BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Maksud dan Tujuan
24
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Pengertian Baling-Baling
Baling-baling adalah alat penggerak dari system propulsi kapal yang berperan
untuk mendorong kapal pada gerakan maju dan menarik badan kapal pada gerakan
mundur dengan berputar pada sumbunya. Untuk gerakan kapal maju dan mundur
dapat dilakukan dengan menggunakan baling-baling kendali daun dengan tidak
merubah arah putaran baling-baling (Utomo, 2012).
Propeller kapal (baling-baling kapal) merupakan alat gerak mekanik kapal.
Baling baling adalah alat yang berperan untuk menggerakkan kapal berlayar dari satu
tempat ke tempat lain dengan waktu tempuh yang dapat direncanakan
(Sastrodiwongso,1982).
2
diserap,
sekalipun
dalam
kondisi
beban
baling-baling
yang
berbedabeda, misalnya untuk rpm rendah biasa digunakan pitch yang besar
dan rpm tinggi digunakan pitch yang pendek. Dengan demikian baling-baling
jenis ini dapat digunakan untuk mendorong kapal maju kedepan dan menarik
kapal mundur ke belakang tanpa merubah arah putaran balingbalingnya,
sehingga dapat menghemat pemakaian bahan bakar.
Prinsip kerjanya menggunakan sistem hidrolis
yaitu
dengan
mengalirkan fluida minyak menuju suatu rongga yang terletak pada bos
balingbaling, pada rongga tersebut terdapat rotor yang dihubungkan dengan
24
daun baling-baling, jika dialirkan fluida dalam arah maju maka minyak akan
mendorong sirip pemisah pada rotor sehingga memutar daun baling-baling
dengan sudut tertentu, jika arah aliran dibalik maka daun baling-baling akan
berputar kearah sebaliknya. Pengoperasiannya dapat dilakukan dengan dua
cara, pertama sistem pull-push rod dengan menggunakan batang panjang yang
dihubungkan dari poros kapal menuju hub baling-baling, kedua hub piston
sistem yaitu dengan meletakkan batang piston pada hub baling-baling. CPP
sering digunakan pada kapal-kapal sailing vessels, motor boat, power boat
atau kapal pelayaran jarak jauh, kapal ferry,trawler, tug boat, supply vessels,
kapal ikan dan lain-lain (Utomo,2012).
2. Baling-baling dengan daun tetap terbuka (Fixed Pitch Propeller)
Propeller dengan pitch tetap (fixed pitch prop-eller) Propeller dengan
langkah tetap (fixed pitchpro-peller , FPP) biasa digunakan untuk kapal besar
dengan rpm relatif rendah dan torsi yang dihasilkan tinggi, pemakaian bahan
bakar lebih ekonomis, noise atau getaran minimal, dan ka-vitasi minimal,
biasanya di desain secara indi-vidual sehingga memiliki karakteristik khusus
untuk kapal tertentu akan memiliki nilai effisi-ensi optimum.
Propeller dengan pitch yang dapat diubah (con-trollable pitch
propellers) Propeller dengan pitch yang dapat diubah-ubah, (controllable pitch
propeller, CPP) merupakan baling-baling kapal dengan langkah daun propellernya dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan misal untuk rpm rendah
biasa digu-nakan pitch yang besar dan rpm tinggi digunakan pitch yang
pendek, atau dapat digunakan untuk mendorong kedepan dan menarik kapal
mundur ke belakang, sehingga hal ini dapat menciptakan pemakaian bahan
bakar seefektif mungkin.
