Anda di halaman 1dari 33

POLITEKNIK D3-TEKNIK

PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

II UJI TARIK (TENSILE TEST)

2.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi laporan ini
adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan
sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang didapat
dari hasil pengujian.
2) Mahasiswa msampu menjelaskan menganalisa sifat-sifat mekanik material
yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction of
area, elongation, dan modulus elastisitas.

2.2 Uraian Materi


Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan mesin, konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik
(tensile strength). Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima
beban atau tegangan tanpa menyebabkan material tersebut menjadi patah. Kekuatan
tarik suatu bahan didapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan
berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM, JIS, DIN, dan yang
lainnya. Untuk melakukan pengujian tarik, dibuat spesimen dari material yang akan
diuji terlebih dahulu sesuai standar yang digunakan. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.1, sedangkan gambar 2.2 menunjukkan pengambilan
spesimen untuk pengujian hasil pengelasan.

1
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Gambar 2.1 Macam-macam Spesimen Tensile Test

Gambar 2.2 Pengambilan Spesimen untuk Pengujian Hasil Pengelasan

2
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Gambar 2.3 Sketsa Tensile Test Machine

Unit
Stress


Unit Strain

Gambar 2.4 Grafik P-  hasil pengujian tarik beberapa logam

3
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Pada pengujian tarik, spesimen diberi beban yang semakin besar secara kontinu
dengan arah tegak lurus penampang melintangnya, Sebagai akibat pembebanan
tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan
perubahan panjang (  ) akan tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik yang
merupakan fungsi beban dan pertambahan atau lebih dikenal sebagai grafik P-  .
Dari gambar 2.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding
dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku Hukum Hooke, sedangkan
titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p disebut
juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas
elastis dimana bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang
permanen dan spesimen kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e
disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut daerah plastis.

Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni dimana
logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.
Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan dimana spesimen terdeformasi
dengan beban minimum. Deformasi yang yang dimulai dari titik y ini bersifat
permanen sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa deformasi yang berupa
pertambahan panjang yang disebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena
perbedaan antara ketiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik
seringkali keberadaan ketiga titik tersebut cukup diwakili dengan titik y saja. Dalam
kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap.
Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet
seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada
umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara
menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.

Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis
miring pada daerahproporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y
didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva P-  (gambar 2.5)
4
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Gambar 2.5 Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin
besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan dengan
puncak kurva sampai pada beban maksimum ini.Deformasi yang terjadi masih
homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban
maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking) sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.6. Setelah necking, beban turun sampai akhirnya
spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah
sesaat setelah tercapai beban maksimum.

Gambar 2.6 Spesimen yang mengalami necking

5
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2.2.1 Grafik Tegangan-Regangan Teknik  t   t 


Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P   tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen
saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P   tersebut harus

dikonversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik  t   t ). Grafik  t   t


dibuatdengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh
karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi atau komponen mesin,
yang mana deformasi permanen tidak diperbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi
luas penampang konstan tersebut maka persamaan yang digunakan adalah :

 t = P/Ao …………………………………………………………..(2.1)
 t       100........…………………….……..…………..…..(2.2)
dimana : t =tegangan teknik (kN/mm2, MPa, psi)

P = tegangan teknik (kN, kg)

Ao = luas penampang awal spesimen (mm2, in2)

t = regangan teknik (%)

  = panjang awal spesimen (mm, in)

 ' = panjang spesimen setelah patah (mm, in)

 = pertambahan panjang (mm, in)

=   
'

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P   menjadi grafik

t  t adalah sebagai berikut:

1) Ubahlah kurva P   menjadi grafik P   dengan cara menambahkan


sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai  .
6
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2) Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang   pada grafik
P   . Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang
didapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield
(bila ada) dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala
pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang
pertambahan panjang plastis pada kurva. Nilai pertambahan panjang plastis
adalah pertambahan panjang total dikurangi pertambahan panjang elastis
(Pertambahan panjang sampai titik p atau titik y). Dari perhitungan tersebut
akan didapatkan data skala :
a. Skala beban (P) 1 mm : ............................. kN
Contoh : Skala beban 1 mm : 10 kN (baca : 1 mm panjang P pada
kurva P   senilai dengan beban 10 kN)

b. Skala pertambahan panjang  1 mm : ........... mm


Contoh : Skala pertambahan panjang 1 mm : 0,567 mm (baca : 1
mm pertambahan panjang pada kurva P   senilai
pertambahan panjang 0,567 mm)
3) Ambillah tiga titik di daerah elastis, tiga titik di sekitar yield ( termasuk y),
tiga titik di sekitar beban maksimal (termasuk titik ultímate) dan satu titik
patah (f). Tentukan besar beban dan pertambahan panjang kesepuluh titik
tersebut berdasarkan skala yang telah dibuat di atas. Untuk membuat tampilan
yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan
garis proporsional   dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini:
     ..........................................................................................(2.3)
dimana :  = Tegangan/stress (kg/mm2, MPa, psi)
 = Modulus elastisitas (kg/mm2, MPa, psi)
ε = Regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 2.3 didapatkan
  

