ABSTRAK
Oleh karena keterbatasan armor dari batu alam yang mempunyai berat yang sangat besar sebagai lapis
lindung breakwater, dewasa ini banyak dilakukan penelitian breakwater dari material beton. Salah satu
alternatifnya adalah struktur pemecah gelombang ambang rendah blok beton berkait untuk
menghindari berat blok beton yang sangat tinggi, maka dilakukan penguncian antara sesama blok beton
sehingga didapat berat unit blok beton yang lebih ringan dan kuncian blok beton yang dapat
menyebabkan blok beton tersebut stabil dalam menerima gempuran gelombang. Lokasi penelitian model
fisik breakwater tenggelam blok beton berkait dilakukan pada saluran 2 Dimensi Laboratorium Balai
Pantai, Pusat Litbang Sumber Daya Air. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Saluran
Flume 2 Dimensi, mesin pembangkit gelombang reguler, wave dumper, wave probe, komputer kendali
dan model blok beton berkait. Hasil penelitian menunjukkan peredaman energi gelombang dipengaruhi
oleh dimensi breakwater blok beton berkait yang dicirikan oleh kedalaman air di atas puncak bangunan
dan lebar puncak bangunan. Unjuk kerja Breakwater blok beton berkait cukup berdaya guna sebagai
bangunan pelindung pantai bawah air ditinjau dari transmisi dengan koefisien transmisi tertinggi
adalah 0,97 dan koefisien transmisi terendah adalah 0,43.
Kata Kunci: Model fisik, Pemecah Gelombang Tenggelam, koefisien Transmisi
ABSTRACT
When a large dimension of rock needed for an armored layer of breakwater, the scarcity of it became a
major adversity, because of that many research subject of using concrete as a substitute for rock
performed. One of the research are the usage of concrete block for submerged breakwater as a method for
avoiding a very large concrete block, but still able to withstood wave forces. The key is in the interlocking
of each concrete block so it could achieve the desired result with a lesser dimension concrete block. The
research was performed in Laboratory of Coastal Experimental Station, Water Resource Research Center,
using a 2D channel. The facility used were flume channel, regular wave generator machine, wave dumper,
wave probe, and computer for processing data. The experiment indicate that the wave energy attenuation
depends on the dimension of interlocking concrete block type submerged breakwater. The dimension
represented in the form of relation of the distance of water level to structure’s crest and the crest’s width.
The performance of the structure evaluated by observing its transmission coefficient. The largest
transmission coefficient obtained is 0,97 and the smallest is 0,43.
Keywords: Physical Model, Submerged breakwater, Transmission coefficient.
101
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8, No.2, Desember 2017: 101 - 112
terhubung dengan garis pantai dan offshore kerusakan fatal. Disamping itu karena biasanya
breakwater yang tidak terhubung dengan pemecah gelombang monolit berdinding tegak,
garis pantai. sehingga energi gelombang yang datang tidak
2 Dari aspek posisinya terhadap permukaan dapat terserap/terpatahkan dan dipantulkan
air laut (SWL) dibedakan dalam breakwater kembali, dan hal ini dapat membahayakan
tidak tenggelam (subaerial breakwater) tempat lain. (Nur Yuwono, 2004)
yaitu breakwater yang puncaknya berada Transmisi Gelombang
diatas permukaan air dan breakwater Transmisi gelombang adalah penerusan
tenggelam (submerged breakwater) yang gelombang melalui sebuah bangunan.
permukaannya berada di bawah permukaan Parameternya dinyatakan sebagai perbandingan
air. antara tinggi gelombang yang ditransmisikan
3 Jika ditinjau dari konstruksinya maka (Ht) dengan tinggi gelombang datang (Hi) atau
dikenal berbagai tipe breakwater antara akar dari energi gelombang (Et) dengan energi
lain rubble-mound breakwater, artificial gelombang datang (Ei).
armor breakwater, stone asphalt breakwater,
cellular-steel sheet-file breakwater, concrete- √ = ……………………………(1)
caisson breakwater dan lain-lain. dimana :
4 Dari aspek porositas tubuh breakwater, Kt : Koefisien Transmisi
breakwater dibedakan menjadi breakwater Et : Energi gelombang transmisi
pejal (impermeable breakwater) dan Ei : Energi gelombang datang
breakwater porous (permeable breakwater). Ht : Gelombang transmisi
Hi : Gelombang datang
Breakwater jka ditinjau dari aspek struktur
maka dapat dibedakan menjadi dua macam Pada bangunan kedap air (impermeable),
pemecah gelombang yaitu : transmisi gelombang yang diakibatkan oleh
hempasan volume air yang melimpas diatas
1 Pemecah gelombang type rubble mound.
bangunan sedangkan pada bangunan permeable
Pemecah gelombang rubble mound adalah
transmisi gelombang merupakan gabungan dari
suatu bangunan bertujuan untuk
konstruksi overtoping dan perembesan
mematahkan energi gelombang yang terbuat
gelombang air melalui bangunan. Gelombang
dari tumpukan batu, dalam hal ini dapat
panjang akan menghasilkan gelombang
berupa batu alam ataupun batu buatan.
