Anda di halaman 1dari 71

Pelatihan Penyelia Halal 2020

Tujuan :

 Peserta mengetahui definisi terkait SJH


 Peserta memahami Kriteria Sistem Jaminan
Halal (HAS 23000 : 1) : Kriteria 1 s.d 5
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM

• Sistem Jaminan Halal (SJH): sistem manajemen terintegrasi


yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur
bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan
prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses
produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI.

• Kriteria SJH: kalimat yang menjelaskan persyaratan yang harus


dipenuhi perusahaan dalam rangka menerapkan SJH sehingga
dihasilkan produk halal secara konsisten.
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM
• Aktivitas Kritis: aktivitas pada rantai proses produksi yang
dapat mempengaruhi status kehalalan suatu produk.
Contoh: seleksi bahan baru, pembelian bahan, pemeriksaan
bahan datang, produksi, pencucian fasilitas produksi,
penyimpanan dan penanganan, transportasi, pengembangan
produk baru, pengembangan fasilitas baru, penyajian, aturan
pengunjung, penyembelihan hewan, dan lain-lain

Cakupan aktivitas kritis tidak selalu sama


antar perusahaan, tergantung pada proses
bisnisnya masing-masing
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM

• Prosedur Tertulis: tata cara pelaksanaan suatu aktivitas yang


dibakukan  dapat berupa prosedur/SOP (Standard Operating
Procedure), instruksi kerja, spesifikasi, standar, jadwal, internal
memo atau bentuk panduan kerja yang lain.
Prosedur SJH dapat digabungkan dengan prosedur untuk sistem
lain, umumnya terdapat identitas dokumen, dibuat dan
disahkan oleh orang yang berwenang, didistribusikan kepada
orang/bagian yang terlibat, dan jika ada perubahan maka
prosedur yang tersedia adalah prosedur yang termutakhir
DEFINISI DAN
PENJELASAN UMUM
• Bukti: catatan/rekaman atau hasil yang dicapai dari pelaksanaan
prosedur  dapat berupa formulir, checklist, daftar, logbook,
planning, report  yang sudah terisi
Bukti penerapan SJH dapat digabungkan dengan bukti untuk
sistem lain, umumnya terdapat identitas rekaman, disimpan
dengan aman, dapat dicari dengan mudah, masa simpan sesuai
kebutuhan atau sesuai dengan masa berlaku Sertifikat halal
(agar tersedia saat dilakukan audit eksternal), dimusnahkan
sesuai masa simpan dengan pengawasan
Kriteria
Sistem Jaminan Halal
1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur tertulis untuk aktivitas kritis
8. Kemampuan Telusur
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
10. Audit Internal
11. Kaji Ulang Manajemen
KEBIJAKAN HALAL

Kebijakan halal: Komitmen tertulis untuk menghasilkan produk


halal secara konsisten, sesuai dengan proses bisnis perusahaan

a. Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan halal


 Manajemen puncak: tingkatan manajemen tertinggi yang
memiliki tanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan di
pabrik/perusahaan
 Kebijakan halal dapat ditulis terintegrasi dengan kebijakan
sistem yang lain, seperti kebijakan mutu atau keamanan pangan
Kebijakan Halal

b. Kebijakan halal harus didiseminasikan/disebarkan kepada


manajemen, tim manajemen halal, karyawan dan pemasok
Contoh cara diseminasi: pelatihan, briefing, pemasangan
poster, banner, pencetakan buku saku atau melalui email

c. Bukti diseminasi kebijakan halal harus dipelihara


Contoh bukti diseminasi: daftar hadir pelatihan, notulen
briefing karyawan, pemasangan poster, banner, buku saku,
daftar email yang dikirim
Kebijakan Halal Restoran
• Restoran baru yang sedang dalam proses sertifikasi halal boleh
memasang kebijakan halal di outlet yang terlihat jelas oleh customer,
dengan ketentuan:
1. Tidak memasang logo halal MUI di kebijakan halal
2. Tidak mencantumkan nama LPPOM MUI/MUI di kebijakan halal
 untuk menghindari masyarakat yang menganggap restoran telah
bersertifikat halal MUI dan pelanggaran terhadap penggunaan logo halal
di restoran yang belum memperoleh Sertifikat halal
• Contoh isi kebijakan halal yang boleh dipasang di outlet: “Kami
berkomitmen menyediakan produk halal dengan hanya menggunakan
bahan-bahan halal”
• Contoh isi kebijakan halal yang tidak diperkenankan dipasang di outlet:
“Kami berkomitmen menyediakan produk halal dengan hanya
menggunakan bahan-bahan halal yang disetujui LPPOM MUI/MUI”
Contoh Diseminasi Kebijakan Halal
Studi Kasus
PT. Hatech Indonesia memproduksi permen jelly merk Hibo dan Teka. Permen
merk Hibo akan disertifikasi halal dan merk Teka tidak disertifikasi halal. Saat
ini permen merk Teka masih menggunakan gelatin babi.
Kebijakan Halal PT. Hatech Indonesia:
PT. Hatech Indonesia berkomitmen menerapkan Sistem Jaminan Halal untuk
memproduksi produk halal secara konsisten dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumen termasuk konsumen muslim. Komitmen ini akan
dicapai melalui:
• Menjamin seluruh produk akhir yang dibuat untuk pasar Indonesia
disertifikasi oleh LPPOM MUI.
• Menjamin seluruh bahan yang digunakan dalam proses produksi memiliki
sertifikat halal.
• Menjamin sistem produksi adalah bersih, dan bebas dari bahan yang tidak
halal dan najis.

