Anda di halaman 1dari 11

ILMU UKUR TANAH

PENGARUH ELEVASI PERMUKAAN TANAH TERHADAP


BANGUNAN

Disusun Oleh:

ANDIKA DWI FEBRIAN 053122043

PROGRAM STUDI

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAKUAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
“ILMU UKUR TANAH PENGARUH ELEVASI PERMUKAAN TANAH TERHADAP BANGUNAN”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pengkaderan mahasiswa di program studi
teknik sipil Fakultas teknik pada Universitas Pakuan.
Makalah ini di buat untuk Membantu kita memahami lebih dalam lagi pemahaman
materi tentang Asal usul kayu sebagai material bangunan serta memberitahukan pada kita
karakteristik hingga jenis kayu.

Bogor, 11 Mei 2023


DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1

1 1.3 Tujuan................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................... 2

2 2.1 Penjelasan Elevasi Permukaan Tanah ..................................................2

2 2.2 Pengaruh Elevasi Permukaan Tanah Terhadap Bangunan....................7

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................10

10 3.1 Kesimpulan..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya
seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan hibah pengajaran
ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan
konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta
api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang dibagun dapat
dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi. Untuk mengetahui hasil
pengukuran bangunan yang benar, perlu juga kita memahami apa pengaruh daripada elevasi
permukaaan tanah terhadap bangunan, dan bagaimana pengukuran yang baik. Dalam makalah
ini akan dibahas Pengaruh Elevasi Permukaan Tanah Terhadap bangunan untuk mengetahui
apa pengaruh elevasi keadaan permukaan tanah pada gedung atau bangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan masalah apa sebenarnya pengaruh elevasi permukaan tanah
terhadap bangunan adalah sebagai berikut
a. Penjelasan Elevasi Permukaan tanah
b. Pengertian dan manfaat topografi
c. Jenis-jenis tanah d. Bagaimana mengukur elevasi terhadap bangunan
e. Pengaruh elevasi permukaan tanah terhadap bangunan
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah ilmu ukur tanah , selain itu juga untuk membahas tentang pengaruh elevasi permukaan
tanah terhadap bangunan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Elevasi Permukaan Tanah

Seperti yang kita ketahui bahwa Ilmu ukur tanah atau wilayah (surveying) adalah
sebuah metode pengukuran titik-titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut di antara setiap
titik tersebut pada suatu wilayah dengan cermat. Berbagai titik tersebut biasanya adalah
permukaan bumi dan digunakan untuk membuat sebuah peta, batas wilayah suatu lahan, lokasi
konstruksi, dan tujuan lainnya. Ilmu ukur wilayah juga merupakan sebuah pekerjaan. Surveyor
menggunakan berbagai elemen matematika seperti geometri dan trigonometri, juga fisika dan
keteknikan. Ilmu ukut tanah itu juga menyangkut topografi.

Topografi secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang
lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan
pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal(Ilmu Pengetahuan
Sosial). Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan
identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan
berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata
Yunani, topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah
mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal
seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis
lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai
alasan, diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi. Untuk kebutuhkan konstruksi
sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.

Fitur Topografi

Topografi mempelajari elevasi dan lokasi bentang alam.

• Bentang alam – bentang alam yang dipeplajari dalam topografi dapat mencakup apa saja yang
secara fisik berdampak pada suatu daerah. Contohnya termasuk gunung, bukit, lembah, danau,
laut, sungai, kota, bendungan, dan jalan.
• Elevasi – Elevasi, atau tinggi, dari pegunungan dan benda-benda lainnya dicatat sebagai
bagian dari topografi. Hal ini biasanya dicatat dalam referensi permukaan laut.

• Lintang (Latitude) – lintang memberikan posisi utara / selatan dari khatulistiwa. Khatulistiwa
adalah garis horizontal yang ditarik sekitar pertengahan bumi dengan jarak yang sama dari
Kutub Utara dan Kutub Selatan. Khatulistiwa memiliki lintang 0 derajat.

• Bujur (Longitude) – bujur memberikan posisi timur / barat dari khatulistiwa. Bujur umumnya
diukur dalam derajat dari Meridian.

Peta Topografi

Peta topografi adalah salah satu peta menunjukkan ciri-ciri fisik dari permukaan bumi.
Juga menunjukkan bentang alam seperti gunung dan sungai, peta juga menunjukkan perubahan
elevasi tanah. Elevasi ditampilkan menggunakan garis kontur.

Ketika garis kontur ditarik pada peta itu merupakan ketinggian tertentu. Setiap titik
pada peta harus menyentuh garis elevasi yang sama. Garis kontur yang bersebelahan akan
mewakili berbagai ketinggian yang berbeda. Semakin dekat garis kontur antara satu sama lain,
semakin curam kemiringan tanah. Cara Membuat Peta Topografi Ada sejumlah cara dalam
mengumpulkan informasi untuk membuat peta topografi. Mereka dapat dibagi menjadi dua
metode utama: survei langsung dan tidak langsung survei.