Pemakaian baling-baling dengan pitch tetap (Fixed Pitch Propeller)
lebih efisien disbanding dengan CPP jika kapal dalam kondisi rpm dan beban
yang tetap. FPP dapat menyerap semua power yang dihasilkan oleh mesin
penggerak. Namun pada tingkat rpm dan beban yang berbeda, FPP tidak lagi
dapat menyerap semua power yang dihasilkan oleh mesin. Ini dikare-nakan
pengaturan pitch pada FPP tidak dapat fleksibel, yang artinya FPP tidak dapat
24
diatur pitchnya untuk menyesuaikan beban yang ada, karena FPP mempunyai
nilai pitch yang tetap. FPP biasa digunakan untuk kapal-kapal besar dengan
rpm relatip rendah, pemakaian bahan bakar ekonomis, getaran kecil dan
mempunyai efisiensi yang optimum (Utomo,2012).
2.1.3
menentukan (crucial) terhadap efektifnya mesin. Ini erat kaitannya dengan kedudukan
dan besarnya lubang, yang di-tentukan oleh besarnya sumbu dan ukuran balingbaling yang digunakan. Kedudukan lubang sumbu baling-baling mempengaruhi
kedudukan fondasi mesin dan pada gilirannya juga efektif-nya tenaga mesin.
Kedudukan dan besarnya lubang sumbu baling-baling juga berkaitan erat de-ngan
jenis mesin yang akan digunakan karena akan mempengaruhi kemampuan gear
box. Untuk mengetahui besarnya sumbu baling-baling yang akan digunakan,
langkah pertama yang harus diketahui ialah kapasitas serta kemampuan
mesin.
Terutama berkenaan dengan kekuatan mesin dalam daya kuda (PK; horse power)
yang biasanya tertera pada mesin tersebut. Meski pun kekuatan mesin ini juga
berkaitan dengan ukuran berat kapal (GT), yang sudah dibuat; adakalanya seorang
pemilik kapalyang menempah kapalnya, memberikan data yang tidak sepadan antara
ukuran kapal dengan jenis dan kekuatan mesin yang akan digunakan.
Ukuran besarnya sumbu baling-baling dapat ditentukan dengan pengetahuan
yang leng-kap mengenai mesin yang akan dipasang pada kapal. Teknisi yang
memasang mesin kapal, tidak dapat memutuskan besarnya sumbu
baling-baling
berdasarkan ukuran kapal yang sudah ada, tetapi ditentukan ukuran mesin dan balingbalingnya. Dari data tenaga mesin yang akan diguna-kan maka kemampuan RPM
(Round Per Minute) maksimal suatu mesin tersebut dapat diperoleh, sehingga secara
otomatis besarnya gear box akan dapat dihitung. Untuk mengetahui perputaran
mesin (dalam RPM) pada gear box, biasanya digunakan perbandingan RPM pada
setiap jenis gear box yang banyak dijual di pasaran. Misalnya beberapa di antaradata
24
yang dapat ditemukan padapenjual mesin kapal adalah seperti 1:3, 1:4, 1:5, 1:6. Data
ini berarti setiap satu putaran pada gear box dihasilkan oleh 3, 4, 5, 6 putaran yang
dikeluarkan oleh mesin. Data itumenentu- kan keluaran (output) atau besarnya tenaga
yang dikeluarkan oleh mesin untuk menimbulkan suatu gerakan pada baling-baling
atau kipas. Jadi fungsi gear-box adalah untuk mengurangi putaran mesin sebelum
mencapai baling-baling melalui sumbu baling-baling. Oleh karenanya, perputaran
mesin yang maksimal dijadikan patokan kemampuan gear box. Kaedahnya secara
sederhana adalah semakin tinggi putaran mesin maka
semakin
tinggi
pula
ber-dampak kepada
penghematan pemakaian bahan bakar. Karena mesin akan memerlukan lebih banyak
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang besar. Oleh sebab itu pula, menurut
Fyson
menyangkut beberapa faktor, yakni antara lain: kekuatan mesin, berat dan besar
mesin, perawatan, pemakaian bahan bakar, dan kemampuan menggerakkan alat
pendukung pada kapal.Selanjutnya dengan sudah diketahuinya besaran gear box,
maka besarnya shaft out put coupling pada gear box dapat ditentukan. Data ini
berguna untuk menentukan besar sumbu as propeller yang akan dipakai. Besarnya
sumbu baling-baling yang akan digunakan tidak boleh melebihi besar shaft pada
gear box coupling. Setelah ukuran sumbu baling-baling ditentukan, selanjutnya
dapat digunakan untuk menentukan besaran kipas. Untuk menentukan besarnya daun
24
terbawah
geladak
pada
buritan
kapal.
