DAFTAR ISI......................................................................................................................... 1
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................. 5
PEMILIHAN MOTOR PENGGERAK UTAMA........................................................................ 5
2.1. PERHITUNGAN TAHANAN KAPAL .......................................................................... 5
Data Kapal ................................................................................................................. 6
Penentuan Dimensi Kapal ......................................................................................... 6
Algoritma Perhitungan Tahanan Kapal ..................................................................... 6
Menghitung Angka Froude ....................................................................................... 7
Menghitung Angka Reynold ..................................................................................... 7
Menghitung Tahanan Gesek ..................................................................................... 8
Menghitung Tahanan Sisa ........................................................................................ 8
Koefisien Tahanan Tambahan .................................................................................. 9
Koefisien Tahanan Udara Dan Tahanan Kemudi .................................................... 10
Tahanan Total Kapal ............................................................................................... 10
Kondisi Pelayaran Dinas .......................................................................................... 11
2.2. PERHITUNGAN DAYA MOTOR INDUK .................................................................. 12
Perhitungan Effective Horse Power (EHP) .............................................................. 13
Perhitungan Wake Friction (w) ............................................................................... 13
Perhintungan Thrust Deduction Factor (t).............................................................. 14
Perhitungan Speed of Advance (Va) ....................................................................... 14
Pehitungan Efisiensi Propulsif................................................................................. 14
Perhitungan Delivered Horse Power (DHP) ............................................................ 15
Perhitungan Thrust Horse Power (THP).................................................................. 15
Perhitungan Shaft Horse Power (SHP) .................................................................... 15
Perhitungan Power Main Engine ............................................................................ 16
BAB III .............................................................................................................................. 18
PEMILIHAN PROPELLER DAN .......................................................................................... 18
PEMERIKSAAN KAVITASI ................................................................................................. 18
3.1. TUJUAN ................................................................................................................ 18
3.2. DESIGN CONDITION ............................................................................................. 18
3.3. OPTIMUM DIAMETER & PITCH PROPELLER ......................................................... 19
Hal 1 dari 33
BAB IV .............................................................................................................................. 26
ENGINE PROPELLER MATCHING ..................................................................................... 26
Hal 2 dari 33
BAB I
PENDAHULUAN
Propeller merupakan bentuk alat penggerak kapal yang paling umum
digunakan dalam menggerakkan kapal. Sebuah propeller yang digunakan dalam kapal
mempunyai bagian daun baling – baling ( blade ) yang menjorok kearah tertentu dari
hub atau bos. Bos ini dipasang pada poros yang digerakkan oleh mesin penggerak
utama kapal.
Sebuah kapal berjalan dengan menggunakan suatu daya dorong yang dalam
istilahnya disebut sebagai thrust. Daya dorong tersebut dihasilkan oleh suatu motor
atau engine yang ditransmisikan melalui suatu poros (sistem transmisi yang banyak
digunakan) kemudian daya tersebut disalurkan ke propeller. Daya dorong yang
ditransmisikan tersebut dalam menggerakkan kapal akan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana kita mendesain propeller itu sendiri. Semakin baik desainnya baik dari segi
bentuk, effisiensi, jumlah daun, dan lain sebagainya maka akan semakin besar daya
dorong yang akan dihasilkan.
Untuk mendesain daripada propeller ini pertama-tama kita harus tahu dulu
ukuran utama daripada kapal yang akan ditentukan atau direncanakan propellernya
tersebut. Kemudian dari data itu kita menghitung tahanan total dari kapal. Dalam
laporan ini metode yang digunakan untuk menghitung tahanan total kapal adalah
metode Guldhammer Harvald.
Pada tahap kedua adalah menghitung daya engine (BHP) yaitu daya mesin yang
nantinya ditransmisikan ke propeller untuk menghasilkan daya dorong. Langkah
berikutnya dalah memilih engine yang tepat untuk menghasilkan BHP seperti yang
diinginkan dan menghasilkan kecepatan kapal yang sesuai dengan rencana yang telah
dibuat.
