Anda di halaman 1dari 62

MANAJEMEN TIM

AHI PERUSAHAAN
Pelatihan Implementasi Sistem Jaminan Halal

O leh:
Wuryantoro

PT SPM II
Mei 2018
ORGANISASI MANAGEMEN HALAL INTERNAL
Persyaratan :
• Manajemen perusahaan harus terlibat dan berkomitmen pada Sistem
Manajemen Halal
• Manajemen perusahaan membuat Kebijakan Halal dan harus
dikomunikasikan dan diimplementasikan
• Manajemen perusahaan membentuk Manajemen Halal Internal
• Manajemen perusahaan harus terlibat dalam desain dan implementasi SJH
• Manajemen harus menjelaskan sumberdaya manusia dan fisik yang
dibutuhkan untuk membuat produk yang halal
• Selama pengembangan sistem, Manajemen akan mengidentifikasikan
kompetensi SDM, training yang dibutuhkan serta infrastruktur yang
dibutuhkan
• Setelah implementasi, manajemen akan melaksanakan tinjauan
manajemen untuk memastikan keefektifan sistem

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Anggota AHI

• Dibentuk untuk membantu tugas Koordinator AHI dan


diangkat secara resmi dengan SK manajemen.
• Personil dari departemen teknis yg terlibat dalam halal
• proses
Ditunjuk dengan
– kompetensi yangmemperhatikan persyaratan
dibutuhkan (pendidikan, :
pelatihan,
ketrampilan dan pengalaman).
– Berbagai bidang keahlian (teknologi dan formulasi pangan,
kimia, pembelian, manufacturing, engineering,
pergudangan dan administrasi)

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Koordinator AHI
• Karyawan tetap perusahaan bersangkutan
• Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi secara umum seperti
bagian QA/QC, R&D, Purchasing, Produksi dan Pergudangan
• Kahi adalah seorang muslim yang mengerti dan menjalankan syariat Islam
• Berada dalam lingkup Organisasi Manajemen Halal, bertanggungjawab
kepada
Ketua Manajemen Halal.
• Memahami titik kritis keharaman bahan dan proses produksi serta Sistem Jaminan
Halal
• Diangkat melalui surat keputusan pimpinan perusahaan dan diberi kewenangan
penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan SJH
termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian
produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan
LPPOM MUI.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Tugas Tim AHI Secara Umum

• Menyusun Manual SJH perusahaan


• Mengkoordinasikan pelaksanaan
• SJH
• Membuat laporan pelaksanaan
Melakukan komunikasi SJH LPPOM MUI
dengan pihak

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Tugas, tanggungjawab dan wewenang Divisi
Purchasing sebagai berikut :
•Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi prosedur
pembelian sesuai dengan daftar bahan yang telah disetujui
LPPOM MUI.
•Melakukan komunikasi dengan Ketua Tim Manajemen Halal
dalam pembelian bahan baru dan atau pemilihan pemasok
baru.
Uraian Tugas & Wewenang Tim AHI

Riset & Pengembangan (R&D)


• Menyusun sistem pembuatan produk baru berdasarkan
bahan yang telah disusun oleh KAHI dan diketahui oleh
LPPOM MUI
• Menyusun sistem perubahan bahan sesuai dengan
ketentuan halal.
• Mencari alternatif bahan yang jelas kehalalalannya.
• Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam formulasi dan
pembuatan produk baru.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Uraian Tugas & Wewenang Tim AHI

Pengendalian dan Pengawasan Mutu


(Quality Assurance/Quality Control)

• Menyusun dan melaksanakan prosedur pemantauan dan


pengendalian untuk menjamin konsistensi produksi halal.
• Melaksanakan pemeriksaan terhadap setiap bahan yang
masuk sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi dan
produsennya.
• Melakukan komunikasi dengan KAHI terhadap setiap
penyimpangan dan ketidakcocokan bahan dengan
dokumen kehalalan.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Uraian Tugas & Wewenang Tim AHI

Produksi
• Menyusun prosedur produksi yang dapat menjamin
kehalalan produk
• Melakukan pemantauan produksi yang bersih dan bebas
dari bahan haram dan najis.
• Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan matrik
formulasi bahan yang telah disusun oleh KAHI dan diketahui
oleh LPPOM MUI.
• Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam hal proses
produksi halal.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Uraian Tugas & Wewenang Tim AHI

