Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sistem propulsor kapal menunjukkan peningkatan yang


signifikan, mulai dari kemampuan manouver yang handal, bentuk desain yang
unik, dan berbagai inovasi lainnya. Salah satunya yang sudah dikenal dunia
perkapalan adalah Overlapping Propellers. Overlapping merupakan salah satu
jenis propulsi kapal yang memiliki letak tidak lazim, yakni salah satu propellernya
berada dibelakang propeller yang lain. Tidak seperti twin screw propeller yang
menggunakan dua buah propeller yang terletak sejajar antara propeller yang satu
dan yang lainnya. Overlapping propeller dinilai mampu menghailkan thrust dan
gaya lift yang besar sehingga dapat meningkatkan performa dari kapal itu sendiri.
Perbedaan letak overlapping mengindikasikan perbedaan gaya lift dan thrust yang
berbeda sehingga penulis disini ingin menganalisa effect perubahan letak
overlapping propeller terhadap gaya lift dan thrust yang dihasilkan sehingga dapat
diketahui diposisi mana diperopleh gaya lift dan thrust yang paling maksimal.
dalam penganalisaan yang dilakukan, akan digunakan software CFD dimana akan
dimodelkan overlapping propeller dan juga perubahan letak yang di variasikan
baik letak secara melintang maupun secara memanjang. Keunikan pada propeller
adalah terdapatnya dua buah propeller dimana kedudukannya tidak sama antara
satu dengan yang lain. Salah satu propeller terletak dibelakang propeller yang
satunya. Salah satu keuntungan dari pemakaian sistem propeller model ini adalah
diperolehnya efisiensi yang lebih tinggi di banding dengan penggunaan satu buah
propeller.
Konsep dari baling-baling ini adalah dua propeller tidak dipasang/diikat
secara coaxially, tapi masing-masing propeller memiliki sumbu poros pada sistem
perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam prakteknya, adalah sangat jarang
diaplikasikan. Meskipun efisiensi propulsi dari sistem ini adalah lebih tinggi dari
single screw propeller, namun sistem ini sangat berpengaruh terhadap besarnya
tingkat getaran dan kavitasi yang ditimbulkan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan utama yang akan diteliti dalam percobaan ini adalah


bagaimana menentukan sudut optimal blade CPP agar dihasilkan thrust
yang besar. Detail permasalahan yang akan dianalisa pada tugas ini adalah:
a. Bagaimana menentukan thrust dan effisiensi yang terjadi dari
Overlapping Propeller?
b. Pada kondisi letak yang bagaimana akan dihasilakan thrust dan effisiensi
yang optimal?
c. Apakah design overlapping propeller yang kita buat tidak mengalami
kavitasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Di dalam Penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan untuk :


a. Mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan letak propeller pada OP
terhadap thrust dan effisiensi yang dihasilkan.

1.4 Manfaat Penulisan

Di harapkan makalah ini akan memberikan Manfaat Sebagai berikut :


a. Dapat mengetahui keuntungan OP dibandingkan dengan propeller single screw.
b. Mengetahui dampak dari perubahan letak propeller dari OP secara ilmiah,
sehingga dapat memprediksi konsekuensi yang diterima saat mengaplikasikan
desain ini.
c. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungkan dengan
penelitian ini.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jenis-Jenis Propeller

1. Tipe-tipe Propeller
Dalam operasinya, sebuah kapal pastinya memiliki sistem penggerak
(propulsion system) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya hambat (total
resitance) yang terjadi agar dapat tetap mempertahankan kecepatan dinas
seperti yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan tipe propeller
harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan dari kapal.
Berikut adalah berbagai tipe dari propeller yang ada :
a) Fixed Pitch Propellers