Langkah selanjutnya adalah memilih propeller caranya dengan menentukan
ratio daripada reduction gear kemudian menentukan berapa kecepatan putaran
propeller yang sesuai dengan reduction gear tersebut. Kemudian dibandingkan
hasilnya antara beberapa kecepatan propeller tersebut dan diambil yang paling
effisien, diameternya memenuhi aturan dari Biro Klasifikasi Indonesia dan memenuhi
sarat kavitasi. Dalam menentukan atau mendapatkan perhitungan tersebut adalah
dengan menggunakan Bp - diagram.
Langkah selanjutnya adalah menghitung Engine Propeller Matching (EPM),
yaitu mencocokkan antara propeller dengan mesin yang di gunakan, setelah itu
melakukan perhitungan propeller serta melakukan perencanaan poros propeller.
Dalam perencanaan poros data yang diperlukan adalah besarnya daya yang
ditransmisikan ke propeller yang disebut dengan SHP dan besarnya torsi yang diterima
oleh poros tersebut. Karena propeller ini menembus badan kapal maka diperlukan
suatu alat yang berfungsi untuk mengurangi air yang masuk ke dalam kapal. Alat
tersebut biasa dinamakan dengan stern tube. Sehingga untuk langkah selanjutnya
adalah menghitung atau merencanakan stern tube.
Hal 3 dari 33
Dalam laporan ini juga akan dihitung mengenai perencanaan boss propeller,
kopling, tebal bantalan, pasak, tebal bantalan, stern post, intermediate shaft serta
kopling penghubung antara poros propeller dan poros intermediate.
Jenis pelumasan dari stern tube yang digunakan dalam perencanaan
perporosan ini adalah sistem pelumasan air laut dengan pelepasan stern tube ke arah
dalam kapal.
Hal 4 dari 33
BAB II
PEMILIHAN MOTOR PENGGERAK
UTAMA
Tujuan dari pemilihan motor penggerak utama kapal adalah menentukan jenis
serta type dari motor penggerak utama kapal yang sesuai dengan kebutuhan kapal.
Kebutuhan ini didasarkan dari besarnya tahanan kapal yang diakibatkan oleh beberapa
faktor diantaranya dimensi utama kapal serta kecepatan dan rute kapal yang
diinginkan.
Langkah – langkah dalam pemilihan motor penggerak utama kapal antara lain :
1. Menghitung besarnya tahanan kapal.
2. Menghitung besarnya kebutuhan daya motor penggerak utama kapal.
3. Menentukan jenis dan type dari motor penggerak utama kapal.
Hal 5 dari 33
Data Kapal
1. Nama : MV .............
2. Tipe : Container
3. Dimensi :
a. LWL : 143 meter
b. LPP : 137.5 meter
c. B : 19.2 meter
d. H : 11.2 meter
e. T : 8.287 meter
f. Cbwl : 0,701
g. Cb : 0,7149
h. VS : 15 knot
4. Rute Pelayaran : Surabaya – Shanghai (2526 nM)
Hal 6 dari 33
4. Menghitung Koefisien Tahanan Gesek
5. Menghitung Koefisien Tahanan Sisa
6. Menghitung Tahanan Tambahan
7. Menghitung Koefisien Tahanan Udara dan Tahanan Kemudi
8. Menghitung Koefisien Tahanan Total
9. Menghitung Tahanan Total Kapal
10. Menghitung Tahanan Dinas Kapal
Volume Displasement = Lwl x B x T x
= 143 x 19.2 x 8.287 x 0.7149
= 15949.70 m3
(Handout mata kuliah Teori Bangunan Kapal)
7.717
Sehingga : Fn =
9.8x143
= 0.20613
Hal 7 dari 33
Menghitung Tahanan Gesek
0,075
Cf =
(log Rn 2) 2
0,075
=
(log1299259163 x 10 6 2) 2
= 0.00148208
Sehingga, Harga 103 CR untuk L / ( 1/3) = 5,460 dapat dicari dengan metode
interpolasi linier dan didapat persamaan
Y = -0.2083x + 2.3733
CR1 = 0.00096273
2. Koreksi CR terhadap B/T
B/T = 19.2 / 8.287
= 2.153598281
Hal 8 dari 33
depan LCB standar maka akan meningkatkan harga tahahan kapal (kapal dalam kondisi
trim). Koreksi ini dilakukan untuk mengetahui penambahan dari CR akibat dari
penyimpangan letak LCB sebenarnya terhadap LCB standar.
