Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan adalah struktur yang dibangun untuk menghubungkan dua


tempat yang dipisahkan oleh rintangan seperti sungai, jurang, atau jalan.
Tujuan utama dibuatnya jembatan adalah untuk memungkinkan orang,
kendaraan, dan benda lain lewat dengan aman dan efisien melewati rintangan-
rintangan ini.

Menurut insinyur sipil John A. Dickey, jembatan adalah struktur yang


dirancang untuk membawa berbagai beban dan memindahkannya dari satu
titik ke titik lain melalui celah yang tidak mudah dilewati. Dan menurut
Bernard M. Lechner, pakar desain jembatan, jembatan merupakan karya
rekayasa yang menghubungkan dua tempat terpisah melalui desain yang
elegan dan estetis.

SNI mengatur jembatan melalui dua standar utama yaitu SNI 2833:2013
untuk perencanaan ketahanan gempa pada struktur bangunan dan non-gedung,
dan SNI 2834:2013 untuk perencanaan ketahanan gempa pada jembatan. SNI-
SNI ini mendefinisikan jembatan sebagai struktur yang melintasi sungai,
lembah, atau hambatan alam, yang dirancang untuk menopang beban lalu
lintas. SNI 2833:2013 mencakup pedoman perencanaan gempa untuk berbagai
jenis struktur, termasuk jembatan. Sementara SNI 2834:2013 lebih fokus pada
perencanaan ketahanan gempa khusus untuk jembatan dengan pedoman rinci.
Kedua SNI ini menjadi acuan penting dalam perencanaan, desain, dan
konstruksi jembatan di Indonesia untuk memastikan keamanan dan ketahanan
terhadap beban lalu lintas dan gempa bumi.

Jembatan sebagai prasarana jaringan jalan merupakan bagian dari


peningkatan perekonomian baik secara regional maupun nasional. Jembatan
yang pertama dibuat dalam sejarah memiliki struktur utama berbahan kayu
dengan pondasi sederhana. Jenis jembatan sederhana ini memiliki kekuatan
yang cukup tinggi dan sangat cocok dibangun di kawasan pejalan kaki untuk
menyeberangi sungai. Alasan jembatan kayu masih banyak digunakan di
kawasan pejalan kaki adalah karena bahannya yang mudah didapat di kawasan
pejalan kaki, serta relatif mudah dikerjakan dan lebih ekonomis dibandingkan
jenis jembatan lainnya.

Menurut Supriyadi (2007), dalam proses perencanaan jembatan, terdapat


tiga data utama yang harus diperoleh. Pertama adalah data lokasi jembatan,
yang mencakup topografi, lingkungan sekitar, dan jenis tanah dasar di area
pembangunan jembatan. Kedua, data keperluan jembatan mencakup informasi
tentang tujuan utama pembangunan jembatan, misalnya apakah jembatan
tersebut akan melintasi sungai, jurang/lembah, jalan, dan sebagainya. Setiap
keperluan ini memiliki karakteristik dan persyaratan teknis yang berbeda,
sehingga harus dipertimbangkan secara cermat dalam perencanaan jembatan.
Yang ketiga adalah data bahan struktur jembatan, yang mencakup
karakteristik bahan yang akan digunakan, ketersediaan bahan tersebut, dan
peraturan yang berlaku terkait penggunaan bahan tersebut. Dengan
mengumpulkan dan menganalisis ketiga data tersebut secara seksama, proses
perencanaan jembatan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan
memastikan bahwa jembatan yang dibangun memiliki performa yang optimal
serta aman untuk penggunaannya.

Berdasarkan ketentuan pada NATIONAL BALSA BRIDGE


COMPETITION VI “Optimalisasi jembatan yang kokoh untuk tujuan
pembangunan berkelanjutan di era modern” yang di adakan oleh pihak
Universitas Teknologi Yogyakarta, di harapkan “Jinggo Brawijaya Bridge”
(Jembatan Jinggo Brawijaya) yang di usulkan oleh Tim kami yaitu ARNHEM
dari Diploma Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi mampu memenuhi
ketentuan yang ada. Ketentuan lomba di antaranya, Beban struktur jembatan
maksimal sebesar 30 gram dan mampu menahan beban di tengah bentang.
Selain itu, tim kami mengasumsikan letak lokasi jembatan berada pada sungai
dan jenis tanah dasar yaitu keras
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah cara mendesain struktur model jembatan rangka yang kuat,


dan ringan, serta mampu menahan beban struktur rencana?