transmisi yang lebih besar dibandingkan
Bangunan ini biasanya dibuat untuk
gelombang pendek. Selain itu transmisi
melindungi suatu daerah tertentu misalnya
gelombang juga dipengaruhi oleh kecuraman
pelabuhan atau daerah wisata bahari (beach
gelombang.
resort), disamping itu, bangunan ini juga
dapat berfungsi untuk menstabilkan muara Untuk mendapatkan hubungan antar
sungai (jetty). Terdapat dua tipe pemecah parameter yang berpengaruh pada proses
gelombang tumpukan batu yaitu : peredaman energi gelombang blok beton
Overtopping breakwater dan Non berkait, dipergunakan analisa dimensi dengan
overtopping breakwater. metode Buckingham. Faktor-faktor yang
2 Pemecah gelombang monolit diperkirakan berpengaruh terhadap transmisi
Pemecah gelombang monolit (monolithic gelombang antara lain :
breakwater) adalah pemecah gelombang Ht : transmisi gelombang
yang terdiri dari satu kesatuan struktur, h : kedalaman air
dalam hal ini struktur tersebut dapat terdiri d : tinggi puncak bangunan dari dasar
dari satu kesatuan bahan yang masif B : lebar puncak
(seperti konstruksi beton yang dicor di Hi : tinggi gelombang datang
tempat) atau terdiri dari beberapa elemen g : gravitasi
yang dihubungkan sehingga membentuk T : periode gelombang
satu kesatuan.
Seperti pada pemecah gelombang tumpukan Dari pengelompokan parameter diatas ada 7
batu (rubble structure), pemecah gelombang parameter dengan 2 parameter dasar sehingga
monolit juga mempunyai keuntungan dan akan diperoleh (7-2) bilangan tak dimensi.
kekurangan. Keuntungan utama dari pemecah Dipilih Hi dan g sebagai variabel berulang
gelombang ini adalah dapat menghemat material dengan pangkat yang tidak diketahui dan
dan pembangunannya dapat dilakukan dengan ditetapkan suku π sebagai berikut :
cepat. Sedangkan kekurangannya adalah apabila π1 = Hia1 gb1 Ht
beban rencana dilampaui dapat terjadi
103
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8, No.2, Desember 2017: 101 - 112
105
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8, No.2, Desember 2017: 101 - 112
1,0
1 0.40 0.20 1.5
2.0
1,0
2 0.35 0.15 1.5
2.0
1,0
3 0.30 0.10 1.5
2.0
1,0
4 0.25 0.05 1.5
2.0
1,0
5 0.20 0.00 1.5
2.0
107
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8, No.2, Desember 2017: 101 - 112
2 Turunkan wave high sebanyak 1 (satu) Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
lubang dari posisi nol, isikan pada ‘X- nilai kecuraman gelombang dan koefisien
offset’ nilai 0.01, dan ‘add calibration
value’ sebagai posisi positif. transmisi (Kt). Jika mengambil sebagai
3 Naikkan wave high sebanyak 1 (satu) variabel sumbu X dan koefisien transmisi (Kt)
lubang dari posisi nol, isikan pada ‘X- sebagai variabel sumbu Y untuk tiap nilai
offset’ nilai -0.01, dan ‘add calibration kedalaman maka akan didapatkan grafik seperti
value’ sebagai posisi negatif. Gambar 3 yang dapat disimpulkan bahwa trend
4 Kembalikan posisi stang probe ke posisi yang dihasilkan oleh koefisien transmisi dari
nol. semua konfigurasi tersebut adalah turun, nilai
koefisien transmisi (Kt) akan semakin mengecil
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan semakin meningkatnya kecuraman
Pengaruh Kecuraman Gelombang Terhadap gelombang ( ). Untuk pengaruh elevasi muka
Transmisi Gelombang Pada Lebar Puncak
Bangunan B = 1,0 airnya sendiri, nilai koefisien transmisi (Kt) akan
semakin rendah dengan semakin kecilnya nilai
Untuk menyajikan hubungan kecuraman elevasi muka air, adapun besaran nilai transmisi
gelombang pada lebar puncak bangunan B = 1,0 pada grafik ini yakni elevasi muka air (h-d)/h =
dengan nilai koefisien transmisi (Kt) digunakan 0,5 berkisar 80,6%-94,6%, pada elevasi muka air
parameter tak berdimensi atau kecuraman (h-d)/h = 0,43 berkisar 89,5%-97,9%, pada
gelombang sebagai parameter yang elevasi muka air (h-d)/h = 0,33 berkisar 60,2%-
merepresentasikan karateristik gelombang. 88,6%, pada elevasi muka air (h-d)/h = 0,2
Digunakan pula (h-d)/h sebagai parameter Berkisar 64,3-%-70,9% sedangkan pada elevasi
kedalaman air. muka air (h-d)/h = 0 berkisar 45,2%-50,7%.
