PRAKTIKUM KOSMETOLOGI
REFORMULASI BODY SCRUB EKSTRAK KAYU MANIS
SEBAGAI ANTIAGING DAN UJI SIFAT FISIKNYA
A. TUJUAN
1. Memformulasi sediaan body scrub
2. Mengetahui pengaruh penambahan bahan/konsentrasi bahan dalam sediaan body
scrub terhadap sifat fisika dan kimia body scrub
3. Melakukan uji sifat fisik body scrub :
Evaluasi body scrub :
Uji Organoleptis
Bertujuan untuk mengetahui bentuk body scrub secara fisik yang meliputi
bau, rasa,bentuk dan warna
Uji Homogenitas
Bertujuan untuk mengetahui dan melihat tercampurnya bahan-bahan
dalam sediaan body scrub yang telah dibuat
Uji pH
Bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pH body scrub dengan pH kulit
Uji Iritasi
Bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan hand and body scrub
mengiritasi kulit jika diaplikasikan diatas permukaan kulit.
B. DASAR TEORI
1. Kayu Manis
Kayu manis merupakan tanaman herbal berupa pohon dengan tinggi
mencapai 15 m. Batangnya berkayu dan bercabang-cabang. Daun tnggal, berbentuk
lanset, warna daun muda merah pucat, dan setelah tua berwarna hijau.Bunga
berbentuk malai, tumbuh di ketiak daun, dan berwarna kuning. Jenis buahnya berupa
buah buni.Saat muda buahnya berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. (Prapti
Utami dan Desty Ervira. 2013)
Kayu manis (Cinnamomum burmani) biasanya digunakan oleh masyarakat
sebagai bahan pelengkap dalam proses pembuatan kue atau bumbu penyedap
masakan. Di balik rasanya yang pedas, wangi, hangat dan sedikit manis ternyata kayu
manis (Cinnamomum burmannii) memiliki banyak manfaat kesehatan dan kecantikan
sehingga biasanya kayu manis (Cinnamomum burmannii) juga digunakan sebagai
salah satu bahan dalam industri jamu. Hampir semua bagian dari kayu manis
(Cinnamomum burmannii) , yaitu batang, daun, kulit, dan akar bisa dimanfaatkan
sebagai bahan pengobatan untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Kulit batang
kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki zat yang mempunyai efek bakteri
karena memiliki kandungan zat aktif berupa minyak atsiri, flavonoid saponin dan
tannin. (Widyastuti, 2004)
Sebenarnya bagian yang paling sering kita gunakan merupakan bagian
kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii). Kulit kayu manis (Cinnamomum
burmannii) adalah tanaman herbal dengan ciri khas beraroma tajam, manis dan pedas.
Bahkan di Indonesia kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki berbagai
sebutan nama, di antaranya huru mentek, ki amis (Sunda), manis jangan (Jawa),
kenyengar (Madura), madang siak-siak (Toba), cingar (Bali), dan kacingar atau
kasingar (Nusa Tenggara). (Prapti Utami dan Desty Ervira. 2013).
6. Antiaging
Anti aging atau anti penuaan merupakan produk kosmetik topikal yang
mampu mengobati atau menghilangkan gejala penuaan pada kulit yang disebabkan
oleh sinar UV matahari (fotoaging) atau produk yang dapat mengurangi atau
memperlambat timbulnya gejala-gejala fotoaging (Barel et al., 2009).
Fungsi anti aging adalah untuk menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit,
menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit, menjaga kelembaban dan elastisitas
kulit, dan merangsang produksi kolagen. Sedangkan manfaat anti aging antara lain
mencegah kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput,
membuat kulit tampak sehat, cerah,elastis, dan awet muda (Muliyawan dan Surana,
2013).
7. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron
bebas yang tidak berpasangan. Elektron yang tidak memiliki pasangan cenderung
akan menarik elektron dari senyawa lainnya, sehingga elektron tersebut akan dimiliki
bersama oleh dua atom atau senyawa radikal bebas baru yang lebih reaktif.
Peningkatan reaktivitas tersebut menyebabkan senyawa radikal bebas menjadi lebih
mudah menyerang sel-sel sehat dalam tubuh (Sadeli, 2016).