Karena LCB berada di depan LCB standard, maka dilakukan koreksi terhadap
harga Cr dengan menggunakan rumus:
103 CR
103 CR = 103 CR (Standart) + LCB
LCB
dengan melakukan pembacaan grafik 5.5.16 pada buku Tahanan dan Propulsi
kapal A.Harvarld didapatkan hasil :
CR3 = 0.0000259
Jika melihat daftar pada “Sv. Aa. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal”, hal 132
(5.5.23), adalah sebagai berikut :
Displasemen = 1000 t, CA 0.6 x 10-3
Displasemen = 10000 t, CA = 0.4 x 10-3
Displasemen = 100000 t, CA 0
Displasemen = 1000000 t, CA = -0.6 x 10-3
Displasemen = 16348 t, CA -0.21 x 10-3
Sehingga Ca = 0.0002146
Hal 9 dari 33
Koefisien Tahanan Udara Dan Tahanan Kemudi
CT = CR + CF + CA + CAS
Sehingga:
RT = CT x ( 0,5 x x v2 x S )
= 209.4508314 KN
Hal 10 dari 33
Kondisi Pelayaran Dinas
RT (dinas) = RT + 15 % RT
= 209.45 + ( 15% x 209.45)
= 240.87 kN
300
200
100
0
0,00 4,00 8,00 12,00 16,00 20,00
Vs (knots)
Speed Resistance
(knots) (kN)
0,50
1,26
1,00 1,72
1,50 2,34
2,00 3,12
2,50 4,05
3,00 5,13
3,50 6,34
4,00 7,69
4,50 9,17
5,00 10,78
5,50 12,51
6,00 14,36
Hal 11 dari 33
6,50 16,34
7,00 18,45
7,50 20,73
8,00 23,19
8,50 25,90
9,00 28,92
9,50 32,33
10,00 36,19
10,50 40,68
11,00 46,39
11,50 53,46
12,00 61,67
12,50 70,34
13,00 78,96
13,50 87,74
14,00 97,52
14,50 109,42
15,00 124,72
15,50 144,77
16,00 171,00
16,50 204,82
17,00 247,66
17,50 291,74
18,00 335,93
18,50 380,24
19,00 424,67
19,50 469,22
20,00 513,88
Secara umum kapal yang bergerak di media air dengan kecepatan tertentu,
maka akan mengalami gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak
kapal tersebut. Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya
dorong kapal (thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang
disalurkan (PD ) ke alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS), sedangkan
Daya Poros sendiri bersumber dari Daya Rem (PB) yang merupakan daya luaran motor
penggerak kapal.
Hal 12 dari 33
Ada beberapa pengertian mengenai daya yang sering digunakan didalam melakukan
estimasi terhadap kebutuhan daya pada sistem penggerak kapal, antara lain :
(i) Daya Efektif (Effective Power-PE);
(ii) Daya Dorong (Thrust Power-PT);
(iii) Daya yang disalurkan (Delivered Power-PD);
(iv) Daya Poros (Shaft Power-PS);
(v) Daya Rem (Brake Power-PB);
(vi) Daya yang diindikasi (Indicated Power-PI).
Effective horse power adalah besarnya daya yang dibutuhkan untuk mengatasi
gaya hambat dari badan kapal (hull), agar kapal dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan servis sebesar VS. Daya Efektif
ini merupakan fungsi dari besarnya gaya hambat total dan kecepatan kapal.