2. Bagaimanakah cara untuk merencanakan metode pelaksanaan desain model


jembatan yang efektif dan efisien?

1.3 Tujuan

1. Mampu mendesain struktur model jembatan rangka yang kuat, dan ringan,
serta mampu menahan beban struktur rencana.

2. Mampu merencanakan metode pelaksanaan desain model jembatan yang


efektif dan efisien

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Jembatan kayu

Jembatan kayu merupakan jenis jembatan dimana struktur utamanya


terbuat dari bahan kayu. Jembatan ini menggunakan kayu sebagai elemen
struktural penopang lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki. Kayu sering
digunakan dalam konstruksi jembatan karena memiliki sifat yang mudah
ditemukan, mudah diolah, dan kekuatan yang cukup untuk menahan beban
yang diberikan.

Bentuk dan ukuran dari jembatan kayu bervariatif, tergantung pada tujuan,
lingkungan, dan beban yang akan ditopang oleh jembatan tersebut. Jembatan
kayu dapat ditemukan di berbagai konteks, mulai dari jembatan sederhana pada
pedesaan hingga jembatan pejalan kaki atau jembatan kecil di taman.
2.1.2 Fungsi Jembatan

Jembatan adalah struktur yang dirancang untuk melintasi jurang atau


rintangan seperti sungai, jalan raya, atau rel kereta api. Jembatan dibangun
untuk penyeberangan pejalan kaki, jalan atau kereta api di atas penghalang.

2.1.3 Bentuk Struktur Jembatan

Jembatan dapat memiliki berbagai bentuk struktur, tergantung pada desain


dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Berikut adalah klasifikasi menurut
bentuk struktur jembatan yang umum digunakan, antara lain:

1. Jembatan Balkon
2. Jembatan Gantung
3. Jembatan Busur
4. Jembatan Pelengkung
5. Jembatan Rangka
6. Jembatan Menara Kabel
7. Jembatan Jorong

2.1.4 Kayu Balsa


Kayu balsa adalah jenis yang dikenal karena memiliki kepadatan rendah,
ringan, dan sangat mudah diolah. Kayu balsa biasanya berwarna putih atau
krem, dengan serat yang halus dan struktur yang terbuka.
Beberapa karakteristik kayu balsa yang membuatnya unik adalah sebagai
berikut:
1. Kepadatan rendah
2. Kekuatan yang proporsional
3. Mudah diolah
4. Daya apung yang tinggi
5. Tahan terhadap serangga dan jamur
Kayu balsa memiliki berbagai aplikasi, termasuk dalam pembuatan model
pesawat terbang, perahu, mainan, benda-benda dekoratif, serta dalam industri
komposit dan perancah. Keunikan karakteristiknya membuat kayu balsa
sangat berharga dalam industri yang membutuhkan bahan yang ringan, kuat,
dan mudah diolah.

2.1.5 Rangka atas bawah

Rangka atas dan rangka bawah adalah dua bagian utama dari struktur
jembatan yang saling melengkapi dan berperan dalam mendukung beban
jembatan. Berikut adalah penjelasan tentang rangka atas dan rangka bawah
jembatan:

 Rangka Atas:

Rangka atas jembatan terletak di bagian atas struktur jembatan dan


bertanggung jawab untuk menahan dan mendistribusikan beban yang
diberikan kepada jembatan, seperti gelagar (Girders). Gelagar adalah elemen
utama rangka atas jembatan. Gelagar adalah balok horizontal yang
membentang dari satu penyangga ke penyangga lainnya. Mereka
bertanggung jawab untuk menopang beban lalu lintas dan memastikan
stabilitas jembatan.

 Rangka Bawah:

Rangka bawah jembatan terletak di bawah rangka atas dan bertanggung


jawab untuk menopang dan mendistribusikan beban jembatan ke penyangga
atau landasan di bawahnya, seperti landasan (Abutments). Landasan adalah
struktur yang berada di ujung jembatan dan berfungsi untuk menahan beban
dan mengalirkan beban ke tanah di sekitarnya. Landasan biasanya terletak di
tepi sungai, lereng, atau tempat yang memungkinkan jembatan bersandar
dengan stabil.