setelah
ukuran
kipas
lunas;
dengan
2.2
24
2.2.1
perancangan, sistem propulsi dan sistem kemudi. Sejumlah elemen tersebut secara
langsung memberi pengaruh terhadap gaya-gaya dan momen hidrodinamika yang
bekerja pada daun kemudi. Hal lain yang juga bisa berpengaruh adalah akibat
kondisi. Daun kemudi yang terlalu besar, Sehingga terjadi ketidaksesuaian antara
mesin penggerak kemudi dengan kemudi tersebut pada saat kapal dibelokkan.
Perubahan yang ingin dilakukan oleh pemilik kapal KMP. Sultan Murhum
menyangkut masalah perubahan dimensi daun kemudi yang tidak sesuai dengan
ketentuan maneuvering kapal yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mencegah over
maneuvering yang terjadi pada KMP. Sultan Murhum, pada saat kapal tersebut
dibelokkan.
1. Komponen Instalasi Kemudi Sistem Hidrolik
Sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindah tenaga dengan menggunakan zat
cair atau fluida sebagai perantara. Sistem hydraulic ini mempunyai banyak
keunggulan dibanding jika menggunakan sistem mekanik (Komponen-Komponen
System Hidrolik, 2009).
Adapun keuntungannya adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
24
24
24
membelokkan kapal. Unit Transmisi Unit yang berfungsi menyalurkan tenaga dari
unit daya ke unit kemudi. Unit Daya Unit yang berfungsi menyuplai tenaga ( berupa
torsi) ke poros kemudi Unit Kontrol Unit yang berfungsi mengendalikan unit unit
kemudi tersebut.
1. Kerja kemudi pada kapal
Bilamana kami memutar dari posisi tengah-tengah maka arus air baling-baling
yang melalui kemudi itu akan melakukan seuatu gaya yang tegaklurus pada kemudi
itu, akan tetapi gaya itu tidak sama letaknya pada daun kemudi. Bilamana arus datang
dari muka maka letak titik tangkap gaya pada daun kemudi terletak didepan dan jika
arus datang dari belakang maka letak titik tangkap lebih kebelakang pada daun
kemudi. Disini dapat dimengerti bahwa pada kapal mundur diperlukan tenaga yang
lebih besar untuk mengendalikan kemudi dari posisi cikar ke posisi tengah-tengah
24
kemudi. Tenaga yang tegaklurus pada kemudi selalu akan menekan buritan kapal dari
sisi satu ke sisi yang lain.
Pada perubahan haluan akan berakibat bahwa buritan akan didorong keluar dari
belakang. Karena sifat ini maka untuk merubah haluan di perairan sempit harus selalu
diperhitungkan sifat ini. Sifat memutar dari kapal banyak tergantung dari ukuran,
bentuk dan letak kemudi.
Secara prinsip ada dua macam kemudi, yaitu kemudi yang termasuk kuno (tua)
yang dinamakan unbalanced rudder yang letak daun kemudinya semua dibelakang
batang kemudi, dan kemudi jenis baru yang dinamakan balanced rudder, pada kemudi
ini 1/3 daun kemudinya terletak didepan batang kemudi sedangkan 2/3nya dibelakang
batang kemudi.
Bilamana kemudi seimbang ini diputar maka air baling-baling juga mengenai
Bagian depan dari kemudi seimbang ini sehingga membantunya berputar.
