PENDAHULUAN
1
6. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran waterpass terbuka dan dapat
mengetahui perhitungan luas dan volume timbunan.
7. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran waterpass tertutup dan dapat
mengetahui perhitungan luas dan volume galian.
8. Mahasiswa dapat menghitung luas dan volume timbunan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Arti Pentingnya Pengukuran Tanah pada Perencanaan Bangunan Sipil
Survei dan pemetaan mempunyai peranan yang penting di dalam pekerjaan
ketekniksipilan seperti pada pekerjaan proyek irigasi dan bangunan air, konstruksi
jalan dan jembatan, terowongan, saluran drainase perkotaan, pengembangan
wilayah kota, konstruksi pelabuhan kapal laut dan udara. Pekerjaan surveying dan
pemetaan mendahului dan mendampingi perencanaan dan pelaksanaan konstruksi
bangunan teknik sipil. (Tumewu, 1981)
Pekerjaan proyek di bidang teknik sipil dapat dibagi dalam tiga tahap:
1. Feasibility Study. Pada tahap ini akan dipelajari keuntungan dan kerugian
dinilai dari segi sosial, ekonomi, politik, teknik, kebudayaan, lingkungan dan
sebagainya untuk membenarkan dan memungkinkan proyek bersangkutan.
2. Perencanaan teknis berdasarkan pada pengumpulan data dan penyuluhan
untuk keperluan desain proyek baru atau perbaikan betterment proyek yang
kebutuhannya sudah tidak memenuhi syarat lagi. Target tahap ini adalah
untuk mendapatkan lokasi proyek terbaik yang sesuai dengan perencanaan.
3. Lokasi dan konstruksi bangunan-bangunan seperti: jembatan, terowongan,
dam, saluran irigasi, kompleks gedung-gedung dan sebagainya. (Tumewu,
1981).
Pada semua tahap di atas akan diperlukan informasi berupa peta dengan
ketelitian yang diperlukan, dengan resiko yang bisa diabaikan. Peta-peta untuk
setiap tahap akan berbeda dalam hal skala, metode pengukuran, macam dan
jumlah informasi dengan menggunakan teknik dan peralatan yang relevan. Jika
suatu pekerjaan harus diulangi karena tidak memenuhi ketelitian yang
dikehendaki, maka ini berarti bahwa biaya pengukuran akan menjadi kuadrat dari
rencana biaya pengukuran semula.
Secara umum, tujuan Ilmu Ukur Tanah ini adalah untuk :
1. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di permukaan bumi.
2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang berbeda di atas
atau di bawah sebuah bidang, sebagai acuannya adalah permukaan air laut
yang tenang yang disebut Mean Sea Level (MSL).
3. Menentukan bentuk (konfigurasi) atau relief permukaan tanah beserta
luasnya.
4. Menentukan panjang, arah dan kedudukan (posisi) dari suatu garis yang
terdapat pada permukaan bumi yang merupakan batas dari suatu area tertentu.
4
(Tumewu, 1981)
Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama
oleh manusia karena hasil-hasilnya dipakai untuk :
1. Menentukan batas-batas suatu area tanah atau wilayah tertentu.
2. Sebagai dasar perencanaan dalam pekerjaan konstruksi seperti pembuatan
jembatan dan jalan, perencanaan bangunan, pembukaan hutan, tindakan yang
berhubungan dengan tanah, perencanaan irigasi dan sebagai lainnya.
3. Memetakan bumi (daratan dan perairan)
4. Menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara
5. Memetakan batas-batas pemilikan tanah baik perorangan maupun perusahaan
dan tanah negara
6. Merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber
daya alam untuk pengelolaan lingkungan hidup
7. Menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet
bumi
Dibidang teknik sipil maupun pertambangan sangat memerlukan data yang
akurat untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara,
perhubungan cepat, sistem penyediaan air bersih pengkaplingan tanah perkotaan,
jalur pipa, penambangan, terowongan. Semua itu diperlukan pengukuran tanah
yang hasilnya berupa peta untuk perencanaan. Agar hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan maka pengukuran harus dilakukan. (Tumewu, 1981).