7
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

= tg ………..................………………………………….…….(2.4)

4) Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut menjadi tegangan teknik t


dengan menggunakan persamaan 2.1 dan konversikan pertambahan
panjangnya  menjadi regangan teknik  t  dengan memakai persamaan
2.2.

5) Buatlah grafik dengan sumbu mendatar t dan sumbu tegak t berdasarkan


kesepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 2.7) akan mirip

dengan kurva P   , karena pada dasarnya grafik t  t dengan kurva

P   identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Gambar 2.7 Grafik t  t hasil konversi grafik P  

2.2.2 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya  s   s 


Grafik tegangan-regangan sebenarnya  s   s  dibuat dengan kondisi luas
penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya pada
manufaktur dimana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses
8
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik  t  t


terletak pada keadaan kurva setelah titik ultímate (tegangan ultimate). Pada grafik

 t   t setelah titik ultímate, kurva akan turun sampai patah di titik f (fracture),

sedangkan pada grafik  s   s kurva akan terus naik sampai patah di titik f.
Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi diperhitungkan untuk luas
penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat
pengecilan penampang yang terjadi lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga
lebih besar. Hubungan tegangan teknik dan tegangan sebenarnya serta regangan
teknik (σt) dan tegangan sebenarnya (σs) dinyatakan pada persamaan 2.5 dan 2.6 :

 s   t (1   t ) .............................................................................(2.5)
 s  ln( 1   t ) .............................................................................(2.6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t  t ke dalam grafik

s  s adalah sebagai berikut:


1) Akibat adanya beban, maka spesimen akan mengalami deformasi berupa
pertambahan panjang, dengan volume tetap. Sebagai akibat pertambahan
panjang dengan kondisi volumenya tetap tersebut maka luas penampangnya
akan berkurang, sehingga pertambahan panjang yang terjadi sebanding
dengan beban yang bekerja dan berbanding terbalik dengan luasan
penampang spesimen. Korelasi ini berlaku sampai kondisi sesaat sebelum
terjadi necking (titik ultímate) atau sampai titik ke delapan (titik ultímate)
saja. Untuk mengonversikannya maka ambil kembali kedelapan titik
tegangan teknik (σt) tersebut dan ubah ke dalam tegangan sebenarnya (σs)
dengan persamaan 2.5 di atas. Sedangkan untuk mengubah regangan teknik
ke regangan sebenarnya dengan persamaan 2.6.
2) Untuk titik 10, konversikan nilai tegangan dan regangan teknik ke dua titik
tersebut menjadi tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan

9
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

persamaan berikut:
𝑠 = P/As …………………………………………………………………………………….(2.7)

Dimana AS = Luas penampang sebenarnya.


Untuk titik ke-10, A10 adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk
titik ke-9, A9 nilainya intrapolasi antara A8 dengan A10.

3) Buatlah grafik dengan sumbu mendatar s dan sumbu tegak  s berdasarkan


kesepuluh titik acuan tersebut. Sebagaimana gambar 2.8

Gambar 2.8 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya  s   s 


2.2.3 Sifat Mekanik yang didapat dari uji tarik

1)  
Tegangan Tarik Yield  y

 y  Py A
.

Dimana  y = Tegangan yield (kN/mm2, MPa)

Py = Beban yield (kN, kg)

2) Tegangan Tarik Maksimum/Ultimate  u 


 u  Pu A
Dimana  u = Tegangan ultimate (kg/mm2)
Pu = Beban ultimate (kg)
10
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

3) Regangan maksimum   maks 


 
 

 maks   maks     100 0 0

Dimana  = Regangan (%).


