Anda di halaman 1dari 36

TAHAP PEMBEBANAN

TAHAP PEMBEBANAN

Beton prategang dua tahap pembebanan, tidak


seperti pada beton bertulang biasa.

Pada setiap tahap pembebanan harus selalu


diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian
yang tertekan maupun bagian yang tertarik untuk
setiap penampang.

Dua tahap pembebanan pada beton prategang


adalah Tahap Transfer dan Tahap Service.
.
Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat
angker dilepas dan gaya prategang ditransfer ke beton.

Untuk metode pascatarik, tahap transfer ini terjadi pada saat


beton sudah cukup umur dan dilakukan penarikan kabel
prategang.

Pada tahap transfer ini beban yang bekerja hanya berat sendiri
struktur, beban pekerja dan peralatan, sedangkan beban hidup
belum bekerja sepenuhnya, jadi beban yang bekerja sangat
minimum,

sementara gaya prategang yang bekerja adalah maksimum


karena belum ada kehilangan gaya prategang
Tahap Service

Setelah beton prategang digunakan atau difungsikan sebagai


komponen struktur, maka mulailah masuk ke tahap service, atau
tahap layan dari beton prategang tersebut.

Pada tahap ini beban luar seperti live load, angin, gempa dll. mulai
bekerja, sedangkan pada tahap ini semua kehilangan gaya
prategang sudah harus dipertimbangkan didalam analisa strukturnya.

Pada setiap tahap pembebanan pada beton prategang harus selalu


dianalisis terhadap kekuatan, daya layan, lendutan terhadap lendutan
ijin,nilai retak terhadap nilai batas yang di-ijinkan.

Perhitungan untuk tegangan dapat dilakukan dengan pendekatan


kombinasi pembebanan, konsep kopel internal ( internal couple
concept ) atau methode beban penyeimbang ( load balancing method
),
KEHILANGAN
PRATEGANG
Kehilangan Prategang

 Besarnya gaya prategang sebenarnya yang ada


dalam suatu balok beton prategang tidak dapat
diukur dengan mudah.
 Gaya total pada tendon pada saat penarikan dapat
ditentukan dengan pressure gage pada dongkrak.
 Bermacam-macam kehilangan gaya prategang akan
menurunkan gaya prategang menjadi harga yang
lebih rendah, sehingga beban yang dipikul balok
prategang menjadi lebih rendah pula.
 Selisih antara gaya prategang akhir dengan gaya
prategang awal dinamakan “kehilangan prategang”
Pada umumnya sumber kehilangan prategang
dapat dibedakan 2 (dua) bagian besar, tergantung
dari waktu terjadinya, yaitu

 kehilangan jangka waktu pendek (immediate


losses of prestress atau (Initial Losses) atau
Immediate Elastic Losses) dan

 kehilangan jangka waktu panjang (long term


losses of prestress) atau Time dependent Losses
Kehilangan prategang jangka pendek

Adalah kehilangan gaya prategang langsung atau segera


setelah beton diberi gaya prategang.

A. Pada sistem pre-tensioning berupa :


 Deformasi elastis pada beton.

Ketika gaya prategang disalurkan ke beton, maka

beton akan menerima tekanan dan memendek sehingga


terjadi pengenduran pada tendon.
 Hal ini disebabkan karena tendon yang melekat pada

beton sekitarnya secara simultan juga memendek,


sehingga tendon tersebut akan kehilangan sebagian dari
gaya prategang yang dipikulnya
Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis ( elastic shortening )
tergantung pada rasio antara modulus elastisitas beton dan tegangan
beton dimana baja prategang terletak.

ES = n . ƒc

Dimana :
ES = kehilangan gaya prategang
ƒc = tegangan beton ditempat baja prategang.
n = ratio antara modulus elastisitas baja prategang dan modulus
elastisitas beton.
Es
Jadi : n = -----
Ec

 Dimana : ES : modulus elastisitas baja prategang.