Pergudangan
• Menyusun prosedur administrasi pergudangan yang dapat
menjamin kehalalan bahan dan produk yang disimpan serta
menghindari terjadinya kontaminasi dari segala sesuatu
yang haram dan najis.
• Melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai
dengan daftar bahan dan produk yang telah disusun oleh
KAHI dan diketahui oleh LPPOM MUI.
• Melakukan komunikasi dengan KAHI dalam sistem
keluar masuknya bahan dari dan ke dalam gudang.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetlka


Majelis Ulama Indonesia - Lampung
Peraturan Perundangan Di Indonesia yang Mengatur
Tentang Produk Halal

KMA No. 518 tahun 2001 tentang Pedoman & Tata Cara Pemeriksaan &
Penetapan Pangan Halal

KMA No. 519 tahun 2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan


Pangan Halal  menunjuk MUI sebagai Lembaga Pelaksana Pemeriksaan
Pangan Halal yang memiliki otoritas keulamaan

UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan

UU No. 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal


KELEMBAGAAN SERTIFIKASI HALAL (MUI,
LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI)
Sertifikasi halal diajukan ke MUI
MUI = Majelis Ulama Indonesia.
LPPOM MUI : Lembaga di bawah MUI dengan tugas utama
melakukan sertifikasi (registrasi, pembayaran, penjadwalan,
pelaksanaan audit, menyiapkan laporan untuk komisi fatwa, dll)
Komisi Fatwa : Komisi di bawah MUI yang mempunyai otoritas
untuk memutuskan status kehalalan produk yang didaftarkan untuk
disertifikasi
TRAINING INTERNAL
SISTEM JAMINAN HALAL

11 KRITERIA SISTEM JAMINAN


HALAL
11 KRITERIA SISTEM JAMINAN HALAL
1.Kebijakan halal
2.Tim manajemen halal
3.Training dan edukasi
4.Bahan
5.Fasilitas
6.Produk
7.Prosedur tertulis kegiatan kritis
8.Kemampuan telusur (Traceability)
9.Penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria
10.Audit internal
11.Kaji ulang manajemen (Management Review )
1.Kebijakan Halal
Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan halal tertulis yang
menunjukkan komitmen perusahaan untuk menghasilkan produk halal
secara konsisten.
Kebijakan halal dapat ditulis terpisah atau terintegrasi dengan kebijakan
sistem yang lain
Kebijakan halal harus didiseminasikan kepada semua stakeholder
Stakeholder : manajemen, tim manajemen halal, pekerja, supplier

Diseminasi dapat dengan berbagai macam cara sesuai kebutuhan


perusahaan (antara lain : training, briefing, memo internal, buletin,
spanduk, email, banner, poster, dll)
2.TIM MANAJEMEN HALAL
Tim manajemen halal adalah sekelompok orang yang ditunjuk oleh
manajemen puncak sebagai penanggung jawab atas perencanaan,
implementasi, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan
halal di perusahaan.

Manajemen puncak harus menetapkan tim manajemen halal


Tanggung jawab tim harus didefinsikan dengan jelas
Tim manajemen halal harus mencakup semua bagian yang terlibat
dalam aktifitas kritis
Penunjukan tim manajemen halal harus disertai bukti tertulis (dapat
berupa surat keputusan, surat pengangkatan, surat penetapan atau
bentuk penunjukkan lain yang berlaku di perusahaan.

Tim Manajemen Halal harus memahami persyaratan sertifikasi halal


(Kriteria, Kebijakan dan Prosedur pada HAS 23000) sesuai dengan
tanggungjawabnya masing-masing.

Ketua/koordinator Tim Manajemen Halal sekurang-kurangnya


adalah seorang Manajer Teknis, dan diutamakan seorang muslim.
Tim manajemen halal dapat berada di level corporate/holding
dan/atau di pabrik/outlet, gudang dan dapur.

Penetapan tanggungjawab tim dapat ditulis terpisah atau


terintegrasi dengan sistem yang lain

Manajemen puncak harus menyediakan sumberdaya yang


dibutuhkan untuk perencanaan, implementasi, evaluasi dan
perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal
3.TRAINING DAN EDUKASI
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan
pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktifitas kritis,
termasuk karyawan baru.

Prosedur pelaksanaan pelatihan dapat berisi tujuan/target, jadwal,


peserta, metode, pemberi materi, materi, dokumentasi, evaluasi
dan indikator kelulusan.