 = Pertambahan panjang (mm)
  = Panjang awal spesimen (mm)nilai regangan semaikin ulet
Nilai regangan menunjukkan nilai keuletan suatu material, semakin tinggi
nilai regangan, semakin ulet material tersebut.
4) Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan
semakin kakunya suatu material. Harga E ini diturunkan dari persamaan
hukum Hooke sebagaimana telah diuraikan pada persamaan 2.3 dan 2.4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif
terhadap yang lain dapat diamati dari sudut kemiringan   pada garis
proporsional. Semakin besar  , semakin kaku material tersebut.
5) Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0]  100% ...............................................................(2.8)
dimana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga digunakan untuk menetukan keuletan
material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

11
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

6) Resilien (Ur)
Resilien didefinisikan banyaknya energi yang diperlukan untuk meregangkan
satu satuan volume bahan hingga sampai batas elastik. Dimana:

keterangan : 𝜎𝑦 =tegangan tarik yield


𝜀𝑦 = regangan tarik yield

Gambar 2.9 Grafik Stress – Strain Dan Proses Deformasi Pada Spesimen

12
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2.3 Alat
1) 1 set Mesin uji tarik.
2) 1 Kikir.
3) 1 Jangka sorong.
4) 1 Ragum.
5) 1 Penitik.
6) 1 Timbangan digital
7) 1 Palu

2.4 Bahan
1) 1 spesimen uji tarik plat.
2) 1 spesimen uji tarik round bar.
3) 1 spesimen uji tarik deformat.
4) 1 lembar kertas milimeter.

2.5 Prosedur Keselamatan


Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan
dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel
2) Safety shoes
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melaukan penggerendaan dengan
gerenda mesin

2.6 Langkah Kerja


1) Menyiapkan spesimen
a. Ambil spesimen tensile test plat dan jepit pada ragum.
b. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menyebabkan salah ukur.

13
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

c. Ulangi langkah di atas untuk specimen tensile test berbentukround bar


dan deformat.

Gambar 2.10 Pengikiran bekas Machining


2) Pembuatan gauge length
a. Ambil penitik dan tandai spesimen tensile test plat dengan dua titikan
sejuh 50 mm.
b. Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
c. Ulangi langkah di atas untuk specimen tensile test berbentuk round bar.
d. Untuk spesimen deformat, gauge lenght-nya sebesar 8xD

Gambar 2.11 Pembuatan gauge length


3) Pengukuran dimensi
a. Ambil spesimen tensile test plat dan ukur dimensinya jangka sorong.
Parameter yang harus diukur meliputi panjang spesimen, panjang gauge
length, diameter (spesimen round bar), tebal dan lebar (spesimen plat)
14
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

b. Khusus untuk spesimen berbentuk deformat, timbang terlebih dahulu


beratnya dengan timbangan digital. Luas penampang deformat
ditentukan dari persamaan berikut :

W = V.ρ
W = (A0.L).ρ
A0 = W/(L.ρ)

Dimana : W = berat spesimen (kg)


V = Volume spesimen (m3)
L = panjang spesimen (m)
ρ = berat jenis baja (kg/m3)
ρ = 7.850 kg/m3
Contoh :
Diketahui : W = 0,12685 kg
L = 0,271 m
Ρ = 7.850 kg/m3

Jawab : A0 = W/(L.ρ)
0,12685
A0 = (0,271 x 7.850)

A0 = 5,805 x 10-5 m2
A0 = 58,05 mm2
Untuk mencari diameter (D)
1
A0 = 4x 3,14 x D2
1
58,05 mm2 = 4x 3,14 x D2
D2 = 73,9490 mm2
D = 8,59 mm

15
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

a. Pengukuran panjang (L0) spesimen b. Pengukuran lebar (W0) spesimen sebelum


sebelum patah (diuji) patah (diuji)

c. Pengukuran tebal (T0) spesimen sebelum patah (diuji)

Gambar 2.12 Pengukuran pada spesimen plat


4) Catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan yang ada.
5) Pengujian pada mesin uji tarik
a. Nyalakan mesin
b. Ambil kertas milimeter dan letakkan pada tempatnya.
c. Ambil spesimen tensile test plat pada ragum penarik.
d. Berikan beban secara proporsional
e. Sambil memperhatikan beban pada display, amati grafik yang terjadi
dan terekam pada kertas milimeter.
f. Pada saat grafik di kertas milimeter menunjukkan yield, yang ditandai
dengan mulai membeloknya grafik dari garis lurus, maka lihat nilai
beban saat itu dan catat pada lembar pengamatan sebagai beban yield.
16
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

g. Saat grafik pada kertas milimeter mencapai puncak dan diperkuat


dengan nilai beban yang maksimal pada display beban, catat nilai beban
tersebut pada lembar pengamatan sebagai beban maksimal atau
ultímate.
h. Amati terus grafik dan ketika mulai menunjukan tanda-tanda akan
turun, amati terus beban pada display, kemudian catat beban yang
tampak pada display pada saat spesimen patah.
i. Ulangi langkah tersebut untuk spesimen round bar dan spesimen
deformat.