Apakah isi kebijakan halal di atas mencukupi ?


Studi Kasus
Diseminasi Kebijakan Halal PT. Hatech Indonesia
Kebijakan halal didiseminasikan melalui briefing ke karyawan

Apakah kegiatan diseminasi tersebut mencukupi?


TIM MANAJEMEN HALAL
Sekelompok orang yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan, implementasi, evaluasi
dan perbaikan SJH di perusahaan

a. Manajemen puncak harus menetapkan tim manajemen halal


dengan disertai bukti tertulis
 Bukti  surat keputusan, surat pengangkatan atau bentuk penetapan
lain yang berlaku di perusahaan
 Dapat berada di level kantor pusat dan/atau pabrik, outlet, dapur 
tergantung proses bisnisnya
 Mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis
 Dapat digabungkan dengan tim implementasi sistem lain
Tim Manajemen Halal (Lanjutan)

b. Tim manajemen halal harus merupakan karyawan tetap


perusahaan dan diutamakan seorang muslim
c. Tanggung jawab tim manajemen halal harus diuraikan dengan jelas
 Contoh tanggung jawab tim: melakukan pelatihan internal, memastikan
semua bahan yang digunakan untuk produksi halal dilengkapi dengan
dokumen pendukung yang cukup dan telah disetujui penggunaannya
oleh LPPOM MUI, memastikan fasilitas produksi memenuhi kriteria
fasilitas, memastikan produk yang disertifikasi memenuhi kriteria,
melakukan audit internal, melakukan seleksi bahan baru terkait halal,
melakukan pemeriksaan bahan datang
 Tanggungjawab tim dapat ditetapkan untuk setiap anggota tim
TIM MANAJEMEN HALAL
(Lanjutan)

d. Tim manajemen halal harus kompeten dalam menerapkan


persyaratan sertifikasi halal HAS 23000 sesuai dengan ruang
lingkup tanggung jawabnya masing-masing
 Contoh bukti : sertifikat kompetensi, sertifikat kelulusan pelatihan HAS
23000 (eksternal/internal), hasil evaluasi kerja
e. Manajemen puncak harus menyediakan sumber daya yang
diperlukan oleh tim manajemen halal
 Contoh sumberdaya: penyiapan sumberdaya manusia, penyiapan budget
pelatihan SJH, penyiapan fasilitas produksi bebas babi
Studi Kasus

1. Jamaludin (Ketua Tim Manajemen Halal)


2. Purwoko (Logistilk)
3. Dewi Pertiwi (R&D)
4. Finni Saraswati (QA-QC)
5. Purwanto (Produksi)
6. Yulia Ningrum (Purchasing)

Apakah surat pengangkatan dan tugas wewenang


tersebut mencukupi?
PELATIHAN

Kegiatan peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap


untuk mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan

KATEGORI PELATIHAN:
Pelatihan eksternal: pelatihan HAS 23000 yang
diselenggarakan oleh atau atas nama LPPOM MUI

Pelatihan internal: pelatihan HAS 23000 yang


diselenggarakan oleh internal perusahaan
Pelatihan (Lanjutan)

a. Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan


pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktifitas
kritis, termasuk karyawan baru
 Prosedur dapat berisi tujuan/target, jadwal, peserta, metode, pemberi
materi, materi, dokumentasi, dan evaluasi kelulusan
 Materi pelatihan meliputi HAS 23000 (Kriteria, Kebijakan dan Prosedur)
atau teknis penerapan prosedur aktivitas kritis atau materi lainnya
disesuaikan dengan sasaran pelatihan
 Dapat digabungkan dengan prosedur pelatihan sistem lain
Pelatihan (Lanjutan)

b. Pelatihan eksternal harus diikuti oleh salah satu tim


manajemen halal setidaknya sekali dalam dua tahun
 Penyelenggara pelatihan: Indonesia Halal Training and Education Center
(IHATEC) yang sudah ditunjuk secara resmi oleh LPPOM MUI
 Jenis pelatihan: SJH reguler (di tempat yang ditentukan IHATEC) dan SJH
inhouse (di perusahaan atau di tempat yang ditentukan perusahaan)
 Informasi mengenai pelatihan LPPOM MUI dapat dilihat di website
www.halalmui.org atau dapat ditanyakan melalui email ke
pelatihanhalal@halalmui.org
Pelatihan (Lanjutan)

