OLEH:
YUNITA
NIM: 181040400178
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penampilan fisik bagi seorang wanita menjadi cantik, awet muda dan
untuk perawatan di salon kecantikan dan pengobatan ke dokter kulit yang sangat
menggunakan ramuan tradisional yang sangat murah biayanya dan dapat diolah
sendiri. Saat ini, banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan, baik itu daun, buah,
akar maupun biji. Semua itu dapat menjadi bahan untuk melakukan perawatan
kecantikan (Fauzi & Nurmalina, 2012) , misalnya dengan daun kemangi ( Ocimum
sanctum L.)
Berbagai gangguan kerusakan pada kulit seperti kasar, kusam, keras, kering,
pecah-pecah dan penuaan merupakan bagian dari perlindungan kulit tubuh sebagai
barrier awal dari pengaruh luar (Erungan & dkk, 2009). Salah satu penyebab
timbulnya penyakit penyakit degeneratif dan penuaan dini karena adanya stres
oksidatif dalam tubuh karena radikal bebas. Oleh karena itu dibutuhkan
dalam menghambat radikal bebas melalui reaksi oksidasi sel, namun cenderung
tubuh lebih bergantung pada antioksidan yang berasal dari luar (Raymond &
Tjandrawinata, 2011).
Salah satu tanaman yang dapat berkhasiat sebagai antioksidan yaitu daun
kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar yang
dapat ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini tumbuh ditempat tanah
terbuka maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Tumbuh kurang
lebih 300 m di atas permukaan laut (Zainal & dkk, 2016). Tanaman kemangi
kemangi adalah sejenis tanaman hemafrodit yang tumbuh di daerah tropis tanaman
ini termasuk family lamiaceae yang banyak tumbuh di indonesia. Seiring dengan
tanaman kemangi sebagai hasil alam yang menjadi nilai ekonomi tinggi, biasanya
Manfaat kemangi selain itu dapat digunakan sebagi obat, pestisida nabati,
membuktikan adanya flavonoid, glikosit, asam gallic dan esternya, asam cafeic, dan
yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai
100 cm. Bunganya tersusun di tandan yang tegak. Daunnya panjang, tegak,
berbentuk taji atau bulat telur, berwarna hijau muda dan berbau harum. Ujung daun
bisa tumpul atau bisa juga tajam, panjangnya mencapai 5 cm. Permukaan bergerigi
Pada umumnya kulit merupakan anggota tubuh yang terluar dan langsung
bersentuhan dengan lingkungan, oleh karena itu sebelum kulit menjadi kusam, layu,
mempertahankan kesehatan kulit, dengan perawatan dari dalam dan perawatan dari
luar. Perawatan dari luar salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan
menghilangkan kotoran, minyak atau sel kulit mati yang dilakukan dengan pijatan
di seluruh badan dan hasilnya dapat langsung terlihat yakni kulit lebih halus,
(obrasiver) (Alam, 2009). Bahan-bahan dasar krim body scrub sama dengan krim
pembersih kulit pada umumnya yang mengandung lemak penyegar. Krim body
(obrasiver) agar bisa mengangkat sel-sel kulit mati dari epidermis. Bahan-bahan
penyusun krim yakni zat berkhasiat, minyak, air, pengemulsi, dan bahan
pengemulsi. Salah satu dari beberapa jenis bahan pada komposisi sediaan krim body
Berdasarkan Penelitian (Malik & dkk, 2020) Sediaan krim body scrub
ekstrak etanol daun M. esculenta memiliki aktivitas antioksidan yang sangat baik.
Sediaan krim body scrub formula 3 menunjukkan nilai IC50 38,80 µg/mL yang
dikategorikan sebagai antioksidan sangat kuat sedangkan. Sediaan formula 2
memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan IC50 66,59 µg/mL dan sediaan krim
sediaan krim body scrub, Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian
yang berjudul “Formulasi Sediaan Krim Body Scrub Ekstrak daun kemangi
B. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat dibuat dalam
bentuk sediaan krim body scrub yang stabil secara fisika dan kimia?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh formulasi dan kualitas fisika dan kimia sediaan krim body scrub
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh formulasi sediaan krim body scrub ekstrak daun kemangi
kemangi (Ocimum sanctum L.) berdasarkan uji fisika dan kimia, yaitu uji
organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji tipe krim, dan uji
viskositas.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini memiliki manfaat sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang
akademik.
Dharma Husada
3. Bagi Masyarakat
a. Membantu masyarakat sebagai salah satu sumber informasi yang didukung
L.) sebagai antioksidan yang cocok untuk kulit dan berapa banyak
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
a. Klasifikasi Daun Kemangi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Spermatophyta
Divisio : Spermatophyta
Genus : Ocimum
membulat, herba tegak atau semak, sangat harum, bercabang banyak, dengan tinggi
0,3-1,5 cm batang pokoknya tidak jelas, daun berwarna hijau keunguan, dan
berambut maupun tidak, daun berhadapan tunggal, tersusun dari bawah keatas.