Gambar 2.13 Mesin uji tarik

6) Pengukuran dimensi setelah patah.


a. Ambil spesimen plat yang telah mengalami tensile test, satukan lagi
tepat pada patahannya, kemudian dengan jangka sorong.
b. Ukur lebar dan tebal pada daerah necking. Catat hasilnya pada lembar
pengamatan.

17
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

c. Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar
pengamatan.
d. Ambil spesimen round bar yang telah mengalami tensile test, satukan
lagi tepat pada patahannya, kemudian ukur dengan jangka sorong .
e. Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada
lokasi yang berbeda, rata-rata hasilnya serta catat pada lembar
pengamatan.
f. Ukur gauge length setelah patah dan cata hasilnya pada lembar
pengamatan.
g. Ambil spesimen deformat yang telah menglami tensile test, satukan lagi
tepat pada patahannya, kemudian ukur dengan jangka sorong.
h. Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada
lokasi yang berbeda, rata-rata hasilnya serta catat pada lembar
pengamatan.
i. Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar
pengamatan

18
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

a. Pengukuran L’ pada b. Pengukuran diameter (D’) c. Pengukuran L’ pada


round bar setelah patah spesimen plat

d. Pengukuran tebal (W’) e. Pengukuran diameter (D’) setelah f. Pengukuran L’ pada


setelah patah pada patah pada spesimen deformat spesimen deformat
spesimen plat
Gambar 2.14 Pengukuran setelah spesimen uji tarik

7) Bersihkan ruangan, kembalikan peralatan pada tempatnya dan asistensikan


hasil pengujian pada dosen pengampu.

19
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2.7 Hasil pengujian dan Analisa


2.7.1 Spesimen Plat
Hasil Pengujian

Skala beban (y) = Sudah diatur pada mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 0,5 kN
Pertambahan setelah spesimen patah
Skala perpanjangan (x) = Pertambahan panjang plastis pada kurva P− Δℓ
12.80 𝑚𝑚
= 52,50 𝑚𝑚
= 0,244 mm 1 mm ≈ 0,244 mm

Tabel 2.1 Data Analisa Spesimen Plat


Skala Skala Δl P ɛᵼ σѕ ԑѕ
No X Y A˳(mm²) L˳ σᵼ (MPa) A̕ (mm²)
X Y (mm) (kN) (mm/mm) (MPa) (mm/mm)
0 0,00 0,00 0,24 0,50 0,00 0,00 137,63 49,15 0,00 0,00 137,63 0,00 0,00
1 3,56 16,00 0,24 0,50 0,87 8,00 137,63 49,15 58,13 0,02 135,24 59,15 0,02
2 6,67 30,00 0,24 0,50 1,63 15,00 137,63 49,15 108,99 0,03 133,22 112,59 0,03
3 9,33 42,00 0,24 0,50 2,28 21,00 137,63 49,15 152,58 0,05 131,54 159,65 0,05
4y 12,00 54,00 0,24 0,50 2,93 27,00 137,63 49,15 196,18 0,06 129,90 207,86 0,06
5 14,00 55,00 0,24 0,50 3,41 27,50 137,63 49,15 199,81 0,07 128,69 213,69 0,07
6 17,50 62,00 0,24 0,50 4,27 31,00 137,63 49,15 225,24 0,09 126,64 244,79 0,08
7 20,00 67,00 0,24 0,50 4,88 33,50 137,63 49,15 243,41 0,10 125,21 267,55 0,09
8 24,00 72,00 0,24 0,50 5,85 36,00 137,63 49,15 261,57 0,12 122,99 292,71 0,11
9 28,00 77,00 0,24 0,50 6,83 38,50 137,63 49,15 279,74 0,14 120,85 318,59 0,13
10 34,00 82,00 0,24 0,50 8,29 41,00 137,63 49,15 297,90 0,17 117,77 348,14 0,16
11 41,50 87,00 0,24 0,50 10,12 43,50 137,63 49,15 316,06 0,21 114,13 381,13 0,19
12 48,00 90,00 0,24 0,50 11,70 45,00 137,63 49,15 326,96 0,24 111,16 404,82 0,21
13u 53,00 90,50 0,24 0,50 12,92 45,25 137,63 49,15 328,78 0,26 108,98 415,22 0,23
14 56,00 89,00 0,24 0,50 13,65 44,50 137,63 49,15 323,33 0,28 105,00 423,81 0,25
15 58,50 87,00 0,24 0,50 14,26 43,50 137,63 49,15 316,06 0,29 100,00 435,00 0,25
16 60,50 84,00 0,24 0,50 14,75 42,00 137,63 49,15 305,17 0,30 95,00 442,11 0,26
17 62,00 80,00 0,24 0,50 15,12 40,00 137,63 49,15 290,63 0,31 89,00 449,44 0,27
18 64,00 76,00 0,24 0,50 15,60 38,00 137,63 49,15 276,10 0,32 82,00 463,41 0,28
19f 65,50 70,00 0,24 0,50 15,97 35,00 137,63 49,15 254,31 0,32 69,69 502,22 0,28