Radikal bebas memiliki dua sifat yaitu reaktivitsnya yang tinggi karena
akan cenderung menarik elektron dari senyawa lainnya, dan memiliki kemampuan
untuk mengubah suatu molekul, atom, atau senyawa untuk menjadi suatu radikal baru
Target utama radikal bebas adalah protein, karbohidrat, asam lemak tak jenuh dan
lipoprotein, serta unsur-unsur DNA. Dari molekul-molekul target tersebut, yang
paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa
radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada
membran sel sehingga dinding sel menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga
mengacaukan sistem genetika. Radikal bebas akan terus mencari elektron dari
molekul-molekul di sekitarnya dan apabila tidak dikendalikan reaksi berantai ini
dapat berlangsung secara terus menerus (Halliwell dan Gutteridge, 2000 dalam
Sadeli, 2016).
Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat terbentuk dari metabolisme
sel, atau beberapa obat, sinar UV, asap rokok, polutan lingkungan. Senyawa radikal
bebas ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: (a) spesies oksigen reaktif,
misalnya anion superoksida, radikal hidroksil, dan hidrogen peroksida, dan (b)
spesies nitrogen reaktif, misalnya nitrat oksida dan peroksinitrat (Brambilla, 2008).
8. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektron. Dalam sistem
biologis, antioksidan merupakan molekul atau senyawa yang dapat meredam aktivitas
radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel (Syahrizal, 2008). Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antioksidan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Antioksidan primer
Antioksidan primer bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas
baru dan mengubah molekul radikal bebas menjadi molekul yang lebih stabil.
Misalnya Butil Hidroksi Toluen (BHT), tokoferol, dan alkil galat.
2) Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder dapat menghambat kerja prooksidan seperti logam Fe,
Cu, Pb, dan Mn, sehingga dapat memperlambat terjadinya reaksi oksidasi.
Antioksidan sekunder menangkap radikal bebas serta mencegah reaksi
berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contoh jenis
antioksidan ini antara lain vitamin C, viatmin E, dan betakaroten
3) Antioksidan tersier
Antioksidan dapat memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak akibat efek
radikal bebas. Misalnya enzim sulfoksidan redukatase yang dapat
memperbaiki DNA (Syahrizal, 2008).. Berdasarkan sumbernya, antioksidan
terdiri dari antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan
alami berasal dari tumbuhan dan hewan. Struktur molekul antioksidan alami
pada umumnya memiliki gugus hidroksil. Antioksidan alami dari tumbuhan
misalnya senyawa fenolik berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,
kumarin, tokoferol, dan asam organik polifungsional. Flavonoid dapat
mereduksi radikal bebas (Zuhra et al., 2008). Antioksidan yang aman
digunakan misalnya Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen
(BHT), dan propil galat. Penggunaan antioksidan sintetik dapat bersifat toksik
pada dosis tertentu. Dosis yang diizinkan oleh FDA adalah 0,01-0,1%
(Panagan, 2011).
9. Definisi Kulit
Kulit merupakan organ yang membungkus seluruh permukaan luar tubuh
sekaligus merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh manusia yang meliputi
16% berat tubuh. Pada orang dewasa, sekitar 2,7 hingga 3,6 kg berat tubuhnya
merupakan kulit dengan luas sekitar 1,5-1,9 meter persegi (Perdanakusuma, 2007).
Kulit terdiri dari jutaan sel kulit yang dapat mengalami kematian dan selanjutnya
digantikan dengan sel kulit hidup yang baru tumbuh (Akbar, 2007). Kulit terdiri dari
tiga lapisan utama yaitu epidermis (lapisan bagian luar tipis), dermis (lapisan tengah)
dan subkutan (lapisan paling dalam) (Dahl, 1996).
Kulit berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar. Kerusakan
pada kulit akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan sehingga kulit
perlu dijaga dan dilindungi kesehatannya. Salah satu yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit adalah radikal bebas yang berupa sinar ultraviolet (Maysuhara, 2009).
Sinar UV hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum sinar matahari
tetapi sinar ini paling berbahaya bagi kulit karena reaksi-reaksi yang ditimbulkannya
berpengaruh buruk terhadap kulit manusia. Dalam kondisi yang berlebih, sinar UV
dapat menimbulkan beberapa masalah terhadap kulit, mulai dari kulit kemerahan,
pigmentasi, bahkan dalam waktu lama menyebabkan resiko kanker. Radikal bebas
yang dihasilkan akan menyebabkan kerusakan DNA, yang berdampak pada
proliferasi sel secara terus-menerus sehingga menjadi awal terbentuknya kanker. Efek
buruk tersebut timbul akibat adanya stress oksidatif yang terjadi setelah adanya
paparan sinar UV (Wungkana; dkk, 2013). Stress oksidatif merupakan hasil dari
ketidakseimbangan antara prooksidan (reactive oxygen species) dan antioksidan
(Agarwal; et a.l, 2005)
a. Perubahan zat aktif menjadi Ekstrak Kayu Manis sebanyak 10% : Jintan
Hitam (Nigella sativa L.) mengandung asam lemak esensial tak jenuh
(asam linoleat dan asam linolenat) yang berfungsi untuk meremajakan sel-
sel kulit dan menunda proses penuaan dini. Sehingga dilakukan pergantian
zat aktif yang memiliki manfaat yang sama yaitu anti aging. kayu manis
terdapat senyawa kimia seperti sinamaldehid, asam sinamat, kumarin,
tanin, flavonoid, triterpenoid, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut
diketahui sebagai antioksidan yang sangat kuat dan juga dapat digunakan
sebagai sediaan tabir surya karena mampu menyerap radiasi sinar UV-B.