Materi pelatihan meliputi persyaratan sertifikasi halal (Kriteria,


Kebijakan dan Prosedur pada HAS 23000) dan disesuaikan dengan
sasaran pelatihan )
Pelatihan (internal atau eksternal) harus dilaksanakan secara
terjadwal minimal setahun sekali atau lebih sering jika diperlukan.

Pelatihan internal adalah pelatihan mengenai HAS 23000


(persyaratan sertifikasi halal) yang dilakukan oleh perusahaan
dengan trainer dari perusahaan sendiri.

Pelatihan internal harus dilakukan setidaknya setahun sekali atau


lebih sering jika diperlukan.
Pelatihan eksternal adalah pelatihan mengenai HAS 23000
(persyaratan sertifikasi halal) dengan trainer dari LPPOM MUI, baik
diselenggarakan oleh LPPOM MUI atau oleh perusahaan dalam
bentuk in house training.

Pelatihan eksternal dilakukan setidaknya dua tahun sekali atau lebih


sering jika diperlukan.
Pelaksanaan pelatihan harus mencakup kriteria kelulusan untuk
menjamin kompetensi personel

Indikator kelulusan pelatihan internal adalah setiap peserta


memahami tanggungjawabnya dalam implementasi dan
perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal.

Evaluasi kelulusan dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan


atau bentuk evaluasi lain yang berlaku di perusahaan.
Bukti pelaksanaan pelatihan harus dibuat dan dipelihara.
4.BAHAN DAN PROSEDUR AKTIFITAS KRITIS
Bahan yang dimaksud mencakup bahan baku, bahan tambahan dan
bahan penolong.

Bahan baku dan bahan tambahan adalah seluruh bahan yang


digunakan untuk menghasilkan produk dan menjadi bagian dari
komposisi produk (ingredient).

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu


pembuatan produk, tetapi bahan tersebut tidak menjadi bagian dari
komposisi produk (ingredient).
Bahan tidak boleh berasal dari : (a) Babi dan turunannya, (b) Khamr
(minuman beralkohol), (c) Turunan khamr yang diperoleh hanya
dengan pemisahan secara fisik, (d) Darah, (e) Bangkai, (vi) Bagian
dari tubuh manusia.

Bahan tidak boleh mengandung bahan yang berasal dari : (a) Babi
dan turunannya, (b) Khamr (minuman beralkohol), (c) Turunan
khamr yang diperoleh hanya dengan pemisahan secara fisik, (d)
Darah, (e) Bangkai, (vi) Bagian dari tubuh manusia
Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga
digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi atau
turunannya sebagai salah satu bahannya.

Bahan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis yang


dapat berasal dari bahan tambahan, bahan penolong dan fasilitas
produksi.
Bahan hewani harus berasal dari hewan halal. Untuk hewan
sembelihan, maka harus dilakukan penyembelihan sesuai dengan
syariah Islam yang dibuktikan dengan :
(a) Sertifikat halal dari MUI
(b) Sertifikat dari lembaga yang sertifikat halalnya diterima
sebagai dokumen pendukung pada proses sertifikasi di MUI.
(c) Dengan cara diaudit langsung oleh LPPOM MUI.
Perusahaan harus mempunyai dokumen pendukung untuk semua
bahan yang digunakan.

Dokumen pendukung untuk semua bahan yang digunakan harus


valid

Dokumen pendukung bahan dapat berupa Sertifikat halal, diagram


alir proses, spesifikasi teknis, MSDS, CoA, statement of pork free
facility atau kombinasi dari beberapa dokumen
Sertifikat Halal yang valid adalah Sertifikat Halal yang dikeluarkan
oleh MUI atau Sertifikat halal dari lembaga lain yang diterima
LPPOM MUI sebagai dokumen pendukung bahan dan masih
berlaku (daftar lembaga yang sertifikatnya diterima dapat dilihat di
website www.halalmui.org)

Bila masa berlaku Sertifikat Halal sudah habis tetapi bahan masih
ada dan bahan diproduksi pada masa berlakunya Sertifikat Halal,
maka Sertifikat Halal tersebut masih dianggap sebagai dokumen
yang valid
Dokumen diagram alir proses, spesifikasi teknis, CoA, MSDS dan
statement of pork free facility harus dikeluarkan oleh produsen,
bukan dari distributor/supplier.
Kategori bahan :

a.Harus dilengkapi dengan SH, contoh : beef powder, flavor


b.Tidak memerlukan dokumen : positive list
c.Tidak termasuk a atau b
Perusahaan harus membuat daftar bahan yang disetujui LPPOM
MUI setelah produknya dinyatakan halal oleh Komisi Fatwa.