20
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Grafik σ - ɛ PLAT

700.00

600.00

500.00
Stress (MPa)

400.00

300.00

200.00

100.00

Series1 Teg-Reg SEBENARNYA


0.00
0.00 0.10 0.20 0.30
Strain (mm/mm)

Gambar 2.15 Grafik Tegangan - Regangan Spesimen Plat


21
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik
plat adalah sebagai berikut :
1) Penghitungan di daerah Elastis

a) Tegangan tarik yield Py


= Ao
teknik (𝑡𝑦 ) 27 kN
=
137.63 mm2
kN
= 0,19618 mm2
= 196,18 MPa
b) Regangan yield teknik Δℓy
= Lo
(𝜀𝑡𝑦 ) 2,93 mm
= x 100 %
49,15 mm
= 0,06 mm/mm x 100%
=6%
c) Tegangan tarik yield = 𝑡𝑦 (1 + 𝜀𝑡𝑦 )
sebenarnya (𝑠𝑦 )
= 196.18 (1 + 0,06)
= 207,95 MPa
d) Regangan yield = In (1 + 𝜀𝑡𝑦 )
sebenarnya (𝜀𝑠𝑦 )
= In (1 + 0,06) x 100%
𝑚𝑚
= 0,058 𝑚𝑚
x100%

= 5.8%
e) Modulus elastisitas y
=𝜀
(E) 𝑦

196,18 MPa
= mm
𝟎,𝟎𝟔
mm

= 3.269,67 MPa
f) Resilien (Ur ) 1
= 2 x 𝜎𝑡𝑦 𝑥 𝜀𝑡𝑦
1 mm
= x 196,18 MPa x 0,06
2 mm

= 5,8854 MPa

22
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2) Penghitungan di daerah Plastis


a) Tegangan tarik ultimate teknik (𝑡𝑢 ) 45,25 kN
= 137.73 mm2
kN
= 0,32854 mm2

= 328,54 MPa
b) Reduksi penampang (R A ) (Ao−A′)
= Ao
x 100%
(137.73−69,69) mm2
= 137.73 mm2
x 100%

= 49,4 %
c) Tegangan tarik maksimum sebenarnya Pf
= A′
(𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 ) 35 kN
= x 1000
69,69 mm2

= 502,224 MPa
d) Regangan maksimum teknik (𝜀𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 ) Δℓmaksimum
= Lo
12,92 mm
= 49,15 mm
X 100%

= 0,263 mm/mm
= 26,3%

23
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2.7.2 Spesimen Round Bar


Hasil Pengujian

Skala beban (y) = Sudah diatur pada mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 0,5 kN
Pertambahan setelah spesimen patah
Skala perpanjangan (x) = Pertambahan panjang plastis pada kurva P− Δℓ
12.80 𝑚𝑚
52,50 𝑚𝑚
= 0,323 mm 1 mm ≈ 0,323 mm