5
1. Sipat datar (spirit levelling)
2. Takhimetrik (tachymetric levelling)
3. Trigonometrik (trigonometric levelling)
4. Barometrik (barometric levelling)
Istilah sipat datar disini berarti konsep penentuan beda tinggi antara dua titik
atau lebih dengan garis bidik mendatar atau horizontal yang diarahkan pada
rambu-rambu yang berdiri tegak atau vertikal. Sedangkan alat ukurnya dinamakan
dengan waterpass atau pesawat penyipat datar (Basuki, 2006)
6
Kegunaan pengukuran ini adalah untuk mengurangi maupun menjadi koreksi agar
kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran, sehingga alat didirikan dua kali
dapat diminimalisir agar tidak mengulang kembali hasil data yang didapat
sebelumnya.
(1)
2. Rumus Beda Tinggi ( :
(2)
3. Rumus Jarak :
(3)
7
Keterangan :
= Benang Tengah
= Benang Atas
= Benang Bawah
= Beda Tinggi
= Patok ke-n
(7)
8
Gambar 2.4 Metode Perhitungan Luas Penampang
7. Rumus Volume Timbunan (V):
(8)
9
Putusnya pita ukur akibat terlalu kencangnya menarik pita ukur, sehingga
panjang pita ukur bergeser (berkurang).
3. Kesalahan yang bersumber dari alam. Adanya angin yang membuat rambu
ukur terkena hembusan angin, sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.
Angin yang merupakan faktor alam, membuat pita ukur menjadi susah
diluruskan, sehingga jarak yang didapatkan menjadi lebih panjang daripada
jarak sebenarnya.
Secara konvensional kesalahan dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu
kesalahan besar (gross error), kesalahan sistematik (systematic error) dan
kesalahan acak (random / accidental error).
1. Kesalahan Besar (Gross Error),
Karakteristik pada kesalahan ini yaitu nilai pengukuran menjadi sangat
berbeda bila dibandingkan dengan nilai ukuran yang seharusnya. Sumber
kesalahannya yaitu karena kesalahan personal (kecerobohan pengukur) yang
menyebabkan hasil pengukuran yang tidak homogen. Cara penanganannya
yaitu harus dideteksi dan dihilangkan dari hasil pengukuran. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan besar ini
yaitu, cek secara hati-hati semua objek yang akan diukur, melakukan
pembacaan hasil ukuran secara berulang untuk mengecek kekonsistenan data,
memverifikasi hasil yang dicatat dengan yang dibaca, mengulangi seluruh
pengukuran secara mandiri untuk mengecek kekonsistenan data, penggunaan
rumus aljabar atau geometrik sederhana untuk mengecek kebenaran hasil
ukuran.
2. Kesalahan Sistematik (Systematic Error),
Karakteristik pada kesalahan ini yaitu terjadi berdasarkan sistem tertentu
(deterministic system) yang dapat dinyatakan dalam hubungan fungsional
tertentu dan mempunyai nilai yang sama untuk setiap pengukuran yang
dilakukan dalam kondisi yang sama. Sumber kesalahannya yaitu terjadi
karena kesalahan alat sehingga menyebabkan hasil pengukuran menyimpang
dari hasil pengukuran yang seharusnya. Cara penanganannya yaitu harus
dideteksi dan dikoreksi dari nilai pengukuran. Contohnya dengan melakukan
10
kalibrasi alat sebelum pengukuran. Kesalahan sistematik dapat dieliminasi
dengan melakukan kalibrasi peralatan dan menggunakan metode tertentu.
