Anda di halaman 1dari 14

ANALISA MODEL BALOK BETON

PENGEKANGAN DAERAH TEKAN PADA DAERAH KRITIS

YETRO BAYANO

Pegawai Negeri Sipil


Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum

ABSTRAK

Tulangan sengkang vertikal berfungsi untuk mencegah terjadinya retak pada balok akibat gaya
geser, karena berfungsi untuk mengikat antara bagian balok di bawah retak geser dan bagian balok di atas
retak geser. Retak geser pada balok tidak akan terjadi jika tulangan sengkang vertikal direncanakan dengan
tepat untuk menahan gaya geser tersebut. Pada daerah tekan/ditengah bentang, pengaturan jarak antar
sengkang perlu dilakukan untuk menentukan perilaku keruntuhan dari suatu struktur balok.

Berdasarkan hasil analisis model balok dengan analisis model elemen hingga menggunakan
ANSYS Ed.9.0 Nilai beban ultimit pada model dengan jarak antar sengkang ditengah bentang 40, 80 dan
120 mm, nilainya turun berturut–turut pada rasio 1.0000; 0.9621; 0.9242 menjadi sebesar 29.7000;
28.5750; 27.4500 kN. Nilai beban ultimit pada model dengan jarak antar sengkang ditengah bentang 150;
125; 100; 75; dan 50 mm, nilainya naik berturut–turut pada rasio 1.0000; 1.0256; 1.0351; 1.0586; 1.0628
menjadi sebesar 42.2250; 43.3350; 43.7400; 44.7300; 44.9100 kN. Nilai daktilitas kurvatur pada model
dengan jarak antar sengkang ditengah bentang 40, 80 dan 120 mm, nilainya turun berturut–turut pada rasio
1.0000; 0.8667; 0.6842 menjadi sebesar 15.3864; 13.3333; 10.5263. Nilai daktilitas kurvatur pada model
dengan jarak antar sengkang ditengah bentang 150; 125; 100; 75; dan 50 mm, nilainya naik berturut–turut
pada rasio 1.0000; 1.1081; 1.1714; 1.2424; 1.3667 menjadi sebesar 4.8780; 5.4054; 5.7143; 6.0606;
6.6667.

Dari hasil analisis diperoleh beberapa persamaan untuk menentukan perilaku balok akibat variasi
jarak antar sengkang didaerah tekan yaitu persamaan daktilitas kurvatur–dan jarak antar sengkang, dimana
μφ=-2.10-5S3+0.005.S2-0.688.S+30.58; dengan nilai μφ adalah daktilitas kurvatur, satuan dalam 1/mm dan S
adalah jarak antar sengkang ditengah bentang, satuan dalam mm, serta persamaan beban dan deformasi
pada kondisi ultimit akibat variasi jarak antar sengkang didaerah tekan, dimana = 0,002Δ2+0,817Δ; dengan
nilai P adalah beban yang terjadi pada balok, satuan dalam kN dan Δ adalah deformasi yang terjadi pada
balok, satuan dalam mm.

Kata Kunci : balok beton jarak antar sengkang; daerah tekan; ANSYS Ed.9.0; beban–deformasi;
daktilitas kurvatur.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 26


BAB I Tujuan dalam penelitian adalah untuk
menentukan perubahan nilai beban–deformasi,
PENDAHULUAN
daktilitas kurvatur dan perilaku keruntuhan yang
Latar Belakang
Terjadi akibat variasi jarak antar sengkang
Penulangan sengkang digunakan untuk di tengah bentang pada model balok beton mutu
menahan pembebanan geser yang terjadi pada normal.
balok. Beberapa macam tulangan sengkang pada
balok, yaitu sengkang vertikal, sengkang spiral, Manfaat Penelitian

dan sengkang miring. Tulangan sengkang Manfaat dari penelitian ini adalah dengan
konvensional mempunyai konsep perhitungan variasi model, maka dapat ditentukan pengaruh
bahwa bagian tulangan sengkang yang berfungsi pengaturan jarak antar sengkang ditengah bentang
menahan beban geser adalah bagian pada arah pada model balok beton mutu normal terhadap
vertikal (tegak lurus terhadap sumbu batang peningkatkan nilai kapasitas beban–deformasi,
balok), sedangkan pada arah horisontal (di bagian daktilitas kurvatur dan perilaku keruntuhan yang
atas dan bawah) tidak diperhitungkan menahan terjadi pada model balok.
beban gaya yang terjadi pada balok. Beban geser
balok menyebabkan terjadinya keretakan geser, Asumsi yang dipergunakan

