Bangunan Lainnya
Perencanaan dermaga terkait erat dengan perencanaan fasilitas lainnya seperti alur
pelayaran, kolam pelabuhan, dan breakwater. Dengan adanya keterkaitan tersebut,
perencanaan teknis perlu dilakukan secara komprehensif agar masing-masing fasilitas
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
A. Kapal pancing
Jenis kapal pancing bergantung pada jenis ikan yang akan ditangkap, apakah Ikan
Pelagis atau Ikan Demersal. Selain itu, jenis kapal pancing juga bergantung pada
kegiatan industri perikanan di lokasi yang bersangkutan. Jumlah dan karakteristik kapal
dengan mengacu kepada jenis ikan yang ditangkap menentukan fasilitas yang perlu
disediakan oleh pelabuhan ikan.
Siklus pemancingan untuk kapal laut kecil adalah 1 sampai 2 hari, dan untuk kapal
besar dapat mencapai satu minggu dengan menggunakan es atau garam untuk
1
mengawetkan ikan. Kapal kecil biasanya menggunakan jaring, barisan dan perangkap
ikan, sementara kapal besar menggunakan pukat (purse seining) atau jaring ikan
(trawling). Kegunaan dari es di kapal dan pengepakan di laut adalah sebagai ukuran
pengembangan perikanan.
4
D max
D min
3
3
ax
Dm
e
erag
2 D av
0
0 20 30 40 50 60 70 80 90
DEPTH (M)
BEAM (M)
7
AM
5
BE
4
3
H
EPT
2
D
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
GT = 0,2 x LOA x B x D
1800
1600
ER
1400
MB
1200
NU
1000
IC
B
800
CU
R
600 CA
LD
400 HO
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
2.1 Umum
Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam
pelabuhan. Perairan di sekitar alur harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang
dan arus laut. Perencanaan alur pelayaran didasarkan ukuran kapal terbesar yang
akan masuk ke kolam pelabuhan. Parameter bagi perencanaan kedalaman dan lebar
alur adalah sebagai berikut:
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rerata dari muka air surut
terendah pada saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang, yang disebut
LLWL (Lowest Low Water Level). Kedalaman alur total adalah:
H = d +G + R + P + S + K
dimana:
LWS
Kapal
Draft
Clearance
Saluran akses harus mempunyai lebar yang sesuai dengan jumlah jalur yang
dibutuhkan. Kondisi pendekatan terhadap pelabuhan harus diperhitungkan juga
dengan memperhatikan perilaku ombak, arus dan angin, serta margin tambahan
didekat rintangan seperti pemecah gelombang (breakwater). Lebar saluran juga
dipengaruhi oleh kemudahan dan keakuratan seorang navigator untuk menentukan
posisi kapalnya terhadap garis pusat (center line). Sama halnya, lebar saluran juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pergerakan horizontal dari pelampung penanda
saluran terhadap pasang dan arus lainnya.
Kapal
B B
Kapal Kapal
Kemiringan lereng alur pelayaran ditentukan berdasarkan analisa stabilitas lereng yang
harganya tergantung pada jenis material dasar perairan dan kedalaman alur.
Nilai minimum keseluruhan dari lebar saluran berkisar antara 30 m sampai 40 m, dapat
dipakai untuk kapal kecil sederhana dan kondisi laut yang baik. Bagaimanapun,
biasanya lebar bervariasi dari 90 m sampai 200 m. Untuk jalur luar yang digunakan
untuk lalu-lintas dua arah, sebagai aturan yang dibuat berdasarkan pengalaman, lebar
minimum berkisar 10 kali dari lebar ukuran kapal maksimum. Untuk saluran dalam, 8
kali dari lebar ukuran kapal maksimum akan berlaku.
3. Kolam Pelabuhan
3.1 Umum
Perairan yang menampung kegiatan kapal untuk bongkar muat, berlabuh, mengisi
persediaan dan memutar kapal dinamakan kolam pelabuhan. Parameter-parameter
bagi perencanaan kolam pelabuhan adalah sebagai berikut :
Cukup luas sehingga dapat menampung semua kapal yang datang berlabuh
dan masih dapat bergerak dengan bebas.
Cukup lebar sehingga kapal dapat melakukan manuver dengan bebas yang
merupakan gerak melingkar yang tidak terputus.
Cukup dalam sehingga kapal terbesar masih bisa masuk ke dalam kolam
pelabuhan pada saat air surut.
Untuk perencanaan luas kolam yang ada, kemudahan manuver kapal menjadi salah
satu faktor yang perlu diperhatikan. Mengingat hal tersebut, maka perlu disediakan
area pada kolam untuk dapat menampung kegiatan yang dilakukan oleh kapal mulai
dari kedatangan sampai berangkat dengan membuat perencanaan kolam sebagai
berikut:
A = ATR + AB + AT
di mana:
Lebar Kolam harus cukup untuk melakukan manuver sederhana dan putar balik dari
kapal terbesar, sementara yang lainnya ditambatkan di dermaga. Hal ini terlihat
signifikan bahwa untuk ukuran kapal maksimum sebesar 30 m, lebar kolam harus
diukur kurang lebih 160 m sampai 170 m, yaitu 5L sampai 6L.