3. Kesalahan Acak (Random Error),
Karakteristik pada kesalahan ini yaitu kesalahan yang masih terdapat pada
pengukuran setelah kesalahan besar dan kesalahan sistematik dihilangkan dan
tidak memiliki hubungan fungsional yang dapat dinyatakan dalam model
deterministik, tetapi dapat dimodelkan menggunakan model stokastik
(berdasarkan teori probabilitas). Sumber kesalahannya yaitu terjadi karena
kesalahan personal, alat, dan alam. Tidak dapat dihilangkan tetapi dapat
diminimalkan dengan melakukan pengukuran berulang (redundant
observations). (Sumantri, 2011)
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat Praktikum dan Jumlah
Alat Praktikum dan jumlah yang dipergunakan pada praktikum Ilmu Ukur
Tanah 1 yaitu:
Tabel 3.1 Mendirikan Alat Waterpass
12
3 Patok Kayu 3 Buah
4 Formulir Data 1 Lembar
5 Payung Alat 1 Buah
6 Papan Data 1 Buah
7 Statif / Tripod Alat 1 Buah
8 Meteran 100M 1 Buah
9 Kompas 1 Buah
10 Baju Rompi 7 Buah
11 Helm Safety 7 Buah
12 Paku Payung 2 Buah
13
10 Baju Rompi 7 Buah
11 Helm Safety 7 Buah
12 Paku Payung 2 Buah
13 Unting-unting 1 Buah
14 Palu 1 Buah
Tabel 3.6 Pengukuran Waterpass Tertutup Terikat pada 1 Titik (Tugas Besar)
No Nama Alat Jumlah Satuan
1 Waterpass 1 Buah
2 Rambu Ukur 2 Buah
3 Patok 3 Buah
4 Formulir Data 1 Lembar
5 Payung Alat 1 Buah
6 Papan Data 1 Buah
7 Statif / Tripod Alat 1 Buah
8 Meteran 100M 1 Buah
9 Kompas 1 Buah
10 Helm Safety 7 Buah
11 Baju Rompi 7 Buah
Sekrup Fokus
Visir (a)
Benang (e)
14
Gambar 3.1 Waterpass Tipe Nikon AZ-1S
15
Gambar 3.3 Kompas Tangan
4. Meteran
Juga dikenal sebagai pita ukur atau bias disebut juga sebagai roll meter.
Meteran berfungsi untuk mengukur panjang suatu lintasan atau ketebalan suatu
lapisan.
5. Jalon
Berfungsi sebagai alat bantu untuk menentukan titik pada pelurusan suatu
lintasan.
16
Gambar 3.6 Unting-unting
7. Payung
Berfungsi untuk melindungi waterpass dari paparan sinar matahari maupun
terpaan hujan.
8. Patok
Berfungsi untuk memberi tanda pada titik ukur, titik bantu dan sebagai tempat
berdirinya rambu ukur ketika keadaan lapangan tidak memungkinkan untuk
berdirinya rambu ukur secara normal.
17
Gambar 3.9 Papan Data
18
Gambar 3.11 Paku Payung
12. Godam
Berfungsi sebagai alat bantu untuk mempermudah menancapkan patok pada
suatu titik yang diinginkan.
19
Gambar 3.13 Helm Safety
20
2. Dirikan rambu terlebih dahulu, caranya adalah tekan tombol yang ada
di belakang rambu, lalu tarik rambu ke atas hingga berbunyi klik,
jangan lupa saat menarik rambu harus berhati-hati.
3. Carilah titik atau tempat untuk meletakkan rambu ukur dan rambu ukur
dapat dibaca menggunakan waterpass dan posisikan rambu ukur tegak
lurus, tegakkan rambu ukur dengan kaki tiga rambu ukur.
4. Persiapkan statif, buka tali ikatan pengaman statif, kemudian buka
setiap kaki statif, angkat statif hingga dagu, lalu kunci setiap kaki statif.
5. Letakkan salah satu kaki statif kemudian tarik dua kaki statif yang
lainnya hingga membentuk segitiga sama kaki. Posisikan statif hingga
datar. Jika sudah terlihat datar, injak masing-masing kaki statif.
6. Persiapkan waterpass, buka kotak penyimpanan waterpass, angkat
waterpass dengan perlahan, kemudian letakkan alat ke atas statif yang
sudah berdiri, kemudian kunci alat menggunakan skrup pengunci yang
ada di kaki statif kemudian tutup kembali kotak penyimpanan
waterpass.
7. Aturlah alat hingga datar, caranya adalah atur gelembung nivo yang ada
di nivo kotak hingga berada di tengah-tengah, atur gelembung nivo
menggunakan skrup ABC. Jika gelembung nivo sudah berada di tengah-
tengah setelah diputar 90o sebanyak 4 kali atau 4 arah, maka waterpass
sudah dalam keadaan datar.