c. Pelatihan internal harus dilaksanakan setidaknya setahun sekali


Jadwal pelatihan internal dapat dibuat tersendiri atau digabungkan
dengan jadwal pelatihan yang lain
d. Trainer internal harus telah lulus pelatihan HAS 23000 (eksternal/
internal)
e. Hasil pelatihan internal harus dievaluasi untuk memastikan
kompetensi peserta pelatihan
Bentuk evaluasi pelatihan internal : tes tertulis, tes lisan atau bentuk lain
yang berlaku di perusahaan
f. Bukti pelaksanaan pelatihan (eksternal/internal) harus dipelihara
Contoh bukti pelatihan: daftar hadir, materi pelatihan, lembar post test,
laporan kelulusan peserta, sertifikat pelatihan
Contoh Lingkup Materi Pelatihan
Internal di Kantor/Dapur Pusat
• Kebijakan halal
• Penunjukkan tim manajemen halal
• Kriteria Bahan  kriteria bahan baku halal, Daftar Bahan Halal, kriteria
dokumen bahan, monitoring masa berlaku Sertifikat halal
• Kriteria Produk  kriteria nama produk, daftar produk halal
• Kriteria fasilitas
• Prosedur aktivitas kritis yang berlaku di kantor/dapur pusat  seleksi
bahan baru, pembelian/pengadaan bahan, pemeriksaan bahan datang,
produksi, pencucian, penyimpanan, transportasi, pengembangan produk/
menu baru, pengembangan pabrik/dapur/outlet baru
• Prosedur kemampuan telusur
• Prosedur penanganan produk yang tidak sesuai
• Prosedur audit internal dan jadwal audit internal
• Prosedur kaji ulang manajemen dan jadwal kaji ulang manajemen
Contoh Lingkup Materi Pelatihan
Internal di Pabrik/Dapur Cabang
• Kebijakan halal
• Penunjukkan tim manajemen halal (jika ada di pabrik/dapur cabang)
• Daftar Bahan Halal
• Kriteria fasilitas
• Prosedur aktivitas kritis yang berlaku di pabrik/dapur cabang  seleksi
bahan baru (jika pabrik/dapur cabang terlibat), pembelian/pengadaan
bahan, pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian, penyimpanan,
transportasi
• Prosedur kemampuan telusur
• Prosedur penanganan produk yang tidak sesuai
• Jadwal audit internal
Contoh Lingkup Materi Pelatihan
Internal di Outlet
• Kebijakan halal
• Penunjukkan tim manajemen halal (jika ada di outlet)
• Daftar Bahan Halal yang boleh dibeli oleh outlet
• Kriteria Produk  kriteria nama menu, daftar menu halal
• Kriteria fasilitas
• Prosedur aktivitas kritis yang berlaku di outlet  seleksi bahan baru (jika
terlibat), pembelian/pengadaan bahan, pemeriksaan bahan datang,
produksi (jika ada pembuatan menu di outlet), pencucian, penyimpanan,
transportasi, pemajangan/penyajian, aturan pengunjung, aturan karyawan
• Prosedur penanganan produk yang tidak sesuai
• Jadwal audit internal
CONTOH PROGRAM PELATIHAN
Studi Kasus

Setelah pelaksanaan training internal,


divisi HRD PT. Hatech Indonesia
memberikan form evaluasi berikut untuk
diisi peserta training.
Apakah pemberian form tersebut dapat
memenuhi kriteria evaluasi pelatihan
menurut HAS 23 000?
BAHAN
Bahan mencakup bahan baku (raw material), bahan
tambahan (additive) & bahan penolong (processing aid)
 Bahan Baku dan Bahan Tambahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk &
menjadi bagian dari komposisi produk (ingredient)
 Bahan Penolong
Bahan yang digunakan untuk membantu produksi tetapi tidak menjadi bagian
dari komposisi produk (ingredient)
Contoh: pelarut, katalis, enzim, air pencucian, kuas kue, pemurni minyak
Bagaimana jika ada ada menu konsinyasi/titipan, menu rekanan,
dan menu yang dibeli dari pihak lain (misal AMDK, soft drink, es krim)?

Menu Bersertifikat Halal Menu Tidak Bersertifikat Halal


Menu didaftarkan sebagai Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat menu
bahan, misal lemper didaftarkan sebagai bahan, misal bahan pembuat
lemper: beras ketan, garam, santan, merica, ayam
Kriteria Bahan
• Kriteria Bahan 1 : memenuhi kriteria terkait asal usul atau penggunaannya
(a) Bahan tidak boleh berasal dari bahan haram/najis
(b) Bahan bebas dari kontaminasi bahan haram/najis
(c) Bahan yang merupakan produk mikrobial harus memenuhi persyaratan
(d) Alkohol/etanol dan hasil sampingnya harus memenuhi persyaratan
(e) Bahan untuk produk luar harus memenuhi persyaratan
(f) Bahan untuk produk obat harus memenuhi persyaratan
(g) Bahan untuk barang gunaan harus memenuhi persyaratan

• Kriteria Bahan 2 : persyaratan kecukupan dokumen pendukung bahan


• Kriteria Bahan 3 : tersedia mekanisme untuk menjamin keberlakuan
dokumen pendukung bahan
Kriteria Bahan 1.a
Bahan tidak boleh berasal dari bahan haram/najis
i. Babi dan produk turunannya
Contoh bahan vitamin yang dilapisi dengan gelatin babi, seasoning yang
menggunakan lemak babi, pepton yang dihidrolisis enzim babi
ii. Bulu, rambut dan seluruh bagian dari anggota tubuh manusia
iii. Khamr (minuman beralkohol)
Bahan yang termasuk khamr: rhum, angciu, mirin
iv. Hasil samping khamr yang diperoleh dari pemisahan secara fisik
v. Darah
vi. Bangkai atau hewan yang disembelih tidak sesuai dengan hukum Islam
vii. Hewan lain yang diharamkan seperti hewan buas atau bertaring,
hewan menjijikkan, hewan yang hidup di dua alam
Catatan: Pengecualian untuk bahan pada produk mikrobial (akan dijelaskan
pada slide berikutnya)
Fatwa MUI: Bahan yang Halal
• Semua binatang yang hidup di laut/air termasuk ikan yang buas
• Pewarna dari serangga cochineal  selama hanya menggunakan bahan
halal dalam proses produksi
• Shellac : resin dari hasil sekresi kutu Lak (serangga Laccifer lacca Kerr)
• Bulu, rambut dan tanduk dari hewan halal yang masih hidup
• Kopi luwak  selama kulit bagian dalam kopi masih utuh dan biji kopi
dicuci dengan air mengalir sehingga bersih dari feses luwak
• GMO  selama gen bukan berasal dari hewan haram dan manusia
• Sarang burung wallet  dicuci sebelum dikonsumsi
• Bahan yang diproduksi lebah : madu, royal jelly, bee pollen, propolis, bees
wax, apitoxin, dll
• Kelinci dan kanguru yang disembelih berdasarkan Hukum Islam
• Kepiting dan jangkrik  selama tidak berbahaya
• Vinegar/cuka yang hanya menggunakan bahan tambahan yang halal
Kriteria Bahan 1.b
Bahan bebas dari kontaminasi bahan haram/najis
i. Bahan tidak boleh bercampur dengan bahan najis atau haram
 berasal dari bahan tambahan, bahan penolong dan fasilitas produksi
ii. Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga
digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi atau
turunannya sebagai salah satu bahannya
Contoh bahan yang memiliki potensi diproduksi di fasilitas yang sama
dengan bahan dari babi/turunannya adalah minyak dan seasoning
 perlu pernyataan pork free facility dari produsennya