24
24
Dengan demikian bila kapal sudah melaju akibatnya ialah bahwa buritan akan
didorong kekanan dan haluannya kekiri akan hilang. Kalau kapal sudah melaju penuh
maka terjadilah daya-gaya pada kapal sebagai berikut :
a
Perbedaan tekanan yang diakibatkan oleh air baling-baling pada kedua sisi
kemudi dimana karenanya buritan didorong ke kiri.
Disebabkan oleh arus ikutan, tekanan yang lebih bear yang didapatkan oleh
daun baling-baling pada bagian atas dibandingkan yang dibawah yang
menyebabkan buritan kapal didorong kekiri.
Hasil dari semua gaya ini ialah bahwa buritan akan ditekan kekiri dan haluan
kekanan bilamana kapal sudah melaju. Dalam praktek hal ini tidak begitu penting,
yang penting ialah untuk diketahui bahwa pada kebanyakan kapal untuk berputar
kekanan lingkaran putarnya akan lebih kecil daripada bila berputar kekiri.
Bilamana kita lihat pada air baling-baling, pengaruhnya bila kapal sudah
melaju ialah bahwa air baling-baling pada dasarnya terdiri dari dua aliran air yang
berputar menjadi satu. Yang satu adalah aliran air dari kiri kapal dan yang lainnya
adalah dari kanan kapal.
Bila kita lihat pada baling-baling berputar kekanan dan baling-baling ini
sedang berputar maju maka akan terjadi: aliran air dari kiri kapal masuk kedalam
baling-baling dan oleh daun baling-baling sebelah kiri diputar keatas dan melalui
baling-baling terkena oleh daun baling-baling sebelah kanan yang sedng berputar
kebawah.
3. Mengolah gerak kapal dengan baling-baling dan kemudi
1
24
Jika kapal mulai maju maka lama kelamaan tekanan air baling-baling pada
kemudi akan berkurang dan terjadilah kejadian yang biasa untuk kapal yangmaju
dan dibelokkan kemudinya.
Sifat ini digunakan untuk berputar ditempat yang sempit. Hal ini dinamakan
kapal berputar pada arus baling-balingnya.
Kerja kemudi ketika kapal sedang maju dan mesin lalu dimundurkan
Kemudi tengah-tengah
Hal ini akan terjadi selain untuk mengolah gerak ditempat yang sempit juga
bilamana kita ingin memberhentikan kapal untuk mencegah pelanggaran. Bila
mesin bekerja mundur maka air baling-baling akan didorong kemuka dan
terjadilah pengaliran air ke baling-baling. Gerak dari air yang mengalir ini juga
disebut arus isian dan dalam hal ini umumnya mengalir kedepan. Pada posisi
kemudi cikar maka arus isian ini akan menekan bagian belakang daun kemudi
sehingga arus isian ini bila
24
kapal sedang melaju akan berlawanan kerjanya dengan arah kerja kemudi
Bilamana kapal sedang melaju dan mesin digerakkan mundur maka arus isian
tidak akan berpengaruh selama kemudi berada diposisi tengah-tengah.
Secara pasti dapat dikatakan bahwa dalam hal ini haluan kapal akan lari
kekanan.
Jadi bilamana kapal sedang maju penuh dan mesin digerakkan mundur
sedangkan kemudi berada di posisi tengah-tengah maka akan berpindah ke
sebelah kanan dari haluan mula-mula.
24
dan segera setelah itu kemudi dicikar kekanan maka haluan kapal akan bergerak
kekanan mula-mula yang disebabkan oleh pengaruh gaya baling-baling dan oleh air
yang ketika kapal sedang melaju masih mempengaruhi kemudi.
Akan tetapi segera setelah itu gerak ini akan dilawan oleh arus isian karena kapal
mundur.
Arus isian ini akan mengenai bagian belakang dari kemudi.
Akibatnya ialah bahwa kapal berputar kekanannya akan menjadi lebih pelan dan
akhirnya berhenti, dan mulailah haluan berputar kekiri. Kapal pada waktu
mundur akan berada di garis haluan dan bilamana ia sudah berhenti maka haluan
akan berputar sedikit kekiri.