yang pada umumnya dekat dengan tumpuan balok. Model beton dimodelkan menggunakan
Kondisi ini menjalar ke arah vertikal horizontal material SOLID65. Nilai tegangan dan regangan
menuju tengah bentang balok. model balok beton mutu normal diperoleh
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan tegangan–regangan
akan menganalisis pengaruh pengaturan jarak beton mutu normal menggunakan usulan Kent and
sengkang pada daerah tekan dan menentukan Park (Park, R. Paulay, T. 1975) untuk kondisi
perilaku keruntuhan pada struktur balok. Model beton terkekang. Sedangkan model baja tulangan
kemudian dianalisis dengan analisis elemen hingga lentur dan tulangan sengkang dimodelkan
menggunakan bantuan program komputasi menggunakan material LINK8. Nilai tegangan dan
ANSYS Ed.9.0. Dari hasil analisis akan diperoleh regangan baja tulangan hasil analisis tegangan–
perubahan beban, deformasi dan daktilitas yang regangan untuk baja tulangan untuk beton mutu
akan menentukan jenis perilaku keruntuhan yang normal menggunakan usulan dari Park and Paulay
terjadi pada model balok beton mutu normal. (Park, R. Paulay, T. 1975). Model tumpuan
perletakan pada model balok persegi dan tumpuan
Perumusan Masalah
beban menggunakan SOLID45 dan model ini
Analisis model menggunakan ANSYS Ed.9.0 diasumsikan bersifat linier.
untuk menentukan nilai beban–deformasi, Analisis elemen hingga dengan bantuan
daktilitas kurvatur dan perilaku keruntuhan yang program komputasi ANSYS Ed.9.0 pada model
terjadi akibat varasi jarak antar sengkang ditengah balok untuk menentukan perubahan nilai beban–
bentang. deformasi, daktilitas kurvatur dan perilaku
keruntuhan yang terjadi akibat variasi jarak antar
Tujuan Penelitian

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 27


sengkang ditengah bentang pada model balok Gambar 2.4 Kurva hubungan tegangan-
regangan beton yang dikekang
beton mutu normal.
dengan sengkang segiempat
usulan Kent and Park (Park, R.
Batasan Masalah Paulay, T. 1975).

Batasan yang digunakan dalam penelitian 2.1.6 Kurva Tegangan–Regangan Baja


ini adalah sebagai berikut: Tulangan
1. Analisis tegangan–regangan untuk beton mutu
Perhitungan untuk menentukan nilai
normal menggunakan Persamaan usulan Kent
tegangan dan regangan baja tulangan
and Park (Park, R. Paulay, T. 1975) untuk
menggunakan usulan Park and Paulay (Park,
kondisi beton terkekang.
R. Paulay, T. 1975) dengan parameter
2. Analisis tegangan–regangan untuk baja
perhitungan tercantum dalam Gambar 2.5.
tulangan untuk beton mutu normal
menggunakan Persamaan usulan Park and
Paulay (Park, R. Paulay, T. 1975).
3. Analisis model menggunakan analisis model
elemen hingga dengan bantuan program
komputasi ANSYS Ed.9,0.

BAB II Gambar 2.5 Kurva hubungan tegangan-


regangan baja tulangan usulan
KAJIAN PUSTAKA Park and Paulay (Park, R. Paulay,
T. 1975).
Landasan Teori

Beton Mutu Normal

2.2. Analisis Daktilitas Kurvatur Beton Mutu Normal Kondisi


Terkekang

Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur untuk mengalami


deformasi elastis yang besar secara berulang kali dan siklik akibat beban
lateral yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, deformasi sambil
maksimum struktur gedung akibat
mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, pengaruh sehingga struktur
beban lateral rencana pada saat mencapai
tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan. Daktilitas pada beton
Nilai tegangan-regangan struktur gedung
untuk kondisi
betonadalah rasio di ambang keruntuhan dengan simpangan
antara
mutu normal menggunakan usulan Kent and Park struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan

(Park, R. Paulay, T. 1975) dengan parameter pertama (SNI 03-1726-2002).

perhitungan tercantum dalam Gambar 2.4. Nilai daktilitas kurvatur adalah


membandingkan antara sudut kelengkungan saat
ultimit dan sudut kelengkungan pada saat terjadi
leleh pertama pada tulangan tarik dari model balok
akibat beban lentur, sehingga diperoleh suatu
hubungan nilai momen–kurvatur. Dalam penelitian
ini, analisis untuk menentukan nilai momen dan

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


28
kurvatur menggunakan modifikasi blok tegangan–
regangan usulan Kent and Park untuk beton mutu
normal kondisi terkekang (Park, R. Paulay, T.
1975). Dari analisis modifikasi blok tegangan–
regangan pada kondisi awal retak, leleh dan
ultimit, maka dapat ditentukan nilai daktilitas

2.2. Analisa Elemen Hingga Model


Menggunakan ANSYS Ed.9.0
kurvatur dari balok beton mutu normal dengan
2.2.1 Model Beton
pengaturan jarak antar sengkang ditengah bentang
balok. Model balok dalam ANSYS Ed.9.0
menggunakan model material concrete SOLID65
yang mampu menggambarkan perilaku retak dan
pecah dari beton, seperti tercantum dalam Gambar
2.8.

Gambar 2.6 Pembagian Zona Kurva


Tegangan–Regangan Beton Mutu Gambar 2.8 Geometri elemen concrete SOLID65
Normal Kondisi Terkekang (ANSYS Ed.9.0, 2007)
Usulan Kent and Park untuk
Menghitung Parameter Blok 1) Input data material model concrete SOLID65
Tegangan–Regangan (Park, R. sebagai berikut :
Paulay, T. 1975).
a. Kuat tekan beton diperoleh dari hasil
pengujian terdahulu.
b. Modulus elastisitas beton (Ec)
c. Poisson rasio untuk beton digunakan 0,20.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 29


d. Kuat tarik beton pendekatan dalam penelitian ini, yaitu
e. Nilai tegangan–regangan hasil pengujian sebesar 0.90.
dimasukan kedalam multilinier kinematic b. Koefisien transfer geser akhir untuk retak
hardening plasticity. pada beton, pada penelitian ini digunakan
2) Retak dan kehancuran beton nilai sebesar 1.00.
Perilaku elastic isotropic pada beton c. Kuat tarik uniaksial (fr), yaitu tegangan
terjadi pada saat sebelum beton mengalami tarik retak beton dimana nilainya
retak awal atau posisi akan mengalami mendekati atau sama dengan nilai modulus
kehancuran awal, seperti yang tercantum pecah beton.
dalam Gambar 2.9 dan 2.10. Kehancuran d. Tegangan tekan hancur beton uniaksial
(crushing) beton didefinisikan sebagai (f’cu), yaitu tegangan tekan beton dengan
pelepasan suatu unsur dari satu kesatuan nilai antara sama dengan nilai tegangan
material (ANSYS Manual, 2007). ultimitnya. Nilai -1,00 menggambarkan
model balok tidak akan mengalami
keruntuhan pada kondisi nilai pembebanan
yang tak terbatas sedangkan nilai
ultimitnya menggambarkan model dapat
mengalami keruntuhan pada saat beban
ultimit diberikan.
e. Tegangan tekan hancur beton biaksial (fcb),
yaitu tegangan tekan beton dengan nilai
Gambar 2.9 Kurva tegangan–regangan beton sebesar 1.2.f’c.
dalam ANSYS Ed.9.0 (ANSYS.
2007). f. Kuat tekan ultimit untuk tekanan
hidrostatis biaksial (f1), yaitu tegangan
3) Parameter kegagalan pada permukaan beton
tekan hidrostatis beton arah biaksial
dalam ANSYS dimodelkan dalam 5 (lima)
dengan nilainya sebesar 1,45.f’c.
pada nonlinier nonmetal plasticity concrete,
g. Kuat tekan ultimit untuk tekanan
seperti yang tercantum dalam Gambar 2.10,
hidrostatis uniaksial (f2), yaitu tegangan
yaitu :
tekan hidrostatis beton arah uniaksial
a. Koefisien transfer geser awal untuk retak
dengan nilainya sebesar 1,725.f’c.
pada beton, dengan nilai antara 0.00
sampai dengan 1.00, dimana nilai 0.00 2.2.2 Model baja tulangan
menggambarkan retak halus dan nilai 1.00
1) Model baja tulangan pada model balok
menggambarkan retak yang kasar. Untuk
menggunakan material model elemen spar
beton mutu normal digunakan nilai 0.10
LINK8. Digunakannya material model elemen
sebagai nilai referensi, sedangkan untuk
spar LINK8 karena material ini mampu
beton mutu tinggi, tidak ada literatur
menggambarkan tegangan dan regangan
maupun referensi mengenai nilai yang
plastis, rayapan, pengembangan, kekakuan
pasti. Untuk itu digunakan nilai

