DISUSUN OLEH:
2204018
Diajukan sebagai mengikuti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Geologi Struktur
Semester I (Satu) Tahun Ajaran 2023/2024 Program Studi Teknik Geologi
Sekolah Tinggi Teknologi Migas Balikpapan
Disusun oleh:
2204018
KELOMPOK 01
Disahkan oleh:
DOSEN PENGAMPU
MATA KULIAH GEOLOGI STRUKTUR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat petunjuk
dan hidayahNya laporan fieltrip Geologi Struktur daerah Kuaro dan sekitarnya dengan tepat
waktu. Harapan penyusun dalam membuat laporan ini yaitu semoga laporan ini dapat dibaca
dan diterima dengan baik untuk menjadi bahan pembelajaran kedepannya.
Penyusun juga berterima kasih kepada seluruh dosen dan asisten dosen yang telah
membantu dan membimbing dalam melakukan praktikum dilapangan. Dalam
menyelesaikan laporan fieltrip ini diajukan demi memenuhi syarat UTS pada tahun
2023/2024 mata kuliah Geologi Struktur S1 teknik Geologi sebagai data-data hasil selama
praktikum lapangan dilakukan Penyusun menyadari dalam penulisan laporan ini masih
banyak kekurangan baik itu pada teknis penulisan laporan yang penyusun lakukan ataupun
kesalahan penulisan kata dalam laporan ini, atas hal tersebut penyusun meminta maaf.
Penyusun berharap ada saran dan kritik yang diterima agar dapat menyempurnakan laporan
ini maupun dalam pembuatan laporan-laporan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi kita
semua, serta dapat menambah pengetahuan untuk waktu yang selanjutnya dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan berkat untuk kita semua.
Penyusun,
Syahrief Ilmi Soekarno
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
3. Cara pengukuran
Menurut Kudwadi (2018) pengukuran bidang dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike/dip)
Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi "E" kompas pada
bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada
pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum
"N" merupakan arah strike yang diukur (jangan lupa menandai garis strike
yang akan dipakai untuk pengukuran dip).
Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi "W" kompas pada
bidang yang diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo
tabung berada di atas). Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat
nivo tabung.
Gambar 1.2 Cara pengukuran strike dan dip menggunakan kompas geologi tipe
Brunton
b. Pengukuran “kemiringan dan arah kemiringan" (dip,dip direction)
Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi "s" kompas
pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada
pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh
jarum "N" merupakan arah kemiringan yang diukur.
Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti yang dijelaskan
sebelumnya.
B. Struktur Garis
Menurut Kudwadi (2018) Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk
geometri garis, antara lain gores garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Struktur
garis dapat dibedakan menjadi stuktur garis riil dan struktur garis semu.
Struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati dan
diukur langsung di lapangan, contoh: gores garis yang terdapat pada bidang sesar.
Sedangkan struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya
ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur
garis primer yang meliputi: liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku
tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen. Struktur garis sekunder yang meliputi: gores-
garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan, kelurusan-kelurusan dari
topografi, sungai dan sebagainya.
Gambar 1.4 Teknik mengukur trend dan plunge suatu struktur garis L
C. Kekar (Joint)
Kekar didefinisikan sebagai rekahan atau pecahan batuan yang tidak mengalami
pergeseran, hanya peregangan (ekstension) dengan bidang planar dan licin yang memotong
batuan (Sapiie, 2011). Kekar terbentuk akibat tegasan ulama dan merupakan gaya yang
diterima oleh batuan dengan sumber gaya yang berasal dari gaya tektonik. Kebanyakan
kekar merupakan hasil dari pembubungan kerak, kompresi, tarikan (tension) yang berkaitan
dengan sesar atau lipatan (Sapiie dkk, 2014). Kekar terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Kekar Tension
Kekar ini adalah kekar yang diakibatkan oleh pelepasan beban atau pemuaian hatuan
(Sapiie dkk, 2014). Kekar ini juga disebabkan akibat adanya regangan oleh stress
tektonik. dan temperatur sehingga membentuk rekahan yang lurus, planar dan tidak
terjadi pergeseran (Sapiie, 2011).