Memiliki panjang tangkai daun 0,25-3 cm dan setiap helaian daun berbentuk elips
hingga bulat telur, memanjang, ujung tumpul atau meruncing. Pangkal daun pasak
hemafrodit, berwarna putih dan berbau wangi. Bunga majemuk dan diketiak daun
ujung terdapat daun pelindung berbentuk bulat telur atau elips, dengan panjang 0,5-
1 cm. Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut memiliki kelenjar,
berwarna hijau atau ungu, dan ikut menyusun buah, mahkota bunga berwarna putih
dengan benang sari tersisip didasar mahkota, kepala putik bercabang dua namun
Memiliki buah dengan bentuk kotak berwarna coklat tua, tegak, dan
tertekan, ujung berbentuk kait melingkar. Panjang kelopak buah 6-9 mm. Biji
berukuran kecil berwarna coklat tua, bertipe keras, dan waktu diambil segera
membengkak, tiap buah terdiri dari empat biji. Akar tunggang dan berwarna putih.
pangkal daun runcing tumpul sampai membulat, tulang-tulang daun menyirip, tepi
bergerigi dangkal atau rata, dan bergelombang, daging daun tipis, permukaan
berambut halus, panjang daun 2,5 cm sampai 7,5 cm, lebar 1cm sampai 2,5 cm,
(Kusuma, 2010)
India. Kemangi ditanam secara luas sebagai tanaman hias dan tanaman ladang di
sebagian besar negara seperti India, Burma, Cylone dan beberapa negara
Mediterania termasuk Turki (Bilal & dkk, 2012) . Tanaman ini secara alami
tumbuh di seluruh bagian Afrika, Asia dan Amerika. Ocimum bacilicum dikultivasi
di Afrika Utara, Eropa dan bagian Barat Daya Asia. Habitatnya yaitu pada tanah
terpelihara, tanah buncah, tanah rawan banjir, tanah berumput (Zahra & dkk.,
dan Maluku. Namun, banyak di budidayakan didaerah Jawa Barat untuk dicari
kandungan minyak atsirinya yang dapat membuat tubuh lebih segar dan
meringankan rasa sakit. Minyak atsiri tersebut sering digunakan sebagai minyak
yaitu, cirsimaritin, cirsilineol, apigenin, isotymusin, tanin dan asam rosmarinat, dan
jumlah yang cukup besar dari eugenol (komponen utama minyak atsiri) (Singh,
2012). Daun kemangi kaya akan mineral makro yaitu kalsium, fosfor, dan
mengandung komponen non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, boron,
anetol, arginin dan minyak atsiri. Komposisi yang terkandung didalam kemangi
antara lain grotenoid 19,77 ± 0,01%, total phenolic 2,09 ± 0,10% dan total flavonoid
mengobati, batuk, selesma, demam, urat saraf, encok, air susu kurang lancar,
sariawan, radang telinga, panu, muntah-muntah dan mual, peluruh kentut, peluruh
haid, pembersih darah setelah bersalin, borok, dan untuk memperbaiki fungsi
nanah, penyakit mata, penenang, peluruh air kencing, pencahar, peluruh keringat,
kejang perut. Akar digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Semua bagian
(Ihsanto, 2018)
2. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
pada simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi dan hal ini
memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 1987) .Persyaratan untuk
meracik bahan kandungan tumbuhan adalah tingkat kehalusan yang sesuai dari
oleh bahan pelarut. Namun tingkat penghalusan yang sangat tinggi dari simplisia
tidak menguntungkan sebab bahan pengekstraksi akan sulit dipisahkan dari sisa
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pembuatan
g. Cairan Pelarut
yang baik digunakan secara universal. Pelarut dipilih selektif tergantung pada zat
aktif yang diharapkan. Etanol dapat melarutkan zat dari tanaman tanpa merusak
ekstrak murni.
i. Pengeringan Ekstrak
j. Rendemen
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
(Ansel, 1989)
berikut:
1) Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan pelarut yang sesuai dan
pengadukan pada suhu ruang (suhu kamar). Metode ini cocok untuk senyawa yang
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Ini adalah prosedur yang paling sering
digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam penyusunan tincture dan ekstrak
1) Sokletasi
menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
2) Refluks
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
3) Infusa
temperatur yang digunakan 96-980 C selama waktu tertentu 15-20 menit (Depkes
RI, 2000).
4) Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur. Metode ini
digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen yang
stabil terhadap panas dengan cara direbus dalam air selama 15 menit (Depkes RI,
2000).
5) Digesti
tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-30 C). Digesti adalah jenis ekstraksi
maserasi di mana suhu sedang digunakan selama proses ekstraksi (Depkes RI,
2000).
konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan konsentrasi rendah
berada di dalam sel sedangkan larutan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel
3. Antioksidan
Secara kimia, antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat
bebas tidak dapat menyerang sel tubuh normal (Josephy, 1997) di dalam (Winarto
k. Sumber-Sumber Antioksidan
1) Antioksidan Sintetik
Antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia. Contohnya asam
askorbat, Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat,
Tetra Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan sintetik harus
tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan,
efektif pada konsentrasi rendah, larut dalam lemak/minyak, mudah didapat dan
ekonomis.
