsentrasi:


to ditentukan menggunakan grafik atau menggunakan rumus Kerby.
Contoh 2.7

Suatu lahan dengan penutup permukaan berbeda, luas masing-masing A 1 dan A2. Panjang
alur aliran l1 dan l2, kemiringan medan masing-masing s1 dan s2, koefisien hambatan n1 dan
n2. Aliran lurus menuju saluran (1-2). Waktu untuk mengalir di saluran (1-2) adalah t f1-2.
Hitung waktu konsentrasi di titik 2.
Penyelesaian:

Di atas lahan limpasan hujan mengalir di atas permukaan yang berbeda, sehingga waktu
yang dibutuhkan perlu dihitung masing-masing.

Harga to untuk masing-masing dapat dihitung dengan rumus Kerby atau grafik.

to1 dan to2 masing-masing adalah waktu pengaliran di atas lahan A 1 dan A2, sehingga waktu
untuk mencapai saluran adalah to = to 1 + to 2.

Selanjutnya tc dapat dihitung : tc = to + tf 1-2


Contoh 2.8

Lihatlah 2 lahan di kiri dan kanan saluran. Permukaan lahan kiri terdiri dari 2 macam
penutup: Luas lahan A1, panjang alur aliran l1 kemiringan medan s1, luas lahan A2, panjang
alur aliran l2 kemiringan medan s2. , Permukaan lahan kanan luas lahan A3, panjang alur aliran
l3 kemiringan medan s3.
Hitung waktu konsentrasi di titik 2.
Penyelesaian :

Dari lahan kanan : to kanan = to 1


tc = to kanan+ tf 1-2

Dari lahan kiri : to kiri = to 2+ to 3


tc = to kiri+ tf 1-2  Pilih harga tc terbesar.
Contoh 2.9

Tiga lahan A1, A2, dan A3. Arah aliran di atas lahan ditunjukkan dengan panah. Aliran dari
lahan A1 masuk ke saluran (0-1) melalui inlet 0, dari lahan A2 masuk saluran (1-2) melalui
inlet 1, dan dari lahan A3 masuk saluran (2-3) melalui inlet 2. Saluran (0-1), (1-2) dan (2-3)
adalah saluran tertutup. Hitung waktu konsentrasi di titik 3.
Penyelesaian :

Di titik 0 : tc 0 = to A1 = tc 0max

Di titik 1 : tc 1 = tc 0max + tf 0-1


tc 1 = to A2 (kiri inlet)
Pilih yang terbesar → tc 1max

Di titik 2 : tc 2 = to A3
tc 2 = tc 1max + tf 1-2
Pilih yang terbesar → tc 2max

Di titik 3 : tc 3 = tc 2 max + tf 2-3

PERHATIKAN SOAL DIATAS :


Contoh saluran (0-1), Lahan 2 tidak masuk saluran tersebut, jadi tidak diikutkan dalam
perhitungan debit saluran (0-1).
Di pipa (1-2) tepat di kiri manhole 1, ada tambahan aliran dari lahan 2, berarti dalam pipa
(1-2) mengalir air dari lahan 1 dan lahan 2.
2.7. Perhitungan debit sungai

Untuk menghitung debit suatu sungai yang melalui daerah perkotaan/permukiman, dapat
digunakan berbagai metode perhitungan. Diantaranya metode:
Gabungan Rasional-Weduwen untuk luas daerah aliran ≥ 100 km2
Weduwen untuk luas daerah aliran < 100 km2
Rasional untuk luas daerah aliran < 1 km2
Dalam materi kuliah Drainase digunakan rumus Bayern untuk mengestimasi waktu
konsentrasi aliran dari suatu daerah aliran sebagai berikut:
0,6
H km/jam
W  72   
L
L
tc  jam
W

dimana :
W = kecepatan aliran
H = beda tinggi/elevasi antara titik terjauh di daerah pengaliran dengan titik yang
ditinjau (m)
L = panjang sungai
Contoh 2.10

Suatu sungai melalui kota. Jarak dari titik terjauh sampai dengan titik X di kota: L = 15 km,
sedang beda tinggi antara hulu dan hilir H = 10 m Luas daerah aliran sungai terhadap titik
X = 60 km2. Koefisien C rata-rata = 0,55. Hujan rencana R24 = 120 mm. Hitung debit sungai
di titik X.

Penyelesaian:
0, 6 0, 6
H  10 
W  72     72     0,895 km/jam
L  15000 
L 15
tc    16,8 jam
W 0,895
2/3
120  24 
I    6,342 mm/jam
24  16,8 

1
Q  0,55  6,342  60  58,13 m3/detik
3,6
2.8. Rangkuman

1. Data untuk perhitungan intensitas hujan ada 2 macam, yaitu a) data hujan harian
(dari pencatatan manual) dan b) data hujan menitan (dari pencatatan otomatis).

2. Intensitas hujan dengan data a) dapat dihitung dengan rumus Mononobe dengan t c
dalam jam, sedang rumus Talbot, Sherman, Ishiguro untuk data b) dengan t c dalam
menit.

3. Untuk menghitung tc, bayangkan jalannya titik air dari lahan-lahan (bila ada lebih dari
satu lahan) menuju saluran, kemudian bergerak/mengalir di sepanjang saluran
menuju titik kontrol. Dari beberapa kemungkinan harga tc = to + tf, pilih harga tc
terbesar/maksimum.

4. Rumus 2.22 (Kirpich) sesuai untuk menghitung tc lahan dengan penutup yang
homogen. Dalam rumus tsb. l adalah panjang alur atau saluran di area itu yang dilalui
titik air menuju titik kontrol.

5. Saluran terbuka menerima air dari lahan kiri kanannya sepanjang saluran.

6. Saluran tertutup meneruskan aliran air melalui inlet.


2.8. Rangkuman (lanjutan)

7. Debit dihitung dengan rumus rasional. Ingat satuan: Q (m3/dt), I (mm/jam), A (km2).
1/3,6 adalah konversi untuk I: mm/jam  m/dt, A: km2 m2.

8. Cgabungan dihitung untuk limpasan dari beberapa lahan yang masuk ke saluran yang
sama.

9. Debit rencana untuk saluran terbuka (a-b) pilih di hilir, Qb.

10. Untuk saluran tertutup antara titik a dan b, pilih debit rencana yang terbesar untuk
desain diameter pipa.

11. Hitung Cgabungan (beberapa lahan) untuk suatu titik kontrol yang ditinjau.

12. Untuk basin drainage bisa dipakai rumus Bayern atau perhitungan hidrograf (ada
macam-macam metode).
END

47

Anda mungkin juga menyukai