Gambar 1.5 Kekar Tension
2. Kekar Berpasangan (Shear Joint)
Menurut Nugraha (2018) mekanisme terbentuknya kekar berpasangan adalah ketika
arah tegasan utama atau disimbolkan dengan ð1, yang merupakan gaya terkuat, dengan
ð2, kekuatan tegasan lebih kecil daripada tegasan utama dan merupakan pelepasan gaya
dari ð1, serta ð3, dengan tegasan yang paling kecil hasil pelepasan dari gaya ð2,
mengenai suatu tubuh batuan dan dari ketiga gaya tersebut batuan akan menunjukan
struktur kekar tension dan juga kekar berpasangan (shear joint).
Gambar 1.13 Cara pengukuran jurus dan kemiringan lapisan (Compton, 1985)
Analisis Kinematis
Meliputi identifikasi untuk mengetahui arah pergerakan struktur yang mana dapat
dilihat langsung di lapangan atau dari peta topografi. Berupa data rake dan pitch pada
bidang sesar, arah pola pelurusan topografi sekitar daerah penelitian, serta hasil perhitungan
bidang dan net slip sesar.
1. Pengukuran Arah Trend
Tempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan sejajar
dengan arah struktur garis yang diukur.
Tempelkan sisi E atau W kompas geologi pada posisi kanan atau kiri alat bantu
dengan visir kompas mengarah ke penunjaman struktur garis tersebut.
Levelkan atau horizontalkan maka nilai yang ditunjuk oleh jarum Utara adalah nilai
penunjaman (Trend).
2. Pengukuran Plunge
Tempelkan sisi W kompas geologi pada posisi alat bantu yang masih dalam keadaan
vertikal.
Levelkan klinometer dan baca besaran sudut vertikal yang ditunjukkan oleh
penunjuk pada klinometer.
3. Pengukuran Pitch Net Slip/Rake
Buat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tersebut terdapat yang
memotong struktur garis yang akan diukur Rakenya.
Gambar 1.14 Teknik mengukur trend dan plunge suatu struktur garis L
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN
Secara umum, geologi regional merupakan penggambaran dari tatanan geologi pada
daerah penelitian. Pembahasan geologi regional terbagi ke dalam tiga aspek yaitu, tatanan
tektonik, stratigrafi, dan struktur geologi yang hadir pada daerah penelitian. Tatanan
tektonik membahas mengenai proses terbentuknya daerah penelitian berdasarkan aktivitas
tektonik yang terjadi. Stratigrafi membahas mengenai jenis, karakteristik, hubungan, dan
proses yang mempresentasikan dari formasi yang terbentuk. Struktur geologi membahas
mengenai struktur apa saja yang terbentuk dan mekanisme perkembangan struktur pada
daerah penelitian.
Formasi Telakai (Tetk): batulempung, batupasir lempungan dan serpih dengan sisipan
batugamping dan napal. Berumur Eosen Akhir dan terendapkan di lingkungan lebih
dalam daripada sedimen Formasi Kuaro. Tebal formasi 1700 meter dan menindih
selaras Formasi Kuaro.
Formasi Kuaro (Tek) : Batupasir dan konglomerat dengan sisipan batubara, napal,
batugamping dan serpih lempungan. Fosil yang teramati terdiri atas: Globigerapsis
mexilana, Globigerapsis semiinvoluta, Globorotalia cerroazulensis, Operculina sp, dan
Discoclyina sp., yang menunjukkan umur Eosen Awal
Formasi Tanjung (Tet): Perselingan batupasir, batulempung, konglomerat, dan napal
dengan sisipan tipis batubara. Batupasir dan batugamping menunjukkan struktur
perlapisan bersusun dan simpang-siur. Fosil yang dijumpai antara lain : Pellatispira
provaleae YABE, Discoclyina dispanca SOWERBY; Nummulites pengaroensis
VEERBEK; Operculina sp., Milliolidae, menunjukkan umur Eosen Akhir.