Pernyataan pork free facility  pernyataan dari produsen bahwa fasilitas produksi,
termasuk peralatan pembantu, tidak digunakan secara bergantian untuk
menghasilkan produk halal dan produk yang mengandung babi/turunannya.
Pernyataan yang dimaksud juga harus menjamin bahwa personel yang menangani
produksi produk halal tidak menangani produksi produk babi/turunannya.
Kriteria Bahan 1.c
Persyaratan Bahan yang Merupakan Produk Mikrobial
a) Kultur/starter mikroba:
 Bukan hasil rekayasa genetika dengan gen babi atau manusia
 Tidak pernah bersentuhan dengan bahan babi
b) Bahan media pertumbuhan harus halal  mencakup media penyegaran,
pengembangan inokulum, media produksi dan bahan penolong dalam media
Pengecualian jika produk diperoleh dengan pemisahan (fisik/kimiawi) dari
media pertumbuhannya dan proses berikutnya ada pencucian syar’i* maka
media pertumbuhan boleh berasal dari bahan najis/haram selain babi
(misalnya darah, pepton sapi yang tidak halal namun bebas babi)
*Cara pencucian syar’i: mengucurkan air ke produk atau merendam produk
dalam air minimal 270 liter hingga hilangnya bau dan warna dari najis
c) Bahan aditif yang ditambahkan setelah produk mikrobial diperoleh harus
halal. Contoh: flavor pada yoghurt, gula pada nata de coco
d) Produk mikrobial tidak berbahaya bagi manusia
Kriteria Bahan 1.d
Persyaratan Alkohol/Etanol dan Hasil
Sampingnya
a. Etanol tidak berasal dari industri khamr (minuman beralkohol)
 Etanol dari sumber yang lain seperti dari fermentasi singkong, jagung,
molases, beet root dan sintetik (petrokimia) dapat digunakan
 Etanol dapat digunakan sebagai pelarut atau bahan untuk sanitasi
b. Produk cair dari hasil samping industri khamr yang diperoleh hanya dengan
pemisahan secara fisik tidak boleh digunakan. Contoh: fusel oil & turunannya
(butanol, isoamil alkohol, air dan alkohol sekunder)
c. Produk cair dari hasil samping industri khamr kemudian direaksikan dengan
bahan lain atau dilakukan proses biotransformasi (oleh enzim/mikroba)
menghasilkan produk baru, maka produk baru ini dapat digunakan
d. Produk padat yang berasal dari hasil samping industri khamr dapat
digunakan setelah dicuci dengan air hingga hilang bau dan warna minuman
beralkoholnya. Contoh: ragi dari industri bir (brewer yeast)
Contoh Proses Biotransformasi dari
Produk Hasil Samping Industri Khamr

Fusel oil
HARAM HALAL
rectification

Isoamyl alcohol Isovaleric acid


oxidation

reacted with acid reacted with alcohol

Isoamyl acetate Ethyl iso-valerate


Isoamyl butyrate Amyl iso-valerate
etc… etc…
HALAL HALAL
Kriteria Bahan 1.e
Persyaratan Bahan untuk Produk Luar
Produk luar : produk digunakan di luar dan tidak dikonsumsi, baik
berupa kosmetik, obat dan jamu. Contoh: krim wajah, salep, sabun.
Bahan berikut dapat digunakan di produk luar:
a. Plasenta hewan halal
b. Bulu, rambut dan tanduk dari bangkai hewan halal, termasuk yang
tidak disembelih secara syar’i  haram tapi tidak najis
c. Bekicot
d. Kokon/kepompong ulat sutra
e. Partikel emas untuk laki-laki  dimaksudkan untuk kepentingan yang
dibolehkan secara syar’i, ada kemanfaatan dan tidak membahayakan
Kriteria Bahan 1.f
Persyaratan Bahan untuk Produk Obat

