Anda di halaman 1dari 13

PHK PADA PERUSAHAAN PERIKANAN LAUT

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ‘K3 dan HK. Ketenagakerjaan”
Pada Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan
Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

DISUSUN OLEH :

Yaumil Furqan
( 21090116060022 )

Dosen pengampu
Eko Julianto Sasono SH,SST,MT

Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan


Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

2018

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta yang menjadikan bumi
beserta isinya dengan begitu sempurna. Dan sungguh berkat limpahan rahmat dan hidayah-
NYA saya dapat menyelesaikan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah K3 dan HK.
ketenagakerjaan. Dan saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan , saya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar kinerja saya lebih
baik lagi kedepannya .
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi
yang bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 1 Oktober 2018

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan
penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama
bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan
devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian
sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004).
Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk
prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sektor andalan untuk
mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).Trend kegiatan ekspor produk perikanan dan
kelautan memacu perusahaan-perusahaan di sektor ini untuk mengoptimalkan salah satu
potensi yang menjadi sumberdaya untuk bertahan dan bersaing.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah satu hal dalam dunia ketenagakerjaan
yang paling dihindari dan tidak diinginkan oleh para pekerja/buruh yang masih aktif bekerja.
Untuk masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebab berakhirnya waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kerja tidak menimbulkan permasalahan terhadap kedua belah
pihak yaitu pekerja dan pengusahanya karena antara pihak yang bersangkutan sama-sama
telah menyadari atau mengetahiu saat berakhirnya hubungan kerja tersebut sehingga masing-
masing telah berupaya mempersiapkan diri menghadapi kenyataan tersebut.
Berbeda halnya dengan masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi secara sepihak
yaitu oleh pihak pengusahanya. Hal ini dikarenakan kondisi kehidupan politik yang goyah,
kemudian disusul dengan carut marutnya kondisi perekonomian yang berdampak pada
banyak industri yang harus gulung tikar, dan tentu saja berdampak pada pemutusan hubungan
kerja yang dilakukan dengan sangat tidak terencana. Dalam menjalani pemutusan hubungan
kerja, pihak-pihak yang bersangkutan yaitu pengusaha dan pekerja/buruh harus benar-benar
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan PHK, terutama untuk para pekerja/buruh, agar
mereka bisa mendapatkan apa yang menjadi hak mereka setelah di PHK.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai prasyarat pencapaian nilai dalam mata
kuliah K3 & HK. Ketenagakerjaan adalah sebagai :
1. Untuk mengetahui prospek perikanan di Indonesia.
2. Memberi penjelasan mengenai pengelolaan industri perikanan agar bisa meningkatkan
perekonomian Indonesia
3. Untuk mengetahui apa itu PHK, mekanisme atau proses penyelesaian PHK, dan PHK pada
perusahaan perikanan laut.

BAB II
PERMASALAHAN

Berbagai banyak permasalahan yang ada pada perikanan laut. Salah satunya ialah
kesejahteraan dari Nelayan. Kesejahteraannelayan secara ekonomi dan social masih jauh dari
harapan nelayan. Penghasilan darimenangkap ikan belumlah cukup untuk mensejahterakan
keluarga. Penghasilan yangia peroleh belum mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka
ke PerguruanTinggi, belum mampu membiayai perawatan rumah sakit, belum mampu
memberimakan makanan yang bergizi, sehat dan bermutu untuk istri dan anak-anak
mereka,dan belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Belom masalah putus
hubungan kerja yang sekarang banyak terjadi di dunia kerja tanpa terkecuali sector perikanan
laut. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja yang disebabkan karena
suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja /buruh dan
pengusaha/majikan. Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Berikut rumusan
masalah nya.

1) Bagaimana prospek industri perikanan di Indonesia?


2) Bagaimana pengelolaan industri perikanan agar bisa meningkatkan perekonomian
Indonesia?

3) Apakah pengertian dari PHK?