Gambar 5 Hubungan Kecuraman Gelombang terhadap Koefisien Transmisi pada lebar puncak 1,0
Gambar 6 Hubungan kecuraman gelombang terhadap Koefisien Transmisi pada lebar puncak 1.5
109
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8, No.2, Desember 2017: 101 - 112
Pengaruh Elevasi Muka Air Pada Nilai dari semua konfigurasi tersebut adalah naik nilai
Koefisien Transmisi koefisien transmisi (Kt) akan semakin membesar
dengan semakin meningkatnya elevasi muka air
Untuk menyajikan hubungan elevasi muka
(h-d)/h. Untuk pengaruh lebar puncak
air dengan nilai koefisien transmisi (Kt)
bangunannya sendiri, nilai koefisien transmisi
digunakan parameter tak berdimensi (h-d)/h
(Kt) akan semakin tinggi dengan semakin
atau tinggi freeboard sebagai parameter yang
kecilnya lebar puncak bangunan.
merepresentasikan karateristik gelombang.
Berdasarkan perbedaan lebar puncak
Digunakan pula B sebagai parameter lebar
gelombang, adapun besaran nilai transmisi pada
puncak bangunan.
grafik ini yakni lebar puncak B 2,0 berkisar
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
43,6% - 93,2%, pada lebar puncak B 1,5 berkisar
nilai elevasi muka air (h-d)/h dan koefisien
45,9%-94,5%, sedangkan pada lebar puncak B
transmisi (Kt). Jika mengambil (h-d)/h sebagai
1,0 berkisar 45,2%-97,9 %.
variabel sumbu X dan koefisien transmisi (Kt)
Dari hasil pengujian didapat untuk bangunan
sebagai variabel sumbu Y untuk tiap nilai
pemecah gelombang ambang rendah dengan
kedalaman maka akan didapatkan grafik seperti
transmisi yang lebih banyak meloloskan
Gambar 6.
gelombang pada saat (h-d)/h = 0.5 dan lebar
Dari Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa puncak B = 1,0
trend yang dihasilkan oleh koefisien transmisi
Gambar 7 Hubungan Kecuraman Gelombang terhadap Koefisien Transmisi pada lebar puncak 2,0
111
Jurnal Teknik Hidraulik Vol.8, No.2, Desember 2017: 101 - 112
Buccino, M. dan Calabrese, M., 2007, Conceptual Putra, AOP Armono, HD. dan Sujantoko., 2013.
Approach for Prediction of Wave Pengaruh Elevasi Muka Air Laut pada
Transmission at Low-crested Breakwater, Koefisien Transmisi dan Refleksi
Journal of waterway, port, coastal, and Composite Breakwater, Jurnal Teknik
ocean engineering , ASCE. Pomits Vol. 2, No. 1, ISSN: 2337-3539.
CERC. 1984. Shore Protection Manual. US Army Sila Dharma, I.G.B. 1994, “Unjuk Kerja Terumbu
Coastal Engineering Research Center. Karang Buatan (Artificial Reef) sebagai
Washington (SPM, 1984). Peredam Energi Gelombang” (tesis).
Friebel, H. C. dan Harris, L. E., 1999, Re-evaluation Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
of Wave Transmission Coeffcient Formulae Triatmodjo, B. 1999, Teknik Pantai, Beta Offset,
from Submerged Breakwater Physical Yogyakarta.
Model, Florida. Triatmodjo, B. 2003. Hidraulika II. Beta Offset.
Hamdani, Triatmodjo, B., Suharyanyo., 2015 Yogyakarta.
Wave Transmission on Submerged
Breakwater with Interlocking D-Block Yuliastuti, D.I, Hashim AM, 2011 Wave
Armor. International Refereed Journal of Transmission on Submerged Rubble Mound
Engineering and Science (IRJES) Volume 4, Breakwater Using L-Blocks. 2nd
Issue 6 (June 2015), PP.35-44 International Conference on Environmental
Hughes, S.A., 1993., Physical Models and Science and Technology IPCBEE vol.6
Laboratory Techniques in Coastal (2011) © (2011) IACSIT Press, Singapore
Engineering, Coastal Engineering Research Yuwono, N. 1992. Dasar Dasar Perencanaan
Center, USA. Bangunan Pantai, Vol 2. Laboratorium
Ranasinghe, R dan Turner, I.L. 2006, Shoreline Hidraulika dan hidrologi. PAU-IT-UGM.
Response to Submerged Structures: A Yogyakarta Yuwono, N. 1992. Teknik
review Coastal Engineering 53 65-79 Pantai, Vol I. Laboratorium Hidraulika dan
hidrologi. PAU-IT-UGM. Yogyakarta.