24
kekirinya. Segera setelah itu haluan kapal akan berputar kekanan dan bilamana
kapal berhenti akan berada di posisi sebelah kanan dari arah haluan mula-mula.
Lebih-lebih bila kapal maju pelan-pelan makan pengaruh kapal dimana haluan
akan lari kekanan bila kemudi dicikar kekiri dan mesin mundur penuh akan
kelihatan jelas sekali.sifat ini banyak dipakai untuk menyandarkan kapal pada
sebelah kanan bila sedang mendekati dermaga. Melihat contoh-contoh diatas ini
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kerja dari kemudi pada waktu kapal
mundur tergantung terutama dari gerak baling-baling dan tidak pada kemudi
kapal.
2.3
2.3.1
dimulai
Pada waktu menerima atau melepaskan kapal tunda, isyarat yang jelas harus
5
6
24
Untuk mengatur posisi kapal, gunakan hanya satu tali spring dan tali tambat
2.3.2
24
pada posisi kapal I, Semua tali kepil dilepas, kecuali spring depan, kemudian
spring ditahan, kemudi kiri mesin maju pelan, kapal akan bergerak maju
Haluan kapal dengan sendiri tertahan oleh spring haluan akibatnya buritan
kapal bergerak menjauhi dermaga, dan membentuk sudut seperti pada posisi
kapal II, stop mesin
24
Saat mulai kapal bergerak mundur, lepas spring haluan/depan, kapal bergerak
mundur terus hingga posisi kapal III (jarak kapal dengan dermaga cukup),
stop mesin, sisa laju bergerak kebelakang seperti posisi kapal III
Spring ditahan, kemudi kiri, mesin maju pelang, hingga kapal kedudukan
Kemudi kanan, Mesin mundur dan lepas spring haluan/depan, sampai pada
posisi kapal III, mesin stop
Kemudi kanan / cikar kanan, mesin maju penuh sebentar, agar kapal segera
bergerak
Catatan : Kapal dikemudikan berlawanan dengan arah kapal pada waktu sandar
24
Tahan spring haluan/depan, kemudi kanan, mesin maju pelan, area tros
belakang
Haluan tertahan spring haluan, buritan secara perlahan menjauhi dermaga
Posisi kapal II
Tahan tros buritan/belakang, mesin mundur, mulai kapal bergerak mundur
spring haluan/depan tros lepas bolder darat/dermaga hebob ke kapal, kapal bergerak
mundur pada posisi kapal III
Posisi kapal III
Lepas tros belakang, mesin maju kemudi diatur dan kapal dikemudikansesuai
dengan haluan yang dikehendaki
24
Posisi kapal II
Haluan kapal yang bebas akan bergerak menjauhi dermaga
Posisi kapal III
Mesin maju, kemudi diatur dan kapal dikemudikan sesuai dengan haluan yang
dikehendaki
Catatan :
BAB III
PENUTUP
24
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia, 2001, Peraturan Konstruksi Mesin, Jilid II, Jakarta.
Fyson, John. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Fishing News Books Ltd.
Farnham, England. 120 hal.
Gburubber. 2014. Prosedur Sandar dan Lepas Kapal di Pelabuhan.
https://gburubber2014.wordpress.com/2015/02/28/prosedursandar-dan-lepas-sandar-kapal-di-pelabuhan/
diakses
pada
24
Pike, D, 1975. Fishing Boats and Their Equipment, Third Edition. University
Press, Cambridge. 188 p.
Utomo, Budi. 2012. Peranan Baling Baling Pada Gerakan Kapal. Jurusan D3
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Vol. 33 No.2
Tahun 2012. ISSN 0852-1697.
Sastrodiwongso Teguh, Mahardjo W. 1982. Propulsi Kapal, ITS Surabaya.
Setiono, Bambang Adi. 2012. Nautika Kapal Penangkap Ikan Jilid 2. Direktorat
Pendidikan.