EHP = RTdinas x Vs
= 1858.69 kW
= 2491.54 HP
Adalah perbedaan antara kecepatan kapal dengan kecepatan aliran air yang
menuju ke baling-baling, perbedaan antara kecepatan kapal dengan kecepatan
aliran air akan menghasilkan harga koefisien arus ikut.
w = 0.5Cb - 0.05
= 0.3145
Hal 13 dari 33
Perhintungan Thrust Deduction Factor (t)
Gaya dorong T yang diperlukan untuk mendorong kapal harus lebih besar dari
R kapal, selisih antara T dengan R = T – R disebut penambahan tahanan, yang
pada prakteknya hal ini dianggap sebagai pengurangan atau deduksi dalam
gaya dorong baling-baling, kehilangan gaya dorong sebesar (T-R) ini dinyatakan
dalam fraksi deduksi gaya dorong.
Hal 14 dari 33
umumnya diambil angka sekitar 1,05. Pada efisiensi lambung, tidak terjadi
konversi satuan secara langsung.
ηH = (1 - t) / (1 - w)
= 1,05
Pc = ηrr x ηp x ηH
= 0.6305
DHP = EHP / Pc
= 3951.7535 HP
(Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 120)
THP = EHP/ηH
= 2372.89 HP
Untuk kapal dengan perletakan kamar mesin yang berada di belakang kapal,
kerugian mekanisnya sebesar 2%. Akan tetapi apabila perletakan kamar mesin
tersebut berada di tengah kapal maka kerugian mekanis yang ditimbulkan
adalah 3%. Dalam perencanaan ini, kamar mesin kapal akan diletakkan di
belakang kamar mesin, sehingga menggunakan nilai kerugian mekanis sebesar
2%.
SHP = DHP/ηsηb
Hal 15 dari 33
= 4032.7535 HP
a. BHP Scr
Karena efek dari Transmition system efficiency(ηG), kapal ini tidak
menggunakan reducion gears, maka nilai ηG=1.
b. BHP mcr
BHP-SCR adalah daya output dari motor penggerak pada kondisi Continues
Service Rating (CSR), yaitu daya motor pada kondisi 80 - 85% dari Maximum
Continues Rating (MCR)-nya. Artinya, daya yang dibutuhkan oleh kapal agar
mampu beroperasi dengan kecepatan servis VS adalah cukup diatasi oleh 80 -
85% daya motor (engine rated power) dan pada kisaran 100% putaran motor
(engine rated speed).
BHPmcr = BHPscr/0.85
= 4744 HP
= 3539.03 KW
(Surjo Widodo Adjie, Daya motor yang diinstal,Engine Propeller Matching)
Hal 16 dari 33
Pemilihan Mesin Induk
Hal 17 dari 33
BAB III
PEMILIHAN PROPELLER DAN
PEMERIKSAAN KAVITASI
3.1. TUJUAN
Tujuan dari pemilihan type propeller adalah menentukan karakteristik propeller yang
sesuai dengan karakteristik badan kapal(badan kapal yang tercelup ke air) dan
besarnya daya yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan misi kapal. Dengan
diperolehnya karakteristik type propeller maka dapat ditentukan efisiensi daya yang
ditransmisikan oleh motor induk ke propeller.
Hal 18 dari 33
(Va), yang selanjutnya disebut sebagai kondisi perancangan(Design Condition). Adapun
definisi dari masing-masing kondisi perancangan adalah sebagai berikut :
a. Delivered Horse Power (DHP), adalah power yang di-absorb oleh propeller dari
Shafting System untuk diubah menjadi Thrust Horse Power (THP).
Berdasarkan perhitungan sebelumnya, digunakan nilai DHP adalah sebesar :
DHP = 3951.7535 HP
b. Rate of Rotation (N), adalah putaran propeller. Putaran propeller direncanakan
berkisar di 250 RPM, dari putaran main engine sebesar 250 rpm. Dalam
perhitungan ini, dicari nilai reduction gears yang yang menghasilkan efisiensi
paling tinggi. Oleh karena itu diuji 3 nilai rasio reduction gears sekaligus yaitu:
- Rasio 1,771
- Rasio 2,000
- Rasio 2,129
c. Speed of Advance (Va), adalah kecepatan aliran fluida pada disk propeller.
