Anda di halaman 1dari 30

STRUKTUR BETON

PRATEGANG
(Bag.1)
Oleh Dewi Purnama Sari
DASAR-DASAR BETON PRATEGANG
Struktur beton prategang atau prategang atau pratekan
didefinisikan sebagai suatu sistem struktur beton khusus
dengan cara memberikan tegangan awal tertentu pada
komponen sebelum digunakan untuk mendukung beban
beban luar sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan
memberikan tegangan awal adalah untuk menimbulkan
tegangan awal tekan beton pada lokasi dimana nantinya
akan timbul tegangan tarik pada waktu komponen
mendukung beban sedemikian rupa sehingga diharapkan
sewaktu beban seluruhnya bekerja tegangan tarik total
berkurang atau lenyap sama sekali.
Cara yang biasa dilakukan untuk penerapan gaya prategang
pada komponen stuktur beton adalah dengan menggunakan
tendon baja. Terdapat dua macam cara pelaksanaan
pemberian prategangan, yaitu pra-penarikan
(pretensioning) didefinisikan sebagai cara memberikan
prategangan pada beton dimana tendon ditarik untuk
ditegangkan sebelum dilakukan pengecoran adukan beton
ke dalam acuan yang telah disiapkan dan penarikan purna
(post-tensioning) atau pasca-tarik. Ada 5 langkah
pretensioning:
Gambar 1. Tendon ditarik di dua jangkar

Gambar 2. Acuan dipasang dan adukan beton dicor


didalamanya
Gambar 3. Kombinasi beban mati dan prategangan

Untuk keadaan yang bersifat sementara, SNI-2847-2019 memberikan


harga-harga batas tegangan tarik di bagian tepi atas balok tidak
melampaui ¼ fci’(sekitar 40% kuat tarik), dan tegangan tekan di
bagian tepi bawah tidak lebih dari 0,60fci’. Apabila tegangan tarik
terhitung melampaui batas nilai tersebut, harus dipasang tulungan
tambahan (nonprategang) di daerah tarik untuk memikul gaya tarik
total dalam beton yang dihitung berdasarkan asumsi penampang utuh.
Penarikan purna (post-tensioning) didefinisikan sebagai
cara memberikan prategangan pada beton, dimana tendon
baru ditarik setelah betonnya dicetak terlebih dahulu dan
mempunyai cukup kekerasan untuk menahan tegangan
sesuai dengan yang diinginkan. Pelaksanaan cara ini pada
dasarnya terdiri dari enam langkah :
1. Acuan dipasang di tempat sesuai pipa selongsong lentur
yang dibuat dari plastik atau metal yang akan
menyelubungi tendon. Pipa diletakkan di acuan dengan
posisi diatur dan ditahan untuk membentuk pola tertentu
sesuai dengan momen perlawanan yang direncanakan.
2. Kemudian adukan beton dicor ke dalam acuan.
3. Selanjutnya tendon dimasukkan ke dalam pipa
selongsong yang sudah disiapkan dalam beton.
4. Tendon ditarik dengan menggunakan dongkrak di satu ujung
dan jangkar mati atau pelat penahan pada ujung lainnya.
Pada saat penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya
prategangan berupa perpendekan elastis, kehilangan tegangan
akibat gesekan dan sebagian momen beban mati sudah
bekerja sebagai dampak dari posisi tendon. Dengan demikian
gaya dongkrak harus memperhatikan hal-hal yang
menyangkut kehilangan tegangan tersebut.
5. Apabila digunakan tendon bonded, ruang kosong di ruang
pipa diisi penuh pasta semen dengan cara grouting setelah
tendon ditarik dan sebelum beban mati bekerja. Tetapi, ada
juga yang dibiarkan unbound tanpa penyuntikan pasta semen
tergantung pada perlindungan ekonomi. Untuk keadaan
demikian, gaya prategangan hanya memperhitungkan bekerja
terhadap penampang betonnya saja (bukan penampang
transformasi), tercapainya sampai keadaan seperti pada
Gambar 4.
Gambar 4. Kombinasi beban mati ,prategangan, beban hidup
dan kehilangan gaya setelah prategangan