Produk obat adalah produk digunakan untuk obat, baik


dikonsumsi maupun tidak dikonsumsi (produk luar).
Bahan berikut dapat digunakan di produk obat:
a. Plasma darah  berasal dari darah hewan halal, tidak berasal dari
darah manusia
b. Cacing
c. Telur ayam yang berembrio (embryonated chicken eggs)  boleh
digunakan sebagai media pertumbuhan pada proses mikrobial
selama produk yang dihasilkan dapat dipisahkan dari media
pertumbuhannya dan dalam tahapan proses selanjutnya ada
pencucian produk yang tathir syar’i
Kriteria Bahan 1.g
Persyaratan Bahan untuk Barang Gunaan
Barang gunaan adalah barang yang diperuntukkan sebagai perlengkapan
atau perhiasan seseorang seperti tas, ikat pinggang, sepatu, jaket dll
Bahan berikut dapat digunakan di barang gunaan:
a. Kulit dari bangkai hewan setelah dilakukan penyamakan*, baik dari
hewan halal maupun hewan tidak halal selain anjing dan babi
b. Bulu, rambut dan tanduk dari bangkai hewan halal, termasuk yang
tidak disembelih secara syar’i
*) Penyamakan  proses pensucian terhadap kulit hewan dengan ketentuan :
• Menggunakan bahan halal untuk menghilangkan lendir dan bau anyir yang
menempel pada kulit, misalnya bahan kimia atau enzimatis
• Menghilangkan kotoran yang menempel di permukaan kulit
• Membilas kulit yang telah dibersihkan untuk mensucikan dari najis
Kriteria Bahan 2: Kecukupan Dokumen Bahan
Kategori Bahan Kecukupan Dokumen Bahan Contoh Bahan
1. Tidak Kritis Tidak perlu dokumen. SK LPPOM MUI terkait positive list*
(Positive List) Contoh: sayuran segar, air murni, susu
murni, telur asin, bihun kering, TBHQ
2. Kritis dan SH MUI atau lembaga yang • Daging dan produk turunan hewani,
harus ber- diakui MUI* contoh sosis, beef powder, gelatin
Sertifikat Halal SH MUI bisa diganti dengan • Bahan dengan proses rumit atau bahan
(SH) printscreen pencarian yang banyak, contoh flavor, fragrance,
produk halal di database seasoning, premiks vitamin
LPPOM MUI, Jurnal Halal • Bahan yang sulit ditelusuri
atau aplikasi kehalalannya, contoh whey, laktosa
3. Kritis namun Dokumen diterbitkan oleh Selain bahan no. 1 & 2.
tidak harus produsen dan ada informasi Contoh: flavor/fragrance dari campuran
berSertifikat sumber semua bahan kritis. essensial oil, soya lechitin, bawang
Halal Contoh: spesifikasi, MSDS, goreng, telur bubuk, emulsifier nabati,
flowchart, pernyataan, gelatin ikan, tahu sutra, vitamin kimia,
kuesioner produk mikrobial sederhana

*) Dapat dilihat di www.halalmui.org pada menu sertifikasi halal


Contoh Hasil Printscreen
Pencarian Produk Halal
Sertifikat Halal yang Diterbitkan oleh Selain MUI

LIST OF APPROVED FOREIGN HALAL CERTIFICATION BODIES

1. LPPOM MUI mengakui Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Lembaga


Sertifikasi Halal yang disetujui untuk produk yang diproduksi di negara
dimana lembaga sertifikasi halal tersebut berada (kecuali SH dari lembaga
sertifikasi halal di Eropa berlaku untuk produk yang diproduksi di Eropa).
2. LPPOM MUI masih memungkinkan meminta dokumen pendukung lainnya
untuk mengklarifikasi titik kritis produk tertentu.
3. Masa efektif berlakunya persetujuan Lembaga Sertifikasi adalah 2 tahun dan
lembaga tersebut dimonitoring/dievaluasi sekali per tahun.
4. Ada 45 Lembaga Sertifikasi dari 26 negara yang disetujui oleh LPPOM MUI :
 Slaughtering / Penyembelihan (37 Lembaga Sertifikasi)
 Raw Material / Bahan Baku (40 Lembaga Sertifikasi)
 Flavour (22 Lembaga Sertifikasi)
5. Update Januari 2020 (terdapat di website www.halalmui.org pada menu
sertifikasi halal, submenu Daftar Lembaga Sertifikasi Halal)
Ketentuan Persetujuan Bahan yang
disertifikasi oleh lembaga sertifikasi halal
yang statusnya Delisted / Suspended

Sertifikatnya masih dinilai cukup sebagai dokumen


pendukung bahan selama sertifikat tersebut
diterbitkan sebelum tanggal delisted/suspended
Contoh Sertifikat Halal
Non MUI yang valid
Informasi produsen &
Lokasi produsen

Informasi Produk

Informasi Nomor &


Masa berlaku sertifikat Halal
Persyaratan logo halal
CONTOH: SH VALID, namun tidak diakui
Daging Impor
harus didukung dokumen/kondisi :
• Sertifikat Halal (umumnya per pengapalan/
per shipment)
• Dokumen lain (dokumen pengapalan,
dokumen kesehatan dll).
• Sertifikat Halal cocok dengan dokumen lain
• Dokumen memiliki lot number, plant
number, date of slaughtering, dll yang
sesuai.
• Dokumen sesuai dengan kemasan/label
CONTOH SH per
shipment
Informasi pada dokumen harus
sesuai dengan informasi pada label :
– Negara dimana pabrik berada
– Logo Halal
– Plant number
– Tanggal produksi / Lot number /
Tanggal penyembelihan (daging)
Persyaratan Dokumen Pendukung
yang Bukan Berupa Sertifikat Halal
a. Harus diterbitkan oleh produsen bahan
b. Harus memuat informasi sumber semua bahan kritis yang digunakan
sehingga status kehalalannya dapat ditentukan
 Kecukupan dinilai berdasarkan kehalalan semua bahan (bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong) yang digunakan dan pemenuhan persyaratan
fasilitas produksi
Contoh: bahan maltodekstrin memiliki dokumen diagram alir proses, yang di
dalamnya dijelaskan bahwa pembuatan maltodekstrin menggunakan enzim 
harus dilengkapi dokumen pendukung enzim dan surat pernyataan konsistensi
penggunaan enzim serta pernyataan bahwa perubahan sumber enzim akan
diinformasikan kepada pengguna. Perusahaan pengguna maltodekstrin akan
meminta pembaruan dokumen konsistensi setiap dua tahun
Beberapa Bahan & Kecukupan Dokumen
Bahan Jika Tidak Dilengkapi Sertifikat Halal
No Bahan Contoh Bahan Dokumen