Selain itu, antioksidan sangat diperlukan untuk mencegah penuaan dini
pada kulit kering (Puspitasary, 2021). Ekstrak kulit batang kayu manis
berpotensi dikembangkan untuk obat anti jamur seperti yang disampaikan
Indah (2019) bahwa ekstrak kulit batang kayu manis konsentrasi 10%
dapat menghambat pertumbuhan jamur C.albicans dengan LDH 14,50
mm. Mutiara, et al. (2015) mengatakan ekstrak etanol kulit batang kayu
manis memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50
sebesar 9,431 ppm. Hal senada disampaikan Sufiana dan Harlia (2014)
yang menyatakan uji aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol kulit
batang kayu manis dengan metode DPPH mempunyai nilai IC50 sebesar
19,79 ppm. Dari kedua pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kayu
manis dapat digunakan sebagai antioksidan.
b. Perubahan konsentrasi Asam Stearat dari 15% menjadi 12% : Asam
stearate sebagai emulgator pada body scrub akan menghasilkan sediaan
yang mempunyai sifat lembut dan berkilau karena pembentukan kristal
asam stearate (Kristianingsih, 2021). Penurunan konsentrasi asam stearate
dilakukan untuk memperbaiki daya sebar. Jika daya sebar terlalu kecil atau
dibawah standar minimum akan sulit diserap oleh kulit dan dapat
menyebabkan iritasi kulit. Sebaliknya jika terlalu besar atau diatas standar
daya sebar maka sediaan tidak terserap secara sempurna.Semakin besar
konsentrasi asam stearat dalam formula maka viskositas yang dihasilkan
semakin tinggi sebaliknya semakin rendah konsentrasi asam stearat maka
viskositas krim akan semakin rendah karena asam stearat dapat
meningkatkan viskositas sediaan dibandingkan trietanolamin dimana asam
stearat salah satu komponen pembentukan massa (Ledianasari, dkk, 2020).
Menurut penelitian Kristianingsih (2021), pada formulasi 2 memiliki
konsistensi yang baik sehingga akan memperbaiki daya sebar.
D. ALAT BAHAN
ALAT
NO Nama Alat Jumlah
1 Timbangan 1
2 Beaker Glass 2
3 Mortir dan Stamfer 1
4 Cawan porselain 6
5 Gelas Ukur 1
6 Batang pengaduk 1
7 Sendok tanduk 1
8 Kompor listrik 1
6 Sudip 1
7 Plat kaca 1
8 pH Universal 1
9 Termometer 1
10 Botol Body Lotion 1
11 Kertas perkamen 5
BAHAN
NO Nama Bahan
3 Asam Stearat
4 TEA
5 Setil Alkohol
6 Na Lauril Sulfat
7 Propilenglikol
8 Paraffin Cair
9 Metil Paraben
10 Propil Paraben
11 Parfum
12 Aquadest
E. CARA KERJA
Dileburkan bahan fase air yang terdiri dari quadest, metil paraben,
propilenglikol, na lauril sulfat dan trietanolamin pada suhu 70℃
Dileburkan bahan fase minyak yang terdiri dari asam stearate, setil alcohol,
paraffin cair, propil paraben pada suhu 70℃
Dicampurkan fase air dan fase minyak kedalam mortir yang sebelumnya
telah dipanaskan, diaduk sampai homogeny dan terbentuk sediaan lulur krim
Ditambahkan scrub beras putih, ekstrak kayu manis dan parfum kedalam
campuram lulur krim yang sudah homogeny kemudian diuji sifat fisiknya
yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas dan uji iritasi
a. Uji Organoleptis
Pengamatan dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, bau, dan
warna pada sediaan body scrub
b. Uji Homogenitas
c. Uji pH
d. Uji Iritasi