Harga Va adalah lebih rendah dari Vs (kecepatan servis kapal) yang mana hal
ini secara umum disebabkan oleh friction effects dan flow displacement effects
dari fluida yang bekerja pada sepanjang lambung kapal hingga disk propeller.
Dari perhitungan sebelumnya, telah didapatkan harga Va sebesar :
Va = 5.2938 m/s
Va = 10.2825 knot
t = 0,252
w = 0,3145
Vs = 15 knot
= 7.717 m/s
ρair laut = 1025 kg/m3
Proses penentuan dan pemilihan type propeller dilakukan dengan pembacaan diagram
Bp - setelah melalui langkah-langkah berikut :
- Menentukan nilai BP ( Power Absorbtion )
Hal 19 dari 33
Nilai BP diperoleh dari rumusan :
N prop xP0,5 dimana : V = ( 1 – w ) V
Bp a S
Va2,5
P
- Menentukan nilai dan 0 (1/J) dari pembacaan BP - diagram (terlampir)
D 0
Dengan nilai Bp sebesar 1.31 tersebut, pada diagram Bp-δ ditarik garis hingga
memotong maximum efficiency line. Dari titik potong itu kemudian ditarik garis ke
kiri sehingga didapatkan nilai (P/D)o sebesar 0,625 dan juga (1/J)o = 2.89 , sehingga:
δo = [(1/J)o]/0,009875
= 292.65823
Catatan : diagram Bp-δ yang digunakan pada Contoh kasus Untuk tipe Propeller
B3-35 :
Nilai Do atau diameter propeller pada kondisi open water dapat dihitung dengan
formulasi sebagai berikut :
0 xV a
D0
N prop Hal 20 dari 33
Contoh kasus Untuk tipe Propeller B3-35 :
Do = 11.06 ft
Db = 0,95 x DO
N prop xDB
B
Va
δb = 278.02532
P
- Menghitung nilai
D B
Setelah nilai δB didapatkan, maka nilai tersebut diplotkan ke diagram Bp-δ dan
dipotongkan dengan maximum efficiency line seperti pada pembacaan diagram
Bp-δ untuk kondisi open water, sehingga diperoleh nilai (P/D)B = 0,635 serta
efisiensi behind the ship B = 0,524. Dari harga-harga yang telah didapatkan
tersebut, maka nilai pitch propeller behind the ship dapat dihitung sebagai
berikut :
(P/D)B = 0.635
Hal 21 dari 33
PB = 0.635 x DB
= 0.635 x 3.2
= 2.032 meter
- Perhitungan Kavitasi
1. Menghitung nilai Ae 2
D
A0 =
2
Ae = A0 x (Ae/A0)
Ao = 86.700568
Ae = 30.345199
2. Menghitung nilai Ap
P
Ap = Ad x (1,067 – (0,229 x ))
D
dimana : Ad = Ae
Ap = 27.96568
Hal 22 dari 33
Contoh kasus Untuk tipe Propeller B3-35:
Vr2 = 884.22064
4. Menghitung nilai T
EHP
T =
(1 t ) xVs
T = 308.3928
5. Menghitung nilai τC
T
τC =
Apx 0 ,5 x x (Vr ) 2
τC1 = 0.02
Nilai σ 0.7R tersebut di plotkan pada Burrill Diagram untuk memperoleh τC diagram
(pada lampiran). Untuk syarat terjadinya kavitasi adalah τC diagram > τC hitungan.
H = 9.31 - 2,89
= 5.881 m
σ 0.7R = 0.30
Hal 23 dari 33
Masukkan nilai oO,7R ke diagram burill sehingga akan diperoleh nilai τC diagram.
Setelah didapat nilai τc diagram selanjutnya dicek dengan syarat kavitasi untuk
menentukan apakah propeller yang dipilih mengalami kavitasi atau tidak.