Asam lemak yang Sorbitan Monolaurate


1. Diagram alir proses
direaksikan dengan
1. 2. Sumber asam lemak/animal free statement
bahan lain yang bukan Bahan penyusun:
3. Animal free statement untuk sorbitol
positive list Sorbitol, asam laurat
1. Sumber bahan/animal free statement
2. Asam lemak Asam laurat
2. Pork free facility statetement
1. Diagram alir proses glucose
2. Sertifikat halal untuk enzim atau sumber
enzim dan animal free statement dari
Glucose produsen enzim (jika menggunakan enzim)
Pati yang dihidrolisis 3. Pernyataan dari produsen Ion exchange
(sakarifikasi atau Bahan penyusun: resin apakah menggunakan gelatin dalam
3.
likuifikasi) dengan Pati, enzim, ion proses (jika menggunakan ion exchange
enzim exchange resin dan resin)
active carbon 4. Pernyataan mengenai sumber karbon aktif
5. Surat konsistensi yang menginformasikan
nama produsen dari enzim, karbon aktif dan
ion exchange resin
Beberapa Bahan & Kecukupan Dokumen
Bahan Jika Tidak Dilengkapi Sertifikat Halal
No. Bahan Contoh bahan Dokumen
Asam lemak yang Ethyl Palmitat
diesterifikasi dengan Bahan penyusun:
4. Sumber asam lemak/Animal free statement
ethanol, contoh: Ethyl Ethanol, asam
palmitate, Ethyl Laurate palmitat
Pernyataan apakah ethanol bukan berasal dari
minuman beralkohol/khamr atau ada informasi di
5. Ethanol Ethanol website/company profile produsen ethanol
bahwa produsen hanya memproduksi industrial
ethanol.
Asam Askorbat
Bahan mikrobial 1. Informasi kultur mikroba
Bahan penyusun:
Contoh: Asam Askorbat, 2. Informasi media pada kultur stok (termasuk
6. Mikroba, media
Asam Glutamat, Asam cryoprotecting agent) hingga fermentasi
bahan pemurnian,
Amino produksi (termasuk defoaming agent)
dst
3. Informasi bahan pemurnian dan dokumen
Bahan mikrobial yang pendukung (jika menggunakan bahan kritis)
MSG
menjadi garam atau
Bahan penyusun: 4. Informasi bahan tambahan dan dokumen
ester namun tidak ada di pendukung (jika menggunakan bahan kritis)
7. Mikroba, media,
positive list
bahan pemurnian, 5. Surat konsistensi dari produsen tentang
Contoh: sodium penggunaan bahan
bahan tambahan
eritorbate, MSG
Beberapa Bahan & Kecukupan Dokumen
Bahan Jika Tidak Dilengkapi Sertifikat Halal
No Bahan Contoh bahan Dokumen
Sumber aktif karbon atau animal free statement.
8. Karbon aktif Karbon aktif
Jika dari tulang, maka harus bersertifikat halal
Pernyataan tidak ada penggunaan gelatin babi dalam
Ion exchange
9. Ion exchange resin proses produksi/Animal free statement dari produsen Ion
resin
Exchange Resin dari produsen ion exchange resin
Bahan dengan Extract powder 1. Dokumen yang menyebutkan semua bahan
tambahan 2. Sertifikat halal untuk Maltodextrin atau diagram alir
10. filler berupa Bahan penyusun: proses untuk Maltodextrin dan animal free statement
Maltodextrin/ Bahan utama, 3. Dokumen pendukung untuk bahan lain di luar positive
Dextrin Maltodextrin/Dextrin list
1. Dokumen seperti produk mikrobial (jika dari
mikrobial), atau Informasi cara mengekstrak enzim (jika
Enzim dari tanaman), atau Sertifikat halal enzim (jika dari
hewan)
11. Enzim
Bahan penyusun: 2. Sertifikat halal atau
Enzim, Filler Diagram alir proses dan animal free statement dari
produsen Maltodextrin/filler yang digunakan
3. Pork Free faicility statement
TITIK KRITIS PROSES DALAM DOKUMEN
PENDUKUNG BAHAN
a) Mixing
Titik kritis: Penambahan bahan dalam proses mixing
b) Ekstraksi
• Distilasi Uap - mint dan herbal oils
• Ekstraksi menggunakan pelarut TK - vanilla & oleoresins (solvent?), kritis jika ethanol
(kenali istilah concrette, absolute, tincture)
• Pengepresan - citrus oils
• Ekstraksi menggunakan gas liquid superkritikal– targeted extractions
• Enfleurasi TK  penangkapan aroma oleh lemak (dihasilkan pomade, lalu diekstraksi
dengan ethanol menjadi absolte)
c) Rafinasi/dekolorisasi
Titik kritis: Bahan yang digunakan untuk rafinasi/decolorisasi:
• Activated Carbon: dapat berasal dari kayu, tempurung kelapa atau tulang hewan
• Ion Exchange Resin: pada proses pembuatannya dapat menggunakan gelatin
d) Fermentasi
Titik kritis:
• Kultur mikroba
• Media pertumbuhan
• Bahan tambahan dan bahan penolong
TITIK KRITIS PROSES DALAM DOKUMEN
PENDUKUNG BAHAN
e) Biotransformasi
Titik kritis: Dapat menggunakan enzim atau dengan sel mikroba (fermentasi).
Titik kritis adalah sumber enzim (jika menggunakan enzim) atau titik kritis
fermentasi (jika menggunakan fermentasi)
f) Hidrolisis
Titik kritis: Bahan penghidrolisis yang digunakan. Jika menggunakan enzim,
maka sumber enzim harus jelas kehalalannya.
g) Standarisasi
Titik kritis: Penambahan bahan untuk standarisasi
h) Coating/Enkapsulasi
Titik kritis: Bahan yang digunakan untuk coating/enkapsulasi.
i) Spray Drying
Titik kritis: Bahan yang digunakan untuk filler.
j) Liquification dan Saccarification pada pati
Titik kritis: Pengguanaan enzim (info sumber enzim)
SPECIFICATION sebagai dokumen pendukung