Setiap bahan baru harus mendapatkan persetujuan LPPOM MUI


sebelum digunakan. Bahan baru mencakup bahan eksis dengan
produsen baru atau bahan yang belum digunakan sebelumnya
untuk produksi halal.

Persetujuan penggunaan bahan baru dimintakan dengan mengirim


email ke pengkajianlppom@halalmui.org atau melalui audit.
Bukti persetujuan bahan baru harus dipelihara
Approved material = daftar bahan + approved new material

Produksi halal hanya boleh menggunakan approved material

Bahan yang memiliki potensi/kemungkinan diproduksi di fasilitas


yang sama dengan bahan dari babi atau turunannya, harus
disertai pernyataan pork free facility dari produsennya

Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin semua


dokumen pendukung bahan yang digunakan selalu valid.
5.FASILITAS PRODUKSI
Fasilitas produksi adalah semua lini produksi dan peralatan
pembantu yang digunakan untuk menghasilkan produk, baik milik
perusahaan sendiri atau menyewa dari pihak lain.

Seluruh nama (jika ada) dan alamat fasilitas produksi harus


didaftarkan.

Seluruh fasilitas produksi harus bebas najis termasuk najis bahan dari
babi atau turunannya.
Seluruh fasilitas produksi tidak boleh digunakan secara bergantian
untuk menghasilkan produk yang disertifikasi dan produk yang tidak
disertifikasi yang salah satu bahannya dari babi atau turunannya.

Sharing facility diperbolehkan : jika tidak ada bahan babi atau


turunannya dan harus ada proses pencucian sebelum fasilitas
digunakan untuk produksi halal.

Pencucian dapat dilakukan dengan air atau non air (dekstrin,


maltodekstrin, disikat, dengan lap basah, minyak)
Fasilitas produksi dan peralatan yang pernah digunakan untuk
menghasilkan produk yang mengandung babi atau turunannya, jika
akan digunakan untuk menghasilkan produk yang disertifikasi, maka
harus dicuci tujuh kali dengan air dan salah satunya dengan tanah
atau bahan lain yang mempunyai kemampuan menghilangkan rasa,
bau dan warna.

Validasi pencucian diatas diperlukan dan setelah pencucian, fasilitas


tersebut hanya boleh digunakan untuk produksi halal atau sebagai
sharing facility yang memenuhi syarat.
Fasilitas penyimpanan bahan dan produk, termasuk gudang antara,
harus mampu mencegah terjadinya kontaminasi najis.

Prosedur sampling bahan dan produk harus mampu mencegah


terjadinya kontaminasi najis.

Tempat/fasilitas pencucian peralatan tidak boleh digunakan bersama


atau bergantian dengan peralatan yang kontak dengan bahan yang
berasal dari babi atau turunannya.

Produksi halal hanya dibolehkan di fasilitas produksi yang memenuhi


kriteria.
6.PRODUK
Yang dimaksud produk adalah produk yang didaftarkan untuk
sertifikasi, baik berupa produk akhir maupun produk antara
(intermediet).

Dalam hal restoran, produk adalah semua menu yang disajikan,


baik dibuat sendiri oleh perusahaan maupun menu yang dibeli dari
pihak lain atau menu konsinyasi (titipan).
Nama produk tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada
sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai dengan
syariah Islam.

Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki


kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram
atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI.
Khusus untuk produk retail, jika suatu merk tertentu
didaftarkan, maka semua varian produk dengan merk yang sama
juga harus didaftarkan.

Jika produk mempunyai formula, maka formula baku harus


dibuat dan didokumentasikan. Formula baku adalah formula
yang menjadi rujukan dalam proses produksi.

Khusus untuk restoran, semua menu harus didaftarkan.