4) Bagaimana mekanisme atau proses penyelesaian PHK?
5) Bagaimana PHK pada perusahaan perikanan laut?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prospek industri perikanan di indonesia


Prospek pemasaran untuk hasil produksi industri perikanan sangat baik. Konsumsi per
kapita dunia untuk ikan setiap tahunnya diperkirakan meningkat dari 16 kg untuk saat ini
menjadi 19 kg tahun 2015. Pasar domestik tetap akan merupakan pasar penting produk
perikanan Indonesia karena diperkirakan hingga tahun 2015 struktur produksi, landing, pasar
lokal tidak akan banyak berubah. Tumpuan pengembangan ekspor produk perikanan juga
terdapat di empat kawasan yakni Asia (Jepang dan Cina), AS, EU karena 95% pasar dunia
berada di kawasan ini. Daya serap (demand) suatu negara tergantung keadaan ekonomi
negara dan analog dengan pendapatan perkapita/disposible income dengan demikian proyeksi
target tujuan pasar yang dikembangkan haruslah disesuaikan trend pendapatan perkapita di
kawasan itu (Simatupang, 2009).

Selain itu, sektor perikanan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
karena beberapa alasan, yakni :
1. Kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus meningkat
2. Pada umumnya output dapat diekspor, sedangkan input berasal dari sumber daya
lokal.
3. Dapat membangkitkan industri hulu dan hilir yang besar sehingga dapat menyerap
tenaga kerja yang cukup banyak.
4. Umumnya berlangsung di daerah-daerah.
5. Industri perikanan, bioteknologi dan pariwisata bahari memiliki sifat dapat
diperbaharui, sehingga mendukung adanya pembangunan yang berkelanjutan.

Selain itu, prospek industri perikanan di Indonesia semakin menguntungkan karena


beberapa faktor berikut:
1. Sumber daya ikan dan sumber daya manusia, dimana sumberdaya ikan dengan potensi
lahan budidaya baik air tawar, air payau maupun air laut, masih cukup menjanjikan
untuk dikembangkan, baik pangan maupun non-pangan. Sedangkan dari segi SDM,
Indonesia memiliki tenaga kerja yang cukup besar, walaupun produktivitasnya rendah.

2. Dukungan kebijakan pemerintah, melalui penentuan tarif, perpajakan, bea masuk


maupun skala prioritas pembangunan pada bidang dan sektor-sektor tertentu. Selain
itu pemerintah biasanya memberikan fasilitas berupa kemudahan-kemudahan
perijinan dan fasilitas.
3. Kemampuan dalam menghasilkan keuntungan, dimana faktor advantage yang
sangat mendukung adalah ketersediaan Sumberdaya Ikan di tempat-tempat yang
berdekatan dengan basis industri sehingga akan menurunkan porsi biaya minyak yang
berada dalam tendensi kelangkaan dan harga yang meningkat
4. Teknologi, dimana industri perikanan indonesia saat ini sudah dikelola dengan
menggunakan terutama teknologi yang sederhana dan madya, dan sebagian
menggunakan teknologi maju. Pada kenyataanya penggunaan teknologi sesuai
dengan trend teknologi perikanan dunia, teknologi perikanan indonesia, yang
diantisipasi oleh dunia usaha sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, faktor ekonomi
teknologi, sehingga walaupun lambat para pelaku usaha mengadopsi kemajuan-
kemajuan teknologi.

Akan tetapi patut disayangkan bahwa besarnya prospek industri perikanan di


Indonesia tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan industri itu sendiri. Saat ini masih
belum banyak industri yang bergerak di bidang perikanan, baik dari segi penangkapan,
budidaya, pengolahan, maupun industri penunjang lainnya. Sehingga potensi dan prospek
yang besar tersebut masih belum bisa meningkatkan perekonomian dalam negeri.
Perkembangan industri pun tidak merata di seluruh Indonesia ditinjau dari potensi yang ada
di setiap daerah. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan manajemen yang tertata, baik
oleh pemerintah maupun massyarakat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dengan tetap memperhatikan faktor kelestarian alam dan sumber daya.