SPEC jelas
FPC sebagai dokumen pendukung Sertifikasi Halal

FPC belum
jelas

Informasi yang diperlukan


a. Informasi bahan
penghidrolisa. Jika
bahan kimia  OK
Hydrolysis b. Jika enzim, minta
Agent dokumen pendukung
dan Pernyataan dari
produsen HVP tentang
penggunaan bahan
penghidrolisis yang
hanya berasal dari
produsen tersebut.
Questionnaire sebagai dokumen pendukung Sertifikasi Halal

Questionnaire
jelas bahan
haram
Standar Dokumen Bahan Mikrobial
Persyaratan
Produk Mikrobial Media Kecukupan Dokumen Minimum
Pertumbuhan
1 Diperoleh tanpa pemisahan Harus bahan
dari media pertumbuhannya. halal
- komposisi lengkap dan sumber media
2 Diperoleh dengan pemisahan Harus bahan pertumbuhan* serta bahan lain,
dari media pertumbuhannya halal - jika mengandung bahan hewani maka
namun dalam tahapan proses perlu Sertifikat halal
selanjutnya tidak ada proses
pencucian syar’i
3 Diperoleh dengan pemisahan Boleh berasal - komposisi lengkap dan sumber media
dari media pertumbuhannya dari bahan pertumbuhan* serta bahan lain,
dan dalam tahapan proses najis/ haram - Informasi pencucian/purifikasi produk
selanjutnya ada proses selain babi - jika mengandung bahan haram/najis
pencucian syar’i selain babi dibolehkan
(*) Media pertumbuhan mencakup media penyegaran, pengembangan inokulum,
media produksi dan bahan penolong dalam media
FPC jelas

Bahan dapat
digunakan
DIAGRAM ALIR PROSES L-LYSINE HYDROCHLORIDE
a. Informasi kultur
mikroba
b. Informasi media
fermentasi (stock
culture-penyegaran-
produksi)
c. Informasi bahan
penolong saat
proses fermentasi
(antifoam, enzim)
d. Informasi bahan
penolong saat
downstream process
(bahan penolong
pemanenan dan
purifikasi)
e. Informasi bahan
tambahan/filler saat
proses spray drying
Kriteria Bahan 3:
Mekanisme untuk menjamin keberlakuan
dokumen pendukung bahan
 Harus tersedia mekanisme untuk memastika dokumen pendukung bahan
yang digunakan selalu masih berlaku dan diterbitkan oleh pihak yang diakui
 Mekanisme dapat berupa pemeriksaan secara berkala masa berlaku sertifikat
halal bahan atau sistem peringatan dini (early warning system) yang
memberitahukan jika masa berlaku dokumen bahan akan segera berakhir 
selanjutnya memintakan sertifikat halal terbaru.
Sertifikat halal bahan yang sudah kadaluarsa masih dapat dianggap sebagai
dokumen pendukung yang cukup bila bahan tersebut diproduksi pada masa
berlaku sertifikat.
Khusus untuk bahan dengan sertifikat halal MUI, jika bahan diproduksi
setelah masa berlaku sertifikat habis, maka bahan tersebut masih dapat
digunakan jika dilengkapi dengan Surat Keterangan dalam Proses
Perpanjangan (SKPP).
CONTOH KASUS
Dalam memproduksi permen jelly, PT. Hatech Indonesia menggunakan bahan-bahan
berikut. Apakah bahan-bahan tersebut kritis, jika kritis sebutkan dokumen pendukung
bahan yang harus disampaikan perusahaan!

Bahan Kritis/Tidak Kritis Dokumen Pendukung Bahan


Sirup glukosa
Guka
Air
Gelatin
Sorbitol
Asam Sitrat
Minyak Nabati
Asam Askorbat
Flavor (strawberry,
sarsapharila, mangga, jeruk)
Pewarna Sintetik
Bilberry Dry Extract
Lakukan analisis kecukupan dokumen bahan berikut!