Tabel 2.2 Data Analisa Spesimen Round Bar


Skala Skala Δl P σᵼ ɛᵼ A̕ σѕ ԑѕ
No X Y A˳(mm²) L˳
X Y (mm) (kN) (Mpa) (mm/mm) (mm²) (Mpa) (mm/mm)
0 0,00 0,00 0,32 0,50 0,00 0,00 122,65 50,00 0,00 0,00 122,65 0,00 0,00
1 2,36 13,00 0,32 0,50 0,76 6,50 122,65 50,00 53,00 0,02 120,80 53,81 0,02
2 4,18 23,00 0,32 0,50 1,35 11,50 122,65 50,00 93,76 0,03 119,42 96,30 0,03
3 6,00 33,00 0,32 0,50 1,94 16,50 122,65 50,00 134,53 0,04 118,07 139,74 0,04
4 7,82 43,00 0,32 0,50 2,53 21,50 122,65 50,00 175,30 0,05 116,75 184,15 0,05
5 10,55 58,00 0,32 0,50 3,41 29,00 122,65 50,00 236,45 0,07 114,83 252,56 0,07
6y 12,00 66,00 0,32 0,50 3,88 33,00 122,65 50,00 269,06 0,08 113,82 289,92 0,07
7 13,50 64,00 0,32 0,50 4,36 32,00 122,65 50,00 260,91 0,09 112,81 283,66 0,08
8 14,00 65,00 0,32 0,50 4,52 32,50 122,65 50,00 264,98 0,09 112,48 288,95 0,09
9 15,50 64,00 0,32 0,50 5,01 32,00 122,65 50,00 260,91 0,10 111,48 287,04 0,10
10 16,00 67,00 0,32 0,50 5,17 33,50 122,65 50,00 273,13 0,10 111,16 301,37 0,10
11 17,50 73,00 0,32 0,50 5,65 36,50 122,65 50,00 297,59 0,11 110,19 331,25 0,11
12 20,00 79,00 0,32 0,50 6,46 39,50 122,65 50,00 322,05 0,13 108,61 363,67 0,12
13 25,00 87,00 0,32 0,50 8,08 43,50 122,65 50,00 354,67 0,16 105,59 411,96 0,15
14 29,00 92,00 0,32 0,50 9,37 46,00 122,65 50,00 375,05 0,19 103,29 445,33 0,17
15 33,00 95,00 0,32 0,50 10,66 47,50 122,65 50,00 387,28 0,21 101,09 469,86 0,19
16 38,00 97,00 0,32 0,50 12,28 48,50 122,65 50,00 395,43 0,25 98,47 492,53 0,22
17 42,50 97,50 0,32 0,50 13,73 48,75 122,65 50,00 397,47 0,27 96,23 506,62 0,24
18u 46,00 98,00 0,32 0,50 14,86 49,00 122,65 50,00 399,51 0,30 94,55 518,26 0,26
19 52,00 97,00 0,32 0,50 16,80 48,50 122,65 50,00 395,43 0,34 80,00 606,25 0,29
20 55,00 96,00 0,32 0,50 17,77 48,00 122,65 50,00 391,36 0,36 70,00 685,71 0,30
21 59,50 92,00 0,32 0,50 19,22 46,00 122,65 50,00 375,05 0,38 60,00 766,67 0,33
22 63,00 84,00 0,32 0,50 20,35 42,00 122,65 50,00 342,44 0,41 55,00 763,64 0,34
23 64,50 78,00 0,32 0,50 20,84 39,00 122,65 50,00 317,98 0,42 50,00 780,00 0,35
24f 65,50 74,00 0,32 0,50 21,16 37,00 122,65 50,00 301,67 0,42 52,14 709,63 0,35

24
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Grafik σ - ɛ Spesimen
RoundBar
750.00

700.00

650.00

600.00

550.00

500.00

450.00
TEGANGAN (STRESS)

400.00

350.00

300.00
yield

250.00
yield

200.00

150.00

100.00

50.00
Series1
0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

REGANGAN (STRAIN)

Gambar 2.16 Grafik Tegangan – Regangan Spesimen Round Bar

25
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik
Round Bar adalah sebagai berikut :
1) Penghitungan di daerah Elastis

a) Tegangan tarik yield teknik (𝑡𝑦 ) Py


= Ao
33,00 kN
=
122,656mm2
kN
= 0,26906 mm2
= 269,06 MPa
Δℓy
b) Regangan yield teknik (𝜀𝑡𝑦 ) = Lo
3,88 mm
= x 100%
50,00mm
= 0,0776 mm/mm
= 7,76 %
c) Tegangan tarik yield sebenarnya = 𝑡𝑦 (1 + 𝜀𝑡𝑦 )
(𝑠𝑦 )
= 269,06 (1 + 0,0776)
=289,939MPa
d) Regangan yield sebenarnya (𝜀𝑠𝑦 ) = In (1 + 𝜀𝑡𝑦 )
= In (1 + 0,0776)
𝑚𝑚
= 0,0747 𝑚𝑚 x 100%