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 30


tegangan dan deformasi yang besar seperti Nilai Xk dan Yk dihitung kedalam suatu
perilaku baja tulangan. Model spar LINK8 tabel, dimana nilai Xk adalah jumlah dari ln (xk) dan
merupakan elemen tiga dimensi yang nilai Yk adalah jumlah dari ln (yk) dan k adalah
didefiniskan dengan 2 nodes dan merupakan jumlah nilai ke-n pada koordinat ke-n. Nilai A dan
sebuah material yang isotropic. Geometri B dari persamaan Y=AX+B adalah:
struktur elemen spar LINK8 tercantum dalam

Gambar 2.11. A=
2) Data masukan untuk material model baja 600
tulangan menggunakan elemen non linier rate 500
B Y = A XB
independent multilinier isotropic hardening 400
dan von–mises yield criterian dengan nilai 300

modulus young, poisson ratio dan kurva 200

tegangan–regangan baja tulangan. 100


0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Gambar 2.16 Kurva hasil dari persamaan regresi


\ power model curve fitting fungsi
parabolik (Taufik, S. 2009)

BAB III

METODE PENELITIAN

Gambar 2.11 Geometri Model Elemen Spar 3.1 Pendekatan Sistem


LINK8 Dalam ANSYS Ed.9.0
(ANSYS Ed.9.0, 2007). Bagan alir penelitian secara umum

2.4 Analisis Hasil Elemen Hingga dengan


ANSYS Ed.9.0
Persamaan kurva parabolik pada Gambar
2.15 dimisalkan y=cxa, yang diperoleh dari data
pada titik (x1,y1), (x2,y2),…, (xn,yn). Dengan
penurunan persamaan y=cxa kedalam persamaan
logaritma maka persamaan kurva paraboliknya
menjadi:

lny=ln (cxa)=a.ln (x) + ln (c) (2.8a)

Variabel xk disubstitusikan dengan ln(xk); yk


disubstitusikan dengan =ln(yk); dan ln(c)
disubstitusikan dengan B, maka Persamaan 2.8a
menjadi sebuah persamaan garis:

Y = AX + B (2.8b)