2.2 Pengelolaan Industri Perikanan Agar Bisa Meningkatkan Perekonomian Indonesia

Untuk mewujudkan perikanan tangkap nasional yang berkelanjutan, harus dipastikan


bahwa laju penangkapan sumber daya (stok) ikan tidak melebihi potensi produksi lestari
(maximum sustainable yield/MSY). Sedangkan di Indonesia distribusi nelayan dan kapal ikan
tidak merata, sehingga ada daerah yang mengalami kelebihan tangkap (Selat Malaka, pantura,
Selat Bali, dan pesisir selatan Sulawesi) tapi ada daerah yang kurang tereksploitasi (Laut
Natuna, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut
Arafura, dan Samudra Hindia) dan memicu penangkapan liar oleh nelayan asing.

Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah kelebihan tangkap harus dikurangi
dan secara bersamaan memperbanyak armada kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah
perairan yang masih underfishing atau yang selama ini dijarah nelayan asing. Selain itu,
setiap kapal ikan dilengkapi dengan sarana penyimpanan ikan (cold storage) untuk
mempertahankan kualitas ikan sampai di tempat pendaratan ikan. Sedangkan dari sisi
pelabuhan pendaratan ikan selain harus memenuhi standar sanitasi dan higienis juga harus
dilengkapi dengan pabrik es, gudang pendingin, pabrik pengolahan ikan, mobil pengangkut
ikan berpendingin, koperasi penjual alat tangkap, BBM, beras, dan perbekalan melaut, serta
pembeli ikan. Terakhir, perlu dilakukan rehabilitasi ekosistem-ekosistem pesisir yang telah
rusak serta mengendalikan pencemaran dan mengembahgkan kawasan konservasi laut.

Solusi lain untuk membangun industri perikanan berkualitas yang bisa dilakukan
adalah dengan menerapkan industri perikanan terpadu. Dengan kebijakan tersebut, kapal
asing tidak diusir secara total dari perairan Indonesia melainkan diperlakukan dengan sistem
tertentu. Sistem terebut adalah dengan dilakukan kerja sama antara kapal asing dengan
pengusaha Indonesia, dimana awak kapalnya pun harus dari Indonesia. Namun sebelumnya,
pemerintah terlebih dahulu harus membenahi data yang berkaitan dengan potensi sumber
daya ikan Indonesia, karena lemahnya data perikanan akan menjebak Indonesia pada
ketentuan illegal, unreported, unregulated (IUU) fishing yang sedang diperangi.

Kelebihan lain dari kebijakan industri perikanan terpadu adalah adanya kewajiban
bagi perusahaan asing untuk membeli ikan nelayan lokal. Sayangnya rendahnya kualitas hasil
tangkapan nelayan lokal berpengaruh pada nilai jual yang bahkan bisa mengakibatkan
terjadinya penolakan pembelian. Selain itu untuk menciptakan kelancaran dalam pelaksanaan
kebijakan industri perikanan terpadu, pengurusan izin yang lambat/berliku harus dipangkas.
Perlu buku pedoman mengenai cara-cara investasi di bidang perikanan yang tidak hanya
bertujuan menciptakan kemudahan berinvestasi (insentif/fasilitasi), tetapi juga menciptakan
transparansi karena proses perizinan di bidang perikanan rawan pungutan liar.

2.3 Pengertian dari PHK


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah berakhirnya hubungan kerja sama
antara karyawan dengan perusahaan, baik karena ketentuan yang telah disepakati, atau
mungkin berakhir di tengah karier . Mendengar istilah PHK, terlintas adalah
pemecatan sepihak oleh pihak perusahaan karena kesalahan pekerja. Oleh sebab itu,
selama ini singkatan ini memiliki arti yang negative dan menjadi momok menakutkan
bagi para pekerja.