Keduanya, rangka atas dan rangka bawah, bekerja bersama untuk


menciptakan struktur jembatan yang kokoh, stabil, dan mampu menahan
beban yang diberikan. Mereka saling melengkapi untuk memastikan
keberlanjutan dan keamanan jembatan.
2.1.6 Kesesuaian Perancangan Jembatan dengan Tema “Optimalisasi
jembatan yang kokoh untuk tujuan pembangunan berkelanjutan
di era modern”

Konsep desain jembatan yang dibuat sangat erat kaitannya dengan tema
dari BBC VI UTY 2023, adapun tema BBC VI UTY 2023 kali ini adalah
“Optimalisasi jembatan yang kokoh untuk tujuan pembangunan berkelanjutan
di era modern”. Dimana jembatan yang dibuat harus memenuhi segala aspek
dalam jembatan, baik dari segi kekuatan, estetika, fungsi, serta lingkungan,
juga aspek pelaksanaan yang sesuai dengan perkembangan dunia konstruksi
saat ini. Dengan segala peraturan yang tercantum dalam BBC VI UTY 2023,
penyusun membuat desain jembatan dengan sepenuhnya berbahan dasar kayu
balsa.

Model jembatan yang dibuat berasaskan pada unsur- unsur dalam tema
dari BBC VI UTY 2023. Digabung dari buah pemikiran kreatifitas penulis dan
terbentuklah desain jembatan kayu balsa yang penyusun beri nama“Jinggo
Brawijaya Bridge”, dimana desain jembatan ini menampilkan kekokohan dari
segi kekuatannya, serta sisi keindahannya yang bernuansa daerah
Banyuwangi.

Dalam penamaan jembatan, penyusun mengilhami nama “Jinggo” yang


merupakan sejenis tombak atau lembing khas yang digunakan oleh para
pejuang atau prajurit pada masa lalu. Selain sebagai senjata, "Jinggo" juga
merupakan bagian dari identitas budaya Banyuwangi dan memiliki nilai
historis dan simbolik yang kuat. Bentuk dari jembatan ini merepresentasikan
bentuk dari ujung tombak Jinggo itu sendiri, yaitu yang berbentuk segitiga.

Selain “Jinggo” , penulis juga mengilhami cerita dari sosok seorang tokoh
raja daerah Banyuwangi pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit, yaitu
Raja Brawijaya. Jembatan ini juga mempresentasikan seperti layaknya
mahkota yang sangat kuat serta memiliki nilai estetika yang berkualitas tinggi.
Raja Brawijaya mempunyai kekuatan yang besar dan kecerdasan dalam
strategi militer sehingga menjadikan dirinya kuat dan tak terkalahkan. Hal ini
berkorelasi dengan perancangan jembatan dimana dengan sistem struktur yang
ada mampu menciptakan kekuatan yang sangat kokoh dan diimbangi dengan
nilai estetik layaknya Raja Brawijaya

Sedikit penjelasan mengenai Raja Brawijaya, dalam kisah


kepemimpinanya menceritakan sebagai Raja yang menonjol dalam sejarah
kerajaan majapahit. Pada saat Raja Brawijaya memimpin kekuatan kerajaan
majapahit meningkat dikarenakan kekuatan yang dimiliki Raja Brawijaya
dalam berperang sangat kuat dan gagah berani sehingga membuat kemajuan
serta perubahan besar untuk kerajaan
Sebagai suatu motivasi penyusun dalam merancang jembatan yang
inovatif, Penyusun membuat rancangan “Jinggo Brawijaya” dengan desain
unik seperti ujung tobak dan mahkota berbentuk segitiga. Adapun desain
jembatan ini dikonsep sedemikian rupa agar nilai lendutan menjadi lebih kecil.
Dengan asumsi tersebut, maka Penyusun masukkan bentuk itu ke dalam
perancangan jembatan rangka kayu ini. Sehingga disamping jembatan lebih
kuat, jembatan rangka kayu ini juga menjadi lebih inovatif.

Praktis menjadi suatu hal yang diinginkan dalam sebuah proyek. Oleh
karena itu, penyusun berinisiatif untuk merancang jembatan seefektif mungkin
dengan menggunakan perancangan sistem struktur double girder.

2.2 Kriteria Perencanaan

2.2.1 Spesifikasi Jembatan

1. Nama Jembatan :
2. Panjang Jembatan :
3. Lebar Jembatan :
4. Tinggi Jembataan :
5.

Anda mungkin juga menyukai