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


31
tercantum dalam Gambar 3.1a. langkah pertama perilaku retak dalam tiga sumbu koordinat,
adalah memodelkan balok sesuai dengan hasil uji kehancuran, deformasi plastis dan rayapan
eksperimental terdahulu oleh Basuki (Basuki. seperti model beton. Material model concrete
Hidayati, N. 2006) dan model dengan variasi jarak SOLID65 dapat bekerja bersama dengan
sengkang. Langkah kedua adalah dengan material lain, misalnya baja tulangan. Model
melakukan input data model balok sesuai dengan ini didefinisikan dalam delapan nodes dan
data material model properties-nya. Data masukan merupakan material yang isotropic.
berupa kondisi penulangan, model beton mutu 3) Perilaku elastic isotropic pada model beton
normal, baja tulangan dengan nilai tegangan– terjadi pada saat sebelum beton mengalami
regangan yang sudah ditentukan serta kondisi retak awal atau posisi akan mengalami
perletakan. Setelah semua data dimasukan dengan kehancuran awal pada kurva tegangan–
benar, langkah ketiga adalah pemberian beban. regangan beton dalam ANSYS Ed.9.0.
Beban diberikan dengan cara iteratif dan kemudian Kehancuran (crushing) beton didefinisikan
dilakukan running program. Apabila beban yang sebagai pelepasan suatu unsur dari satu
diberikan masih belum dapat membuat keruntuhan kesatuan material. Parameter retak dan
pada model (kondisi ultimit), maka nilai beban kehancuran pada permukaan beton dalam
dinaikan dari sebelumnya dan dilakukan kembali ANSYS Ed.9.0 dimodelkan pada data
running program. Setelah dilakukan berulang dan masukan material model nonlinier nonmetal
mecapai kondisi ultimit, langkah keempat adalah plasticity concrete:
membaca hasil analisa. Prosedur langkah kedua Koefisien transfer geser awal untuk retak pada
sampai keempat tercantum dalam Gambar 3.1b dan beton, dengan nilai antara 0,00 sampai dengan
3.1c. Penjelasan rinci mengenai Gambar 3.1b dan 1,00, dimana nilai 0,00 menggambarkan retak
3.1c tercantum dalam Sub Bab 3.2.3 pada Bab ini. halus dan nilai 1,00 menggambarkan retak
Pada langkah kelima, hasil analisa yang sudah yang kasar. Untuk beton mutu normal
diperoleh kemudian dilakukan olah data digunakan nilai 0.30 sebagai nilai referensi,
menggunakan metode curve fitting power model sedangkan untuk beton mutu tinggi, tidak ada
yang akan menghasilkan kurva tegangan–regangan literatur maupun referensi mengenai nilai yang
beban–deformasi dan beban–retak Pada langkah pasti. Dalam penelitian ini digunakan nilai
keenam, hasil analisa model elemen hingga yang pendekatan yaitu sebesar 0,50. Hal ini
sudah hasil analisis model yang dimaksud. dimungkinkan dapat mendekati gambaran
retak yang terjadi pada beton mutu tinggi.
3.2 Perancangan Model
Koefisien transfer geser akhir untuk retak
1.2.1 Model Beton pada beton, pada penelitian ini digunakan nilai
sebesar 1,00.
1) Model beton pada model balok dalam
Kuat tarik uniaksial (fr), yaitu tegangan tarik
program ANSYS Ed.9.0 menggunakan
retak beton dimana nilainya mendekati atau
elemen model concrete SOLID65.
sama dengan nilai modulus pecah beton.
2) Digunakannya material model concrete
SOLID65 karena mampu menggambarkan

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


Tegangan tekan hancur beton uniaksial (f’cu), 3.2.3 Model Baja Tumpuan
yaitu tegangan tekan beton dengan nilai sama
1) Model tumpuan perletakan dan tumpuan beban
dengan tegangan ultimit beton yang
pada model balok menggunakan pelat baja
menggambarkan model dapat mengalami
solid. Dalam ANSYS Ed.9.0 digunakan model
keruntuhan pada saat beban ultimit diberikan.
material elemen bricknode8 SOLID45. Model
Tegangan tekan hancur beton biaksial (fcb),
bricknode8 SOLID45 mempunyai 8 (delapan)
yaitu tegangan tekan beton dengan nilai
nodes dengan 3 (tiga) derajat kebebasan
sebesar 1.2.f’c.
translasi pada arah sumbu koordinat x, y dan z.
Kuat tekan ultimit untuk tekanan hidrostatis
2) Digunakannya material model elemen
biaksial (f1), yaitu tegangan tekan hidrostatis
bricknode8 SOLID45 karena material ini
beton arah biaksial dengan nilainya sebesar
mampu menggambarkan tegangan dan
1,45.f’c.
regangan elastis, kekakuan tegangan dan

Kuat tekan ultimit untuk tekanan hidrostatis deformasi yang besar seperti

uniaksial (f2), yaitu tegangan tekan hidrostatis perilaku pelat baja tumpuan. Model elemen

beton arah uniaksial dengan nilainya sebesar bricknode8 SOLID45 merupakan material

1,725.f’c. yang isotropic dan dapat bekerja dengan


material lain seperti model beton concrete
3.2.2 Model Baja Tulangan SOLID65. Geometri dan letak nodes dari

1) Model baja tulangan pada model balok dalam elemen bricknode8 SOLID45 dalam Gambar

program ANSYS Ed.9.0 menggunakan 2.29.

material model elemen spar LINK8.


3.2.4 Prosedur Pelaksanaan
Digunakannya material model elemen spar
Pembuatan model balok dalam ANSYS
LINK8 karena material ini mampu
Ed.9.0 dijelaskan dibawah ini:
menggambarkan tegangan dan regangan
1) Jenis referensi model yang akan dibuat.
plastis, rayapan, pengembangan, kekakuan
Ansys main menu, preferences pilih structural.
tegangan dan deformasi yang besar seperti
2) Model beton dan baja tulangan dibuat tipe
perilaku baja tulangan. Model ini merupakan
materialnya.
elemen tiga dimensi yang didefiniskan dengan
Ansys main menu, preprocessor, element type
2 nodes dan merupakan sebuah material yang
pilih add
isotropic.
Tipe 1, model beton, pilih solid concrete65.
2) Data untuk material model baja tulangan
Tipe 2, model baja tulangan utama, pilih link
menggunakan elemen non linier rate
spar 8.
independent multilinier isotropic hardening
Tipe 3, model baja tulangan geser, pilih link
dan von–Mises yield criterian dengan nilai
spar 8.
Young modulus, poisson ratio dan nilai kurva
tegangan–regangan baja berdasarkan 3.3 Implementasi Model
persamaan usulan Park and Paulay.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


33
Balok persegi yang digunakan dalam
analisis elemen hingga dengan ANSYS Ed.9.0 ada
2 (dua) jenis model, yaitu balok persegi sesuai
hasil eksperimental oleh Basuki (Basuki. Hidayati,
N. 2006) dan balok persegi sesuai uji
eksperimental terdahulu

3.2.5 Jumlah model

Jumlah model ditentukan berdasarkan


variasi parameter yang tertera dalam batasan
penelitian. Adapun jumlah model analisa elemen Hasil model balok simestris dalam
ANSYS Ed.9.0 Kontor Tegangan
hingga menggunakan ANSYS Ed.9.0 dengan
(Von Misses Stress)
variasi material properties model tercantum dalam
Tabel 3.2.

Hasil model balok simestris dalam


ar 3 ANSYS Ed.9.0. penampang melintang balok
2c. dan kontur Tegangan (Von Misses Stress)

3.4 Validasi dan Verifikasi Model

Analisis awal yang dilakukan adalah


memodelkan balok persegi dengan data masukan
yang sesuai dengan hasil uji eksperimental oleh
Basuki (Basuki. Hidayati, N. 2006). Model
kemudian dianalisis dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan hasil uji eksperimental.
Apabila hasil sudah tervalidasi maka akan

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


34
dilanjutkan dengan pembuatan model dengan Besarnya nilai beban dan deformasi yang
variasi yang telah ditetapkan dalam batasan terjadi pada model balok, diperoleh dari hasil
penelitian. Hasil analisis model ini akan konversi nilai tegangan-regangan beton pada
dibandingkan dengan hasil model awal. model balok hasil analisis menggunakan ANSYS
Dari hasil analisa model elemen hingga Ed.9.0 seperti tercantum dalam Gambar kontur
dengan bantuan program ANSYS Ed.9.0 tersebut tegangan (von misses stress) pada model balok
diperoleh data berupa nilai tegangan–regangan,
35,00
YT40.40.
beban–deformasi, dan beban–retak. Nilai tersebut 01
30,00 YT80.80.
02
diolah menjadi sebuah data yang menyerupai data 25,00 YT120.1
20.03
koordinat. Data berupa koordinat yang ada 20,00
YT150.1