8. Jika alat sudah dalam keadaan datar, maka alat siap untuk digunakan
dalam pelaksanaan pengukuran dan pembacaan benang, caranya adalah
arahkan waterpass menuju utara menggunakan kompas kemudian
derajat atau azimuth nya dijadikan 0o. Kemudian putar alat atau arahkan
alat menuju rambu ukur yang pertama searah jarum jam. Kemudian
baca BA, BB, BT dan sudut.
9. Jika sudah membaca benang rambu pertama selanjutnya arahkan alat
menuju rambu kedua searah jarum jam, dan lakukan pembacaan benang
seperti membaca benang pada rambu yang pertama. Jangan lupa
membaca sudut.
10. Disetiap pembacaan benang harus ada juru tulis untuk mencatat setiap
data di formulir data yang telah disediakan.
11. Untuk mendapatkan hasil beda tinggi, gunakan rumus:
21
12. Jika sudah selesai melakukan pembacaan benang. Skrup ABC diputar
hingga sejajar dengan garis yang ada di masing-masing skrup ABC.
13. Kemudian lepas pengunci alat yang ada di statif. Kemudian angkat alat
secara perlahan. Kemudian letakkan alat ke dalam kotak penyimpanan
waterpass dengan perletakannya yang tepat. Jangan sampai tidak tepat
karena mengakibatkan waterpass rusak. Kemudian tutup kembali kotak
penyimpanan alat.
14. Buka skrup pengunci kaki statif kemudian turunkan kaki statif,
kemudian kunci kaki statif, lalu tutup kembali kaki statif. Ikat kembali
kaki statif tersebut menggunakan tali pengaman statif.
15. Lepaskan rambu ukur dari kaki tiga rambu ukur, kemudian masukan
kembali rambu ukur tadi dengan menekan tombol pada rambu ukur tadi
dan jangan sampai tombol tersebut patah. Setelah itu simpan rambu
ukur ke dalam sarung rambu ukur.
16. Kemudian periksa kembali alat-alat yang telah digunakan tadi, sebelum
menyimpan alat-alat tersebut ke dalam lab. Jika sudah diperiksa,
kembalikanlah alat-alat tersebut ke dalam lab dengan rapi.
22
5. Setelah jalon A dan B dipastikan lurus oleh pengomando pelurusan,
tancapkan jalon 1, 2, 3 dan 4 dengan jarak yang tidak ditentukan
(pastikan lurus mengikuti arahan pengomando).
6. Jika jalon A, 1, 2, 3, 4 dan B sudah lurus, ukur jalon dari jalon A ke
jalon 1, jalon 1 ke jalon 2 dan seterusnya.
7. Jika sudah mendapat jaraknya, tulis hasil jarak tersebut di formulir
pelurusan (pergi).
8. Setelah semua data telah ditulis dan dihitung.
9. Lakukan pencabutan jalon, kemudian tancapkan kembali jalon-jalon
dari arah sebaliknya dengan langkah yang sama, akan tetapi tidak boleh
tancapkan jalon di titik yang sama dan tulis hasil jarak di formulir
pelurusan (pulang).
10. Setelah semua data telah ditulis kemudian hitung data tersebut.
11. Cabut seluruh jalon kemudian tandai jalon A (di titik tersebut)
menggunakan paku payung, kemudian tandai jalon B (di titik tersebut)
menggunakan paku payung.
12. Dirikan alat di titik A (tepat di atas titik). Centering alat menggunakan
unting-unting agar berada tepat di atas paku payung.
13. Setelah alat sudah siap, dirikan rambu ukur tepat di atas titik B
(pastikan sejajar dan tegak lurus).
14. Lakukan penembakan, kemudian baca BA, BB, BT kemudian catat
hasil pembacaan benang di formulir.
15. Bandingkan hasil penembakan dengan hasil pengukuran jalon.
16. Jika sudah selesai melakukan kegiatan pelurusan, bersihkan dan rapikan
alat, kemudian kembalikan alat ke tempat semula.