2) Antioksidan Alami
Contoh senyawa antioksidan alami yaitu senyawa fenolik atau polifenolik yang
dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan
l. Mekanisme Antioksidan
Berdasarkan mekanisme kerja, antioksidan dibagi menjadi dua,
yaitu:
hidrogen ke radikal bebas dengan cepat atau mengubah radikal bebas ke bentuk
atau mencegah reaksi autooksidasi dengan cara menghalangi reaksi oksidasi pada
tahap inisiasi maupun propagasi radikal bebas, sehingga lebih stabil dan tidak
2007).
4. Kulit
m. Pengertian Kulit
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari gangguan dan rangsangan luar tubuh. Pada permukaan kulit
terdapat kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit disebut juga integumen atau
kutis yang tumbuh dari jaringan epitel, dimana jaringan epitel dapat menumbuhkan
lapisan dermis (kulit dalam). Kulit mempunyai susunan serabut saraf halus untuk
merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba dan merupakan indikator untuk
Berdasarkan fungsinya, kulit terbagi menjadi tiga lapisan yaitu: lapisan kulit
ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan lapisan subkutan (hipodermis).
Keterangan:
1) Lapisan Epidermis
Lapisan paling luar, dimana sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit
merupakan unsur utama. Lapisan epidermis terus tumbuh karena lapisan sel induk
epidermis akan mengelupas dan lepas. Epidemis terdapat sel-sel terutama serat-
serat kolagen dan sedikit serat elastis (Tranggono & dkk, 2007) .Lapisan epidermis
terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum), lapisan jernih (stratum lucidum),
2) Lapisan Dermis
Dermis atau kulit jangat berfungsi sebagai tempat ujung saraf perasa, tempat
kelenjar getah bening serta otot penggerak rambut. Dalam lapisan epidermis
terdapat banyak kumpulan kolagen dan elastin (Syaifuddin, 2009) . Kolagen ini
jaringan kulit serta dapat mencegah kekeringan dan menjaga kelenturan kulit
(Ismawati, 2017).
3) Lapisan Hipodermis
dan terdapat saraf-saraf yang sejajar dengan permukaan kulit. Lapisan hipodermis
berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan (Ismawati, 2017).
o. Fungsi Kulit
1) Sebagai filter tubuh, kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan- bahan
penting yang diperlukan oleh tubuh seperti mencegah bakteri atau kuman penyakit
dan zat kimia yang masuk ke dalam tubuh.
2) Sebagai pelindung, kulit melindungi tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas
sinar matahari, benturan fisik atau trauma, dingin, hujan dan angin dengan
3) Sebagai pengatur suhu tubuh (termoregulasi), kulit menjaga agar suhu tubuh tetap
optimal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat
akan menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Sebaliknya, bila tubuh merasa
4) Menjaga kelembaban tubuh, kulit dapat mencegah keluarnya cairan dari dalam
tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian
lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh.
5) Sebagai ekskresi, kulit dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa
metabolisme seperti urea, asam urat, ammonia dan sedikit lemak dari dalam tubuh
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung
air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim adalah
bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di
formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini
batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang
dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan
alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara lain bengkoang, beras giling
kasar, belimbing, jeruk nipis, pepaya, bunga- bungaan, daun-daunan, biji coklat,
Scrub berfungsi mengangkat sel kulit mati di permukaan kulit tubuh yang
kasar dan kusam, selain itu juga berfungsi membantu mempercepat pergantian sel-
sel kulit tubuh yang baru, bersih dan sehat. Scrub/peeling atau lulur adalah
perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggerakan telapak tangan
memutar sambil mengusap permukaan kulit yang sudah diberi produk lulur.
Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan perawatan body masker. Perawatan ini
diakhiri dengan bath terapy dan pengolesan lotion, body cream atau body butter
b. Persyaratan Krim
Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut, yaitu
(Widodo, 2013):
1) Stabil
Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
2) Lunak
Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan
3) Mudah Dipakai
Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada
penggunaan.
c. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air
serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan
1) Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contoh: cold cream. Cold cream
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman
pada kulit.
2) Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contoh: vanishing cream.
d. Komponen Krim
1) Zat Berkhasiat
2) Fase Minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Lemak, Cera, Cetaceum, Vaselin, Setil Alkohol, Stearil Alkohol, dan sebagainya.
3) Fase Air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh:
4) Pengemulsi (Emulgator)
5) Bahan Pengemulsi
jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Contoh: Emulgide, Lemak Bulu
Polisorbat, PEG.
a) Zat Pengawet
Untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Contoh: Metil Paraben (nipagin)
b) Pendapar
c) Pelembab
d) Antioksidan
Untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
peleburan dan emulsifikasi. Biasanya, komponen yang tidak tercampur dengan air,
seperti minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama di dalam penangas air pada suhu
70-75ºC. Sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas dan komponen yang
larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama pada komponen lemak. Kemudian,
menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin atau lemak. Selanjutnya campuran
mengental, bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak,
beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dan
terdispersi yang membentuk film dari bulatan terdispersi serta mencegah koalesensi
dan pemisahan fase terdispersi. Suatu krim dapat terbentuk dan stabil jika
penggunaannya dan jenis bahan yang akan digunakan (Lachman, 1994) .Emulgator
atau zat pengemulsi merupakan zat yang berguna untuk mengemulsikan atau
sediaan yang terdiri dari dua zat yang tidak bercampur sehingga pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan tipe dan sifat krim yang dikehendaki
atau surfaktan. Surfaktan terdiri dari beberapa jenis, tetapi seluruhnya memiliki
tinggi terhadap minyak (lipofilik atau hidrofobik) dan bagian yang berafinitas tinggi
golongan yaitu:
f. Surfaktan Anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Contoh: garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak
rantai panjang.
g. Surfaktan Kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contoh: garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil- dimethil ammonium dan
h. Surfaktan Non ionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contoh:
ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak,
i. Surfaktan Amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatif. Contohnya adalah surfaktan yang mengandung asam amino, betain,
j. Beras Putih
berikut:
Regnu : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Graminae
Genus : Oryza
Beras putih kaya akan protein, karbohidrat, lemak, zat pigmen warna,
mineral, serta vitamin B6, B12 dan B1 (Damardjati & dkk, 1981) .Hal ini
menandakan bahwa kandungan zat orizonal yang terdapat di dalam beras bisa untuk
merawat kulit, beberapa produk kosmetik yang mengandung bahan dari beras
seperti krim perawat kulit, sampo, dan sabun mandi (BioBusiness, 2006). Secara
spesifik kandungan beras yang bermanfaat untuk kulit yaitu kandungan tocols
tokotrienol yaitu vitamin E murni alami, vitamin E telah dikenal luas sebagai zat
adalah senyawa yang bermanfaat juga sebagai zat antioksidan, melindungi kulit dari
Ultra Violet (UV), dan dipercaya juga sebagai bahan anti penuaan (anti aging)
Para ahli medis mengatakan bahwa beras bubuk dapat diterapkan untuk
menyembuhkan beberapa bentuk penyakit kulit. Beras bubuk kaya akan protein,
susu juga mengandung vitamin A, vitamin B, dan Alpha Hidroxy Acids (AHA) yang
baik untuk kesehatan kulit. Di benua India, air beras diresepkan oleh praktisi
meradang. Beras bubuk juga dapat memperkecil pori, memutihkan kulit, regenerasi
Asam Stearat/Acidum Stearicum merupakan hablur, kristal putih atau kuning pucat,
mirip lemak lilin dengan kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol (95%) P, dalam dua bagian kloroform P dan dalam tiga bagian eter P.
Mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, larut dalam heksan, dan propilen
mempunyai stabilitas Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup maka dari itu
degan minyak yang lemah, mempunyai struktur kimia C24H46O6 degan berat molekul 431
dan titik lebur 50-60o C, Praktis tidak larut dalam Alkohol, larut dalam Parafin cair
wetting agent.
atau semi gel, kuning hingga jingga, berbau khas lemah, Larut dalam air, dalam etil
asetat dan dalam toluene; tidak larut dalam minyak mineral dan dalam minyak
rapat.
Setil Alkohol mempunyai nama lain Alcoholum cetylicum dengan rumus molekul
CH3(CH2)14CH2OH merupakan Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih; bau
khas lemah; rasa lemah, mempunyai khasiat sebagai Emolien, emulsifying agent
memiliki kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam eter,
kelarutan bertambah dengan naiknya suhu dengan konsentrasi 2-5% dan titik lebur
45-52o C. Setil Alkohol Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara; itu
tidak menjadi tengik, maka dari itu peyimpanan Setil alkohol dalam wadah tertutup
Propilen Glikol merupakan Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab, berkhasiat sebagai pelembab
dengan kelarutan dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat
mempunyai stabilitas Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
lndungi dari cahaya, di tempat dingin dan kering. pada suhu yang tinggi akan
teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat & asam asetat. stabil
jika dicampur dengan etanol,gliserin, atau air. Penyimpanan Propile glikol Dalam
Paraffin Cair atau dengan nama resmi Paraffinum Liquidum merupakan Cairan kental
transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
berasa. Tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P, larut dalam kloroform P, dan
Paraffin cair di simpan dalam wadah tetutup baik, telindung dari cahaya.
Adeps Lanae merupakan Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Tidak larut dalam, air dapat bercampur dengan air lebih kurang dua kali beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut
dalam eter dan kloroform. Berkhasiat sebagai Emulsifying agent, basis salep
memiliki konsetrasi 5%. Adeps Lanae memiliki stabilitas dapat mengalami auto
Lanae di simpan Di tempat yang tertutup, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit
etanol, eter; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam 400 bagian air.
seperti polisorbat 80, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium
alginat.
Nipasol/Propyl Paraben merupakan Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Degan kelarutan Sukar larut dalam etanol ( 95 % ), mudah larut dalam air dan
etanol 30 % dan tidak dapat becampur degan surfaktan non ionik, bekhasiat sebagai
Aquadest/Dihidrogen Oksida atau disebut juga Aqua, air merupakan sediaan Jernih,
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, dengan kelarutan dapat dicampur
degan kebanyakan pelarut polar dan bekhasiat sebagai pelarut, Media distribusi.
terhidrolisis pada suhu lingkungan maupun kenaikan suhu, bereaksi cepat dengan
u. Uji Organoleptis
Mendeskripsikan sediaan krim secara fisik seperti warna, bau dan tekstur
dari sediaan krim yang sudah bercampur dengan basis (Voight, 1994).
v. Uji Homogenitas
dengan basis krim dan bahan tambahan lain yang digunakan telah tercampur secara
w. Uji pH
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu sediaan. pH
meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH
asam (pH 4,0) sampai menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian, elektroda dicuci
dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi
1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling.
merupakan pH sediaan (Lubis & Reveny, 2012). Krim sebaiknya memiliki pH yang
Uji daya sebar berfungsi untuk melihat penyebaran pada krim karena
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata
berarti tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A). Bila timbul bintik
bintik biru krim yang dihasilkan tipe Air dalam minyak (A/M) (Depkes RI, 1985).
z. Uji Viskositas
kemudian dipasang spindel nomer 2 dan rotor dijalankan. Viskositas sediaan krim
yang sesuai dengan persyaratan adalah 2.000-50.000 cps (Remington, 1995) (SNI,
1996)
B. Penelitian Terkait
Penelitian Risna Pratiwi. pada tahun 2018 yang berjudul “Formulasi sediaan
untuk mendapatkan formulasi krim body scrub yang stabil secara fisik, ekstrak
emulgator span-tween 60. Krim body scrub selanjutnya diuji kestabilan fisiknya
meliputi pengamatan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan
uji tipe krim. Hasil penelitiannya menunjukkan Berdasarkan uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, uji daya sebar dan uji tipe krim formula yang paling stabil
adalah formula II karena paling sesuai dengan parameter standar evaluasi fisika dan
kimia sediaan krim. Formula krim body scrub ekstrak daun pandan wangi
60 1%, 2% dan 3% yang paling stabil berdasarkan hasil evaluasi fisika dan
sebanyak 2%
C. Kerangka Teori
Ekstrak Antioksidan
Ekstrak adalah Sediaan kering, kental Senyawa penangkal dampak negative
atau cair yang diperoleh dengan Daun Kemangi oksidan yang bekekrja degan cara
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995). Body Scrub adalah perawatan tubuh
Emulgator
Variasi Konsetrasi
Anastasia (2009); Sumardjo dan Damin (2006); Alam (2009); Padmadisastra (2007);
KBBI (2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
konsentrasi ekstrak daun kemangi yaitu 1%, 2% dan 3% terhadap hasil evaluasi
fisika dan kimia sediaan krim body scrub. Dalam hal ini, konsentrasi merupakan
istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah zat (gram) dalam jumlah total
bobot sediaan (gram) (b/b). Berikut ini merupakan kerangka konseptual yang
Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai seseorang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diantaranya:
body scrub ekstrak daun kemangi yaitu 1%, 2%, dan 3%.
2. Evaluasi fisika dan kimia formulasi sediaan krim body scrub yaitu uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji tipe krim dan uji viskositas.
C. Definisi Operasional
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati tersebut berarti
suatu objek atau fenomena (Nursalam, 2006). Definisi operasional setiap variabel
campuran dibagi
1% yang diperoleh
dengan volume-
dari 1 gram zat
total campuran-
untuk mengetahui
seberapa stabil
Kategori:
1. Tepat
2. Tidak Tepat
Parameter:
Konsentrasi ekstrak
daun kemangi
sebanyak
2% yang diperoleh
total campuran
untuk mengetahui
seberapa stabil
Kategori:
1. Tepat
2. Tidak Tepat
Parameter:
Konsentrasi ekstrak
daun kemangi
3% yang diperoleh
total campuran
untuk mengetahui
seberapa stabil
Kategori:
1. Tepat
2. Tidak Tepat
2.Uji Mendeskripsikan Panca Parameter: Nominal
bercampur
Kategori:
dengan basis.
1. Stabil
2. Tidak Stabil
menggumpal.
digunakan telah
Kategori:
tercampur secara 1. Homogen
tingkat keasaman
Krim sebaiknya
atau kebasaan
memiliki pH yang
yang dimiliki oleh
sesuai dengan pH
suatu sediaan.
kulit normal yaitu
4,5-6,5.
Kategori:
1. Sesuai
2. Tidak Sesuai
dengan viskosita
Kategori:
dan kenyamanan
1. Krim semi kaku:
saat digunakan.
diameter ≤ 50 mm
diameter < 70 mm
3. Krim cair:
diameter > 70 mm
adalah minyak
Kategori:
1. Tipe M/A
2. Tipe A/M
cps
krim pada
1. Stabil
2. Tidak Stabil
1. Tempat Penelitian
...................................................................
b. Skrining fitokimia serbuk simplisia serta pengujian kadar air, kadar Flavonoid dan
...........................................................................................
c. Pembuatan ekstrak daun kemangi dan formulasi krim body scrub dari ekstrak daun
2. Waktu Penelitian
E. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
dalam suatu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu
disederhanakan, yaitu hanya beberapa faktor saja yang diamati, sehingga peneliti
bisa mengatasi seluruh proses eksperimennya (Kartono & Kartini, 1999). Penelitian
eksperimen dalam bidang pendidikan ada tiga macam yang menunjukkan tingkatan
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pre experimental design dengan
X O
Perlakuan terhadap variabel bebas Observasi atau pengukuran variabel terikat
Variabel)
Metode ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding
dengan pembuatan sediaan krim body scrub dari ekstrak daun kemangi dengan
konsentrasi ekstrak daun kemangi yang berbeda yaitu 1%, 2% dan 3% dan
dilakukan evaluasi fisika dan kimia yang terdiri dari uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, uji daya sebar , uji tipe krim dan uji viskositas.
sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti. Selain
itu, populasi adalah keseluruhan kelompok dari orang-orang, peristiwa atau barang-
barang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti (Malhotra, 1996). Populasi pada
penelitian ini yaitu sebanyak 300 gram dari total keseluruhan bobot ketiga formula,
pengertian di atas dapat disimpulkan sampel adalah bagian populasi yang hendak
diteliti dan mewakili karakteristik populasi (Arikunto, 2010). Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik simple
random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2001). Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil acak dari
masing-masing populasi (formula I, II dan III) untuk dilakukan evaluasi fisika dan
gram dari setiap formula untuk membandingkan bentuk, warna dan bau yang
diamati secara visual. Kedua, uji homogenitas dengan cara 0,5 gram krim dioleskan
pada kaca objek yang bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang
tipis, kemudian ditutup dengan kaca objek lainnya, lalu diamati homogenitas pada
Ketiga uji pH, yaitu dengan menggunakan alat pH meter yang sudah
dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam
dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi
1% yaitu ditimbang 1 gram krim body scrub dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
merupakan pH sediaan.
Keempat uji daya sebar, yaitu dengan cara kaca arloji diletakkan di atas
kertas milimeter blok pada kaca tersebut diletakkan 0,5 gram krim body scrub,
kemudian ditutup dengan kaca arloji lainnya dan dibiarkan selama ± 5 detik untuk
dengan menambahkan beban di atas kaca arloji tersebut beban 500 gram lalu
diamati diameter daerah yang terbentuk. Kelima uji tipe krim, dengan cara pada
setiap formula diambil masing- masing 0,5 gram sediaan dan diletakan pada kaca
objek, kemudian tambahkan satu tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk.
Semua teknik pengujian yang digunakan akan berpacu pada parameter sediaan krim,
apakah sediaan yang dibuat sudah sesuai atau tidak, dan teakhir uji viskositas
dijalankan. Viskositas sediaan krim yang sesuai dengan persyaratan adalah 2.000-
50.000 cps.
4. Instrumen Penelitian
1. Timbangan analitik
2. Water bath
3. Cawan penguap
4. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Sudip
15. pH meter
16 Ayakan nomor 40
17. Viskosimeter Brook Field LV
3. Asam stearat
4. Span-Tween 60
5. Setil alkohol
6. Propilenglikol
7. Paraffin cair
8. Adeps lanae
9. Metil paraben
12. Aquadest
5. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengambilan Sampel
Bahan aktif yang digunakan untuk penelitian ini adalah ekstrak daun
....................................................................................................................................
.............................................................................
Proses pembuatan ekstrak daun kemangi diperoleh dengan cara, 200 gram
pelarut etanol 96% sebanyak 2 liter selama 2 hari dengan pengadukan setiap 24 jam
sekali pada suhu kamar (25-30o C). Proses tersebut dilakukan agar senyawa-
senyawa aktif dalam daun kemangi dapat tersari secara optimal. Setelah proses
saringan yang memiliki ukuran mesh yang berbeda dan juga menggunakan kertas
menggunakan dua cara yaitu yang pertama menggunakan water bath dengan suhu
70-85o C dan yang kedua dengan menggunakan pemanasan api bunsen dan kaki
tiga, kedua cara ini digunakan karena keterbatasan alat yang ada serta agar
sanctum L.)
(Obrasiver)
pengemulsi/fase
minyak
Span-Tween 60 2 2 2 Pengemulsi
pengemulsi/fase
minyak
pengemulsi/fase
minyak
Keterangan:
Pertama buatlah Fase minyak adeps lanae, asam stearat, setil alkohol, dan span 60,
o
cair, kemudian ditambahkan tween 60, dipertahankan pada suhu 70 C. Ketiga
Krim dibuat dengan mencampurkan fase minyak ke dalam fase air yang sudah
Setelah terbentuk krim, dimasukkan ekstrak daun kemangi yang sebelumnya telah
beras yang sudah diayak menggunakan ayakan ukuran mesh nomor 40. Selanjutnya
1. Uji Organoleptis
perubahan bentuk, warna dan baunya menggunakan panca indera penglihatan dan
penciuman setiap satu minggu dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4. Pengamatan
2. Uji Homogenitas
Sebanyak 0,5 gram sampel dari masing-masing formula dioleskan pada kaca objek
yang bersih dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemudian
ditutup dengan kaca objek lainnya dan diamati homogenitas krim dari masing-
mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak menggumpal (Khopkar, 1990). Uji
dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam
dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dari masing-masing
dilarutkan dalam
pada minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-4 pada masing-masing formula pada
suhu kamar (25-30o C). Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit
Kaca arloji diletakkan di atas kertas milimeter blok pada kaca tersebut diletakkan
0,5 gram sampel dari masing-masing formula, kemudian ditutup dengan kaca arloji
lainnya dan dibiarkan selama ± 5 detik untuk mendapatkan berapa diameter daerah
arloji tersebut beban 500 gram dan diamati diameter daerah yang terbentuk.
Pengujian daya sebar dilakukan pada minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-4.
(Afifah, 2017):
Sejumlah sediaan krim diletakan pada kaca objek, kemudian tambahkan 1 tetes
metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti
tipe krim yang dihasilkan adalah minyak dalam air (M/A). Bila timbul bintik bintik
biru krim yang dihasilkan tipe air dalam minyak (A/M) . (Depkes RI, 1985)
6. Uji Viskositas
6. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini saya sebagai peneliti tidak melibatkan manusia dan
hewan untuk, maka tidak diperlukan kaji etik dari komite kesehatan.
7. Jadwal Penelitian
Afifah, N., 2017. Formulasi Krim Solid Lipid Nanoparticles Esktak Rimpang Lengkuas Laki Laki
(Alpinia zerumbet (Pers) B. L. Burtt& R.M. Sm) dan Uji Inhibisi Elastase Secara In Vitro.
Jakarta: Univesitas Pancasila.
Alam, M., 2009. Cosmetic dermatology for skin of color. United States: The McGraw-Hill
Companies Inc.
Anastasia, A., 2009. Cantik, Sehat dan Sukses berbisnis spa. Jakarta: Kanisius.
Anief, M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Ansel, H., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim.
Edisi IV ed. Jakarta: Universitas Indonesia.
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.
Bhattacharya, A., 2014. Evaluation Of Some Anti Oxidativ Constituet Of Three Species Of
Ocimum. s.l.:s.n.
Bilal & dkk, 2012. Phytochemical and Pharmacological Studies on Ocimum Basilicum Linn-A
Review. International Journal Of Current Research And Review., Volume 22(4), pp. 405-409.
BioBusiness, A., 2006. Potensi Pasar Dunia Untuk Bisnis Beras Inovatif Di Thailand. Terakhir
melaporkan disiapkan untuk inovasi Nasional Agency Thailand. Singapura: Asia BioBusiness
Pte Ltd.
Damardjati & dkk, 1981. Penentuan Umur Panen Optimum Padi Sawah (Oryza Sativa L.).
Bogor: Penelitian Pertanian.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia. III ed. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
Dan Makanan.
Depkes RI, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat
Dan Makanan.
DEPKES RI, 1995. Framakope Indonesia. Edisi IV ed. Jakarta: Direktorat Jendeal Pengawasan
Obat Dan Makanan.
Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan.
dkk, T. R., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pegetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Erungan & dkk, 2009. Aplikasi Karingan Dalaam Pembuatan Skin Lotion. Jurnal Pengolahan
Hasil perikanan Indonesia, Volume 12(2), pp. 129-144.
Fauzi & Nurmalina, 2012. Merawat Kulit Dan Wajah. Jakarta: Gramedia.
Hasan, H., 2016. Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Daya
Tetas Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diinfeksi Jamur Saprolegnia Sp.. Jurnal
Ruaya, Volume Vol.4 No.1, pp. ISSN 2541-3155.
Herawan, T., 1998. Biosurfaktan: Aplikasi dan Peluang Minyak Sawit sebagai Bahan
Bakunya. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Ihsanto, M., 2018. PENGARUH REBUSAN DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum) TERHADAP
PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
HIPERKOLESTEROLEMIA (Dimanfaatkan Sebagai Sumber Belajar Biologi).. Undergraduate
(S1) thesis.
Ismawati, R., 2017. Formulasi Sediaan Cream Ekstrak Kering Herba Pegagan (Cetella asiatica
L.) Sebagai Anti penuaan Dini. Jakarta: Univesitas Pancasila.