Baling-baling dengan pitch tetap: Daun baling-baling tetap terhadap


boss baling-baling. Untuk gerak mundur kapal, arah putaran baling-
baling harus dibalik.
 Baling-baling jenis ini secara „tradisi‟ telah membentuk basis
produksinya
 Baling-baling ini secara umum telah memenuhi „proporsi‟ yang
tepat terutama jenis rancangan dan ukurannya, baik itu untuk
baling-baling perahu motor yang kecil hingga untuk kapal muatan
curah hingga kapal tangki yang berukuran besar
 FPP ini adalah mudah untuk membuatnya

b) Controllable Pitch Propeller (CPP)

Baling-baling dengan pitch dapat diatur : Daun baling-baling dapat


diputar terhadap boss baling-baling dan diatur sudutnya sesuai arah dan
besar gaya dorongnya. Arah putaran baling-baling tetap. Daun propeler
dapat diputar terhadap boss untuk gerak maju, netral dan mundur 6

3
c) Ducted Propeller

Baling-baling Ducted terdiri dari dua komponen, yaitu :


 Saluran pipa (Duct) berbentuk seperti gelang yangmana mempunyai
potongan melintang berbentuk aerofoil, dan
 Baling-baling
Keberadaan „saluran pipa‟ (duct) akan mengurangi gaya-gaya
tekanan yang menginduced pada lambung kapal. Baling-baling jenis ini
dikenal dengan sebutan Kort Nozzles, melalui pengenalan Kort
Propulsion Company‟s sebagai pemegang Hak Paten dan asosiasi dari
jenis baling-baling ini. Efisiensi Baling-Baling ditingkatkan tergantung
atas beban baling-baling.

d) Contra-rotating propellers

Baling-baling jenis ini mempunyai dua-coaxial propellers yang


dipasang dalam satu sumbu poros, secara tersusun satu didepan yang
lainnya dan berputar saling berlawanan arah. Baling-baling ini memiliki
keuntungan hidrodinamis terhadap permasalahan penyelamatan energi
rotasional „slip stream‟ yang mungkin akan „hilang‟ bilamana kita
menggunakan sistem „single screw propeller‟ yang konventional. Energi
yang dapat diselamatkan sekitar 15% dari dayanya. 7

e) Overlapping Propellers

Konsep dari baling-baling ini adalah dua propeller tidak


dipasang/diikat secara coaxially, tapi masing-masing propeller memiliki
sumbu poros pada sistem perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam
prakteknya, adalah sangat jarang diaplikasikan.

4
f) Cycloidal Propellers

Sistem Cycloidal Propellers adalah juga dikenal dengan sebutan


baling-baling poros vertikal meliputi satu set verically mounted vanes,
enam atau delapan dalam jumlah, berputar pada suatu cakram horisontal
atau mendekati bidang horisontal. Sistem ini mempunyai keuntungan
yang pantas dipertimbangkan ketika kemampuan olah gerak dalam
mempertahankan posisi stasiun kapal merupakan faktor penting pada
perencanaan kapal. Dengan aplikasi propulsor jenis ini, maka instalasi
kemudi yang terpisah pada kapal sudah tidaklah diperlukan. Sistem
memperlengkapi dengan rangka pengaman untuk membantu melindungi
propulsor tersebut dari kerusakan-kerusakan yang di sebabkan oleh
sumber eksternal.

g) Paddle Wheels (Roda Pedal)

Salah satu tipe propulsors mekanik yang aplikasinya sudah jarang


ditemui saat ini.Seperti namanya, maka Paddle Wheels ini adalah suatu
roda yang pada bagian diameter luarnya terdapat sejumlah bilah/sudu-
sudu yang berfungsi untuk memperoleh momentum geraknya. Ada dua
tipe bilah/sudu yang diterapkan pada propulsors jenis ini, antara lain :
fixed blades dan adjustable blades.
Pada fixed blades, sudu-sudu terikat secara mati pada bagian roda
pedal tersebut.
Sehingga hasil momentum gerak dari roda pedal tidaklah begitu
optimal. Namun bila ditinjau dari aspek teknis pembuatannya adalah
sangat jauh lebih mudah daripada adjustable blades. Hal ini disebabkan
oleh tingkat kompleksitas konstruksi – adjustable blades-nya, yang mana
harus mampu menjaga posisi blades agar selalu tegak lurus terhadap arah
gerak kapal.Kelemahan teknis dari propulsors ini adalah terletak pada
adanya penambahan / perubahan lebar kapal sebagai konsekuensi
terhadap penempatan kedua roda pedal di sisi sebelah kiri dan kanan dari

5
badan kapal. Selain itu, keberadaan instalasi roda pedal adalah relatif
berat bila dibandingkan dengan screw propeller

h) Super-conducting Electric Propulsion

Pada sistem ini tidak perlu disediakan propulsors (alat gerak kapal),
seperti misalnya screw propellers ataupun paddle-wheels. Prinsip
dasarnya adalah merupakan electromagnetic propulsion, yang mana
dihasilkan dari interaksi antara fixed coil didalam badan kapal dan „arus
listrik‟ yang dilewatkan melalui air laut oleh elektrode-elektrode yang
tempatkan pada bagian dasar (bottom) dari lambung kapal. Gaya yang
dihasilkan secara orthogonal terhadap medan magnet dan arus listrik,
adalah merupakan hasil dari Fleming’s right-hand rule. Jenis
Propulsion ini mampu menekan tingkat noise dan vibration akibat
propulsi hidrodinamik, sehingga hal ini menjadikan pertimbangan
tersendiri untuk aplikasi pada kapal-kapal angkatan laut.

i) Azimuth Podded Propulsion System

Jenis propulsion system ini memiliki tingkat olah-gerak kapal dan


efisiensi yang tinggi, demikian juga dengan tingkat noise dan cavitation
yang relatif rendah. Saat ini pengguna terbanyak dari sistem pod units ini
adalah kapal-kapal cruise liner.
Pengenalan teknologi pada aplikasi Pod Propulsion ini akan
membawa perubahan
untuk penempatan unit propulsi, yang sedemikian hingga tanpa perlu
lagi mempertimbangkan susunan shaft atau space untuk motor
penggerak. Tentu saja, hal ini akan memberikan kesempatan-kesempatan
baru kepada designers kapal untuk membuat rancangan „ultimate
hullform‟.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Overlapping Propeller


Overlapping propeller merupakan salah satu model penggerak kapal
dimana terdapat dua buah propeller yang tidak memiliki letak yang sejajar.
Propeller yang satu terletak dibelakang propeller yang lain. Konsep dari
baling-baling ini adalah dua propeller tidak dipasang/diikat secara
coaxially, tapi masingmasing propeller memiliki sumbu poros pada sistem
perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam prakteknya, adalah sangat jarang
diaplikasikan. Meskipun efisiensi propulsi dari sistem ini adalah lebih tinggi
dari single screw propeller, namun sistem ini sangat berpengaruh terhadap
besarnya tingkat getaran dan kavitasi yang ditimbulkan.

3.2 Istilah – Istilah Dalam Overlapping Propeller


a). Domain
Domain merupakan daerah batas atau ruang lingkup fluida dimana
fluida tersebut berada dan bekerja. Pada simulasi ini akan dibuat dua
domain yaitu domain rotating dan domain stationer dimana fluida yang
bekerja pada kedua domain tersebut adalah air. Pada domain rotating, fluida
kerja yang melewati suatu model akan berputar pada putaran tertentu.
Dimana model yang termasuk kedalam domain rotating ini yaitu propeller.

