GEOLOGI STRUKTUR
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Sopriyananta
230621040
FAKULTAS TEKNIK
Tahun 2023
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari bentuk arsitektorat kulit bumi
serta gejala-gejala yang menyebabkan pembentuknya. Beberapa ahli memberi
sinonim geologi struktur dengan geologi tektonik, atau geotektonik. Perbedaan
antara sinonim- sinonim tersebut terletak pada penekanan masalah yang dipelajari
dan skalanya.
Geologi struktur lebih cenderung pada geometri batuan dengan skala kecil
(lokal atau regional), sementara yang lain lebih cenderung pada gaya-gaya dan
pergerakan yang menghasilkan struktur geologi. Pengertian tersebut dapat
diuraikan dari akar kata geotektonik yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari
kata geo yang berarti earth (bumi) dan tekton yang berarti builder
(pembangun/pembentuk).
.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan mempelajari geologi
struktur adalah :
1. Dapat mendeterminasi bentuk dan ukuran tubuh batuan.
2. Dapat menghubungkan struktur geologi yang dijumpai dengan urut-urutan
kejadian.
3. Dapat mendeterminasi proses-proses fisik yang menghasilkan struktur
geologi tersebut.
1
1.3 Materi Pembahasan
Berdasarkan pengertian geometri, struktur geologi membedakan struktur garis
dan struktur bidang. Adapun yang termasuk struktur bidang yaitu perlapisan batuan,
urat (vein), kekar, sesar, lipatan, ketidakselarasan, dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk struktur garis yaitu lineasi, gores-garis, hinge line, dan lain-lain.
Geologi struktur berkaitan erat dengan ilmu geologi lain, seperti geomorfologi,
sedimentologi, petrologi, geologi teknik, geohidrologi, geofisika, dan lain-lain.
Analisis data struktur geologi secara deskriptif geometri dilakukan dengan cara
mengubah bentuk yang sesunggguhnya kedalam bentuk dua dimensi dengan
proyeksi. Berdasarkan metodanya proyeksi dibedakan menjadi:
1. Proyeksi ortogonal: yaitu penggambaran obyek dengan garis proyeksi
dibuat saling sejajar dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi.
2. Proyeksi perspektif: proyeksi suatu obyek terhadap suatu titik, misalnya
proyeksi kutub.
3. Proyeksi stereografis: penggambaran didasarkan kepada perpotongan garis
atau bidang dengan permukaan bola. Proyeksi stereografis banyak dipakai
dalam geologi struktur. Proyeksi ini dan penggunaannya akan dibahas
dalam acara proyeksi stereografis.
Dalam praktikum Geologi Struktur beberapa materi akan dibahas antara lain :
2
BAB II
STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS
3
2. Pengukuran “kemiringan dan arah kemiringan” (dip,dip direction).
a. Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi “S”
kompas pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal
(gelembung berada pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka
azimuth yang ditunjuk oleh jarum “N” merupakan arah kemiringan yang
diukur.
b. Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti yang dijelaskan
sebelumnya.
Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri garis, antara
lain gores garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Struktur garis dapat
dibedakan menjadi stuktur garis riil dan struktur garis semu.
Struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat
diamati dan diukur langsung di lapangan, contoh gores garis yang terdapat pada
bidang sesar. Sedangkan struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah
atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk
kelurusan atau liniasi.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi
struktur garis primer yang meliputi liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada
batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen. Struktur garis sekunder yang
meliputi gores-garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan,
kelurusan-kelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.