Momen (kNm)
50.04
YT150.1
merupakan data koordinat yang acak. Dari data 15,00 25.05
YT150.1
00.06
koordinat tersebut, maka dapat ditentukan 10,00 YT.150.7
5.07
YT150.5
persamaan kurvanya menggunakan regresi 5,00 0.08

polynomial metode curve fitting power model 0,00


0,00 100,00 200,00
fungsi parabolic.
Kurvatur (x10-6 1/mm)
BAB IV

IMPLEMENTASI MODEL DAN VALIDASI 55 YT40.40.01


50
YT80.80.02
4.1 Momen–Kurvatur-Daktilitas Model 45
40 YT120.120.
Beban (P-kN)

Balok 35 03
YT150.150.
30 P = 0,002Δ2+0,817Δ 04
25 YT150.125.
Perhitungan momen dan kurvatur yang 20 05
YT150.100.
15
terjadi pada model balok menggunakan modifikasi 06
YT150.75.0
10
7
blok tegangan–regangan untuk beton mutu normal 5 YT150.50.0
0 8
kondisi terkekang berbagai kondisi pembebanan, 0 50 100 150 200
Deformasi (Δ-mm)
yaitu kondisi awal retak, kondisi leleh pertama dan
kondisi ultimit. Rincian perhitungan untuk
memperoleh nilai momen–kurvaturnya tercantum 50 YT40.40.
45 01
dalam lampiran perhitungan analisis daktilitas YT80.80.
40 02
kurvatur menggunakan metode Kent and Park. 35 YT120.1
20.03
30
P (kN)

Berdasarkan perhitungan yang tercantum dalam 25


YT150.1
50.04
YT150.1
Lampiran perhitungan analisis daktilitas kurvatur 20
25.05
15 YT150.1
menggunakan metode Kent and Park, maka dapat 10 00.06
YT150.7
5 5.07
dibuat kedalam suatu kurva hubungan nilai momen YT150.5
0
0.08
dan kurvatur yang terjadi dari model balok seperti 0 50 100 150 200
Deformasi (mm)
tercantum
35
4.2. Beban–Deformasi Model Balok.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


jarak antar sengkang 40, 80 dan 120 mm
berdasarkan hasil analisis menggunakan ANSYS
Ed.9.0, nilainya turun berturut–turut pada rasio
1.0000; 0.7715; 0.7196 menjadi sebesar 110.8897;
85.5533; 79.7952 mm. Untuk model
cenderung turun dan perilaku model balok menjadi
YT150.150.04; YT150.125.05; YT150.100.06;
lebih kuat. Untuk model variasi dengan
YT150.75.07; YT150.50.08, nilai deformasi
penambahan mutu beton menjadi 25 MPa, naiknya
ultimit terhadap jarak antar sengkang 150; 125;
diameter dan mutu baja tulangan menjadi 400
100; 75; dan 50 mm berdasarkan hasil analisis
MPa, rapatnya jarak sengkang pada daerah tengah
menggunakan ANSYS Ed.9.0, nilainya naik
bentang, tegangan yang terjadi cenderung turun.
berturut–turut pada rasio 1.0000; 1.1199; 1.1475;
Perilaku model balok variasi menjadi lebih kuat
1.1426; 1.0958 menjadi sebesar 152.51; 170.37;
dan momen yang mampu ditahan lebih tinggi
193.37; 222.95; 220.37 mm. Terjadi kenaikan
dibanding model validasi.
kurvatur ultimit untuk model balok YT150.150.04;
YT150.125.05; YT150.100.06; YT150.75.07;
YT150.50.08 dibanding model balok YT40.40.01;
YT80.80.02; YT120.120.03
Perbedaan nilai beban ultimit dan deformasi
ultimit dan daktilitas kurvatur pada model balok
YT40.40.01; YT80.80.02; YT120.120.03; dengan
model balok YT150.150.04; YT150.125.05;
YT150.100.06; YT150.75.07; YT150.50.08,
dikarenakan dengan bertambahnya mutu beton
250,00
YT40.4
Ultimit (Δu-

0.01 menjadi 25 MPa dan diameter serta mutu baja


200,00 YT80.8
0.02 tulangan tarik dan tekan bertambah menjadi 16
150,00 YT120.
mm)

120.03 mm dan 400 MPa meningkatkan kapasitas


YT150.
Deformasi

100,00 150.04 terhadap beban ultimitnya.