τC τC max
0.02< 0.14
<Tidak Kavitasi>
Propeller yang dipilih telah memenuhi syarat kavitasi karena nilai τc lebih kecil dari
nilai τc max, hal ini berarti bahwa propeller tersebut bebas dari kavitasi.
Pada perencanaan awal dalam Tugas Rencana Garis diambil diameter maksimal
adalah 0,7T.
Hal 24 dari 33
Catatan : D yang digunakan dalam perhitungan diatas adalah dipilih diameter behind
the ship yang paling besar dari kelima diameter hasil perhitungan untuk masing-
masing tipe propeller. Sehingga apabila perhitungan di atas memenuhi, maka untuk
diameter yang lain pasti memenuhi.
Seluruh langkah-langkah diatas digunakan untuk mencari nilai dari semua variasi rasio
gear box dan tipe propeller yang digunakan.(Terlampir)
Maka propeller yang dipilih harus didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :
- Propeller yang digunakan tidak boleh melebihi batasan = 6.517 m
- Memiliki tingkat effisiensi yang paling tinggi
- Tidak mengalami fenomena kavitasi
Dari pertimbangan di atas maka spesifikasi propeller yang digunakan adalah sebagai
berikut :
DATA PROPELLER
Type Propeller : B4-40
η propeller : 0.54
P/D : 0,7
Diameter (m) : 3.08
RPM prop : 250 rpm
Hal 25 dari 33
BAB IV
ENGINE PROPELLER MATCHING
DATA PROPELLER
Type Propeller : : B4 - 40
η propeller : 0,542
P/D : 0,70
Diameter (m) : 3,08
RPM prop : 250 rpm
1. Menghitung Koefisien α
2. Menghitung Koefisien β
α
þ=
(1 − t)x (1 − w)2 x D5 x n2
(Suryo Widodo Adjie, Engine Propeller Matching)
Sehingga:
β = 1.224727
3. Membuat kurva KT – J
Sebelum membuat kurva Kt - J,dicari nilai KT terlebih dahulu dengan rumusan:
KT = þ x J2
Dimana nilai J untuk B4-40 berkisar antara nilai 0 – 1,6. Setelah itu dibuat tabel
berikut:
Hal 26 dari 33
Tabel KT - J Clean Hull
2
J J KT Kt trial
0 0.00 0.00 =KT*1.15
0.1 0.01 0.01
0.2 0.04 0.04
0.3 0.09 0.10
0.4 0.16 0.17
0.5 0.25 0.27
0.6 0.36 0.39
0.7 0.49 0.52
0.8 0.64 0.68
0.9 0.81 0.87
1 1.00 1.07
1.1 1.21 1.29
1.2 1.44 1.54
1.3 1.69 1.81
1.4 1.96 2.10
1.5 2.25 2.41
1.6 2.56 2.74
Lalu dibuat kurva KT- J. Kurva ini merupakan interaksi lambung kapal dengan
propeller.
Diagram Kt- J
Kt
Hal 27 dari 33
Pada langkah ini, dibutuhkan grafk open water test untuk propeller yang telah
dipilih yakni B4-40. Setelah itu dicari nilai masing-masing dari KT, 10KQ, dan η
behind the ship. Tentu saja dengan berpatokan pada nilai P/Db yang telah
didapat pada waktu pemilihan propeller.
Sehingga dari kurva open water B4-40 didapatkan data sebagai berikut :
Setelah didapatkan data diatas, maka nilai tersebut diplotkan ke dalam grafik
bersama dengan kurva KT – J yang telah didapat di awal.
P/Db 0.700
J KT 10 KQ η
0 0.28 0.29 0
0.1 0.26 0.27 0.15
0.2 0.23 0.25 0.29
0.3 0.2 0.23 0.415
0.4 0.165 0.2 0.52
0.5 0.13 0.17 0.59
0.6 0.085 0.13 0.615
0.7 0.045 0.09 0.525
0.75 0.02 0.07 0.37
0.8 0 0.045 0
0.85 0 0.025 0
Kt
10Kq
Kt 10Kq Eff
eff
Kt Clean Hull
Series5
Series6
Series7
J Series8
Hal 28 dari 33
η = 0,51
Dimana:
J : Koefisien Advance
KT : Koefisien Gaya Dorong
10KQ : Koefisien Torsi
η : Efisiensi Propeller behind the ship
Dengan diketahuinya nilai efisiensi propeller yang baru maka dapat dikoreksi
kembali besarnya kebutuhan daya motor penggerak utama.
