PENDAHULUAN
1.3 MANFAAT
-mengetahui pengertian kavitasi terhadap propeller
-mengetahui jenis-jenis kavitasi terhadap propeller
1
BAB II
PEMBAHASAN
Laboratorium uji kavitasi membuat sketsa atau memotret pola kavitasi, laboratorium
demikian itu sering pula memberikan penjelasan mengenai hasil yang didapat berdasarkan
penglihatan mata, yaitu kavitasi uap (cloud), busa (foam), kabut (mist), lembaran (sheet),
gelembung, buih (froth), bercak (spot) dan garis (streak) dan sebagainya. Dari segi
fisikamengenai proses kavitasi, pembedaan kavitasi menurut jenisnya tidak perlu. Namun
demikian pembedaan itu dalam praktek akan ada gunanya. Tidak ada standar nyata yang dapat
dipakai untuk menerangkan jenis kavitasi, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa penjelasan
mengenai bentuk kavitasi harus mencakup keterangan baik mengenai letak, ukuran, struktur
dan dinamika kavitasi maupun dinamika aliran yang diacu secara teratur.
a. Ujung daun
Contoh : Kavitasi ujung (tip cativation), yaitu kavitasi permukaan (surface
cavitation) yang terjadi di dekat ujung daun propeller ; kavitasi pusaran (vortex
cavitation) yang terjadi di dalam inti tekanan rendah pusaran ujung (tip cortex)
propeller.
2
b. Pangkal daun
Contoh : Kavitasi pangkal daun (root cavitation), yaitu kavitasi di dalam daerah
tekanan rendah di pangkal daun propeller.
2.2.2 Menurut letak penampang daun propeller tertentu, misalnya penampang di tengah
(midchord):
a. Tepi depan
Tepi ikut : Dalam kaitan ini kavitasi pusaran ikut (trailing vortex cavitation) harus
pula disebutkan. Kavitasi ini adalah kavitasi yang terus-menerus ada di dalam inti
tekanan rendah pusaran ikut di dalam aliran yang meninggalkan propeller.
3
2.3 PENGARUH KAVITASI TERHADAP KINERJA PROPELLER
Pada tiga tulisan sebelumnya kita telah mengenal pengaruh kavitasi dan klasifikasi kavitasi
berdasarkan penyebab utamanya. Kali ini kita kembali memperdalam pengaruh kavitasi ini
secara lebih detil. Sebelumnya kita telah tahu pengaruh kavitasi secara umum adalah sebagai
berikut :
Kavitasi dinyatakan dengan cavities atau lubang di dalam fluida yang kita pompa. Lubang ini
juga dapat dijelaskan sebagai gelembung-gelembung, maka kavitasi sebenarnya adalah
pembentukan gelembung-gelembung dan pecahnya gelembung tersebut.
Gelembung terbentuk tatkala cairan mendidih. Hati-hati untuk menyatakan mendidih itu sama
dengan air yang panas untuk disentuh, karena oksigen cair juga akan mendidih dan tak
seorang pun menyatakan itu panas.
Mendidihnya cairan terjadi ketika ia terlalu panas atau tekananya terlalu rendah. Pada tekanan
permukaan air laut 1 bar (14,7 psia) air akan mendidih pada suhu 212oF (100oC). Jika
tekanannya turun air akan mendidih pada suhu yang lebih rendah. Ada tabel yang menyatakan
titik didih air pada setiap suhu yang berbeda.
Satuan tekanan di sini yang digunakan adalah absolute bukan pressure gauge, ini jamak
dipakai tatkala kita berbicara mengenai sisi isap pompa untuk menghindari tanda minus. Maka
saat menyebut tekanan atmosfir nol, kita katakan 1 atm sama dengan 14,7 psia pada
permukaan air laut dan pada sistim metrik kita biasa memakai 1 bar atau 100 kPa. Kita balik ke
paragraf pertama untuk menjelaskan akibat dari kavitasi, sehingga kita lebih tahu apa
sesungguhnya yang terjadi.
Kita harus selalu ingat bahwa jika kecepatan fluida bertambah, maka tekanan fluida akan
berkurang. Ini artinya kecepatan fluida yang tinggi pasti di daerah bertekanan rendah.
Ini akan menjadi masalah setiap saat jika ada aliran fluida melalui pipa terbatas, volute atau
4
perubahan arah yang mendadak. Keadaan ini sama dengan aliran fluida pada penampang kecil
antara ujung impeller dengan volute cut water.
• Kerusakan ini kebanyakan terjadi membentuk sudut ke kanan pada metal, tetapi pengalaman
menunjukan bahwa kecepatan tinggi cairan kelihatannya datang dari segala sudut.
Semakin tinggi kapasitas pompa, kelihatannya semakin mungkin kavitasi terjadi. Nilai Specific
speed pump yang tinggi mempunyai bentuk impeller yang memungkinkan untuk beroperasi
pada kapasitas yang tinggi dengan power yang rendah dan kecil kemungkinan terjadi kavitasi.
Hal ini biasanya dijumpai pada casing, dari pada casing yang berbentuk volute seperti yang
sering kita lihat.
Kavitasi juga menyebabkan suara yang berisik, getaran, korosi yang disebabkan karena
adanya reaksi kimia gas-gas dan logam, dan juga dapat menyebabkan performansi propeller
akan menurun secara tiba-tiba sehingga pompa tidak dapat bekerja dengan baik.