Turning basin atau kolam putar diperlukan agar kapal dapat mudah berbalik arah. Luas
area untuk perputaran kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran kapal, sistem operasi dan
jenis kapal. Radius kolam putar diperkirakan sebesar 1,5 kali ukuran panjang kapal
maksimum sehingga luas kolam putar menjadi:
ATR = (1,5.L)2
dimana:
ABM = 3 (n.l.b)
dimana:
Bila kolam direncanakan untuk dapat menampung kapal bertambat dengan catatan
tidak mengganggu kegiatan bongkar muat dan manuvering kapal yang akan keluar
masuk kolam pelabuhan, maka luas area tambat yang dibutuhkan adalah:
AT = n.(1,5.L) x (4/3.B)
dimana:
L = panjang kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Namun demikian, secara umum kedalaman kanal dan pelabuhan ditentukan oleh
faktor-faktor draft kapal dengan muatan penuh, tinggi gelombang maksimum (< 50
cm), tinggi ayunan kapal (squat) dan jarak aman antara lunas dan dasar perairan.
Komponen penentu kedalaman kolam dapat dilihat pada Gambar 7. Rumus untuk
menghitung kedalaman kolam dapat diberikan sebagai berikut:
D = d+S+C
dimana:
4. Dermaga
Perilaku gelombang yang dapat diterima di tempat penambatan bergantung pada tinggi
dan periode gelombang, dan bergantung apakah kapal ditambatkan secara paralel
atau tegak lurus terhadap gelombang yang masuk. Untuk periode di bawah sekitar 6 s,
kapal laut kecil dapat membongkar muatan dengan adanya tinggi gelombang signifikan
Hs mencapai 0,3 m jika ditambatkan tegak lurus terhadap puncak gelombang yang
masuk, atau sekitar 0,15 m jika ditambatkan secara paralel.
Kapal besar dapat dibongkar muatannya dan dilayani sampai mencapai Hs = 0,5 m dan
Hs = 0,25 m masing-masing untuk arah pendekatan gelombang yang telah disebutkan
di atas. Untuk kapal yang disebutkan lebih akhir, dan periode gelombang lebih dari
sekitar 6 s, Hs mencapai 0,3 m dan 0,15 m untuk penambatan tegak lurus dan paralel
masing-masing dapat digunakan.
Tinggi gelombang yang dapat diterima digunakan untuk bongkar muatan normal
dengan menggunakan crane kecil atau derek, dan tidak sesuai untuk alat bongkar
muat spesial.
(b)
FigureQuaylength
6 *(a) oblique & (b) saw-tooth berthing
Gambar 9 Penambatan miring
Perkiraan pertama untuk panjang dermaga bongkar muatan dapat dibuat dengan
rumus sbb.
L = Q(l+s)f1/r.h
Lb = Nb (l+s) / R
Dengan:
f2 = faktor ketidakteraturan
normal situation
special situation
Pendekatan lain yang juga dapat digunakan pada perhitungan kebutuhan panjang
dermaga untuk kegiatan bongkar adalah sebagai berikut:
n . L U . Q .S
L
DC . U . T
di mana:
n . L U . TS .S
L
DC . T
di mana:
Dalam merencanakan lebar dermaga, banyak ditentukan oleh kegunaan dari dermaga
yang ditinjau dari jenis dan volume barang yang mungkin ditangani dermaga tersebut.
Sebagai pendekatan pertama, nilai-nilai berikut ini dapat diberikan untuk lebar apron
dermaga marginal:
Lebar dari dermaga menjari (fingerpiers) dapat mencapai sampai lebih dari 15 m.
Kadang-kadang, gudang penerima berlokasi di dermaga menjari jika area lahan yang
ada sangat terbatas.
Untuk Kebutuhan tinggi deck dermaga pantai disesuaikan dengan kondisi muka air
rencana dan pasang surut daerah setempat ditambah dengan suatu angka kebebasan
agar tidak terjadi limpasan (overtopping) pada saat keadaan gelombang.
H = HHWL + Hd + Freeboard
di mana:
Angin
Rumus perhitungan muatan akibat angin adalah sebagai berikut:
1
Qw Vw 2 (kg/m 2 )
6
di mana:
Arus
Besarnya muatan akibat arus diperhitungkan menurut ketentuan:
Qc = air laut.Vc2
di mana:
2. Gaya Gempa
1. Beban Mati
Beban mati adalah muatan yang berasal dari berat sendiri konstruksi
(lantai, balok, kolom dan dinding) ditambah dengan berat peralatan
pendukung yang ada di atas dermaga.
2. Beban Hidup
Beban hidup terpusat berasal dari roda-roda truk, crane, tambat, forklift,
crane mobil dan sebagainya yang sedang melakukan operasi.