4
Cara Penulisan (notasi) dan simbol struktur bidang, yaitu :
1. Penulisan (notasi) struktur garis dapat dinyatakan berdasarkan dua sistem:
a. Sistem azimuth
b. Sistem kuadran
2. Penulisan struktur garis dengan cara ini dapat dilakukan berdasarkan
sistem azimuth dan sistem kuadran, yaitu:
a. Sistem Azimuth
Hanya mengenal satu tulisan yaitu N X° E/Y°
Dimana:
X= jurus/strike, besarnya 0°-360°
Y= kemiringan/dip, besarnya 0°-90°
b. Sistem Kuadran
Penulisan tergantung pada posisi kwadran yang diinginkan sehingga
mempunyai beberapa cara penulisan, yaitu (N/S) A° (E/W)/B°C
Dimana:
A= strike, besarnya 0°-360°
B= dip, besarnya 0°-90°
C= dip direction, menunjukkan arah dip
Cara pengukuran struktur garis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend).
Cara pengukuran arah penunjaman (trend) :
a. Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi
tegak dan sejajar dengan arah yakni struktur garis yang diukur.
b. Menempelkan sisi “W” atau “E” kompas pada posisi kanan atau kiri
alat bantu dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada
penunjaman struktur garis tersebut.
c. Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan
horizontal/gelembung berada di tengah nivo), maka harga yang
ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah penunjamannya
(trend).
5
Gambar 2.3 Kenampakan struktur garis di lapangan
(Sumber: Prasetyadi, 2014)
a. Menempelkan sisi “W” kompas pada sisi atas alat bantu yang masih
dalam keaadan vertikal.
b. Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di
tengah nivo dan besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran
sudut vertikal yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer.
6
Cara pengukuran arah kelurusan (bearing) :
1. Sistem Azimuth: N Xo E / Yo
a. X = jurus/strike, besarnya 0o- 360o
b. Y = kemiringan/dip, besarnya 0o - 90o
2. Sistem Kuadran: (N/S) Aº (E/W) / Bº C
a. A = strike
b. B = dip
c. C = dip direction, menunjukan arah dip dapat dengan SW, NE, dan lain-
lain.
3. Membuat lingkaran kemudian memplotkan garis jurus, tepat sesuai arah
pengukuran pembacaan kompas di titik lokasi dimana struktur bidang
tersebut diukur pada kertas kalkir.
7
4. Membuat tanda kemiringan (dip) digambarkan pada tengahnya dan tegak
lurus, searah jarum jam, dimana panjang tanda kemiringan (dip) sepertiga
panjang garis jurus dan menggunakan kaidah tangan kiri.
5. Tulis besar kemiringan pada ujung tanda kemiringan, penulisan harus searah
Timur Barat.
8
BAB III
STRIKE DAN DIP
Strike dan dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip yaitu:
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike)
and (Nilai Dip).
9
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas
Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki
klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk
mengukur kemiringan dan bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna
untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
10
Adapun bagian penyusun inti dari kompas Geologi, yaitu :
1. Adjusting screw, berupa skrup sebagai penggerak lingkaran pembagian
derajat.
2. Axial line, merupakan garis sumbu pengarah objek.
3. Bull’s eye level (mata sapi), nivo bulat pengukur horizontal kompas.
4. Klinometer level, sama seperti mata sapi namun bentuknya berupa tabung.
5. Kompas needle, merupakan jarum kompas penunjuk arah Utara dan Selatan
kutub magnet.
11
5. Mengukur pitch.
Cara mengukurnya jadi pertama buatlah garis strike di permukaan
bidang, lalu langsung ukur derajat antara struktur garis dan strike
menggunakan busur derajat.
6. Untuk menentukan tempat kita terhadap suatu benda dan arah Utara.
Untuk melakukan pengukuran dengan cara ini, kita harus menggunakan
small sight, large sight dan cermin agar hasil pengukurannya maksimal.
7. Untuk menetukan tempat kita terhadap dua buah benda atau lebih.
Untuk melakukan pengukuran dengan cara ini, kita harus menggunakan
small sight, large sight dan cermin agar hasil pengukurannya maksimal.
12
BAB IV
MENGUKUR STRIKE DAN DIP
13
potensi longsor, retakan, atau struktur geologis lain yang dapat
mempengaruhi kestabilan lereng.