Batuan Pra-Kapur
Batuan Pra-Kapur terdiri atas batuan granitan, malihan, ofiolit, dan sedimen.
Batuan ini berumur Karbon-Permo hingga Kapur Awal.
Granit
Terdapat tiga jenis granit yang menjadi batuan alas Cekungan Barito, granit ini
dibedakan berdasarkan penanggalan radiometri. Kelompok Granit Lumo yang
berdasarkan penanggalan radiometri K-Ar memiliki umur 260 jtl (Permian Awal) (Dirk
dan Amiruddin, 2000; dalam Heryanto, 2010). Granit Puruidalam memiliki umur 155,27 jtl
(Jura Tengah), batuan ini memiliki asosiasi dengan ofiolit yang menunjukkan batuan ini
termasuk ke dalam ofiolit. Granit Belawaiyan yang merupakan granit plutonik tersusun
atas batuan granit, tonalit dan diorit, memiliki umur 101-131,10 jtl (Hartono dkk., 1997;
dalam Heryanto, 2010). Pada stratigrafi regional, granit ini masuk kedalam Formasi Granit
Mesozoik (Mgr) (Gambar 2.2).
Batuan Malihan
Terdapat dua macam sekis di Tinggian Meratus, yaitu sekis hijau dan sekis biru.
Sekis hijau Filit Pelihari merupakan batuan malihan tingkat rendah yang ada di Tinggian
Meratus yang kemudian dipercaya sebagai batuan alas Cekungan Barito, terdiri atas
litologi filit dan batu sabak. Berdasarkan penanggalan radiometrik, didapatkan sekis
dengan dua umur yang berbeda yaitu yang terbentuk pada 110-119 jtl (Sikumbang dan
Heryanto, 1994; dalam Heryanto, 2010) dan yang terbentuk pada 165 jtl (Zulkarnain drr.,
1996; dalam Heryanto, 2010). Pada stratigrafi regional, formasi ini masuk kedalam
Formasi Batuan Metamorf Mesozoik (Mm) (Gambar 2.2)
Ofiolit
Kelompok batuan ini terdiri atas litologi lherzolit, hazburgit, wherlit, dunit, olivin
klinopiroksen, olivin peridotit dan serpentinit. Pada sebagian tempat terdapat litologi rijang
radiolaria yang berasosiasi dengan ofiolit (Sikumbang, 1986 dalam Heryanto, 2010). Pada
stratigrafi regional, formasi ini masuk kedalam Formasi Batuan Ultrabasa Mesozoik (Mub)
(Gambar 2.2).
Batuan Sedimen
Kelompok batuan ini terdiri atas Formasi Paniungan dan Batununggal, keduanya
berumur Kapur Awal. Formasi Paniungan (Kpn) terdiri atas batulumpur dengan sisipan
batupasir. Pada lokasi tipe formasi ini terdapat fosil moluska yang menunjukkan umur Jura
Akhir sampai Kapur Awal. Formasi ini diendapkan pada lingkungan pengendapan paparan
luar (outer-shelf). Formasi Batununggal (Klb) mengandung fosil Orbitolina spp. (Krol,
1920; dalam Heryanto, 2010) (Gambar 2.2
Formasi Kapur Akhir
Formasi Pudak (Kap) diajukan oleh Sikumbang dan Heryanto (1994) terdiri atas
batupasir vulkarenit berbutir kasar yang sebagian konglomeratan dengan sisipan
breksi mengandung bongkah besar batugamping. Satuan ini diendapkan dengan
mekanisme gaya berat atau olisostrom menunjukkan suatu endapan lereng bawah
laut sebagai flexo turbidite dan bagian atasnya bercirikan dengan struktur sedimen
saluran yang mencirikan endapan bawah laut sebagai turbidit proximal dan distal
(Heryanto, 2000a dalam Heryanto, 2010).