Survei langsung Survei langsung adalah ketika seseorang menggunakan peralatan


survei, seperti batas dan klinometer, untuk langsung mengukur lokasi dan elevasi tanah. Anda
mungkin telah melihat surveyor sepanjang jalan kadang-kadang melakukan pengukuran
dengan melihat melalui instrumen. Survei tidak langsung Daerah terpencil dapat dipetakan
dengan menggunakan metode tidak langsung.

Metode ini termasuk gambar satelit, gambar yang diambil dari pesawat, radar, dan sonar
(bawah air). Manfaat Topografi Topografi memiliki beberapa manfaat termasuk: Pertanian:
Topografi sering digunakan dalam pertanian untuk menentukan bagaimana tanah dapat
dikonservasi dan bagaimana air akan mengalir di atas tanah.

Lingkungan: Data dari topografi dapat membantu konservasi lingkungan. Dengan memahami
kontur tanah, ilmuwan dapat menentukan bagaimana air dan angin dapat menyebabkan erosi.
Mereka dapat membantu untuk membangun kawasan konservasi seperti DAS dan blok angin.
Cuaca: Topografi tanah dapat berdampak pada pola cuaca. Meteorologi menggunakan
informasi di gunung-gunung, lembah, lautan, dan danau untuk membantu memprediksi cuaca.

Militer: Topografi juga penting untuk militer. Tentara sepanjang sejarah telah menggunakan
informasi tentang ketinggian, bukit, air, dan bentang alam lainnya ketika merencanakan strategi
militer mereka.

2.1.2 Pengaruh Elevasi Permukaan Tanah Terhadap Bangunan

Banyak faktor yang mempengaruhi bangunan terutama dari segi elevasi permukaan
tanah, salah satunya adalah kondisi lahan. Kondisis lahan sangat perlu diperhatikan sebelum
membuat sebuah bangunan atau gedung agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan
dikemudian hari.

Lahan yang bagus untuk didirikan bangunan adalah lahan yang berpotensial untuk pemukiman.
Ciri-ciri lahan potensial untuk permukiman antara lain:

1. Daya Dukung Tanah Besar Artinya memiliki kemampuan untuk menahan beban dalam
ton tiap satu meter kubik. Jadi bila didirikan bangunan di atasnya tidak amblas.
2. Fluktuasi Air Baik Artinya memiliki kedalaman air tanah yang sedang. Fluktuasi air
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, jika air tanahnya dangkal maka keadaan di
atasnya lembab dan jika air tanahnya dalam maka keadaan di atasnya gersang
(kering/tandus).
3. Kandungan Lempung cukup Kandungan lempung berpengaruh terhadap kembang
kerutnya tanah. Hal ini erat kaitannya dengan pembuatan pondasi,pembangunan jalan,
saluran air, dan sebagainya.
4. Topografi Topografi yang ideal untuk permukiman adalah yang kemiringan lahannya
antara 0% sampai 3%. Kemiringan merupakan perbandingan antara jarak vertikal dan
jarak horisontal dikali 100%. Kemiringan lereng 0% berarti tanahnya rata, dan
kemiringan lereng 100% berarti sudut kemiringannya 45% (sangat curam). Topografi
erat kaitannya dengan kenyamanan hunian (tempat tinggal) dan keamanan dari
ancaman bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan sebagainya.

Dan berikut adalah ciri-ciri lahan kritis untuk pertanian:


1) Daya dukung tanah rendah, artinya tidak mampu menahan beban dalam ton tiap
satu meter kubik. Sehingga bila didirikan bangunan di atasnya, bangunan tersebut
akan roboh (amblas).
2) Fluktuasi air tidak baik, artinya air tanahnya terlalu dangkal atau terlalu dalam. Hal
ini dapat mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di atas
lahan tersebut.
3) Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang kemiringannya lebih
dari 3%. Karena topografi dengan kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman
bencana alam seperti tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu
kenyamanan hunian dan keamanan dari bencana alam tersebut.

