“TUGAS INDIVIDU“
OLEH :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
Semua bahan (bahan baku, bahan pembantu dan bahan penolong) yang
digunakan harus memenuhi standar halal bahan. Bahan yang berupa intermediet
atau raw product tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga
atau produk harus dapat menjamin traceability (bahan, produsen, status halal).
Pengkodean juga harus menjamin bahan dengan kode sama berstatus halal
sama. Tidak mengandung babi atau turunan babi. Tidak mengandung minuman
beralkohol (khamr) dan turunannya. Semua bahan dari hewan (bukan ikan/hewan
yang hidup di air) harus dari hewan halal dan disembelih sesuai aturan Islam
(dibuktikan dengan setifikat halal MUI atau dari lembaga yang diakui MUI).
Tidak mengandung bahan haram seperti bangkai, darah dan bagian dari tubuh
manusia.
secara konsisten. Sistem inilah yang disebut sebagai sistem jaminan halal. Sistem
syariat Islam khususnya terkait dengan halal haram, etika usaha dan manajemen
umat Islam.
produk-produk tersebut halal. Sistem jaminan halal dibuat sebagai bagian integral
dari kebijakan perusahaan, bukan merupakan sistem yang berdiri sendiri. SJH
sebagai sebuah sistem pada suatu rangkaian produksi. Konsep-konsep syariat dan
etika usaha akan menjadi input utama dalam SJH. SJH senantiasa akan dijiwai
dan didasari kedua konsep tersebut. Prinsip sistem jaminan halal pada dasarnya
mengacu pada konsep Total Quality Manajement (TQM), yaitu sistem manajemen
kualitas terpadu yang menekankan pada pengendalian kualitas pada setiap lini.
berpijak pada empat konsep dasar, yaitu komitmen secara ajeg dapat memenuhi
harga yang terjangkau, produksi bebas dari kerja ulang, bebas dari penolakan dan
penyidikan. Untuk mencapai hal tersebut perlu menekankan pada tiga aspek zero
Dengan penekanan pada 3 zero tersebut, tidak boleh ada sedikitpun barang
haram yang digunakan, tidak boleh ada proses yang menimbulkan keharaman
produk, dan tidak menimbulkan resiko dengan penerapan ini. Oleh karena itu
perlu adanya komitmen dari seluruh bagian organisasi manajemen, dimulai dari
melindungi dirinya agar terhindar dari produk yang dilarang (haram) dan
kebijakan yang diambil sehubungan dengan halal ini yaitu apakah perusahaan
hanya memproduksi bahan halal saja ataukah bahan non halal. Yang dimaksudkan
dengan bahan non halal di sini adalah bahan-bahan yang diproduksi tanpa
harus merumuskan kebijakan halal ini secara jelas untuk selanjutnya diuraikan
syari’at Islam. Panduan halal harus dirumuskan secara jelas, ringkas dan terinci
jawab dalam pelaksanaan sistem jaminan halal. Dalam Sistem Organisasi Halal
diuraikan struktur organisasi yang terdiri atas perwakilan top management dan
c. purchasing (pembelian),
f. pergudangan.
Dalam model tersebut auditor internal halal bertanggung jawab pada top
keharaman produk. Titik kritis ini mengacu pada pedoman halal yang telah dibuat,
menentukan titik-titik kendali kritis, harus dibuat dan diverifikasi bagan alir
bahan, yang selanjutnya diikuti dengan analisa, tahapan yang berpeluang untuk
Dalam hal ini harus ada sistem yang dapat mendeteksi, dimana bahan haram
Pelaksanaan auditing internal dilakukan oleh tim organisasi halal yang dikoordinir
oleh Auditor internal halal. Tujuan dilaksanakannya audit internal antara lain :
produk
mengeluarkan sertifikat.
kelengkapan order bahan, dsb. SOP untuk bagian QA/QC menguraikan tentang
mengangkat Auditor Halal Internal sebagai bagian dari Sistem Jaminan Halal.
Jika kemudian ada perusahaan dalam penggunanan bahan baku, bahan tambahan
atau bahan penolong, Auditor Halal Internal diwajibkan segera melapor. Bila ada
2. Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, LP POM MUI akan
lagi menggunakan Sertifikat Halal tersebut dan dihapus dari daftar yang
POM MUI.
6. Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh MUI adalah milik MUI. Oleh sebab
itu, jika karena sesuatu hal diminta kembali oleh MUI, maka pemegang
7. Keputusan MUI yang didasarkan atas fatwa MUI tidak dapat diganggu
gugat.