 Ec : modulus elastisitas beton.
Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan
memendek ( perpendekan
elastis ) dan diikuti dengan perpendekan baja prategang
yang mengikuti perpendekan beton tersebut.
Dengan adanya perpendekan baja prategang maka akan
menyebabkan terjadinya kehilangan tegangan yang ada
pada baja prategang tersebut.

Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal ( Pi )


adalah :
Pi
ƒc = -------------
Ac + n.As
Sehingga kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
n. Pi
Es = -------------
Ac + n.As

Dimana :
Es = kehilangan gaya prategang
Pi = Gaya prategang awal
Ac = Luas penampang beton
As = Luas penampang baja prategang
n = Ratio antara modulus elastisitas baja ( Es ) dan
modulus elastisitas beton pada saat transfer gaya ( Ec )
atau
Regangan tekan pada beton akibat prategang harus sama dengan
pengurangan regangan pada baja:

Ɛc = Δ Ɛs

fc Δ fs
------ = --------
Ec Es

fc Es
Δ fs = ------------ = n . fc
Ec
fc = tegangan pada beton setelah penyaluran tegangan dari tendon berlangsung.

Δ fs = merupakan tegangan tendon awal fsi dikurangi dengan tegangan tendon setelah
penyaluran fs

Δ fs = fsi – fs = n fc

Apabila Po adalah gaya awal tendon dan Pf adalah gaya sesudahnya maka

Pf
Po – Pf = n ------- Aps
Ac

Pf
Po = n ------- Aps + Pf
Ac
Po = Pf =

Po =

= = diperkirakan sama dengan

Sehingga: = n =

Untuk beban eksentris, =

M = momen akibat berat sendiri


Berhubung tegangan yang dihitung adalah tegangan pada
pusat tendon maka nilai y = e
Contoh Soal 1

Suatu komponen struktur beton prategang dengan sistem pra-tarik


panjang balok L = 12,20 m, dengan penampang 380 x 380 mm diberi
gaya prategang secara konsentris dengan baja prategang seluas As =
780 mm2 yang diangkurkan pada abutment dengan tegangan 1.035
MPa. Jika modulus elastisitas beton pada saat gaya prategang
ditransfer Ec = 33.000 MPa dan modulud elastisitas baja prategang
Es = 200.000 MPa, maka hitunglah kehilangan gaya prategang
akibat perpendekan elastis beton.
Penyelesaian :

Gaya prategang awal Pi = ƒs . As = 1035 x 780 = 807.300 N

Es 200000
n = ----- = ----------- = 6,06
Ec 33000

Luas penampang beton : Ac = 380 x 380 = 144.400 mm2


Jadi kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis :

n. Pi 6,06 . 807300
Es = ------------- = ------------------------ = 32,81 MPa
Ac + n.As 144400 + 6,06 . 780
B. Pada sistem post-tensioning
berupa :
:
1. Deformasi elastis pada beton jika tendon ditegangkan (ditarik)
secara berurutan.

- Kalau tendon banyak (ditarik satu persatu), maka yang ditarik


paling awal akan kehilangan prategang akibat penarikan
berikutnya

- Jika tendon ditarik secara bersamaan, maka kehilangan akibat


deformasi elastis beton tidak akan terjadi).

- Jika tendon hanya 1 batang dan ditarik sekaligus, begitu


selesai penarikan perpendekan elastis sudah terjadi karena
dongkrak menekan beton (jadi tidak ada kehilangan prategang).
Kehilangan gaya prategang pada methode post tension
dapat ditentukan dengan Persamaan sebagai berikut :

n Pi
Es = Δ ƒc = -----
Ac

Dimana :
ES = kehilangan gaya prategang
fc = tegangan pada penampang beton
Pi = gaya prategang awal
Ac = luas penampang beton
n = Es / Ec
Es = modulus elastisitas kabel/baja prategang
Ec = modulus Elastisitas beton
Atau secara praktis untuk beton prategang dengan
methode pasca tarik kehilangan gaya prategang
dapat dihitung dengan persamaan :