Menurut Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,


Pasal 1 ayat 25, pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan
kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja atau buruh dan pengusaha.
Manulang (1988) mengemukakan bahwa istilah pemutusan hubungan kerja
dapat memberika beberapa pengertian:
1) Termination, putusnya hubungan kerja karena selesainya atau berakhirnya
kontrak kerja yang telah disepakati.
2) Dismissal, putusnya hubungan kerja karena karyawan melakukan tindakan
pelanggaran disiplin yang telah ditetapkan.
3) Redundancy, karena perusahaan melakukan pengembangan engan
menggunakan mesin-mesin teknologi baru, seperti: penggunaan robot-robot indrustri
dalam proses produksi, penggunaan alat berat yang cukup dioprasikan oleh satu atau
dua orang untuk menggantikan sejumlah tenaga kerja. Hal ini berakibat pada
pengurangan tenaga kerja.
4) Retrentchment, yang dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi, seperti resesi
ekonomi yang membuat perusahaan tidak mampu memberikan upah kepada
karyawannya.
Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK)
yang juga dapat disebut dengan Pemberhentian. Pemisahan memiliki pengertian
sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang
mengakibatkan berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.

2.4 Mekanisme Atau Proses Penyelesaian PHK


Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun karena terkadang
pemberhentian terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan maka menurut Umar (2004)
pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
1. Musyawarah karyawan dengan pemimpin perusahaan.
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D.
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.
5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri. (Rahardjo, 2013)
Berikut adalah prosedur PHK menurut UU No 13 Th 2003:
1. Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan
segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja
(Pasal 151 Ayat 1)
2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat
dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh
pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
(Pasal 151 Ayat 1)
3. Jika perundingan berhasil, buat persetujuan bersama
4. Jika tidak berhasil, pengusaha mengajukan permohonan penetapan secara tertulis
disertai dasar dan alasan- alasannya kepada pengadilan hubungan industrial (Pasal
151 ayat 3 dan Pasal 152 Ayat 1)
5. Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum
ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala
kewajibannya (Pasal 155 ayat 2)
6. Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berupa tindakan skorsingkepada pekerja/buruh yang sedang
dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib membayar upah beserta
hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh (Pasal 155 ayat 3). ( Zurnali, 2011)
Pasal 16 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Kep-78 /Men/2001
tentang perubahan atas beberapa pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-
150/Men/2000 tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti kerugian di perusahaan menetapkan
beberapa prosedur tentang pemutusan hubungan kerja dalam suatu perusahaan.

Adapun prosedur untuk Pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut :


1. Sebelum ijin pemutusan hubungan kerja diberikan oleh Panitia Daerah atau Panitia
Pusat, pengusaha dapat melakukan skorsing kepada pekerja/buruh dengan ketentuan
skorsing telah diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.
2. Dalam hal pengusaha melakukan skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pengusaha wajib membayar upah selama skorsing paling sedikit sebesar 75% (tujuh
puluh lima perseratus) dari upah yang diterima pekerja/buruh.
3. Skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dan
disampaikan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan dengan alasan yang jelas, dan
kepada pekerja/buruh yang bersangkutan harus diberikan kesempatan membela diri.
4. Pemberian upah selama skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lama
6 (enam) bulan.
5. Setelah masa skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir, maka
pengusaha tidak berkewajiban membayar upah, kecuali ditetapkan lain oleh Panitia
Daerah atau Panitia Pusat.
Pasal 17A Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Kep-78 /Men/2001
menyatakan :
1. Dalam hal pengusaha mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tetapi tidak melakukan skorsing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), maka selama ijin pemutusan
hubungan kerja belum diberikan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat, pekerja/buruh
harus tetap melakukan pekerjaannya dan pengusaha membayar upah pekerja/buruh
selama proses 100% (seratus perseratus).
2. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja tetapi pengusaha tidak mengajukan
permohonan ijin, pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dan pemutusan hubungan kerja tersebut menjadi perselisihan, maka sebelum
ada putusan Panitia Daerah atau Panitia Pusat, upah pekerja/buruh selama proses
dibayar 100% (seratus persen). (anonim, 2009)