Nah, apa yang terjadi jika bangunan di bangun pada zona kemiringan yang tinggi? Maka
bangunan tersebut bisa roboh jikalau pada suatu saat terjadi longsor.
Longsoran merupakan suatu proses pergerakan massa tanah dan atau massa hancuran
batuan penyusun lereng yang bergerak menuruni lerengnya akibat dari terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Masalah kelongsoran khususnya di Indonesia, sering terjadi disebabkan keadaan
geografi yang dibeberapa tempat memiliki curah hujan cukup tinggi dan daerah potensi gempa.
Curah hujan yang tinggi dianggap sebagai faktor utama kelongsoran karena air dapat mengikis
suatu lapisan pasir, melumasi batuan ataupun meningkatkan kadar air suatu lempung sehingga
mengurangi kekuatan geser. Kemungkinan longsor akibat hujan masih harus dikaitkan dengan
beberapa faktor antara lain topografi daerah setempat, struktur geologi, sifat kerembesan tanah
dan morfologi perkembangannya.
Kondisi topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan lereng yang hampir tegak
lurus mengakibatkan banyak lereng yang tidak stabil. Fenomena ketidakstabilan suatu lereng
dapat diklasifikasikan menjadi keruntuhan lereng (slope failure) dan longsoran (landslide).
Keruntuhan lereng dan longsoran dapat terjadi pada suatu galian maupun pada suatu timbunan.
Sebab-sebab keruntuhan lereng pada suatu galian akan sangat berbeda dengan suatu
timbunan. Suatu galian adalah suatu kasus tanpa pembebanan dimana tanah dihilangkan, oleh
karena itu menyebabkan sokongan tegangan di dalam tanah. Sebaliknya, peninggian-
peninggian tanah dan timbunan buangan adalah kasus pembebanan dan periode
pelaksanaannya merupakan periode yang paling kritis akibat timbulnya tekanan-tekanan pori
selama pelaksanaan dengan konsekuensi pengurangan tegangan efektif.
Permasalahan yang umumnya melatarbelakangi bencana tanah longsor adalah:
• Kemiringan lereng yang hampir tegak lurus akan berpengaruh terhadap stabilitas
lereng. Adanya infrastruktur yang berdiri di atas lereng tidak mungkin dipindah
sehingga lahan untuk membuat kemiringan lereng sangat terbatas.
• Keadaan geografi yang memiliki curah hujan cukup tinggi yang meningkatkan kadar
air pori sehingga mengurangi kekuatan geser.
• Bertambahnya kadar air pori jika terjadi hujan lebat karena kurang berfungsinya saluran
drainase pada konstruksi tersebut yang mengakibatkan terhambatnya aliran air yang
akan keluar sehingga tekanan air pori meningkat dan berpotensi mengakibatkan
kelongsoran.
• Di atas lokasi longsor telah berubah fungsi dari daerah hijau menjadi pemukiman yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air sehingga terjadi perubahan kandungan
air tanah dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah.
Didalam operasi penambangan, masalah kemantapan lereng akan ditemukan pada
Penggalian Tambang Terbuka (open pit ataupun open cut), bendungan untuk cadangan air
kerja, di tempat tempat penimbunan bahan buangan (tailing disposal) dan di penimbunan bijih
(stockyard). Apabila lereng yang terbentuk sebagai akibat dari proses penambangan (pit slope)
maupun yang merupakan sarana penunjang operasi penambangan (bendungan, jalan, dll) itu
tidak stabil maka kegiatan produksi akan terganggu. Oleh karena itu suatu analisis kemantapan
lereng merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap
kelancaran produksi maupun terjadinya bencana yang fatal.
Dilihat dari jenis material, ada 2 macam lereng, yaitu :
• Lereng batuan
• Lereng Tanah
Masalah kemantapan lereng pada umumnya tergantung pada faktor penyebab sebagai berikut
: Lokasi, arah, frekuensi, kekuatan dan karakteristik dari bidang-bidang lemah
1. Keadaan tegangan alamiah dalam massa batuan / tanah 3. Konsentrasi lokal dari
tegangan
2. Karakteristik mekanik dari massa batuan / tanah
3. Iklim terutama jumlah hujan untuk di daerah tropis
4. Geometri Lereng
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengaruh elevasi permukaan
tanah terhadap bangunan itu sangat penting guna mencegah terjadinya kerusakan pada
bangunan akibat kejadian alam seperti longsor,dll. Dengan memahami elevasi permukaan
tanah kita dapat mengetahui posisi atau kemiringan tanah yang pas untuk membangun sebuah
gedung atau bangunan dengan memahami kondisi lahan yang berpotensial untuk pemukiman.
Oleh Karena itu, perlu dilakukan Survey dan pemetaan yang baik dalam pembangunan berkala
agar keadaan permukaan tanah bisa dijadikan tempat untuk membangun
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Topografi, diakses pada hari Selasa, 14 November 2017


pukul 20:36

http://budisma.net/2015/11/pengertian-dan-manfaat-topografi.html, diakses pada hari


Selasa, 14 November 2017 pukul 20:40

https://dwikusumadpu.wordpress.com/2013/02/13/kestabilan-lereng-
terhadap bahaya-longsor/, diakses pada hari Selasa, 14 November 2017 pukul 20:50

http://mekanikbangunan.blogspot.co.id/2012/06/lahan-yang-bagus-
untuk didirikan.html, diakses pada hari Selasa, 14 November 2017 pukul 20:4

Anda mungkin juga menyukai