Restoran harus membuat aturan khusus yang melarang
pengunjungnya menkonsumsi produk dari luar.
Jika ada acara ulang tahun di dalam restoran, maka kue tart yang
digunakan harus bersertifikat halal. Jika tidak ada sertifikat
halalnya, maka kue tart hanya boleh dipotong dan difoto tetapi
tidak boleh dikonsumsi di dalam restoran. Demikian juga dengan
hadiah berupa makanan atau minuman yang dibagikan kepada
peserta acara sebagai hadiah
7.PROSEDUR TERTULIS AKTIFITAS KRITIS
Prosedur tertulis aktivitas kritis adalah seperangkat tata cara kerja
yang dibakukan untuk mengendalikan aktifitas kritis.
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai
pelaksanaan aktifitas kritis.

Aktifitas kritis mencakup seleksi bahan baru, pembelian bahan,


formulasi produk (jika ada), pemeriksaan bahan datang, produksi,
pencucian fasilitas dan peralatan pembantu, penyimpanan dan
penanganan bahan/produk serta transportasi. Cakupan aktivitas
kritis tidak selalu sama antar perusahaan, tergantung pada proses
bisnisnya masing-masing
Prosedur tertulis aktifitas kritis harus disosialisasikan ke semua
pihak yang terlibat dalam aktifitas kritis.

Prosedur tertulis aktifitas kritis harus dievaluasi efektifitasnya


setidaknya setahun sekali. Hasil evaluasi disampaikan ke pihak yang
bertanggung jawab terhadap setiap aktifitas kritis. Tindakan koreksi
yang diperlukan dan batas waktunya harus ditentukan.
Seleksi dan Penggunaan Bahan Baru
Seleksi bahan baru adalah proses pemilihan bahan baru dan
persetujuan penggunaannya

Ada dua tipe bahan baru. Bahan baru tipe pertama adalah bahan
yang sebelumnya tidak tercantum dalam daftar bahan yang telah
disetujui LPPOM MUI.
Bahan baru tipe kedua adalah bahan yang sudah ada dalam daftar
bahan yang telah disetujui LPPOM MUI tetapi berasal dari
produsen baru.
Prosedur seleksi bahan baru harus menjamin semua bahan baru
harus melalui tahapan persetujuan penggunaannya oleh LPPOM
MUI, kecuali bahan dalam positive list.

Bukti seleksi bahan baru harus dibuat dan dipelihara.


Pembelian

Perusahaan harus mempunyai prosedur pembelian.

Prosedur harus menjamin semua bahan yang dibeli untuk produk


yang disertifikasi disetujui LPPOM MUI.

Pembelian bahan dapat mengacu pada daftar bahan yang disetujui


LPPOM MUI. Bentuk daftar bahan dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan perusahaan
Formulasi Produk
Perusahaan harus mempunyai prosedur formulasi jika ada formula
produk.

Prosedur formulasi harus menjamin semua bahan yang digunakan


telah disetujui LPPOM MUI.

Formula baku harus tersedia. Formula baku adalah formula/resep


yang menjadi rujukan pada proses produksi.
Prosedur formulasi juga mencakup reformulasi produk. Reformulasi
produk yang tidak menghasilkan nama baru tidak perlu
didaftarkan, cukup dimintakan approval lewat SJH.
Pemeriksaan Bahan Datang
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pemeriksaan bahan
datang.
Prosedur harus menjamin kesesuaian informasi yang tercantum
dalam dokumen pendukung bahan dengan yang tercantum di label
kemasan bahan. Informasi yang dimaksud mencakup nama bahan,
nama produsen, negara asal produsen dan logo halal, jika sertifikat
halal bahan mempersyaratkan.
Bahan bersertifikat halal MUI tidak perlu diperiksa logonya.

Bahan dalam positive list tidak harus diperiksa pada saat datang.

Bahan dengan sertifikat per pengapalan perlu diperiksa secara


spesifik (lot number, production date).

Bukti pemeriksaan bahan datang harus dibuat dan dipelihara


Produksi
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis produksi.
Prosedur harus menjamin semua bahan yang digunakan untuk
produk yang disertifikasi adalah bahan yang telah disetujui LPPOM
MUI.

Formula produk, jika ada, harus sesuai dengan formula bakunya.