YT150.
50,00 125.05 Berdasarkan penjelasan diatas dapat
0,00 diperoleh suatu persamaan usulan untuk
0 100 200 menentukan besarnya beban dan deformasi
Spasi Sengkang (S-mm)
terhadap jarak antar sengkang berdasarkan Gambar
Pada kurva hubungan nilai deformasi 4.5a; 4.5b; 4.5c; 4.5d; 4.5e seperti tercantum dalam
ultimit dan jarak antar sengkang model balok hasil Gambar 4.3f. Gambar 4.3f adalah kurva persamaan
analisis menggunakan ANSYS Ed.9.0 garis daktilitas kurvatur terhadap jarak antar sengkang
kurvanya adalah berupa garis lurus. garis kurvanya dari hasil analisis menggunakan ANSYS Ed.9.0.
adalah berupa garis titik garis. Persamaan kurva regresi polynomial curve fitting
Nilai deformasi ultimit untuk model berderajat 2 untuk nilai beban - deformasi terhadap
YT40.40.01; YT80.80.02; YT120.120.03, terhadap kenaikan jarak antar sengkang adalah:

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 36


P = 0,002Δ2+0,817Δ; sengkang ditengah bentang balok, nilainya
dapat dihitung dari persamaan regresi
dengan nilai P dan Δ masing–masing:
polynomial curve fitting berderajat 2, yaitu:

P= Beban yang terjadi pada balok, satuan dalam μφ = -2.10-5S3 + 0.005.S2 - 0.688.S + 30.58;

kN; dengan nilai μφ dan S masing–masing:


μφ = Daktilitas kurvatur;
Δ= Deformasi yang terjadi pada balok, satuan S = Jarak antar sengkang ditengah bentang,
dalam mm. satuan dalam mm.
3. Dengan rapatnya jarak antar sengkang
BAB V
didaerah tekan membuat nilai beban dan
KESIMPULAN DAN SARAN deformasi yang terjadi pada kondisi ultimit
5.1 Kesimpulan dari model balok bertambah naik.
Berdasarkan hasil analisis dalam yang 4. Besarnya kenaikan nilai beban ultimit pada
dilakukan terhadap model balok dengan variasi balok terhadap deformasi yang terjadi akibat
jarak antar sengkang didaerah tekan dapat bertambahnya jarak antar sengkang, nilainya
disimpulkan sebagai berikut: dapat dihitung dari persamaan regresi
1. Dengan rapatnya jarak antar sengkang polynomial curve fitting berderajat 6, yaitu:
didaerah tekan membuat nilai momen ultimit
P = 0,002Δ2+0,817Δ; dengan nilai P dan Δ
dan kurvatur ultitmit dari model balok
masing–masing:
bertambah naik. Nilai momen ultimit pada
P = Beban yang terjadi pada balok, satuan
model dengan jarak antar sengkang 40, 80 dan
dalam kN;
120 mm, nilainya turun berturut–turut pada
Δ = Deformasi yang terjadi pada balok,
rasio 1.0000; 0.9621; 0.9242 menjadi sebesar
satuan dalam mm.
5.5688; 5.3578; 5.1469 kNm. Nilai momen
ultimit pada model dengan jarak antar 5..2 Saran
sengkang 150; 125; 100; 75; dan 50, nilainya Dalam penelitian ini terdapat beberapa
naik berturut–turut pada rasio 1.0000; 1.0256; kelemahan yang perlu dilakukan kajian lebih
1.0351; 1.0586; 1.0628 menjadi sebesar dalam lagi, diantaranya:
7,9288; 8.1253; 8.2013; 8.3869; 8.4209 kNm 1. Perilaku keruntuhan yang terjadi pada model
2. Dengan rapatnya jarak antar sengkang balok dengan rapatnya jarak sengkang ditengah
didaerah tekan membuat nilai daktilitas bentang balok, retak yang terjadi ditengah
kurvatur dari model balok semakin besar. bentang balok dapat diminimalkan.
Nilai daktilitas kurvatur pada model dengan 2. Dengan rapatnya jarak sengkang ditengah
jarak antar sengkang 40, 80 dan 120 mm, bentang balok, maka nilai momen–kurvatur
nilainya turun berturut–turut pada rasio ultimit dan daktilitas kurvatur menjadi naik.
1.0000; 0.8667; 0.6842 menjadi sebesar Dengan meningkatnya mutu beton, mutu baja
15.3864; 13.3333; 10.5263 Besarnya kenaikan tulangan dan diameter baja tulangan, nilai
daktilitas kurvatur terhadap jarak antar

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


37
daktilitas kurvatur yang terjadi menjadi lebih
kecil.

38

99

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015


Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai