Anda di halaman 1dari 5

SERTIFIKASI HALAL

1. Pengertian Sertifikasi Halal Sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan

kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mencantumkan label halal. 2. Tujuan Sertifikasi Halal Memberikan kepastian kehalalan suatu produk pangan, obat-obatan dan kosmetika, sehingga dapat menenteramkan batin yang

mengkonsumsinya. 3. Peraturan Tentang Ketentuan Pangan Halal a. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, b. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, c. Piagam Kerjasama antara Depkes, Depag dan MUI dalam

pemeriksaan produk halal 4. Tanggung Jawab Pemegang Sertifikasi Halal a. Pemegang Sertifikat Halal bertanggung jawab untuk memelihara kehalalan produk yang diproduksinya b. Sertifikat ini tidak dapat dipindahtangankan. c. Sertifikat yang sudah berakhir masa berlakunya, termasuk

fotocopynya tidak boleh digunakan atau dipasang untuk maksudmaksud tertentu. 5. Proses Sertifikasi Halal a. Produsen harus mendaftarkan seluruh produk yang diproduksi di lokasi yang sama dan/atau yang memiliki merek/brand yang sama. b. Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi c. Pengusaha mengisi formulir yang disediakan dengan melampirkan: Spesifikasi dan sumber bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta bagan alir proses dilakukan sesuai dengan hukum Islam

Sistem

halal

termasuk

panduan

Sistem

Jaminan

Halal

dan

prosedur baku pelaksanaan, serta dokumen lain yang dapat mendukung kehalalan produknya. d. Membuat surat pernyataan pengangkatan auditor internal halal. e. Membuat pernyataan kesediaan untuk menyusun dan menerapkan sistem jaminan halal. f. Pemeriksaan dari MUI g. Bila tidak ada masalah sertifikat halal akan diterbitkan. 6. Pembuatan Diagram Alir dan Spesifikasi Bahan Setiap bahan baku, bahan penolong maupun bahan tambahan dibuat rincian secara mendetail mengenai bentuk dan keadaan bahan yang digunakan. Setelah dibuat rincian selanjutnya membuat penjelasan mengenai proses produksi dan dituangkan dalam diagram alir. 7. Membua Sistem Jaminan Halal Sistem jaminan Halal dalam penerapannya harus diuraikan

secaratertulis dalam bentuk Manual Halal yang meliputi lima aspek: a. Pernyataan kebijakan perusahaan tentang halal (Halal policy) Perusahaan perlu menguraikan secara rinci kebijakan yang diambil sehubungan memproduksi dengan halal bahan ini yaitu apakah bahan perusahaan non halal. hanya Yang

halal saja

ataukah

dimaksudkan dengan bahan non halal di sini adalah bahan-bahan yang diproduksi tanpa memperhatikan aspek halal. b. Panduan halal (Halal Guidelines) Panduan halal merupakan uraian tentang halal haram

menurutketentuan syari'at Islam. c. Sistem Organisasi Halal DalamSistem Organisasi Halal diuraikan struktur organisasi yang terdiri atas perwakilan top management dan bidang-bidang

yang terkait antara lain: Quality control (QC)/ Pengendalian Kualitas Purchasing (pembelian) Research and development (R&D)/ Pengembangan Produk Production/ Produksi

Pergudangan d. Uraian titik kendali kritis keharaman produk (Haram Analysis Critical Control Point (HrACCP)) Untuk menentukan titik-titik kendali kritis, harus dibuat bagan alir bahan, yang selanjutnya diikuti dengan analisa, tahapan yang berpeluang untuk terkena kontaminasi bahan yang

menyebabkan haram. Contoh Jenis produk Roti Tepung Garam, ragi*, susu, mentega, Bahan Baku Bahan Tambahan

terigu, gula, telur, emulsifier dough improver, air malt, aroma*, bahan pengisi (untuk roti isi)*,dan sebagainya

e. Sistem audit halal internal Sistem audit internal merupakan sistem secara jaminan auditing (evaluasi) untuk yang

yang dilakukan oleh

perusahaan sistem

periodik halal. Hal-hal

mengevaluasi pelaksanaan dilakukan audit internal: Melakukan diajukan. pemeriksaan

dan

konfirmasi

data

yang

telah

Memeriksa resep/formula asli (untuk dikonfirmasi dan tidak dicatat/dicopy) Mencocokkan resep/formula asli dengan daftar bahan yang diajukan. Menganalisis bagan alir proses produksi. Memeriksa dokumen speifikasi, keterangan asal-usul, serta sertifikat produksi. halal dari bahan-bahan yang digunakan untuk

Memeriksa dokumen bukti pemesanan (Purchasing Order) untuk seluruh bahan tanpa dipisah-pisahkan terutama

untuk pembelian tiga bulan terakhir. Memeriksa gudang bahan baku dan kartu stok serta hasil stok opname bulanan. Mengamati proses produksi, pengemasan, dan penyimpananproduk akhir. 8. Membuat Standard Operating Procedure Halal (SOP Halal) Kebijakan-kebijakan perusahaan tentang produksi halal

secaraoperasional dirumuskan dalam Prosedur Pelaksanaan Baku (SOP). Pokok-pokok Standar operating Procedure (SOP) a. Perencanaan. Bagian R & D menyusun formula baik formula baru maupun pengembangan. Dalam menyusun formula ditetapkan bagan alir proses. Berkoordinasi dengan komite halal (audit internal) menentukan titik kendali kritis baik menyangkut bahan maupun proses. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui, pihak auditor internal halal melakukan koordinasi dengan LPPOM MUI. Semua bahan-bahan yang akan diuji cobakan harus dipastikan telah halal. Peralatan yang digunakan untuk uji coba produk halal

dipisahkan dengan produk non halal, bila perusahaan tidak hanya memproduksi bahan halal saja. b. Pengadaan Bahan Baku Setelah ditetapkan bahan baku yang direkomendasikan oleh bagian R&D bagian pembelian akan melakukan pemesanan. Ketetuan dalam pemesanan sebagai berikut. Bahan-bahan yang dipesan adalah bahan-bahan yang telah

memenuhi persyaratan halal. Setiap bahan yang dipesan harus dimintakan dokumen halal (spesifikasi asal usul bahan dan sertifikat halal)

Setiap bahwa

penggantian bahan

bahan

atau

suplier jelas

harus

dipastikan dengan

pengganti

telah

kehalalannya

menyertakan dokumen halal dari bahan yang bersangkutan. Setiap bahan baku harus terdokumentasi nama produsen dan supplier. c. Tahap Proses Produksi Bila ada Produksi non sertifikasi halal harus dipisahkan dari produksi bersertifikasi hahal. Area produksi harus dihindarkan dari masuknya kontaminan najis ke dalam proses. d. Tahap Penyimpanan dan Pengangkutan. Gudang bahan baku dibuat terpisah dari gudang bahan jadi. Bahan baku untuk produksi halal harus dipisah dari bahan baku produksi non halal. Bahan jadi produk halal harus dipisahkan dari bahan jadi produk non halal. Proses pengangkutan produk halal harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terkontaminasi dengan produk haram atau najis.

Anda mungkin juga menyukai