ABC, Co., Ltd


Kura shi, Chiba, Japan
Produk
Produk pada industri pengolahan: produk
yang didaftarkan untuk sertifikasi halal,
baik berupa produk retail, non retail,
produk akhir, produk antara (intermediet)

Produk pada restoran/katering: semua


menu yang disajikan, baik dibuat sendiri
oleh perusahaan maupun menu yang dibeli
dari pihak lain, termasuk menu titipan/
rekanan, menu musiman dan menu ekstra
Kriteria Produk

(a) Nama produk


(b) Karakteristik/profil sensori produk
(c) Bentuk produk
(d) Merk/brand pada produk retail
(e) Kadar etanol
(f) Produk kosmetik
(g) Produk yang dikemas ulang (repacked) atau diberi label ulang
(relabeled)
(a) Nama Produk
 Tidak menggunakan nama minuman beralkohol
Contoh: rootbeer, es krim rasa rhum raisin, bir 0% alkohol
 Tidak menggunakan nama babi dan anjing serta turunannya
Contoh: babi panggang, beef bacon dan hot dog
 Tidak menggunakan nama setan
Contoh: rawon setan, es pocong, mi ayam kuntilanak
 Tidak mengarah pada hal yang menimbulkan kekufuran/kebatilan
Contoh: coklat valentine, biskuit natal, mie Gong Xi Fa Cai
 Tidak menggunakan kata yang berkonotasi erotis, vulgar atau porno

 Nama produk yang telah dikenal luas dan tidak mengandung bahan
haram dapat digunakan, contoh bir pletok, bakso, bakmi, bakpia,
bakpao
(b) Karakteristik/profil sensori produk
Tidak memiliki bau/rasa yang mengarah kepada produk haram
Contoh: minuman yang memiliki bau/rasa bir tidak dapat disertifikasi
meskipun dibuat dari bahan halal

(c) Bentuk produk


 Tidak menggunakan bentuk babi atau anjing
 Tidak menggunakan bentuk produk, bentuk kemasan atau label
yang menggambarkan sifat erotis, vulgar atau porno
(d) Merk/brand pada produk retail
Khusus untuk produk retail  jika suatu produk dengan
merk/brand tertentu didaftarkan, maka semua varian atau
produk lain dengan merk/brand yang sama harus didaftarkan
 Produk dengan merk/brand yang sama dengan produk yang sudah
disertifikasi harus sudah memperoleh sertifikat halal sebelum diedarkan
 Pada kasus produk non retail atau intermediet, aplikasi sertifikasi dapat
dilakukan untuk sebagian atau seluruh produk

(e) Kadar etanol


 Produk akhir minuman: maksimal 0,5 %
 Produk selain minuman : tidak dibatasi selama secara medis
tidak membahayakan. Contoh : Kosmetik, Jamu, Obat
(f) Produk Kosmetik

 Produk kosmetik yang mengklaim tahan air (waterproof) 


harus lulus uji analisa laboratorium daya tembus air
 Produk kosmetik yang tidak tembus air dapat disertifikasi
dengan syarat: (i) Produk yang penggunaannya terbatas
waktunya, seperti sunblock khusus untuk berenang, (ii)
Perusahaan harus memberikan catatan cara penggunaan bagi
pengguna yang akan beribadah shalat ketika menggunakan
kosmetika tersebut, misalnya dengan membuat leaflet khusus,
penulisan di kemasan atau pembedaan warna kemasan.
Penempatan harus jelas dan mencolok termasuk di box kemasan
 Pewarna rambut bisa disertifikasi untuk seluruh warna
(g) Produk yang dikemas ulang (repacked)
atau diberi label ulang (relabeled)

Dapat diajukan untuk disertifikasi dengan syarat


produk tersebut bersertifikat halal MUI atau produk
termasuk kategori produk tidak beresiko (No Risk)

Catatan: Dapat disertifikasi bersamaan dengan produk asalnya


jika produk asal tidak bersertifikat halal MUI atau produk
bukan termasuk kategori produk tidak beresiko (No Risk)
Penulisan Nama Produk
Produk Flavor / Seasoning / Fragrance
Semua nama dagang (fantasy name) harus didaftarkan untuk disertifikasi
walaupun memiliki formula yang sama. Contoh flavor apel memiliki 3
fantasy name yaitu apel AL00, apel GF200 dan apel MU101

Produk Non Retail yang memiliki banyak Nama/Kode/Varian


 Produk ditulis rinci untuk semua nama/kode/varian produk; atau
 Produk dituliskan secara umum, misal produk series  dengan syarat:
(i) Akad biaya dengan sistem kontrak, (ii) Semua varian produk series
yang sama harus disertifikasi halal
Menu Katering & Restoran
 Menu katering boleh dituliskan kelompok menu secara umum, contoh
menu sayur olahan, ayam olahan, nasi olahan
 Paket menu restoran tidak harus disertifikasi  cukup menu satuannya
STUDI KASUS
PT. Hatech Indonesia mendaftarkan 4 nama produk
berikut untuk disertifikasi halal:
1. Permen berbentuk beruang rasa strawberry
2. Permen berbentuk botol rasa root beer
3. Permen berbentuk jeruk rasa Jeruk
4. Permen berbentuk pizza rasa mangga
Semua permen tersebut dijual secara retail.

Apa saja yang harus dicermati untuk produk-produk


tersebut (dibandingkan dengan kriteria produk)!

Anda mungkin juga menyukai