Es
ES = 0,5 ----- ƒc
Ec

Dimana :
ES = kehilangan gaya prategang
ƒc = tegangan pada penampang beton
Es = modulus elastisitas kabel/baja prategang
Ec = modulus elastisitas beton
Contoh Soal
Jika pada contoh 1 diatas digunakan methode
pasca tarik dan anggap baja prategang
dengan AS = 780 mm2 terdiri dari 4 buah
kabel prategang masingmasing dengan luas
195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu
dengan tegangan sebesar 1.035 MPa, maka
hitunglah kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis.
Penyelesaian :

Kehilangan prategang tendon 1


Ini disebabkan oleh gaya prategang pada ketiga kabel lainnya

Gaya prategang pada ke 3 kabel :


Pi = 3 x 195 x 1.035 = 605.475 N
n = 6,06 ( telah dihitung pada contoh 1 diatas )
Ac = 144.400 ( telah dihitung pada contoh 1 diatas )

Jadi kehilangan gaya prategang pada tendon 1 dapat dihitung dengan persamaan :
n Pi
Es = Δ ƒc = -----
Ac

6,06x605.475
ES1 = ----------------- = 25,41 Mpa
144.400
Kehilangan prategang tendon 2
Kehilangan gaya prategang pada tendon 2 ini diakibat gaya
prategang pada kedua kabel prategang yang ditarik
kemudian.

Dengan cara yang sama seperti diatas dapat dihitung gaya


prategang pada ke 2 tendon yang akan ditarik setelah tendon
ke 2, yaitu :

Pi = 2 x 195 x 1.035 = 403.650 N

6,06x403.650
ES1 = ------------------- = 16,94 Mpa
144.400
Kehilangan prategang tendon 3

Pi = 1 x 195 x 1.035 = 201.825 N

6,06x201.825
ES3 = ----------------- = 8,47 Mpa
144.400

Kehilangan prategang tendon 4


Pi = 0 x 195 x 1.035 = 0 N

6,06x0
ES4 = -------------- = 0 MPa
144.400
Jadi kehilangan gaya prategang rata-rata :

ES1 + ES2 + ES3 + ES4


ES rata-rata = ---------------------
4

25,41+16,94 +8,47 + 0
= ----------------------
4
= 12,71 MPa

Kehilangan gaya prategang rata-rata ini mendekati ½ nya kehilangan


gaya prategang pada tendon ke 1, yaitu :
½ x 25,41 = 12,705 MPa
12,71
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang : ----- X 100 %
1.035

= 1,23 %
Kalau dihitung dengan menggunakan persamaan yang lain
sebagai berikut.
Gaya prategang total Pi = 4 x 195 x 1.035 = 807.300 N

Jadi : Pi 807.300
ƒc = ----- = -------------- = 5,59 MPa
Ac 144,400

Es 200 000
Jadi : ES = 0,5 x ---------- x ƒc = 0,5 x -------------- x 5,59 = 16,94 MPa
Ec 33000

Presentase kehilangan prategangan :

16,94
-------------- x 100 % = 1,64 %
1 035

Jika dibandingkan dengan hasil diatas, ternyata lebih besar


2. friksi atau Gesekan sepanjang kelengkungan
dari tendon
Kehilangan prategang akibat gesekan antara
tendon dan dinding saluran/selongsong.

Pada struktur beton prategang dengan tendon yang


dipasang melengkung ada gesekan
antara sistem penarik ( jacking ) dan angkur,
sehingga tegangan yang ada pada
tendon atau kabel prategang akan lebih kecil dari
pada bacaan pada alat baca tegangan (pressure
gauge )
Kehilangan prategang akibat gesekan pada tendon akan
sangat dipengaruhi oleh :

 Pergerakan dari selongsong ( wobble ) kabel prategang,


untuk itu dipergunakan
koefisien wobble ,K .