2.4 PHK Pada Perusahaan Perikanan Laut


Salah satu kasus phk pada perikanan laut di Indonesia adalah yang terjadi di Bali,
Indonesia. Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan
mengaku menerima curahan hati (curhat) dari beberapa asosiasi perikanan terkait Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) terhadap 7.000 karyawan sektor perikanan di Bali. Diterangkan
penyebabnya karena pelarangan jaring cantrang untuk menangkap ikan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Permen KP nomor 2/2015
Dia menambahkan pemutusan kerja juga terjadi tidak hanya di Bali, tapi pada beberapa
wilayan seperti di antaranya Pati, Tegal, Jakarta, hingga Merauke. "Ya banyak keluhan. Tadi
juga ada yang dari Bali, mereka katakan 7.000 pegawai mereka sudah PHK. Bitung juga
begitu, Pati, Tegal, Jakarta juga dari Muara Baru, dari merauke, Sorong itu mereka semua
sampaikan ini," ujarnya di Jakarta, Senin (19/9/2016). Lanjut dia menerangkan bahwa para
asosiasi ini meminta pemerintah agar nelayan bisa melaut lagi dengan menggunakan kapal
cantrang. Sebab batas morotarium masih Januari nanti. "Sekarang kita tinggal bikin, mereka
minta supaya mereka bisa melaut lagi. Intinya itu, seperti cantrang ini mereka katakan
deadlinenya kan moratoriumnya Januari 2017," sambung dia. Luhut kemudian
menambahkan, mereka sepakat untuk memelihara lingkungan supaya tidak berlebihan dalam
memancing selain itu juga akan bayar pajak. "Jadi intinya, kita mau jadi tuan rumah di dalam
negeri. Nelayan ini supaya ambil ikan di Indonesia, ngapain orang lain? Mereka sepakat dan
setuju," pungkasnya.
Sebagai informasi Pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor
39/1980 telah melarang jaring trawl karena bisa membahayakan ekosistem laut, dan kembali
ditegaskan melalui Undang-Undang Nomor 45 tahun 2010 tentang Perikanan. Pelarangan
cantrang juga diberlakukan KKP melalui Permen KP nomor 2/2015,

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Potensi perikanan di Indonesia sangat besar dilihat dari luasnya wilayah perairannya.
Potensi yang besar tersebut membuat prospek industri perikanan di Indonesia semakin cerah.
Akan tetapi, prospek yang besar tetap tidak akan membantu perekonomian Indonesia menjadi
lebih baik apabila tidak dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan pengembangan industri
perikanan di Indonesia secara luas mulai dari sektor hulu sampai hilir. Seperti melakukan
pemerataan distribusi nelayan dan kapal ikan sesuai dengan potensi wilayah dan sumber daya
yang lestari. Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga dapat disebut dengan
Pemberhentian. Pemisahan memiliki pengertian sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja
dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhir hak dan kewajiban pekerja dan
perusahaan. Menurut Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal
1 ayat 25, pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja atau
buruh dan pengusaha.

B. Saran
Saran yang bisa diberikan adalah hendaknya dalam pemutusan hubungan kerja harus
sesuai dengan undang undang yang berlaku agar tidak ada perselisihan dan tidak ada pihak
yang merasa di rugikan. Seharusnya jika ingin melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
harus beracuan dengan Undang Undang, agar tidak ada yang dirugikan baik pihak perusahaan
ataupun pihak karyawan. Dan apabila karyawan telah di PHK dari suatu perusahaan,
sebaiknya memiliki pekerjaan pengganti. Agar perekonomiannya tetep berjalan baik. Bisa
memulai dengan berwirausaha atau membuat peluang kerja baru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja.


Hanifa, Suci. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pemutusan Hubungan Kerja.
https://anggaraniintan.wordpress.com/2014/01/06/makalah-pemutusan-hubungan-kerja/

http://advokatku.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemutusan-hubungan-kerja.html.
http://perikanan38.blogspot.com/2015/09/masalah-dalam-pembangunan-perikanan-laut.html
https://economy.okezone.com/read/2016/09/19/320/1493070/7-000-karyawan-di-phk-luhut-
dicurhati-asosiasi-perikanan

Anda mungkin juga menyukai