Kartono & Kartini, 1999. Patologi Sosial. Jakarta: Raja grafindo Persada.
Kayahara, H. & Tsukahara, K., 2000. Rasa, Kesehatan, Dan gizi kualitas praberkecambah
beras merah. Hawaii: Intenational Chemical Congrss Of Pacific Basin Societies.
Kumar, K., Bhowmik, D., Duraivel, S. & Umadevi, 2012. "Traditional and Medical Uses of
Banana. Journal Of Phamacognosy and Phytochemistry, 1(3).
Kusuma, 2010. Efek Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) Terhadap Kerusakan
Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit Dengan Pemanasan Berulang. Skripsi Fakultas
kedokteran Universitas Sebelas marte.
Lachman, L., 1994. Theory and Parctice of Industrial Pharmacy. Easton pennysylvania: Mack
Publishing Company.
Lubis, E. & Reveny, J., 2012. Natural Skin Moisturizer From Pomelo Juice [Citrus maxima
(burn) Osbeck]. Journal Of Pharmaceutical and Pharmacology.
Malhotra, N. K., 1996. Marketing Research : An Applied Orientation. 2nd ed. New Jerse:
Prentice Hall Inc.
Malik, F. & dkk, 2020. FORMULATION OF CRAM BODY SCRUB FRMO ETHANOL EXTRACT OF
CASSAVA LEAVES (MANIHOT ESCULETA) AS ANTIOXIDANT. Journal of Vacational Health
Studies, Volume 04, pp. 21-28.
Martini, F., 2001. Fundametals of Anatomy and Physiology. fifth Edition ed. New Jersey:
Prentice Hall.
Mitsui, T., 1997. New Cosmetic Science. Amstedam: Elsevier Science B.V.
Nursalam, 2006. Konsep dan Penerapan Metodologi Peelitian Keperawatan. Jakarta: s.n.
Padmadisastra & dkk, 2007. Pembuatan Basis Krim VCO ( Virgin Coconut Oil) Menggunakan
Microwave Oven. Plant XXXI ed. Surabaya: IOCD Int. Symposium and Seminar of Indonesia
Med.
Pratiwi, R., 2018. FORMULASI SEDIAAN KRIM BODY SCRUB EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI
(Pandanus amaryllifolius Roxb). Pamulang: StiKes Kharisma Persada.
Remington, J., 1995. The Sciences and Practice of Pharmacy. 1 ed. Easton Pensylvania. :
Marck Publishing Company.
Rowe, R., Sheskley, P. & Waller, P., 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. 6th ed.
Washington DC: Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.
Safwan & dkk, 2016. Pengaruh ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap
Motilitas Dan Konsetrasi Spematoza Mencit Jantan. Jurnal ilmiah ibnu sina, Volume 1(2), pp.
173-181.
Singh, 2012. Diversified potetial of Ocimum Sanctum Linn (Tulsin). In: An Exhaustive Survey.
J. Nat. Prod. Plant Resour. s.l.:s.n., pp. 2 (1) : 39-48 ISSN: 2231- 3184.
SNI, 1. 4., 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: alfabeta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: alfabeta.
Sumardjo dan Damin, 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedoktean
dan Program strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi 2 ed. Jakarta: Salemba Medika.
Tortora, G. & Anagnostakos, N., 1990. The Integumentary system. Principles of Anatomy adn
Physiology. Edisi V ed. New York: Harper and Row Publisher.
Tranggono, R. & dkk, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramadia
Pustaka Utama.
Ulfa, M., Khairin, N. & Maryam, F., 2016. Formulasi dan Evaluasi Fisik Krim Body Scrub dari
Ekstrak Teh Hitam (Camellia sinensis), Variasi Konsentrasi Emulgator Span-Tween 60.
Verma, 2016. Chemical constituens and pharmacologycal action of Ocimum sanctum (Indian
holy basil-Tulsi). In: The journal of phytopharmacology. s.l.:s.n., pp. 205-207.
Voight, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Ditejemahkan Oleh Dr. Soenandi
Noeono. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.
Walwel & dkk., 2001. Polymers and Surfactants on the Basis of Renewable Resource.
s.l.:Chemosphere.
Widodo, H., 2013. Ilmu Meacik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta: D-Medika.
Winarsih, H., 2007. Antioksidan Alami Dan Rdikal Bebas. Edisi V ed. Yogyakarta: Kanisius.
Winarto, W. & Subakti, M., 2003. Khasiat Dan Manfaat Pegagan. Jakarta: Argo Media
Pustaka.
Zahra & dkk., 2017. Review Artikel: Kandungan Senyawa Kimia Dan Bioktivitas. Jurnal
Farmakala, Volume 15, pp. 143-152.
Zainal & dkk, 2016. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.)
Terhadap Fungi Fusarium oxysporum schlecht. Jurnal Biota, Volume Vol 2 No. 1 edisi
Januari.