Pada saat kapal akan merapat, kapal akan membentur dermaga. Benturan juga terjadi
selama kapal merapat di dermaga untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Gaya
yang ditimbulkan akibat benturan antara kapal dan dermaga dikenal dengan gaya
berthing. Hal yang perlu diperhatikan dalam analisa berthing adalah:
W .V2
E= .Cm.Ce.Cs.Cc
2. g
di mana :
W = Wa + Wd
dimana:
2d
Cm 1
B
dengan:
K 2 R 2cos 2 γ
Ce
K2 R2
dengan:
l
v
R
Titik Benturan
W
Cb
LOA . B. d . γ airlaut
Dari perhitungan energi berthing di atas, maka dapat ditentukan jenis dan
ukuran fender yang diperlukan. Penempatan letak fender ditentukan dari
dimensi kapal terkecil yang akan bertambat pada saat air laut sedang surut
(Gambar 7). Contoh pemasangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
+ LWS
+ 1.0 LWS
0.0 LWS
Kapal 500
DWT
Kondisi
Full=load
21 2 r 2 r h 2
dimana:
21 = 0,15.LOA
Sudut Berthing 0°
Pada kondisi ini dianalisa gaya reaksi masing-masing fender pada saat
kapal berthing dengan kecepatan maksimum dan sudut berthing = 0°.
Gaya angin transversal terjadi apabila angin datang dari arah lebar
(a = 900).
FTW = 1,1.Qw.Aw
dimana:
dimana:
di mana:
Fx
LOA
L BP
1,04
Gaya pada tali/pengikat merupakan gaya reaksi akibat adanya gaya tambat
yang bekerja pada tali-tali penahan kapal. Sistem gaya yang bekerja
disederhanakan dengan mengasumsi bahwa gaya longitudinal yang
bekerja akan ditahan oleh spring lines dan untuk gaya transversal oleh
breasting lines.
Tali atau pengikat kapal untuk tiap-tiap gaya yang bekerja diasurnsikan
mempunyai karakteristik yang sama dan analisa memperhitungkan sudut-
sudut yang dibentuk (Gambar 12) antara tali dan garis sejajar dermaga.
Rumus-rumus perhitungan gaya spring lines dan breasting lines adalah:
Fx
Fbreasting =
2. cosβ b
Fy
Fspring =
2. cosβ s
di mana:
Fx
Fy
Setetelah hasil tangkapan dibongkar dari kapal, ikan untuk bahan konsumsi
manusia langsung biasanya dibawa ke tempat pemasaran atau gudang di mana
ikan tersebut dijual kepada saudagar yang mengurusi transportasi onward dan
pendistribusian ikan-ikan tersebut. Berbagai aktivitas yang nantinya dilakukan
baik semua atau sebagian di tempat pemasaran atau gudang yaitu:
pembersihan, pemilihan, penentuan mutu, penimbangan, pengawetan kembali,
pengemasan, pameran, pelelangan, pengepakan, dan pembongkaran. Fasilitas-
fasilitas nantinya harus disediakan untuk pengemasan dan penyimpanan
peralatan, transpor internal, tempat pendinginan sementara, ruangan lelang,
kantor, ammeniti, dan kios pedagang.
Pengaturan layout dan kebutuhan ruang total untuk tempat pemasaran sangat
bergantung pada tipe dan kuantitas tangkapan, tingkat persiapan sebelum
pemasaran, sistem pameran, sistem pelelangan dan jumlah lelang, tempat
tujuan tangkapan, dan sistem distribusi. Mengacu pada faktor-faktor di atas,
kebutuhan ruang total dapat berkisar antara 6 m 2/t sampai 25m2/t per lelang.
Sebagai pendekatan pertama, gambaran berikut ini dapat digunakan:
Mengenai akses menuju hall, pintu angkat yang memanjang sepanjang kedua
sisi hall diantara dua struktur kolom merupakan solusi yang fleksibel. Lantai
gudang tidak boleh terdiri dari beton biasa, tapi dalam berbagai cara harus
dilengkapi dengan permukaan anti licin. Di gudang, tenaga listrik dan
pencahayaan serta air harus bisa diperoleh. Persediaan air kadangkala
dipisahkan menjadi persediaan air tawar dan persediaan air laut. Yang
disebutkan terakhir harus bersistem tekanan tinggi (4 sampai 5 bar) untuk
keperluan pembersihan. Pemasangan kabel listrik, stop kontak, dan saklar
memerlukan perhatian khusus karena kondisi lingkungan yang sangat basah
dan korosif. Pencahayaan listrik tidak boleh mengubah warna alami ikan.
B. Pabrik Es
C. Gudang Pendingin
Ruang yang dibutuhkan dapat diperkirakan berkisar sekitar 0,5 m2/t sampai 1,5
m2/t termasuk ruang untuk akses dan bagian ruang lain yang berhubungan, di
luar luas neto dari gudang pendingin.
Ruang yang dibutuhkan untuk keperluan ini bergantung sepenuhnya pada tipe
pelabuhan, jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan operasi perikanan,
pengaturan dan administrasi pelabuhan.
SORTING
GRADING
AUCTION
DISPLAY
WEIGHING
COLD
STORAGE
E. Fasilitas Lainnya
F. Peralatan
M ANUAL
DERRI CK S - CRANES
DERRI CK S - CRANES
ROLLE R T RA CK S - CONVEYORS