6. Pada umumnya, jangkar ujung setelah dikunci perlu


dilindungi dengan lapis pelindung.
POLA TEGANGAN BALOK BETON PRATEGANGAN
Pola tegangan yang terjadi direncanakan dengan meninjau
tegangan akibat gaya dan beban yang bekerja pada tahap-tahap
tertemtu, yaitu masa transfer (pelimpahan tegangan awal) dan
tahap akhir (pelayanan beban yang bekerja). Ada beberapa
perjanjian tanda untuk perhitungan yaitu : tanda positif (+) untuk
tegangan tarik dan tanda negatif (-) untuk tegangan tekan.
Dengan menganggap bahwa penampang bebas retk pada tingkat
beban kerja, maka seluruh penampang diperhitungkan efektif
memikul tegangan yang timbul sehingga seluruh luas beton
diperhitungkan dalam menentukan kedudukan pusat berat dan
momen inersia penampang. Penjelasan lebih banyak dapat
dipelajari contoh 11.1 dan contoh 11.2.
KEHILANGAN GAYA PRATEGANGAN
Kehilangan gaya prategang dinamakan loss of prestress.
Pengurangan atau kehilangan tersebut sudah terjadi sesaat
setelah gaya prategang mulai bekerja. Faktor-faktor yang
menimbulkan ialah
1. Perilaku desak elastik beton (perpendekan)
2. Relaxation tegangan baja tendon
3. Penggelinciran (slip) penjangkaran
4. Proses rayapan dan susut beton
5. Kehilangan gaya gesekan di sepanjang lengkungan
tendon pada cara penarikan purna.
Kehilangan gaya prategang pada pretensioning dan post
tensioning dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. AASHTO (Jumlah kehilangan baja prategang)
Tipe baja prategang Total kehilangsan
f’c =4000 psi f’c = 5000 psi
(27,6 N/mm2) (34,5 N/mm2)
Pretensioning 45,000 psi (27,6 N/mm2)
Post-tensioning 32,000 psi (221 N/mm2) 33,000 psi (228 N/mm2)
Baja tulangan 22,000 psi (152 N/mm2) 23,000 psi (159 N/mm2)

Pada Tabel 1, menunjukkan jumlah kehilangan dipengaruhi


oleh faktor-faktor tersebut. Dan untuk tipe dari kehilangan
tegangan dapat dilikhat pada Tabel 2. Selanjutnya berikut
ini rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung
kehilangan gaya prategang.
Rumus batang pretensioned :
∆𝑓𝑝𝑇 = ∆𝑓𝐸𝑆 + ∆𝑓𝑝𝑅 + ∆𝑓𝑝𝐶𝑅 + ∆𝑓𝑝𝑆𝐻 …………………(1)

Tabel 2. Tipe kehilangan prategang


Tipe kehilangan Tahap pembebanan Kehilangan tegangan baja
prategang Batang Batang Interval waktu (ti, Total atau selama
pretensioning Post-tensioning tj) berjalan
Perpendekan Saat transfer Saat jacking - ∆𝑓𝑃𝐸𝑆
elastis (ES)
Relaxation (R) Sebelum dan Setelah transfer ∆𝑓𝑝𝑅 (𝑡𝑖 , 𝑡𝑗 ) ∆𝑓𝑝𝑅
setelah transfer
Creep of concrete Setelah transfer Setelah transfer ∆𝑓𝑝𝐶 (𝑡𝑖 , 𝑡𝑗 ) ∆𝑓𝑝𝐶𝑅
(CR)
Shringkage of Setelah transfer Setelah transfer ∆𝑓𝑝𝑆 (𝑡𝑖 , 𝑡𝑗 ) ∆𝑓𝑝𝑆𝐻
concrete (SH)
Friction (F) - Saat jacking - ∆𝑓𝑝𝐹
Anchorage - Saat transfer - ∆𝑓𝑝𝐴
seating loss (A)
Total Beban hidup Beban hidup ∆𝑓𝑃𝑇 (𝑡𝑖 , 𝑡𝑗 ) ∆𝑓𝑝𝑇
Dimana ∆𝑓𝑝𝑅 = ∆𝑓𝑝𝑅 𝑡0 , 𝑡𝑡𝑟 + ∆𝑓𝑝𝑅 𝑡𝑡𝑟 , 𝑡𝑠
𝑡0 = 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔
𝑡𝑡𝑟 = 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟
𝑡𝑠 = 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑕𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙
Sedangkan rumus kehilangan tegangan untuk post-tensioned
dapat dilihat pada Rumus (2).
Rumus batang post-tensioned :
∆𝑓𝑝𝑇 = ∆𝑓𝑝𝐴 + ∆𝑓𝑝𝐹 + ∆𝑓𝑝𝐸𝑆 + ∆𝑓𝑝𝑅 + ∆𝑓𝑝𝐶𝑅 +
∆𝑓𝑝𝑆𝐻 …………………(2)
Soal :

Anda mungkin juga menyukai