Formasi Pitanak (Kvpi) ini terdiri atas litologi lava andesit warna kelabu
kecokelatan yang berasosiasi dengan breksi vulkanik. Lava bertekstur porfiritik
dengan fenokris plagioklas, umumnya diisi oleh zeolit dan kuarsa, setempat
dijumpai struktur bantal.
Formasi Paau (Kvp) terdiri dari litologi breksi vulkanik berwarna kelabu kehitaman
dengan komponen andesit-basalt dengan masa dasar batupasir. Batuan Pengisi
Cekungan
Formasi Berai (Tomb) terdiri atas litologi batugamping berwarna putih, di beberapa
tempat memiliki sifat chalky, diendapkan pada Oligosen-Miosen. Pembentukan
Formasi Berai diawali dengan proses penurunan (sagging) yang semakin berkurang
lajunya, kemudian dilanjutkan pengendapan Formasi ini di Cekungan dalam kondisi
sagging hingga akhir dari pengendapan Formasi Berai. Formasi ini memiliki batas
yang berangsur dengan formasi yang diendapkan di atasnya, yaitu Formasi
Warukin.
Formasi Warukin (Tmw) terdiri atas litologi batupasir, batulempung dan batubara.
Formasi ini diendapkan pada Miosen. Beberapa penulis meyakini bahwa endapan
ini diendapkan sebagai endapan syn-inversion, pada saat ini diendapkan rezim
tektonik yang terjadi adalah rezim kompresi (Kusuma & Darin, 1989; Mason dkk.,
1993; Satyana & Silitonga, 1993; Satyana Silitonga, 1994). Formasi ini diendapkan
pada lingkungan delta, dicirikan dengan suksesi litologi dan struktur sedimennya
(Satyana & Silitonga, 1994).
Formasi Dahor (Tqd) terdiri atas litologi konglomerat dan batupasir, endapan ini
belum terkonsolidasi hingga hari ini. Endapan ini merupakan endapan syn-
inversion dari proses kompresi lanjut yang terjadi pada cekungan.
2.3. Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi
Struktur tektonik yang berkembang pada Cekungan Kutai berarah timur lautbarat
daya (NE-SW) yang dibentuk oleh Antiklinorium Samarinda, yang berada di bagian
timur – tenggara cekungan (Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium Samarinda tersebut
memiliki karakteristik terlipat kuat, antiklin asimetris dan dibatasi oleh sinklin-sinklin
yang terisi oleh sedimen silisiklastik Miosen (Satyana dkk., 1999) Teori mengenai asal
terbentuknya struktur-struktur pada Cekungan Kutai masih dalam perdebatan. Beberapa
peneliti mengajukan teori seperti Vertical diapirism, gravitational gliding oleh Rose dan
Hartono, 1978 op.cit. Ott 1987; Inversion trough regional wrenching oleh Biantoro
dkk., 1992; Microcontinental collision, detachment folding above overpressured
sediments (Chambers & Daley, 199).
Pulau Kalimantan terdiri atas beberapa afinitas batuan dasar, diantaranya batuan
yang memiliki afinitas kontinental dan yang memiliki afinitas samudera, kedua hal
ini bisa diamati berdasarkan data lapangan, dimana pada daerah dengan afinitas
batuan kontinental didapati batuan-batuan granitoid dan batuan yang berasosiasi
dengan kontinental. Batuan sejenis ini dapat ditemui di bagian Barat Cekungan
Barito, seperti di Tinggian Kuching dan Tinggian Schwanner.
Selain itu juga terdapat cekungan sedimen Tersier di pulau Kalimantan, diantaranya
Cekungan Kutai, Barito, Asam-asam, Tarakan, Buntok, Melawai, dan Ketungu.
Cekungan ini dibatasi oleh tinggian ketika masa pembentukannya. Unsur-unsur
tektonik lainnya yang ada di Pulau Kalimantan antara lain Sesar Adang Lupar,
Tinggian Mangkalihat dan Tinggian Meratus (Satyana & Silitonga, 1994).
BAB III
HASIL OBSERVASI LAPANGAN DAN PENGAMBILAN DATA STRUKTUR
GEOLOGI
Merah : jalan
Biru : st7
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN