Soal 1. Buatlah analisa tentang persamaan dan perbedaan konflik tahun 1948-1965 dengan konflik yang terjadi tahun ini! 2. Tuliskan dan jelaskan 5 hikmah yang dapat kalian ambil dari konflik tahun 1948-1965! 3. Tuliskan 1 biografi tokoh nasional atau daerah yang kalian kagumi! Analisa peranannya serta nilai karakternya! Jawaban 1. Pada tahun 1948-1965 terdapat 3 konflik yang terjadi di Indonesia yaitu konflik yang berkaitan dengan ideologi, kepentingan, dan sistem pemerintahan. Pada tahun ini, 3 konflik tersebut masih ada di Indonesia.
Pada tahun 1948-1965, konflik masih dibawa dengan kekerasan dan perang. Sedangkan pada tahun sekarang, konflik dibawa dengan cara yang sangat halus seperti pergaulan.
2. - Jangan memaksakan kehendak sendiri tanpa memikirkan kehendak orang lain;
- Pererat rasa persaudaraan dan kesatuan antar sesama; - Jika ada masalah segeralah diselesaikan dengan cara yang baik seperti musyawarah; - Menjauhi segala informasi yang dapat menimbulkan efek negatif; - Bersatu untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara.
3. Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916.
Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal Bersama pamannya yang bernam Raden Cokrosunaryo yang merupakan seorang camat setelah diadopsi. Ayah dan ibu Sudirman merelaan anaknya diadopsi oleh pamannya karena kondisi keuangan pamannya lebih baik daripada orang tua Sudirman sehingga mereka ingin yang terbaik buat anaknya. Jenderal Sudirman memperoleh pendidikan formal dari sekolah Taman Siswa yang tersohor akan pendidikan nasionalisme besutan Ki Hajar Dewantara itu. Setelah tamat dari Taman Siswa, ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke HIK Muhammadiyah, Solo namun tidak sampai tamat. Pada zaman pendudukan Jepang, Jenderal Sudirman bergabung dengan tantara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor yang begitu tamat pendidikannya ia langsung diangkat menjadi Komandan Batalion di Kroya, Cilacap. Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran melawan pasukan Jepang, Jenderal Sudirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai prajurit pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 November 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan kepadanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau Pendidikan tinggi lainnya, namun karena prestasi yang sudah ia sumbangkan. Jenderal Sudirman wafat pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit TBC parah yang ia derita. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997 ia dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga orang bangsa Indonesia sampai sekarang.