Cara-cara yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya kavitasi antara lain :
1. Tekanan sisi isap tidak boleh terlalu rendah Propeller tidak boleh diletakkan jauh di atas
permukaan cairan yang di hisap sebab menyebabkan head statisnya besar.
2. Kecepatan aliran pada propeller isap tidak boleh terlalu besar. Bagian yang mempunyai
kecepatan tinggi maka tekanannya akan rendah. Oleh karena itu besarnya kecepatan aliran
harus dibatasi, caranya dengan membatasi diameter propeller isap tidak boleh terlalu kecil.
3. Menghindari instalasi berupa belokan-belokan tajam Pada belokan yang tajam kecepatan
aliran fluida akan meningkat sedangkan tekanan fluida akan turun sehingga menjadi rawan
terhadap kavitasi.
4. Propeller isap dibuat sependek mungkin, atau dipilih propeller isap satu nomer lebih tinggi
untuk mengurangi kerugian gesek.
5. Tidak menghambat aliran cairan pada sisi isap.
6. Head total propeller harus sesuai dengan yang diperlukan pada kondisi operasi
sesungguhnya.
5
2.5 MERANCANG PROPELLER
2. Perhitungan
a. Perhitungan propeller
Diketahui : T = 1.37 m, v = 8 knot (4.1152 m/s), Cb = 0.49 , Nw = 55 PS, n (RPM) =293.5,
n(rps) = 4.892
Diameter Propeller (D)
D = 0.7 x T
= 0.7 x 7.528
= 5.270 m
Putaran propeller
menurut admiralty, putaran propeller :
= 14.73 m/s
Kecepatan masuk air dalam Propeller (ve)
ve = v (1 – ψ)
ψ (arus ikut) = (0.5 x Cb) – 0.05
= (0.5 x 0.602) – 0.05
= -0.199
Advance of speed
Ve = (1 – ψ) x Vs
= (1 – 0.195) x 17.4
= 14.007 knot (7.209 m/s)
Gaya dorong
T=
Dimana R tot = hambatan total (959.25 Kg)
t = factor thrust deduction
t = k x ψ (dengan k = 0.582)
= 0.582 x 0.195 = 0.113
Sehingga,
T = 1082.048 Kg
6
bila Kd 2 dan,
bila Kn 1
maka daun propeller berjumlah 3. Tetapi bila kedua nilai tersebut lebih kecil dari
ketentuan, maka daun propeller berjumlah 4.
Untuk kapal rancangan :
Kd = = 0.959 x 3.313 x = 0.988
Kn = = = 0.108
karena Kd < 2 dan Kn < 1 maka propeller menggunakan 4 daun.
Untuk ini kita pilih propeller tipe B ; Z = 4, Fa/F = 0.40, Fa/F = 0.55, Fa/F = 0.70 Nw ᴧ
diagram untuk ini adalah gambar No. VI.
Pn = = = 0.613
Untuk propeller tipe B ; Z = 4, Fa/F = 0.40
Cari titik potong Pn = 0.613 dengan untuk Pn = tetap dan sekarang kita dapat :
Hasil Interpolasi Pn = 0.6133 (antara 0.6 dengan 0.7)
ᴧ = 0.555
H/D = 0.776
Ks = 0.145
D maks = = = 1.221 m
S = Ks . D4 . n2
= 0.145 x 1028 x 1.2214 x 4.8922
= 7904.41 N
ɳp = = = 0.647
Cari titik potong Pn = 0.6133 dengan untuk Pn = tetap dan sekarang kita dapat :
Hasil Interpolasi Pn = 0.613 (antara 0.6 dengan 0.7)
ᴧ = 0.5799
H/D = 0.8514
Ks = 0.161
D maks = = = 1.168 m
S = Ks . D4 . n2
= 0.161 x 1028 x 1.1684 x 4.8922
= 7356.585 N
ɳp = = = 0.602
7
Untuk propeller tipe B ; Z = 4, Fa/F = 0.70
Cari titik potong Pn = 0.613 dengan untuk Pn = tetap dan sekarang kita dapat :
Hasil Interpolasi Pn = 0.613 (antara 0.6 dengan 0.7)
ᴧ = 0.574
H/D = 0.865
Ks = 0.161
D maks = = = 1.179 m
S = Ks . D4 . n2
= 0.161x 1028 x 1.179 4 x 4.8922
= 7669.74 N
ɳp = = = 0.628
Jadi kesimpulannya :
Tekanan statis yang bekerja pada poros baling-baling sebagai akibat adanya tekanan
hidrostatis dan tekanan dari uap air, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
1. Draf kapal T = 7.528 m
2. Tinggi poros terhadap base line h1 = 0.4 x T = 0.548 m
3. Tinggi gelombang ( 0,5%Lpp ) h2 = 0.0745 m (+)
4. Tinggi tekan di atas poros h = T – (h1 + h2) = 0.7475 m
5. Tekanan hidrostatik pada sumbu poros Po = h x 1025
= 766.188 kg/m2
6. Tekanan udara (P udara) = 10300 kg/m2 (+)
8
7. Tekanan uap (P uap) = 200 kg/m2 (-)
8. ( p-pv ) = Po + P udara + Pup
= 10866.188 kg/m2
9
BAB III
PENUTUP
3.1 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan
ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di
kemudian hari.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca utamanya untuk
penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
10
DAFTAR PUSTAKA
11