23
3.3.3 Langkah Kerja Pengukuran Waterpass Terbuka Terikat pada Satu
Titik
Adapun langkah kerja pengukuran waterpass terbuka terikat pada satu titik
yaitu sebagai berikut :
1. Siapkan alat untuk digunakan pada praktikum pengukuran waterpass
terbuka terikat pada satu titik terlebih dahulu.
2. Tentukan titik awal pengukuran (BM) yang digunakan.
3. Pasang P1 dan P2. Jarak BM ke P1 adalah 25 meter dan P1 ke P2
adalah 25 meter. Jika kondisi di lapangan tidak memungkinkan, maka
jarak antar patok menyesuaikan.
4. Dirikan statif dan centering alat di antara titik BM dan patok 1 dengan
jarak (kira-kira) di tengah antara BM dan P1. Perhatikan posisi
kelompok lain, jangan sampai berbentrokan.
5. Lakukan penembakan dengan (kondisi pulang). Posisikan sudut
waterpass ke utara = 0o. Rambu ukur diletakkan di atas P1, kemudian
arahkan waterpass ke P1 sebagai bacaan belakang kondisi pulang. Baca
BT, BA dan BB, hasilnya dicatat oleh juru tulis secara teliti. Juru tulis
memeriksa hasil bacaan dengan rumus BT = ½ BA + BB. Jika hasil
pembacaan tidak tepat, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
6. Setelah titik P1 dibaca, kemudian dirikan rambu ukur di atas baut BM.
Arahkan alat ke titik BM sebagai bacaan muka pada kondisi pulang.
Lakukan pembacaan benang dan pemeriksaan BT. Jangan lupa untuk
mengukur tinggi patok dan catat ke dalam formulir. Jangan lupa baca
sudut BM dan P1. Hitung ∆H pulang.
7. Ukur jarak dari alat ke titik (jarak alat ke BM dan jarak alat ke P1)
dengan menggunakan meteran secara teliti. Hitung juga menggunakan
24
belakang kondisi pergi. Baca BA, BB, BT, hasilnya dicatat oleh juru
11. Ketentuan selisih ∆H pulang dan ∆H pergi ≤ 0,002 meter dan tanda ∆H
pulang berlawanan dengan tanda ∆H pergi. Jika terpenuhi maka alat
boleh dipindahkan di antara P1 dan P2.
12. Lakukan lagi langkah yang sama seperti langkah No. 4 – 11 untuk patok
selanjutnya.
13. Jika sudah selesai dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, kembalikan dan
rapikan alat dengan baik dan benar.
25
Adapun langkah kerja pengukuran waterpass terbuka terikat pada dua titik
yaitu sebagai berikut:
1. Siapkan alat untuk digunakan pada praktikum pengukuran waterpass
terbuka terikat pada dua titik terlebih dahulu.
2. Pasang P1, jarak antara BM1 ke patok tidak ditentukan. Setiap jarak
diukur dan dicantumkan.
3. Lalu dirikan alat di antara BM1 dan P1. Kemudian centering alat
(perhatikan posisi alat jangan sampai mempersulit diri sendiri atau
orang lain).
4. (Kondisi pulang) letakkan rambu ukur di atas P1 kemudian waterpass
diarahkan ke P1 sebagai bacaan belakang kondisi pulang. Pastikan
selalu set utara. Baca BT, BA, BB dan sudut.
5. (Masih kondisi pulang) lalu dirikan rambu di atas BM 1, arahkan alat ke
BM3 sebagai bacaan muka kondisi pulang. Baca BA, BT, BB dan sudut.
6. Kemudian pasang unting-unting di tengah alat, lalu tandai dengan
isolasi kertas dan spidol. Setelah itu ukur jarak dari alat ke titik
menggunakan meteran. Lalu catat data tersebut di formulir. Hitung ∆H
pulang.
7. (Kondisi pergi) pindahkan alat dari kondisi pulang dengan radius ± 1
meter. Jangan lupa sebelum memindahkan alat stabilkan terlebih dahulu
waterpass. Saat memindahkan alat juga harus sangat berhati-hati agar
alat tidak jatuh. Centering alat lalu letakkan rambu ukur di BM1, set
utara = 0o waterpass kemudian arahkan waterpass ke BM2 baca BA,
BT, BB dan sudut.