7
Pada simulasi ini direncanakan pada putaran propeller sebesar 127 Rpm.
Sedangkan pada domain stationer, area yang meliputi ke dalam domain ini
yaitu rudder. Aliran fluida yang bekerja pada saat melewati domain ini
bergerak translasi.
b). Boundary
Boundary atau bisa juga disebut kondisi batas dibuat untuk
mengetahui karakteristik benda dan fluida agar mendekati dengan kondisi
yang sebenarnya. Pada simulasi ini, terlebih dahulu kedua model akan
diletakkan dalam sebuah silinder sebagai pembatas aliran fluida yang akan
dilewati.
Kondisi batas yang dibentuk diantaranya berupa inlet yaitu sebagai
saluran masuknya fluida, outlet sebagai saluran keluarnya fluida dan wall
(dinding pembatas) yang digunakan sebagai boundary pada model
(propeller dan rudder) serta silinder pembatas aliran fluida.
c). Inlet
Pada simulasi digunakan dua inlet untuk dua jenis domain yang telah
dibuat sebelumnya, yang pertama yaitu inlet untuk domain stationer dengan
parameter input berupa Vs (kecepatan dinas kapal) yaitu 12,5 knot atau 6,43
m/s. Sedangkan untuk inlet kedua adalah bagian domain rotating, input
parameter yang digunakan adalah massflow rate dengan ketentuan berikut.
d). Outlet
Outlet merupakan bagian dari domain stationer dengan parameter
yang dipakai adalah tekanan statis rata-rata sebesar 1 atm yang bersifat
relative terhadap tekanan fluida pada domain.

e). Wall
Wall merupakan dinding pembatas fluida kerja yang dikondisikan
pada model percobaan. Silinder yang digunakan untuk meletakkan model
propeller dan rudder berdiameter 6,4 m ditetapkan sebagai wall dengan
parameter opening, dimana aliran fluida yang bekerja pada percobaan
dianggap tidak akan memantul kembali ke dalam silinder jika mengenai
silinder pembatas tersebut. Sedangakn model propeller dan rudder yang

8
digunakan juga bertipe wall tetapi dengan parameter no slip yang artinya
terdapat gesekan pada kedua model tersebut apabila dilewati fluida kerja.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Overlapping merupakan salah satu jenis propulsi kapal yang
memiliki letak tidak lazim, yakni salah satu propellernya berada dibelakang
propeller yang lain. Overlapping propeller merupakan salah satu model
penggerak kapal dimana terdapat dua buah propeller yang tidak memiliki
letak yang sejajar. Propeller yang satu terletak dibelakang propeller yang
lain. Konsep dari baling-baling ini adalah dua propeller tidak
dipasang/diikat secara coaxially, tapi masingmasing propeller memiliki
sumbu poros pada sistem perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam
prakteknya, adalah sangat jarang diaplikasikan. Meskipun efisiensi propulsi
dari sistem ini adalah lebih tinggi dari single screw propeller, namun sistem
ini sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkat getaran dan kavitasi yang
ditimbulkan.
Oleh karena itu, pemilihan tipe propeller harus dilakukan dengan
cermat sesuai dengan kebutuhan dari kapal.

4.2 Saran

1. Memperbanyak jumlah iterasi baik pada proses penggambaran model


(meshing) dan proses simulasi agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.
2. Agar diperoleh hasil yang diperoleh lebih akurat akan lebih bagus jika
thrust yang dihasilkan oleh propeller juga dihitung untuk dilakukan
validasi.
3. Menambah variasi peletakan overlapping atau bahkan variasi baru dengan
mengubah kecepatan salah satu propeller ataupun juga mengubah ukuran
salah satu propeller sehinnga nantinya akan didapat nilai thrust dan lift yang

9
berbeda sehingganantinya dapat diketahui mana yang terbaik yang bisa
diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

https://kapitanmadina.wordpress.com/2011/11/10/macam-macam-jenis-
propeller-baling-baling-kapal/

http://duniaaeromodeling.blogsome.com/200 8/06/30/ the -basic - of-


propeller/ dikunjungi 12 November 2009

http://kapal-cargo.blogspot.co.id/2011/02/propeller-kapal-baling-baling-
kapal.html

10

Anda mungkin juga menyukai