= 7,47 %
e) Modulus elastisitas (E) y
=𝜀
𝑦

269,06 MPa
= mm
𝟎,𝟎𝟖
mm

= 3.363,25 MPa
f) Resilien (Ur ) 1
= 2 x𝜎𝑡𝑦 𝑥 𝜀𝑡𝑦
1 mm
= 2 x 269,06MPa x 0,0776 mm

= 10,439 MPa

26
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2) Penghitungan di daerah Plastis


a) Tegangan tarik ultimate teknik (𝑡𝑢 ) 49,00 kN
= 122,65mm2
kN
= 0,39951 mm2

=399,51 MPa
b) Reduksi penampang (R A ) (Ao−A′)
= Ao
x 100%
(122,656−52,142) mm2
= 122,656 mm2
x 100%

= 57,49 %
c) Tegangan tarik maksimum sebenarnya = Pf
A′
(𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 ) 37,00 kN
= 52,142 mm2 x1000

= 709,6 MPa
d) Regangan maksimum teknik (𝜀𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 ) Δℓmaksimum
= Lo
14,86 mm
= 50,00 mm
X 100%

= 0,297 mm/mm x 100%


= 29,7%

27
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2.7.3 Spesimen Deformat


Hasil Pengujian

Skala beban (y) = Sudah diatur pada mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 0,5 kN
Pertambahan setelah spesimen patah
Skala perpanjangan (x) = Pertambahan panjang plastis pada kurva P− Δℓ
20,7𝑚𝑚
= 89,50 𝑚𝑚
= 0,231 1 mm ≈ 0,231 mm

Tabel 2.3 Data Analisa Spesimen Deformat

Skala Skala Δl P σᵼ ɛᵼ σѕ ԑѕ
No X Y A˳(mm²) L˳ A̕ (mm²)
X Y (mm) (kN) (MPa) (mm/mm) (MPa) (mm/mm)
0 0,00 0,00 0,23 0,50 0,00 0,00 57,63 68,35 0,00 0,00 57,63 0,00 0,00
1 2,25 8,00 0,23 0,50 0,52 4,00 57,63 68,35 69,41 0,01 56,66 70,60 0,01
2 5,06 18,00 0,23 0,50 1,17 9,00 57,63 68,35 156,17 0,02 56,13 160,33 0,02
3 7,88 28,00 0,23 0,50 1,82 14,00 57,63 68,35 242,93 0,03 55,93 250,33 0,03
4y 9,00 32,00 0,23 0,50 2,08 16,00 57,63 68,35 277,63 0,03 55,74 287,03 0,03
5 10,00 31,00 0,23 0,50 2,31 15,50 57,63 68,35 268,96 0,03 55,02 281,70 0,03
6 14,00 31,50 0,23 0,50 3,24 15,75 57,63 68,35 273,30 0,05 54,85 287,17 0,05
7 15,00 31,00 0,23 0,50 3,47 15,50 57,63 68,35 268,96 0,05 54,50 284,43 0,05
8 17,00 32,00 0,23 0,50 3,93 16,00 57,63 68,35 277,63 0,06 54,23 295,01 0,06
9 18,50 31,00 0,23 0,50 4,28 15,50 57,63 68,35 268,96 0,06 54,15 286,25 0,06
10 19,00 32,00 0,23 0,50 4,39 16,00 57,63 68,35 277,63 0,06 53,98 296,42 0,06
11 20,00 31,00 0,23 0,50 4,63 15,50 57,63 68,35 268,96 0,07 53,89 287,61 0,07
12 20,50 32,50 0,23 0,50 4,74 16,25 57,63 68,35 281,97 0,07 52,97 306,78 0,07
13 26,00 35,00 0,23 0,50 6,01 17,50 57,63 68,35 303,66 0,09 51,37 340,65 0,08
14 36,00 38,00 0,23 0,50 8,33 19,00 57,63 68,35 329,69 0,12 49,15 386,59 0,11
15 51,00 40,00 0,23 0,50 11,80 20,00 57,63 68,35 347,04 0,17 47,24 423,37 0,16
16 65,00 41,00 0,23 0,50 15,03 20,50 57,63 68,35 355,72 0,22 44,76 458,03 0,20
17u 85,00 41,50 0,23 0,50 19,66 20,75 57,63 68,35 360,06 0,29 43,84 473,36 0,25
18 93,00 41,00 0,23 0,50 21,51 20,50 57,63 68,35 355,72 0,31 40,00 512,50 0,27
19 96,00 38,00 0,23 0,50 22,20 19,00 57,63 68,35 329,69 0,32 27,00 703,70 0,28
20 98,00 35,00 0,23 0,50 22,67 17,50 57,63 68,35 303,66 0,33 21,00 833,33 0,29
21f 99,00 33,00 0,23 0,50 22,90 16,50 57,63 68,35 286,31 0,33 26,64 619,49 0,29