8. Kemudian pasang unting-unting ditengah alat lalu ditandai dengan
isolasi kertas dan spidol. Setelah itu ukur jarak dari alat ke titik
menggunakan meteran dengan teliti. Kemudian hitung ∆H pergi.
Dengan ketentuan selisih ∆H pulang dan ∆H pergi ≤ 0,002 meter dan
tanda ∆H pulang berlawanan dengan tanda ∆H pergi. Jika terpenuhi
lakukan cross section.
9. (Masih kondisi pergi) lakukan pengambilan data pengukuran profil
melintang (cross section) setelah syarat ∆H sesuai. Semua kelompok
melakukan pengukuran melintang di P1 saja pada saat alat kondisi pergi
di antara BM2 sampai P1. Untuk crossing titik 0 meter pada P1.
Bentangkan meteran sepanjang daerah yang akan di crossing. Sehingga
26
jarak komulatif jarak antar titik yang di cross (P1 ke as jalan, as jalan ke
1, 1 ke 2) dapat diperoleh (jaraknya menyesuaikan kondisi di lapangan)
daerah cross:
a. Jalan atau daerah aspal = ujung bahu kiri jalan, ujung aspal kiri
jalan, patok 1, as aspal, ujung aspal kanan, ujung bahu aspal kanan.
b. daerah dengan perbedaan ketinggian = sesuai dengan penampang
daerahnya. Posisikan di daerah lembah atau cekungan dan posisi
pucuk atau puncak. Jumlahnya menyesuaikan.
14. Lakukan langkah sebelumnya untuk patok-patok berikutnya.
15. Jika sudah selesai melaksanakan praktikum tersebut bersihkan dan
rapikan alat kemudian kembalikan alat ke tempat semula.
27
4. (Kondisi Pulang) posisikan waterpass utara 0°. Rambu ukur diletakkan
diatas P1. Baca P1 sebagai bacaan belakang. Baca BA, BB, BT dan
azimuth (jangan lupa checking BT). Selanjutnya tentukan jarak optis.
5. Dirikan rambu pada P1 bacaan muka, baca BA, BT, BB dan sudut
(checking BT dan hitung jarak optis).
6. Hitung
7. (Kondisi Pergi) Alat dipindah sedikit dari posisi pertama radius 0,5-1
meter. Centering waterpass posisi utara 0°.
8. Rambu ukur diatas P1, arahkan waterpass ke P1 baca BA, BB, BT dan
sudut (lakukan checking BT dan hitung jarak optis).
9. Setelah titik P1, tembak rambu P2 sebagai bacaan muka. Baca BA, BT,
BB dan azimuth (lakukan checking BT dan hitung jarak optis).
10. Hitung
11. Ketentuan selisih pulang dan pergi Tanda keduanya
28
Gambar 3.18 Sketsa Praktikum Pengukuran Waterpass Terbuka Tidak Terikat
pada Dua Titik
29
7. (Kondisi Pergi) Setelah titik P1 dan P2 dibaca, kemudian pindahkan
alat radius 0,5-1 meter, lakukan pembacaan benang pada P2 terlebih
dahulu kemudian P1, setelah itu lanjutkan dengan crossing P2.
8. Lakukan hal yang sama pada patok P3, P4, P5 dan seterusnya sampai
kembali ke P1.
30
4. Judul : Pengukuran Waterpass Terbuka Terikat pada 1
Titik
Tanggal : Rabu, 27 Maret 2019
Tempat : Depan Laboratorium Tambang
5. Judul : Pengukuran Waterpass Terbuka Terikat pada 2
Titik
Tanggal : Jum’at, 29 Maret 2019
Tempat : Lapangan Basket
6. Judul : Menghitung Timbunan pada Tugas 5
Tanggal : Rabu, 10 April 2019
Tempat :-
7. Judul : Pengukuran Waterpass Terbuka Tidak Terikat Titik
Tanggal : Jum’at, 12 April 2019
Tempat : Sungai Depan Laboratorium Tambang
8. Judul : Pengukuran Waterpass Tertutup (Tugas Besar)
Tanggal : Rabu, 24 April 2019
Tempat : Sekitar Gedung O
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32