Kelengkungan tendon/kabel prategang, untuk itu


digunakan koefisien kelengkungan ,μ

Untuk tendon type 7 wire strand pada selongsong yang


fleksibel,
- koefisien wobble K = 0,0016 ~ 0.0066
- koefisien kelengkungan μ = 0,15 - 0,25

(Yang lain lihat tabel 4. SNI 7833 2012)


Gesekan dalam saluran tendon disebabkan oleh :

a. Gesekan fisis yang normal terjadi antara dua benda yang


bergeser, dalam hal ini tendon yang bergerak terhadap
dinding saluran yang diam, terutama pada bagian lengkung.
b. Melendutnya letak saluran tendon (tidak tepatnya tracee
saluran), biasanya disebut dengan ”Wobble-effect”.
c. Adanya karat (korosi) pada tendon dan dinding saluran
tendon yang terbuat dari baja.
d. Kemungkinan adanya spesi beton yang masuk (bocor)
dalam saluran tendon.
e. Kebersihan saluran.
Kehilangan tegangan akibat lengkungan pada
tendon dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:
P2 – P1
----- = - K L – μ α
P1
P1 = besarnya gaya prategang di titik 1
P2 = besarnya gaya prategang di titik 2
L = panjang segmen yang diperhitungkan (dari titik 1 ke titik 2)
K = koefisien wobble
μ = koefisien geseran akibat kelengkungan kabel.
α = sudut pada tendon
Menurut SNI 03 – 2833 – 2012 kehilangan gaya prategang akibat geseran
pada tendon post tension ( pasca tarik ) harus dihitung dengan rumus :

( K Lx + μ α)
Ps = Px e

Jika nilai ( K Lx + μ α ) < 0,3 maka kehilangan gaya prategang akibat


geseran pada tendon dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :

Ps = Px ( 1 + K Lx + μ α )

Dimana :
Ps = gaya prategang diujung angkur
Px = gaya prategang pada titik yang ditinjau.
K = koefisien wobble
μ = koefisien geseran akibat kelengkungan kabel.
Lx = panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau.
e = 2,7183
Contoh Soal
3. Pergelinciran angker (anchorage slip).

 Kehilangan pada sistem angkur, antara lain akibat slip pada


angkur
 Kehilangan prategang akibat penggelinciran angker

dapat terjadi jika kabel ditegangkan dan dongkrak


dilepaskan untuk memindahkan pratekan kepada
beton (tidak bisa terjadi 100% tanpa adanya suatu
perubahan bentuk sama sekali pada peralatan angker).
 Tentu ada slip sedikit antara angker dan tendons yang

besarnya untuk tiap jenis sistem angker akan berbeda.


 Untuk berbagai jenis angker sudah ditentukan

berdasarkan atas banyak percobaan, yang perlu


mendapat perhatian adalah makin panjang bentang
balok (panjang tendon), maka makin kecil prosentase
kehilangannya.
Slip terjadi pada saat baja/kabel prategang
dilepas dari mesin penarik ( dongkrak )
kemudian kabel ditahan oleh baji
dipengangkuran dan gaya prategang ditransfer
dari mesin penarik ke angkur.

Besarnya slip pada pengankuran ini tergantung


pada type baji dan tegangan pada kabel
prategang ( tendon ).

Slip dipengangkuran itu rata-rata biasanya


mencapai 2,5 mm.
:
Besarnya Perpanjangan Total Tendon :

ƒc
Δ L = ----- . L
Es
Kehilangan gaya prategang akibat slip :

S rata-rata
A N C = ----------- . 100%
ΔL

ANC : kehilangan gaya prategang akibat slip dipengangkuran.


Δ : deformasi pada angkur
fc : tegangan pada beton
Es : modulus elastisitas baja/kabel prategang
L : panjang kabel.
Srata2 : harga rata-rata slip diangkur
Time dependent Losses

adalah kehilangan gaya prategang akibat dari


pengaruh waktu, yang mana hal ini disebabkan
oleh :
− Rangkak ( creep ) dan Susut pada beton.
− Pengaruh temperatur.
− Relaksasi baja prategang.

Anda mungkin juga menyukai