28
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Grafik σ - ɛ Spesimen deformat


850.00
800.00
750.00
TEGANGAN (STRESS)

700.00
650.00
600.00
550.00
500.00
450.00
400.00
350.00
300.00
250.00yield
200.00 yield
150.00
100.00 Teg-Reg TEKNIK

50.00
0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40
REGANGAN (STRAIN)

Gambar 2.17 Grafik Tegangan – Regangan Spesimen Deformat

29
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik
Deformat adalah sebagai berikut :
1) Penghitungan di daerah Elastis

a) Tegangan tarik yield teknik (𝑡𝑦 ) Py


= Ao
16,00 kN
=
57,63 mm2
kN
= 0,27763 mm2
= 277,63 MPa
Δℓy
b) Regangan yield teknik (𝜀𝑡𝑦 ) = Lo
2,08 mm
= x 100%
68,35 mm
= 0,03 mm/mm
=3%
c) Tegangan tarik yield sebenarnya = 𝑡𝑦 (1 + 𝜀𝑡𝑦 )
(𝑠𝑦 )
= 277,63 (1 + 0,03)
= 285,95 MPa
d) Regangan yield sebenarnya (𝜀𝑠𝑦 ) = In (1 + 𝜀𝑡𝑦 )
= In (1 + 0,03)
𝑚𝑚
= 0,0295 𝑚𝑚 x 100%

= 2,95 %
e) Modulus elastisitas (E) y
=𝜀
𝑦

277,63 MPa
= mm
𝟎,𝟎𝟑
mm

= 9.254,3 MPa
f) Resilien (Ur ) 1
= 2 x𝜎𝑡𝑦 𝑥 𝜀𝑡𝑦
1 mm
= 2 x 277,63 MPa x 0,03 mm

= 4,164 MPa

30
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2) Penghitungan di daerah Plastis


a) Tegangan tarik ultimate teknik (𝑡𝑢 ) 20,75 kN
= 57,63 mm2
kN
= 0,36005 mm2

= 360,05 MPa
b) Reduksi penampang (R A ) (Ao−A′ )
= x 100%
Ao
(57,63−26,68) mm2
= 57,63 mm2
x 100%

= 53,7 %
c) Tegangan tarik maksimum sebenarnya = Pf
A′
(𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 ) 16,50 kN
= 2 x1000
26,68 mm

= 618,44 MPa
d) Regangan maksimum teknik (𝜀𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 ) Δℓmaksimum
= Lo
19,66 mm
= 68,35 mm
x 100%

= 0,287 mm/mm
= 28,7%

31
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

2.8 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2.4 Sifat Mekanik
No Spesimen σty (MPa) σtu(MPa) E (MPa) (𝜀𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 %) RA (%)
1 Plat 196,18 328,54 3269,67 26,3 49,4
2 Round bar 269,06 399,51 3363,27 29,7 57,49
3 Deformat 277,63 360,05 9254,3 28,7 53,7

Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa spesimen 2 (Round bar)
mempunyai keuletan paling besar, karena mempunyai regangan paling besar
(29,7%). Spesimen yang mempunyai kekakuan paling tinggi adalah spesimen 3
(Deformat), karena mempunyai nilai Modulus Elastisitas paling tinggi (9254,3
MPa). Spesimen yang mempunyai kekuatan paling besar adalah spesimen 2 (Round
bar), karena mempunyai nilai ultimate paling tinggi (399,51 MPa).

32
POLITEKNIK D3-TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA
PRAKTIKUM UJI BAHAN 603211A2

DAFTAR PUSTAKA
 Dosen Metalurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin
FTI. ITS

 Ferdinand L.Singer.1985.Kekuatan Bahan (Teori Kokoh-Strength


ofMaterial).Jakarta: Erlangga

 Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr. 1992. Teknologi Pengelasan Logam.


Jakarta: PT. Pradya Paramita

 M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal. PPNS

 Prasojo Budi, ST.,MT. 2012. Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan, Jurusan
Teknik Perpipaan. PPNS

 Prasojo Budi, ST. 2002. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal. PPNS

 SNI, 07-2052-2002, Baja Tulangan Beton

 SNI, 07-0408-1989, Cara Uji Tarik Logam

 SNI, 07-0371-1998, Batang Uji Tarik Untuk Logam

33

Anda mungkin juga menyukai