Produksi dilakukan di fasilitas yang memenuhi kriteria fasilitas.
Bukti harus dibuat dan dipelihara.
Pencucian fasilitas produksi dan peralatan
pembantu
Perusahaan harus mempunyai prosedur pencucian.
Prosedur harus menjamin proses pencucian dapat menghilangkan
berbagai bahan haram/najis. Ada tiga jenis najis, yaitu najis berat,
sedang dan ringan.
Najis berat dihilangkan dengan pencucian dengan air 7 kali dan salah
satunya dengan menggunakan tanah atau bahan kimia.
Najis sedang dan ringan dihilangkan dengan pencucian air atau
bahan non air, tergantung pada kondisi fasilitas dan teknologi yang
digunakan. Contoh bahan non air adalah minyak, maltodekstrin,
udara, lap basah.
Bahan pencuci tidak boleh merupakan bahan najis.
Kecukupan pencucian diukur dari hilangnya rasa, warna dan bau.
Bukti pencucian harus dibuat dan dipelihara.
Penyimpanan dan penanganan bahan/produk

Perusahaan harus mempunyai prosedur penyimpanan dan


penanganan bahan/produk
Prosedur harus menjamin tidak adanya kontaminasi bahan/produk
dengan bahan/produk najis/haram termasuk yang berasal dari
personil.
Bukti penyimpanan harus dibuat dan dipelihara
Transportasi
Prosedur harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi
bahan/produk oleh bahan haram/najis.

Lingkup transportasi yang dimaksud mencakup transportasi bahan


dari supplier ke gudang perusahaan dan antar fasilitas produksi
dalam perusahaan
8.KEMAMPUAN TELUSUR (TRACEABILITY)
Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin
ketertelusuran produk yang disertifikasi.
Ketertelusuran yang dimaksud adalah bahwa selalu dapat
dibuktikan produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang
disetujui, termasuk jika ada pengkodean bahan/produk, dan
diproduksi di fasilitas yang memenuhi kriteria.
Bukti ketertelusuran produk harus dibuat dan dipelihara
9.PROSEDUR MENANGANI PRODUK YANG TIDAK
MEMENUHI KRITERIA
Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menangani produk
yang tidak memenuhi kriteria.
Prosedur harus memuat definisi yang tepat tentang produk ini dan
cara menanganinya.

Definisi : produk disertifikasi yang terlanjur diproduksi dari bahan


yang tidak approved dan atau dari fasilitas yang tidak memenuhi
kriteria.
Cara menangani :

Tidak dijual ke pembeli yang mempersyaratkan produk halal


Jika terlanjur dijual, maka produk harus ditarik.
Produk ini tidak boleh di rework, down grade, reformulasi.
Prosedur ini bersifat antisipatif karena kemungkinan kesalahan
selalu ada.
Bukti penanganan produk ini harus dibuat dan dipelihara
10.AUDIT INTERNAL
Definisi Audit Internal :

Verifikasi pemenuhan 11 kriteria yang dilakukan oleh auditor dari


perusahaan (internal).
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan audit
internal.
Audit internal harus dilakukan oleh pihak kompeten dan
independen terhadap area yang diaudit.
Pihak independen :

Dari divisi/bagian/departemen lain (audit silang).


Dari pihak yang ditunjuk manajemen untuk tugas ini, jadi tidak mesti
audit silang.

Audit internal harus dilakukan setidaknya dua kali dalam setahun.


Pelaksanaan audit internal dapat diintegrasikan dengan audit sistem
lain (jadwal, personel, check list).
Hasil audit internal harus disampaikan kepada pihak yang
bertanggungjawab terhadap kegiatan yang diaudit.

Tindakan koreksi/perbaikan yang diperlukan harus ditentukan


batasnya dan mampu menyelesaikan kelemahan yang ditemukan
dan mencegah terulangnya kelemahan tersebut di masa yang akan
datang.

Hasil audit internal harus disampaikan ke LPPOM MUI sebagai


laporan berkala (email : sjhlppom@halalmui.org)
11.KAJI ULANG MANAJEMEN (MANAGEMENT REVIEW)
Definisi Kaji Ulang Manajemen :
Assessment yang dilakukan manajemen/wakil manajemen tentang efektifitas pelaksanaan
SJH.

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan kaji ulang manajemen.


Kaji ulang manajemen harus dilakukan setidaknya setahun sekali.
Bahan kaji ulang :

Hasil audit internal dan eksternal.


Perbaikan dari kaji ulang sebelumnya.
Perubahan kondisi di perusahaan.

Pelaksanaan kaji ulang dapat diintegrasikan dengan kaji ulang sistem


lain.
Hasil kaji ulang harus disampaikan kepada pihak yang
bertanggungjawab terhadap implementasi SJH.
Bukti kaji ulang harus dibuat dan dipelihara.

Anda mungkin juga menyukai