DHP = EHP / Pc
= 3811.42 hp
Daya pada perhitungan ini adalah daya untuk bergerak maju, sehingga :
BHPscr = SHP/ηg
= 3889.20 hp
HPmcr = BHPmcr/0.9
Hal 29 dari 33
= 4321.33 hp
= 3222.42 kW
Rumusnya adalah:
Hal 30 dari 33
Rumusnya adalah:
DHP
BHP =
0,98 x 0,98 x 0,85
(S.W.Adjie, Engine Propeller Matching)
n engine
%RPM = x 100%
N engine
%237.33rpm = 94.93%
BHP
%Power = x 100%
Power Engine
Contoh soal:
n- n-
n-engine propeller propeller Q DHP SHP BHPSCR RPM BHPSCR
(rpm) (rpm) (rps) (KW) (KW) (KW) (%) (%)
0 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
10 10 0.17 0.20 0.21 0.22 0.22 4.00 0.01
20 20 0.33 0.81 1.70 1.74 1.74 8.00 0.05
30 30 0.50 1.83 5.75 5.87 5.87 12.00 0.16
40 40 0.67 3.26 13.64 13.92 13.92 16.00 0.39
50 50 0.83 5.09 26.64 27.18 27.18 20.00 0.76
60 60 1.00 7.33 46.03 46.97 46.97 24.00 1.30
70 70 1.17 9.98 73.10 74.59 74.59 28.00 2.07
80 80 1.33 13.03 109.11 111.34 111.34 32.00 3.09
Hal 31 dari 33
90 90 1.50 16.49 155.36 158.53 158.53 36.00 4.40
100 100 1.67 20.36 213.11 217.46 217.46 40.00 6.04
110 110 1.83 24.64 283.65 289.44 289.44 44.00 8.04
120 120 2.00 29.32 368.25 375.77 375.77 48.00 10.44
130 130 2.17 34.41 468.20 477.76 477.76 52.00 13.27
140 140 2.33 39.91 584.77 596.71 596.71 56.00 16.58
150 150 2.50 45.81 719.24 733.92 733.92 60.00 20.39
160 160 2.67 52.12 872.90 890.71 890.71 64.00 24.74
170 170 2.83 58.84 1047.01 1068.38 1068.38 68.00 29.68
180 180 3.00 65.97 1242.86 1268.22 1268.22 72.00 35.23
190 190 3.17 73.50 1461.72 1491.55 1491.55 76.00 41.43
200 200 3.33 81.44 1704.88 1739.67 1739.67 80.00 48.32
210 210 3.50 89.79 1973.61 2013.89 2013.89 84.00 55.94
220 220 3.67 98.55 2269.19 2315.50 2315.50 88.00 64.32
230 230 3.83 107.71 2592.90 2645.82 2645.82 92.00 73.50
239 239 3.99 116.73 2925.40 2985.10 2985.10 95.78 82.92
240 240 4.00 117.28 2946.03 3006.15 3006.15 96.00 83.50
250 250 4.17 127.25 3329.84 3397.79 3397.79 100.00 94.38
Hal 32 dari 33
230 230 3.833 96.06 2645.82 73.50 2778.11 77.17
239.44 239.4385 3.991 100.00 2985.10 82.92 3134.35 87.07
240 240 4.000 100.23 3006.15 83.50 3156.46 87.68
250 250 4.167 104.41 3397.79 94.38 3567.68 99.10
Dari semua data-data diatas, maka kita dapat membuat Kurva Engine Propeller
Matching :
L1-L3
BHP (KW)
L2-L4
L1-L2
L3-L4
Clean Hull
Rough Hull
rpm
Hal 33 dari 33