4. Rekayasa Geoteknik.
Penentuan strike dan dip diperlukan dalam rekayasa geoteknik untuk
merencanakan pondasi, terowongan, atau proyek infrastruktur lainnya. Ini
membantu dalam memahami kondisi geologis di bawah permukaan tanah.
14
BAB V
ANALISIS KEKAR
5.1 Pengertian
Kekar (joint) adalah rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran.
Dari hasil eksperimen dengan memberi gaya pada contoh batuan akan di peroleh
retakan (fracture) yang menyudut lancip dengan arah gaya kompresi yang tidak
pernah melebihi 45o, umumnya sekitar 30o, tergantung sudut geser dalam dari
batuan. Terbentuk juga retakan lain yang searah dengan gaya kompresi, disebut
extention fracture dan tegak lurus gaya kompresi disebut release fracture.
15
5.3 Analisis Kekar
Tujuan dari analisis kekar ini sebenarnya adalah untuk menafsirkan arah gaya
tektonik yang bekerja, sehingga diharapkan dapat membantu interpretasi struktur
sesar dan lipatan yang ada pada daerah penelitian. Hubungan antara kekar, sesar
dan lipatan dikemukakan oleh Moody dan Hill (1956).
1. Histogram.
2. Diagram kipas.
3. Stereografis (akan dibahas dalam acara stereografis).
16
Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram kipas yang dianalisis
hanyalah jurus dari kekar dengan mengabaikan besar dan arah kemiringan,
sehingga analisis ini akan mendekati kebenaran apabila kekar-kekar yang dianalisis
mempunyai dip cukup besar atau mendekati 90°. Gaya yang bekerja di anggap
lateral. Karena arah kemiringan kekar diabaikan, maka dalam perhitungan kekar
yang mempunyai arah N180°E dihitung sama dengan N0°E, N220°E dihitung sama
dengan N40°E, N115°E sama dengan N65°W.
Prosedur analisis yang digunakan yaitu untuk analisis statistik, data yang
diperkenankan umumnya 50 data, tetapi 30 data masih diperkenankan. Dalam
analisis ini kekar gerus dan kekar tarik dipisahkan, karena gaya yang bekerja untuk
kedua jenis kekar tersebut berbeda.
1. Buat tabulasi dari data pengukuran kekar berdasarkan jurus kekar ke dalam
tabel. Buat interval 5 derajat. Hitung frekuensi dan prosentase masing-
masing interval. Prosentase dihitung masing-masing interval terhadap
seluruh pengukuran.
2. Membuat histogram.
a. Buat sumbu datar untuk jurus kekar, dan sumbu tegak sebagai
prosentase.
b. Sumbu datar terdiri dari N 90° W - N 0° E - N 90° E. Buat skala sesuai
interval (5 derajat).
17
c. Buat balok masing-masing interval sesuai dengan besar presentase
masing-masing interval.
18
Gambar 5.5 Diagram kipas. Maksima N2,5oW dan N62,5oE.
4. Interpretasi
Arah gaya pembentuk kekar membagi dua sudut lancip yang dibentuk
oleh kedua kekar.
a. Pada diagram kipas arah gaya pembentuk kekar adalah besarnya sudut
(jurus kekar) yang terbaca pada busur lingkaran, yang diperoleh dengan
membagi dua dari dua maksima (interval dengan prosentase terbesar)
yang berjarak kurang dari 90 derajat.
b. Pada histogram, arah gaya = sudut yang terbaca pada sumbu datar
yang merupakan titik tengah antara dua maksima yang berjarak
kurang dari 90 derajat.
c. Bila ingin mencari arah sumbu lipatan, tambahkan 90 derajat dari arah
gaya, searah atau berlawanan jarum jam.
19
Gambar 5.6 Pola kekar yang berkembang pada suatu lipatan
20
DAFTAR PUSTAKA
McClay, K. R. (1987). The mapping of geological structures. John Wiley & Sons.
21