PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Tipe-tipe Propeller
Dalam operasinya, sebuah kapal pastinya memiliki sistem penggerak
(propulsion system) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya hambat (total
resitance) yang terjadi agar dapat tetap mempertahankan kecepatan dinas
seperti yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan tipe propeller
harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan dari kapal.
Berikut adalah berbagai tipe dari propeller yang ada :
a) Fixed Pitch Propellers
3
c) Ducted Propeller
d) Contra-rotating propellers
e) Overlapping Propellers
4
f) Cycloidal Propellers
5
badan kapal. Selain itu, keberadaan instalasi roda pedal adalah relatif
berat bila dibandingkan dengan screw propeller
Pada sistem ini tidak perlu disediakan propulsors (alat gerak kapal),
seperti misalnya screw propellers ataupun paddle-wheels. Prinsip
dasarnya adalah merupakan electromagnetic propulsion, yang mana
dihasilkan dari interaksi antara fixed coil didalam badan kapal dan „arus
listrik‟ yang dilewatkan melalui air laut oleh elektrode-elektrode yang
tempatkan pada bagian dasar (bottom) dari lambung kapal. Gaya yang
dihasilkan secara orthogonal terhadap medan magnet dan arus listrik,
adalah merupakan hasil dari Fleming’s right-hand rule. Jenis
Propulsion ini mampu menekan tingkat noise dan vibration akibat
propulsi hidrodinamik, sehingga hal ini menjadikan pertimbangan
tersendiri untuk aplikasi pada kapal-kapal angkatan laut.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Pada simulasi ini direncanakan pada putaran propeller sebesar 127 Rpm.
Sedangkan pada domain stationer, area yang meliputi ke dalam domain ini
yaitu rudder. Aliran fluida yang bekerja pada saat melewati domain ini
bergerak translasi.
b). Boundary
Boundary atau bisa juga disebut kondisi batas dibuat untuk
mengetahui karakteristik benda dan fluida agar mendekati dengan kondisi
yang sebenarnya. Pada simulasi ini, terlebih dahulu kedua model akan
diletakkan dalam sebuah silinder sebagai pembatas aliran fluida yang akan
dilewati.
Kondisi batas yang dibentuk diantaranya berupa inlet yaitu sebagai
saluran masuknya fluida, outlet sebagai saluran keluarnya fluida dan wall
(dinding pembatas) yang digunakan sebagai boundary pada model
(propeller dan rudder) serta silinder pembatas aliran fluida.
c). Inlet
Pada simulasi digunakan dua inlet untuk dua jenis domain yang telah
dibuat sebelumnya, yang pertama yaitu inlet untuk domain stationer dengan
parameter input berupa Vs (kecepatan dinas kapal) yaitu 12,5 knot atau 6,43
m/s. Sedangkan untuk inlet kedua adalah bagian domain rotating, input
parameter yang digunakan adalah massflow rate dengan ketentuan berikut.
d). Outlet
Outlet merupakan bagian dari domain stationer dengan parameter
yang dipakai adalah tekanan statis rata-rata sebesar 1 atm yang bersifat
relative terhadap tekanan fluida pada domain.
e). Wall
Wall merupakan dinding pembatas fluida kerja yang dikondisikan
pada model percobaan. Silinder yang digunakan untuk meletakkan model
propeller dan rudder berdiameter 6,4 m ditetapkan sebagai wall dengan
parameter opening, dimana aliran fluida yang bekerja pada percobaan
dianggap tidak akan memantul kembali ke dalam silinder jika mengenai
silinder pembatas tersebut. Sedangakn model propeller dan rudder yang
8
digunakan juga bertipe wall tetapi dengan parameter no slip yang artinya
terdapat gesekan pada kedua model tersebut apabila dilewati fluida kerja.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Overlapping merupakan salah satu jenis propulsi kapal yang
memiliki letak tidak lazim, yakni salah satu propellernya berada dibelakang
propeller yang lain. Overlapping propeller merupakan salah satu model
penggerak kapal dimana terdapat dua buah propeller yang tidak memiliki
letak yang sejajar. Propeller yang satu terletak dibelakang propeller yang
lain. Konsep dari baling-baling ini adalah dua propeller tidak
dipasang/diikat secara coaxially, tapi masingmasing propeller memiliki
sumbu poros pada sistem perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam
prakteknya, adalah sangat jarang diaplikasikan. Meskipun efisiensi propulsi
dari sistem ini adalah lebih tinggi dari single screw propeller, namun sistem
ini sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkat getaran dan kavitasi yang
ditimbulkan.
Oleh karena itu, pemilihan tipe propeller harus dilakukan dengan
cermat sesuai dengan kebutuhan dari kapal.
4.2 Saran
9
berbeda sehingganantinya dapat diketahui mana yang terbaik yang bisa
diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://kapitanmadina.wordpress.com/2011/11/10/macam-macam-jenis-
propeller-baling-baling-kapal/
http://kapal-cargo.blogspot.co.id/2011/02/propeller-kapal-baling-baling-
kapal.html
10